Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi dan


menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium.1
Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh
dibagian tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau
materi semisolid yang tumbuh dalam ovarium.Penemuan kista ovarium pada
seorang wanita akan sangat ditakuti oleh karena adanya kecenderungan menjadi
ganas, tetapi kebanyakan kista ovarium memiliki sifat yang jinak (80-84%).2
Pada wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) resiko pertumbuhan
menjadi ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat dikontrol dengan USG pelvis
transvaginal. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya
karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause.1
Kista ovarium ditemukan pada sonogram transvaginal di hampir semua
wanita premenopause dan pada hingga 18% wanita pascamenopause. Sebagian
besar kista ini bersifat fungsional dan jinak. Teratoma kistik dewasa, atau dermoid,
mewakili lebih dari 10% dari semua neoplasma ovarium. Kista ovarium adalah
tumor yang paling umum, dengan prevalensi melebihi 30%.2
Topik Kista Ovarium menjadi sangat menarik untuk dibahas karena
sebagian besar pasien dengan kista ovarium berada dalam kondisi asimptomatik
dan baru dapat didiagnosis secara tidak sengaja ketika menjalani pemeriksaan USG
atau sedang dalam operasi sectio caesaria.

1
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Ovarium


Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, dengan
penggantung mesovarium di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan.
Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-
kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.3

Gambar 2.1 Anatomi Ovarium dan Tuba3


Hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya pembuluh-
pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas.
Permukaan belakangnya pinggir keatas dan belakang, sedangkan permukaan
depannya ke bawah dan depan. Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi
dari pada ujung yang dekat pada uterus dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa
fimbria dari infundibulum.3
Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan
ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu
dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal
dari gubernakulum.3

2
3

Gambar 2.2 Siklus Ovarium3


Ovarium yang menunjukkan tahap-tahap pembentukan folikel, ovulasi, serta
pembentukan dan degenerasi korpus luteum. Semua tahap ini terjadi secara
beruntun pada satu tempat mulai dari perkembangan folikel yaitu folikel primer
hingga folikel matang, pecahnya folikel matang dan pelepasan sebuah ovum oosit
sekunder saat ovulasi, pembentukan korpus luteum dari sel-sel folikel lama setelah
ovulasi, degenerasi korpus luteum jika ovum yang dibebaskan tidak dibuahi. Semua
siklus tahap-tahap ini dalam satu siklus ovarium.4
Secara histologik, ovarium dilapisi oleh epitelium germinalis dan tunika
albugenia. Sisi dalam ovarium terdiri dari sel-sel folikel dan jaringan ikat yang
sangat sensitif terhadap hormon seks. Ovarium diperdarahi oleh arteri ovarica
kanan dan kiri yang merupakan cabang dari aorta desendens. Vena sebagai drainase
mengikuti perjalanan arteri ovarica sebagai vena ovarica kanan dan kiri.3

2.2. Definisi
Kista ovarium adalah kantung berisi cairan besar (diameter> 3 cm) yang
berkembang di ovarium. Kista ovarium dapat bervariasi dalam ukuran dari
beberapa sentimeter hingga sebesar buah melon. Kista ovarium berdinding tipis
4

biasa hanya mengandung cairan (dikenal sebagai kista sederhana) atau kompleks
yang mengandung cairan tebal, darah atau area padat.5

2.3. Epidemiologi
Kista ovarium ditemukan pada sonogram transvaginal di hampir semua wanita
premenopause dan pada hingga 18% wanita pascamenopause. Sebagian besar kista
ini bersifat fungsional dan jinak. Teratoma kistik dewasa, atau dermoid, mewakili
lebih dari 10% dari semua neoplasma ovarium. Kista ovarium adalah tumor yang
paling umum, dengan prevalensi melebihi 30%.2
Insiden karsinoma ovarium sekitar 15 kasus per 100.000 wanita per tahun. Di
Amerika Serikat, karsinoma ovarium didiagnosis pada lebih dari 21.000 wanita
setiap tahun, menyebabkan sekitar 14.600 kematian. Sebagian besar tumor ovarium
ganas adalah Cystadenocarcinoma ovarium epitel.6
Tumor dengan potensi maligna rendah membentuk sekitar 20% tumor ovarium
ganas, sedangkan kurang dari 5% adalah tumor sel yang ganas, dan sekitar 2%
adalah tumor sel granulosa. Cystadenocarcinoma ovarium epitel maligna adalah
satu-satunya kista ovarium yang terkait dengan predileksi ras. Perempuan dari
eropa utara, eropa barat dan amerika utara paling sering terkena dampaknya,
sedangkan perempuan dari asia, afrika, dan amerika latin paling sedikit
terpengaruh.2
Di antara perempuan yang memiliki jumlah kasus yang cukup banyak
berdasarkan usia, kejadian pada usia 30-54 tahun adalah tertinggi pada wanita kulit
putih, diikuti oleh wanita Jepang, Hispanik, dan Filipina. Untuk wanita berusia 55-
69 tahun, angka tertinggi terjadi pada wanita kulit putih, diikuti oleh wanita
Hispanik dan Jepang. Di antara wanita yang berusia 70 tahun atau lebih, tingkat
tertinggi terjadi di antara wanita kulit putih, diikuti oleh orang-orang keturunan
Afrika dan wanita Hispanik.2
Kista ovarium fungsional dapat terjadi pada semua usia, tetapi jauh lebih umum
pada wanita usia reproduksi. Mereka jarang setelah menopause. Kista luteal terjadi
setelah ovulasi pada wanita usia reproduktif. Kebanyakan kista neoplastik jinak
terjadi selama tahun-tahun reproduksi, tetapi rentang usia lebar dan mereka dapat
terjadi pada orang-orang dari segala usia.2
5

2.4. Sifat Kista


a) Kista Fisiologis
Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang,
dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 4 cm,
dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan
hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak
berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista
tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang bersifat fisiologis ini dialami
oleh orang di usia reproduksi karena masih mengalami menstruasi. Biasanya kista
fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid. Beberapa jenis kista fisiologis
diantaranya adalah kista korpus luteal, kista folikular, kista teka-lutein.7
b) Kista Patologis
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi.
Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala
dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70%
pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer.
Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti. Pada kista
patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang tidak disadari
penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit
umumnya. Itu sebabnya diagnosa agak sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut
yang agak membuncit.8

2.5. Klasifikasi
Kista Ovarium Non-Neoplastik
a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah
bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim,
melainkan membesar menjadi kista. Bisa di dapati satu kista atau beberapa dan
besarnya biasanya berdiameter 1-1 ½cm. Dalam menangani tumor ovarium timbul
persoalan apakah tumor yang dihadapi itu neoplasma atau kista folikel. Umumnya
6

jika diameter tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat di tunggu dahulu karena kista
folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri.1,3 Kista folikuler secara tipikal kecil dan
timbul dari folikel yang tidak sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu
banyak mengandung estrogen sebagai respon terhadap hipersekresi FSH (follicle
stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone) normalnya ditemui saat
menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran limit 2,5 cm); berasal
dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan.
Dapat multipel dan bilateral. Kista jenis ini biasanya asimtomatik.9,10

\\

Gambar 2.3 Kista Folikel 9


b. Kista Korpus Lutein
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi
korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan mempertahankan diri (korpus
luteum persisten); perdarahan yang terjadi di dalamnya akan menyebabkan kista,
berisi cairan berwarna merah coklat karena darah tua. Pada pembelahan ovarium
kista korpus luteum memberi gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas
lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.
Penanganan kista luteum ini menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal ini
dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum
diangkat tanpa mengorbankan ovarium.9,11
7

Gambar 2.4 Kista Korpus Lutein9


c. Kista Teka Lutein
Kista biasanya bilateral dan sebesar kepalan tangan. Pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka.Tumbuhnya kista ini ialah akibat
pengaruh hormone koriogonadrotropin yang berlebihan. Kista granulosa lutein
yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan
membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang
berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista teka-lutein
biasanya berisi cairan bening, berwarna seperti jerami, biasanya berhubungan
dengan tipe lain dari pertumbuhan indung telur serta terapi hormon.11

Gambar 2.5 Kista Teka Lutein1


8

d. Kista Inklusi Germinal


Kista jenis ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian terkecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada wanita usia
lanjut dan besarnya jarang melebihi 1 cm. Kista terletak di bawah permukaan
ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan
isinya cairan jernih dan serous.11

Gambar 2.6 Kista Inklusi Germinal 1


e. Kista Endometrium
Endometrioma adalah kista ovarium yang terbentuk sebagai
akibat endometriosis. Dalam kondisi ini, jaringan endometrium yang biasanya
melapisi rahim tumbuh berada di area di luar uterus, seperti di ovarium. Jaringan
ini merespons perubahan bulanan hormon. Akhirnya, endometrioma dapat
terbentuk sebagai jaringan endometrium terus berdarah dengan setiap siklus
menstruasi. Kista ini kadang-kadang disebut “kista coklat” karena mereka dipenuhi
dengan darah berwarna gelap, coklat kemerahan.9

Gambar 2.7 Kista Endometrium9


9

Neoplasma Jinak
a. Kistoma Ovari Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di
dalam kista jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak
lapisan epitel kubik. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.5
b. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista ini sering
ditemukan bilateral (10-20%) daripada kistadenoma musinosum. Tumor serosa
dapat membesar sehingga memenuhi ruang abnomen, tetapi lebih kecil dibanding
dengan ukuran kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, tetapi
dapat juga lobulated karena kista serosum pun dapat berbentuk multikolur,
meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabuan. Ciri khas dari kista
ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50% dan
keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang
coklat karena bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi
permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma). Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa sulit membedakan gambaran makroskopis
kistadenoma serosum papileferum yang ganas dari yang jinak, bahkan
pemeriksaan rnikroskopis pun tidak selalu mernberikan kepastian. Pada
pemeriksaan mikroskopis terdapat dinding kista yang dilapisi epitel kubik atau
torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap
warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
epithelum), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian
besar terdiri atas epitel bulu getar seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat
ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma.
Adanya psamoma menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarium
serosum papiliferum, tetapi bukan ganas. Tidak ada gejala klasik yang menyertai
tumor serosa proliferatif. Kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan rutin dari
10

pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa ketidaknyamanan daerah pelvis dan


pada pemeriksaan ditemukan massa abdomen atau pun asites. Kelainan ekstra
abdomen jarang ditemukan pada keganasan ovarium kecuali pada stadium
terminal.1,8
Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan stratifikasi epitel,
serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara makroskopik
digolongkan ke dalam kelompok tumor ganas. 30-35% dari kistadenoma serosum
mengalami perubahan keganasan. Bila terdapat implantasi pada peritoneum
disertai dengan asites, prognosis penyakit adalah kurang baik. Meskipun diagnosis
histopatologis pertumbuhan tumor tersebut mungkin jinak (histopathologically
benign), tetapi secara klinis harus dianggap sebagai neoplasma ovarium ganas
(clinicaly malignant). Terapi pada umumnya adalah pengangkatan tumor. Tetapi
oleh karena berhubung dengan besarnya kemungkinan keganasan perlu dilakukan
pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang
perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk
menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.1,8

Gambar 2.8 Kista Ovarium Serosum1


c. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini mungkin muncul
sebagai tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia mucinosum dari
mesothelium. Tumor mucinous yang berasal dari teratoid ditemukan pada penderia
yang muda. Paling sering pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang sekali
pada masa prapubertas. Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama
dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor ini merupakan kira-kira 60% dari
11

seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum nerupakan 40% dari


seluruh kelompok neoplasma ovarium.1,8
Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbagala
(lobulated) dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang mengandung
mukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya. Kira-kira 10% dapat
mencapai ukuran yang amat besar dan pada tumor ini tidak dapat ditemukan
jaringan yang normal lagi. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga
dijumpai yang bilateral (8-10%).1,8
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama apabila terjadi
perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada permukaan terdapat
cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai
coklat tergantung dari percampurannya dengan darah. Pemeriksaan mikroskopik :
tampak dinding kista dilapisi oleh epital torak tinggi dan sel-sel goblet yang terisi
lendir. Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan bersifat odematus dan
mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar, kelenjar-kelenjar
menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi
suatu sobekan pada dinding kista (spontan ataupun pada saat operasi), maka sel-sel
epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan sekresinya
menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei timbul
penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak
perlengketan. Akhirnya penderita meninggal karena ileus. Pada kista kadang-
kadang ditemukan daerah padat dan pertumbuhan papiler.1,9

Gambar 2.9 Kistadenoma Ovarii Musinosum9


12

d. Kista Dermoid
Tumor ini merupakan 10% dan seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan
paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. 25% dari semua kista
dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun dapat
ditemukan pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran sangat besar,
sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram. Kista ini tumbuh akibat proses
yang kurang sempurna saat pembentukan lapisan embrional. Lapisan ektoderm
yang saat dewasa akan menjadi sel sel folikel rambut, tulang, serta gigi secara tidak
sempurna tumbuh di sekitar ovarium. Kista ini tidak mempunyai ciri yang khas.
Dinding kista kelihatan putih keabuan dan agak tipis. 1,9
Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Dapat
ditemukan kulit, rambut kelenjer sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat
otot jaringan ikat (mesodemal) dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran
kista terdapat produk kelenjer sebasea berupa massa lembek seperti lemak,
bercampur dengan rambut. Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan
gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum.Perubahan keganasan dari kista sangat jarang, hanya 1,5% dari semua
kista dermoid dan biasanya pada wanita lewat menopause.1,9

Gambar 2.10 Kista Dermoid 1

2.6. Faktor Resiko


Faktor risiko untuk pembentukan kista ovarium termasuk yang berikut: 12,13,14
a. Perawatan Infertilitas - Pasien yang dirawat karena infertilitas dengan
induksi ovulasi dengan gonadotropin atau agen lain, seperti clomiphene
13

citrate atau letrozole, dapat mengembangkan kista sebagai bagian dari


sindrom hiperstimulasi ovarium.
b. Tamoxifen - Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional jinak
yang biasanya hilang setelah pengobatan dihentikan
c. Kehamilan - Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk di trimester
kedua, ketika kadar hCG mencapai puncak
d. Hipotiroidisme - Karena kesamaan antara subunit alpha dari thyroid-
stimulating hormone (TSH) dan HCG, hipotiroidisme dapat menstimulasi
ovarian dan pertumbuhan kista
e. Gonadotropin ibu - Efek transplasental dari ibu gonadotropin dapat
menyebabkan perkembangan kista ovarium neonatal dan janin
f. Merokok - Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok;
risiko dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa
tubuh yang menurun (BMI)
g. Ligasi tuba - Fungsional kista telah dikaitkan dengan sterilisasi ligase tuba
h. Riwayat kista ovarium terdahulu
i. Siklus haid tidak teratur
j. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
k. Perut buncit

2.7. Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan
hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul
dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi. Sedangkan pada tumor
padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga akibat abnormalitas pertumbuhan sel
embrional, atau sifat genetis kanker yang tercetus oleh radikal bebas atau bahan
bahan karsinogenik.15

2.8. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi
14

ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat.1,16
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista didalam ovarium.1,16
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih
dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-
tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama
kehamilan.1
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista teka lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG.1
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau
sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut
hipereaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovarii, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG.1
Pada neoplasma tropoblastik gestational dan kadang-kadang pada kehamilan
multiple dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut hiperaktif
lutein. Pasien dalam terpi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari,
terutama bila disertai dengan pemberian HCG.1,16
15

2.9. Manifestasi Klinis


Sebagian besar wanita dengan kista ovarium tidak bergejala atau hanya sedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Jika gejala berkembang, nyeri saat menekan daerah
abdomen menjadi lebih tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-
gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan yang lain seperti endometriosis,
radang panggul, kehamilan ektopik atau kanker ovarium. Beberapa kista dapat
menyebabkan nyeri tumpul atau tajam di perut dan nyeri selama kegiatan tertentu.
Kista yang lebih besar dapat menyebabkan torsi (memutar) ovarium yang
menyebabkan nyeri. Kista yang berdarah atau pecah dapat menyebabkan masalah
serius yang membutuhkan perawatan yang cepat. Nyeri intermiten dapat
mencerminkan torsi awal, sedangkan nyeri akut yang parah dapat menunjukkan
torsi dengan iskemia ovarium yang dihasilkan. Penyebab lain nyeri akut termasuk
ruptur kista atau abses tubo-ovarium. Sebaliknya, tekanan atau rasa sakit yang
samar mungkin satu-satunya gejala dan dapat dihasilkan dari peregangan kapsul
ovarium. Pada ovarium keganasan tahap lanjut, wanita mengeluhkan peningkatan
lingkar perut dan kekenyangan awal dari asites atau ovarium yang membesar.1
Gejala-gejala berikut dapat muncul ketika mempunyai kista ovarium: 15
a) Perut terasa penuh, berat dan kembung
b) Tekanan pada dubur dan kandung kemih ( sulit buang air kecil)
c) Haid tidak teratur
d) Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar
kepanggul bawah dan paha
e) Nyeri senggama
f) Mual, ingin muntah atau pergeseran payudara mirip seperti pada saat hamil.
Kebanyakan kista ovarium berukuran kecil dan tidak menimbulkan
gejala. Dalam kasus yang jarang terjadi, suatu kista mungkin bersifat kanker. Pada
tahap awal, kanker ovarium sering tidak memiliki gejala, jadi Anda harus
menyadari tanda-tanda peringatannya. Pastikan untuk menemui dokter jika
memiliki tanda-tanda ini. Kanker ovarium sangat jarang terjadi pada wanita muda,
tetapi risiko meningkat seiring usia wanita.14
16

Tanda Peringatan Kanker di Ovarium:14


a) Kembung
b) Nyeri panggul
c) Sakit punggung
d) Pembesaran atau pembengkakan perut
e) Ketidakmampuan untuk makan secara normal
f) Penurunan berat badan tanpa alasan
g) Frekuensi kemih atau inkontinensi
h) Sembelit
i) Merasa lelah
j) Gangguan pencernaan

2.10. Diagnosis
a. Anamnesa
Diagnosis dimulai dari anamnesis berdasarkan keluhan pasien. Banyak
tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang
kecil. Adanya tumor bisa menyebabkan pembenjolan perut. Rasa sakit atau tidak
nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista
tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan
terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan
miksi dan defekasi. Dapat terjadi penekanan pada kandung kemih sehingga
menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering.17,18
Kista ovarium dapat menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus
terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi yang
sering. Pasien juga mengeluhkan ketidaknyamanan dalam coitus, yaitu pada
penetrasi yang dalam. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak adanya nafsu
makan dan rasa enak dan rasa sesak. Pada umumnya tumor ovarium tidak
mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut mengeluarkan hormon.
Iregularitas siklus menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal dapat terjadi.
Pada anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.17,18
17

b. Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah
abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada
pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa
umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga
teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini
merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan
asites yang pasif.17,18
c. Imaging
1. Ultrasonografi
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam rongga
perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik imaging yang utama
untuk kista ovarium. Ultrasound pelvis transvaginal adalah cara paling efektif
untuk mengevaluasi kista ovarium. Karena dapat memberikan pemeriksaan
morfologi yang jelas dari struktur pelvis. Pemeriksaana ini tidak memerlukan
kandung kemih yang penuh.USG transabdominal tidak boleh digunakan secara
terpisah. Ini harus digunakan untuk melihat kista ovarium besar atau di luar
bidang pandangan ultrasound transvaginal. Ini memerlukan kandung kemih
yang penuh.20
Pada ultrasonografi transvaginal, 'kista sederahana' dikaitkan dengan
lima kriteria berikut, yaitu bentuk bulat atau oval, dinding tipis atau tak terlihat,
peningkatan akustik posterior, satu cavitas yang didalamnya tidak terdapat
internal echo dan tidak adanya septum atau nodul. Biasanya jenis kista seperti
ini tidak ganas, dan merupakan kista fungsional, kista luteal atau mungkln juga
kistadenoma serosa atau kista inklusi.20
Kista ovarium didefinisikan sebagai kompleks di hadapan satu atau lebih
kriteria berikut, yaitu septum lengkap (yaitu kista multilokular), dindingnya
menebal dan terdapat papul ke dalam lumen. Kista seperti ini biasanya maligna
atau mungkin juga kista neoplasma benigna.20
Wanita yang mendertiya kista sederhana yang lebih kecil tanpa gejala
kurang dari 5 cm, kista ini terbukti menghilang (53%), tetap statis (28%),
18

memperbesar (11%), menurun (3%) atau ukurannya berfluktuasi (6%). Kista


ovarium 5 cm atau lebih kecil pada wanita jarang terjadi ganas.18
2. Ultrasound Doppler
Bebrapa penelitian menunjukkan bahwa ultrasound doppler aliran warna
berguna untuk penilaian awal rutin dari kista ovarium. Massa ganas umumnya
menunjukkan neovaskularisasi, dengan pola percabangan yang
abnormal. Neoveskular ini memiliki aliran resistensi yang lebih rendah daripada
pembuluh darah ovarium asli. Oleh karena itu, evaluasi sonografi menggunakan
kombinasi penilaian dan warna morfologis aliran atau pencitraan doppler daya
untuk mendeteksi aliran darah abnormal telah diusulkan untuk dinilai kista
indung telur yang mencurigakan untuk risiko keganasan dalam beberapa
penelitian, terutama kasus-kasus kista ovarium yang kompleks.18
3. CT Scan
CT tidak harus digunakan secara rutin sebagai alat pencitraan utama
untuk penilaian awal kista ovarium karena spesifitasnya yang rendah, penilaian
terbatas pada indung telur indung telur saja. CT scan beguna untuk penilaian
kanker ovarium jika kista dianggap ganas. Kemudian, CT scan dapat
diindikasikan untuk stadium yang diduga kanker ovarium primer atau untuk
mengidentifikasi kanker intra-abdomen primer (misalnya kolon, lambung,
pankreas) dengan dugaan metastasis ovarium.19
4. MRI
MRI tidak digunakan secara rutin sebagai alat pencitraan utama untuk
penilaian awal ovarium kista pada wanita pascamenopause. MRI harus
digunakan sebagai modalitas pencitraan lini kedua ketika karakterisasi kista
ovarium ketika ultrasound tidak meyakinkan.21
d. Laboratorium
1. Cancer Antigen 125 (CA125)
CA125 adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium normal
dan karsinoma ovarium. CA125 diasosiasikan dengan kanker ovarium. Dengan
ini diketahui apakah massa ini jinak atau ganas. Normalnya level serumnya
adalah kurang dari 35 IU/mL. Level serum CA125 kurang dari 35 U/ml
ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium.
19

Namun, nilai CA125 dengan level yang lebih rendah (20 IU / ml) ditemukan
dalam keadaan sehat wanita pascamenopause. Kondisi ginekologi yang tidak
ganas seperti penyakit radang panggul, fibroid, akut kejadian pada kista jinak
(misalnya torsion atau hemoragi) dan endometriosis dapat berakibat pada tingkat
CA125 meningkat. Nilai yang lebih tinggi dilaporkan pada ras Kaukasia
dibandingkan dengan Afrika atau wanita Asia.21
2. Pemeriksaan Beta-HCG
Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah wanita tersebut
hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan kehamilan
ektopik.7
3. Pemeriksaan Darah Lengkap
Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat diperkirakan melalui LED.
Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu pemeriksa menilai
keadaan pasien.5
4. Urinalisis
Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain, baik
batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.5

2.11. Penilaian Awal dan Estimasi Risiko Keganasan


a. Risk of Malignancy Index (RMI I)
RMI adalah model yang paling banyak digunakan untuk menentukan
keganasan. berdasarkan USG, CA125 dan status menopause. RMI I
menggabungkan tiga fitur prasurgical: serum CA125 dalam satuan IU/ml (CA-
125); status menopause (M); dan skor ultrasound (U). Perhitungannya adalah
sebagai berikut:18

RMI I = U x M x CA-125.

 Hasil USG dinilai 1 poin untuk masing-masing karakteristik berikut: kista


multilokular, area padat, metastasis, asites, dan lesi bilateral. U = 0 (untuk
skor ultrasound 0), U = 1 (untuk skor USG 1), U = 3 (untuk skor ultrasound
2-5).
20

 Status menopause dinilai sebagai 1 = premenopause dan 3 =


pascamenopause.
 Pascamenopause dapat didefinisikan sebagai wanita yang tidak memiliki
periode mentruasi selama lebih dari satu tahun atau lebih wanita usia 50
tahun yang telah menjalani histerektomi.
Nilai ambang untuk skor RMI I adalah 200, jika lebih dari 200 maka
dicurigai keganasan. Sebuah tinjauan sistematis terbaru menunjukkan
sensitivitas dan spesifisitas yang dikumpulkan dari skor RMI I 200 dalam
deteksi keganasan ovarium. Memiliki sensitivitas RMI I 78% dan
spesifisitasnya 87%.18
b. The International Ovarian Tumor Analysis (IOTA)
Grup IOTA telah mempublikasikan penelitian terbesar hingga saat ini
menginvestigasi penggunaan ultrasound untuk membedakan massa ovarium
jinak dan ganas. Menggunakan data yang berasal dari IOTA Group, aturan
ultrasound sederhana dikembangkan untuk membantu mengklasifikasikan
massa sebagai benigna (B-rules) atau maligna (M-rules). Menggunakan
aturan-aturan ini sensitivitas yang dilaporkan adalah 95%, spesifisitas 91%.18
Tabel 2.1 Klasifikasi tumor ovarium menurut grup IOTA18
B-rules M-rules
Kista unilokular Tumor solid tidak teratur

Kehadiran komponen padat di Asites


mana komponen padat terbesar <7
mm

Kehadiran bayangan akustik Minimal empat struktur papiler

Tumor multilokular halus dengan Tumor padat multilokuler tidak


diameter terbesar <100 mm teratur dengan diameter terbesar
≥100 mm

Tidak ada aliran darah Aliran darah yang sangat kuat


21

2.12. Tatalaksana
Wanita dengan kista ovarium kecil (diameter kurang dari 50 mm) umumnya
tidak memerlukan tindak lanjut karena kista ini sangat mungkin fisiologis dan
hampir selalu sembuh dalam 3 siklus menstruasi dan evaluasi ulang dalam 4-6
bulan. Wanita dengan kista ovarium sederhana berdiameter 50-70 mm harus
menjalani follow up USG tahunan dan dengan kista sederhana yang lebih besar
harus dipertimbangkan untuk pencitraan lebih lanjut (MRI) atau pembedahan.23
Wanita dengan RMI I kurang dari 200 (yaitu berisiko rendah keganasan)
cocok untuk laparoskopi. Manajemen laparoskopi kista ovarium pada wanita
pascamenopause harus dilakukan oleh ahli bedah dengan pengalaman yang sesuai.
Manajemen laparoskopi kista ovarium pada wanita pascamenopause harus terdiri
dari bilateral salpingo-ooforektomi daripada kistektomi. Wanita yang menjalani
salpingo-ooforektomi laparoskopi harus diberi konseling sebelum operasi bahwa
laparotomi stadium penuh akan diperlukan jika bukti keganasan terungkap.23
Jika memungkinkan, spesimen bedah harus dilepas tanpa tumpahan
intraperitoneal dalam tas pengambilan laparoskopi melalui port umbilical. Hal ini
menyebabkan lebih sedikit nyeri pasca operasi dan lebih cepat waktu sembuhnya
dibandingkan saat menggunakan port lateral dengan ukuran yang sama.23
Semua kista ovarium yang mencurigai keganasan pada wanita
pascamenopause dan premenopasuse, seperti yang ditunjukkan oleh RMI I lebih
besar atau sama dengan 200, temuan CT, penilaian klinis atau temuan pada
laparoskopi, membutuhkan prosedur laparotomi.Jika keganasan terungkap selama
laparoskopi atau dari histologi berikutnya, dianjurkan bahwa wanita itu dirujuk ke
pusat kanker untuk pengelolaan lebih lanjut.23
Wanita yang berisiko tinggi keganasan, karena dihitung menggunakan RMI
(lebih besar dari atau sama hingga 200), membutuhkan laparotomi sebagai operasi
utama. Selain risiko yang dihitung dari keganasan, faktor-faktor lain seperti kondisi
medis lainnya mempengaruhi risiko operasi akan mempengaruhi keputusan apakah
seorang wanita mampu menjalani operasi, jenis operasi apa yang dilakukan dan di
mana ini terjadi.23
22

1. Manajemen Kista Ovarium Premenopause dan Postmenopause


a. Pengelolaan Konservatif
Kista ovarium unilateral yang sederhana, dengan diameter kurang dari 5
cm, memiliki risiko rendah keganasan. Tingkat CA125 serum yang normal, kista
ovarium jenis ini bisa dikelola secara konservatif. Risiko keganasan untuk jenis
kista ini kurang dari 1%. Lebih dari 50% dari kista ini akan hilang secara spontan
dalam tiga bulan. Jadi, wajar untuk mengelola kista ini secara konservatif,
dengan scan ultrasound tindak lanjut dalam tiga bulan.24
Kista ovarium persisten harus ditinjau pada 3 bulan dan kemudian setiap
6 bulan setelahnya atas dasar yang dipilih. American College of Obstetrics dan
Ginekologi (ACOG) merekomendasikan ultrasound transvaginal setiap tahun
selama 3 tahun dan CA 125 selama 5 tahun sejak diagnosis kista ovarium jenis
ini. Ini karena faktanya bahwa kista ovarium unilokular sederhana memiliki
potensi rendah untuk kegaganasan dan cenderung tetap stabil atau sembuh tanpa
operasi intervensi. Peningkatan ukuran kista atau peningkatan tingkat CA 125
harus mempertimbangkan manajemen bedah.24
b. Manajemen bedah
Aspirasi
Pemeriksaan sitologi cairan kista ovarium sulit dalam membedakan
antara tumor jinak dan ganas, dengan kepekaan pada kebanyakan penelitian
sekitar 25%. Kista pecah dalam keganasan yang tak terduga menghasilkan efek
yang buruk pada tingkat kelangsungan hidup. Oleh karena itu, aspirasi tidak
memiliki peran dalam manajemen kista ovarium pada wanita kista Ovarium.23,24
Ooforektomi Laparoskopi
Disarankan bahwa RMI harus digunakan untuk memilih wanita untuk
operasi laparoskopi. Manajemen laparoskopi massa jinak adneksa baik untuk
dilakukan. Namun, saat mengelola kista ovarium di wanita pascamenopause,
harus diingat bahwa alasan utama untuk operasi adalah untuk menyingkirkan
keganasan ovarium. Jika keganasan ovarium hadir maka manajemen yang tepat
pada wanita pascamenopause adalah untuk melakukan laparotomi dan
histerektomi total abdomen, salpingo bilateral ooforektomi, omentektomi
infrakolik, pencucian pelvis +/- apendiktomi.23,24
23

Oleh karena itu, pendekatan laparoskopi harus disediakan bagi para


wanita yang tidak memenuhi syarat untuk manajemen konservatif tetapi masih
memiliki risiko yang relatif rendah untuk keganasan. Pada wanita
pascamenopause, laparoskopi yang sesuai pengobatan untuk kista ovarium, yang
tidak cocok untuk pengelolaan konservatif adalah ooforektomi, dengan
pengangkatan ovarium utuh dalam kantong tanpa kista pecah ke dalam rongga
peritoneum.23,24
Laparoskopi Salpingektomi
Baru-baru ini telah disarankan bahwa karsinoma ovarium, yang paling
banyak umumnya karsinoma serosa bermutu tinggi, timbul dari intraepitel
bermutu tinggi karsinoma serosa di tuba fallopii yang kemudian menyebar ke
ovarium. Ini berbeda dengan teori asli bahwa semua kanker ovarium
berkembang dari permukaan lesi ovarium yang kemudian mengalami perubahan
metaplastik dan berkembang menjadi kanker stroma. Oleh karena itu, telah
disarankan untuk salpingektomi profilaksis harus dilakukan sebagai prosedur
pengurangan risiko tambahan untuk ooforektomi.Dalam sebuah penelitian di
Kanada, salpingectomy untuk sterilisasi atau pada saat histerektomi ditemukan
sebagai prosedur yang aman tanpa peningkatan waktu operasi, transfusi darah
atau komplikasi peri / pasca operasi lainnya.23,24
Laparoskopi Bilateral Salpingo-Oophrectomi
Pertimbangkan bilateral salpingo-oophorectomi (BSO) sebagai
alternatif untuk ooforektomi untuk mengurangi kemungkinan jinak atau ganas
lebih lanjut kista ovarium dan kebutuhan untuk operasi lebih lanjut. BSO
Laparoskopi juga harus dilakukan pada wanita dengan RMI moderat. Wanita-
wanita ini harus menjalani operasi yang dilakukan oleh ahli onkologi ginekologi
pada kanker pusat. Perempuan dengan risiko menengah menjalani laparoskopi
ooforektomi harus dikonseling sebelum operasi bahwa laparotomi pementasan
penuh akan diperlukan jika bukti keganasan terungkap.23,24
24

Pembedahan Dugaan Keganasan Ovarium


Jika kanker ovarium ditemukan saat pembedahan atau pada histologi,
selanjutnya penuh prosedur pementasan mungkin diperlukan. Prosedur
pementasan lengkap juga harus dilakukan untuk wanita dengan RMI tinggi . Ini
termasuk laparotomi, sitologi (baik asites atau pencucian pelvis), histerektomi,
salpingo-ooforektomi bilateral dan omentektomi infrakolik. Biopsi seharusnya
diambil dari area yang mencurigakan dan panggul selektif bilateral dan para-
aorta limfadenektomi dilakukan. Apendiktomi dilakukan di semua yang
dicurigai kistadenokarsinoma mukosa.23,24

Gambar 2.11 Manajemen Kista Ovarium pada Premenopause23


25

Gambar 2.12 Manajemen Kista Ovarium pada Postmenopause18


26

2. Manajemen Kista Ovarium Selama Kehamilan

Penatalaksanaan massa ovarium selama kehamilan Massa ovarium selama


kehamilan dapat diklasifikasikan secara kasar menurut ukuran: 50% <5 cm; 25%
5–10 cm; dan 25% > 10 cm. Sekitar 49% dari kista sederhana yang lebih besar dari
5cm akan selesaikan tanpa intervensi. Cara tradisional untuk mengelola massa
ovarium persisten lebih besar dari 5 cm selama kehamilan melalui intervensi bedah.
Pembedahan perut selama kehamilan dikaitkan dengan komplikasi sendiri,
termasuk keguguran spontan, ketuban pecah dan persalinan premature. Kemajuan
dalam ultrasonografi telah menyebabkan praktisi untuk mempertanyakan apakah
intervensi bedah dibenarkan pada semua pasien hamil dengan kista ovarium. Alasan
untuk pendekatan ini adalah keinginan untuk menghindari 10-30% tingkat
komplikasi dan untuk menyingkirkan keganasan. Karena trimester kedua
dipandang sebagai kesempatan ideal untuk intervensi kista ovarium. Manajemen
operasi bedah diperlukan dalam tiga situasi:25

a. Jika keganasan dicurigai;


b. Jika terjadi komplikasi akut;
c. Jika ada massa yang mencurigakan> 5 cm berlanjut di dekat 18
minggu atau menunjukkan peningkatan ukuran 30–50 persen setiap
saat selama kehamilan.

Pembedahan umumnya tidak dianjurkan selama trimester pertama karena


kemungkinan tinggi berpotensi untuk keguguran atau teratogenik. Selama awal
hingga pertengahan trimester kedua, operasi elektif untuk kista ovarium masih
memberi beberapa paparan panggul tanpa kebutuhan akan manipulasi uterus yang
signifikan dan memiliki kaitan dengan risiko komplikasi kehamilan yang lebih
rendah. Pillihan lain untuk operasi adalah pada saat operasi caesaria. Bagian
caesar yang elektif kadang-kadang dilakukan secara khusus untuk mengelola
akista ovarium. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan saat berkontemplas
pendekatan ini adalah insisi uterus elektif, yang memiliki risiko yang lebih tinggi
terkait dengan kelahiran caesar secara umum. Operasi elektif untuk kista ovarium
selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran, intra uterine growth
restriction (IUGR) dan persalinan premature.25
27

Tabel 2.2 Klasifikasi resiko keganasan kista ovarium selama kehamilan25


Resiko Keganasan Risiko Keganasan Resiko Keganasan
Rendah Menengah Tinggi

Cystic unilocular Cystic multilocular Massa padat

Ukuran <5cm Kompleks septun tebal

Septum yang tipis Nodul

Ukuran> 5cm

Data terbaru menunjukkan bahwa operasi kista ovarium selama akhir


trimester kedua atau awal ketiga menimbulkan risiko terbesar kelahiran premature,
IUGR, atau keduanya. Data tentang laparoskopi selama trimester pertama dan
kedua selama kehamilan menunjukkan bahwa itu aman seperti laparotomi.
Laparoskopi dapat dianggap invasif yang minimal karena mengurangi manipulasi
kehamilan rahim selama operasi. Meski lebih sulit untuk menilai dan
menghilangkan kista ovarium secara laparoskopi, seorang ahli bedah yang
berpengalaman bisa melakukan laparoskopi indung telur dini yang keganasan.25
28

Gambar 2.13 Manajemen Kista Ovarium pada Kehamilan25

2.13. Prognosis
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sudah dilakukan
operasi, angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%. Kematian disebabkan
karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis
pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam
stadium akhir. Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel
granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa
yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.1
29

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kista ovarium adalah kantung berisi cairan besar yang berkembang di
ovarium. Kista ovarium dapat bervariasi dalam ukuran dari beberapa sentimeter
hingga sebesar buah melon. Kista ovarium dibagi menjadi beberapa macam
diantaranya kista folikel, kista korpus lutein, kista teka lutein, kista inklusi
germinal, kista endometrium, kistoma ovari simpleks, kistadenoma ovarii serosum,
kistadenoma ovarii musinosum dan kista dermoid. Penyebab terjadinya kista
ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus,
hipofise, atau ovarium itu sendiri. Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesa,
pemeriksaan fisik, imaging dan laboratorium. Tatalaksana pada kista ovarium jika
RMI 1 kurang dari 200, maka dilakukan pengelolaan konservatif dan ultrasound
lanjutan 3 bulan kedepan. Jika RMI 1 lebih dari sama dengan 200, maka dilakukan
manajemen bedah.

29
30

DAFTAR PUSTAKA

1. Hoffman Bl, Schorge Jo, Schaffer Ji, Halvorson Lm, Bradshaw Kd And
Cunningham Fg. Endometriosis: Williams gynecology 2nd Ed. New York:
Mcgrow-Hill; 2012.
2. Kwak Dw, Sohn Ys, Kim Sk, Kim Ik, Park Yw, Kim Yh. Clinical
experiences of fetal ovarian cyst: diagnosis and consequence. J Korean Med
Sci. 2006 Aug. 21(4):690-4.
3. American Cancer Society. Cancer Facts And Figures 2009. Estimated new
cancer cases and deaths by sex, us; 2009. American Cancer Society.
Available At Http://Www.Cancer.Org/Docroot/Stt/Stt_0.Asp?From=Fast.
Accessed: Mei, 2018
4. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th Edition. Boston,
Ma, Usa: Cengage Learning; 2016.
5. Mata Apg, Vallejo Fr, Lopez Ma. Acute appendicitis coexistent with giant
ovarian cyst. Rev Med Hosp Gen Méx. 2015;78(2):95-98. Royal College
Of Obsetrician And Gynecologist. Ovarian Cysts Before The Menopause;
2013.
6. Paulsen F. & J. Waschke. Sobotta atlas anatomi manusia : anatomi umum
dan muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : Egc; 2013
7. Medscape Reference, Ovarium Anatomy, Available At
Http://Emedicine.Medscape.Com/Article/1949171-
Overview#Aw2aab6b3, Last Update October 3, 2013. Accessed On Mei,
2018.
8. Chris Tanto, Et Al. Kapita selekta kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media
Aeskulapius; 2014.
9. American College of Obstetricians and Gynecologists. Ovarian cyst.
Frequently Questions Gynecologic Problems. ACOG; 2017.
10. American College of Obstetricians and Gynecologists’ Committee on
Practice Bulletins—Gynecology. Practice Bulletin No. 174: Evaluation and
management of adnexal masses. Obstet Gynecol. 2016 Nov. 128 (5):E210-
E226.

30
31

11. Medscape Reference, Ovarian Cyst


http://emedicine.medscape.com/article/255865- overview#a0101, Last
Update August 19, 2013. Accessed on Mei, 2018.
12. Schmeler Km, Mayo-Smith Ww, Peipert Jf, Weitzen S, Manuel Md,
Gordinier Me. Adnexal masses in pregnancy: surgery compared with
observation. Obstet Gynecol. 2005 May. 105(5 Pt 1):1098-103.
13. Stany Mp, Hamilton Ca. Benign disorders of the ovary. Obstet gynecol clin
north am. 2008 Jun. 35(2):271-84.
14. Holt Vl, Cushing-Haugen Kl, Daling Jr. Risk of functional ovarian cyst:
effects of smoking and marijuana use according to body mass index. Am J
Epidemiol. 2005 Mar 15. 161(6):520-5.
15. Bottomley C, Bourne T. Diagnosis and management of ovarian cyst
accidents. Best pract res clin obstet gynaecol. 2009 Oct. 23(5):711-24.
16. Tom Vanholder. Aetiology and pathogenesis of cystic ovarian follicles in
dairy cattle: a review.HAL; 2006
17. Goff Ba, Lowe Ka, Kane Jc, Robertson Md, Gaul Ma, Andersen Mr.
Symptom triggered screening for ovarian cancer: a pilot study of feasibility
and acceptability. Gynecol Oncol 2012;124:230–5.
18. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. The management of
ovarian cysts in postmenopausal women. Green-Top Guideline No. 34.
London: Rcog; 2016.
19. Partridge Ee, Greenlee Rt, Riley Tl, Commins J, Ragard L, Xu Jl, Et Al.
Assessing the risk of ovarian malignancy in asymptomatic women with
abnormal ca 125 and trans - vaginal ultrasound scans in the prostate, lung,
colorectal, and ovarian screening trial. Obstet Gynecol 2013;121:25–31.
20. Grab D, Flock F, Stöhr I, Nüssle K, Rieber A, Fenchel S, Et Al.
Classification of asymptomatic adnexal masses by ultrasound, magnetic
resonance imaging, and positron emission tomography. Gynecol Oncol
2000;77:454–9.
21. Urban N, Thorpe J, Karlan By, Mcintosh Mw, Palomares Mr, Daly Mb, Et
Al. Interpretation of single and serial measures of he4 and ca125 in
32

asymptomatic women at high risk for ovarian cancer. Cancer Epidemiol


Biomarkers Prev 2012;21:2087–94.
22. Van Trappen Po, Rufford Bd, Mills Td, Sohaib Sa, Webb Ja, Sahdev A, Et
Al. Differential diagnosis of adnexal masses: risk of malignancy index,
ultrasonography, magnetic resonance imaging, and
radioimmunoscintigraphy. Int J Gynecol Cancer 2007;17:61–7.
23. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Management of
suspected ovarian masses in premenopausal women. Green–Top Guideline
No. 62. London: Rcog; 2011
24. National Clinical Guideline. Investigation and management of ovarian
cysts in postmenopausal women. Institute of Obstetricians and
Gynaecologists, Royal College of Physicians of Ireland and The Clinical
Strategy and Programmes Division, Health Service Executive; 2017.
25. Elhalwagy H. Management of ovarian masses in pregnancy. Trends Urol
Gynaecol Sex Health. 2009 Jan;14(1):14–8.

Anda mungkin juga menyukai