Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan


menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang
banyak menyerang wanita.1

Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh


dibagian tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan
atau materi semisolid yang tumbuh dalam ovarium.1

Sebagian besar kista tidak menimbulkan gejala yang nyata, namun


sebagian lagi menimbulkan masalah seperti rasa sakit dan perdarahan. Bahkan
kista ovarium yang malignan tidak menimbulkan gejala pada stadium awal,
sehingga sering ditemukan dalam stadium yang lanjut. Komplikasi yang paling
sering dan paling serius pada kista ovarium yang terjadi dalam kehamilan adalah
peristiwa torsio atau terpeluntir. Ada beberapa kista yang dapat menjadi ganas,
dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai
menopause1.

Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan


penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Insidensi keganasan
ovarium memiliki variasi yang luas rerata tertinggi terdapat di Negara
Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika, insidensi keganasan
ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988
sampai 19913,4.

Penatalaksanaan kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut. Jadi


tidak semua kista ovarium ditatalaksanai melalui pembedahan, apalagi ternyata
kista tersebut dapat resolusi spontan. Namun, sebagian besar memerlukan

1
pembedahan untuk mengangkat kista tersebut. Penanganannya melibatkan
keputusan yang sukar dan dapat mempengaruhi status hormonal dan fertilitas
seorang wanita.1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Ovarium


Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri dengan
mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan.
Ovarium berukuran sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira- kira 4
cm, lebar dan tebal kira- kira 1,5 cm.5
Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat
ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk
ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya ke atas dan belakang,
sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung yang dekat dengan
tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat dengan uterus, dan tidak
jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum. Ujung ovarium yang
lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium
tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan yang ada di
ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal dari
gubernakulum.5
Struktur ovarium terdiri atas :
1. Korteks ovarium ; terletak di sebelah luar yang diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta
folikel- folikel primordial
2. Medulla ; terletak di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma
dengan pembuluh- pembuluh darah, serabut – serabut saraf dan sedikit
otot polos.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap
bulan satu folikel akan keluar, kadang- kadang dua folikel yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graff. Folikel – folikel ini merupakan
bagian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak
yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat- tingkat perkembangan dari satu sel
telur dikelilingi oleh satu lapisan sel- sel saja sampai menjadi folikel de Graff

3
yang matang terisi dengan likour folikulli, mengandung estrogen dan siap untuk
berovulasi.5,6. Folikel de Graff yang matang terdiri atas :
1. Ovum ; yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus
pula
2. Stratum granulosum yang terdiri atas sel- sel granulisa, yakni sel- sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likour
folikuli
3. Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan
sel- sel yang lebih kecil daripada sel granulosa
4. Teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak
Pada ovulasi, folikel yang matang dan yang mendekati permukaan
ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel- sel granulosa yang
melekat pada ovum yang membentuk korona radiata bersama- sama ovum ikut
dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua tahap
sebagai persiapan untuk dapat dibuahi. 5,6
Setelah ovulasi, sel- sel stratum granulosum di ovarium mulai
berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likour folikuli.
Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh- pembuluh darah kecil yang ada di
situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel diberi
nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di dalam sel-
selnya timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus luteum. Sel-
selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat
diantaranya. 5,6
Di tengah- tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada
pembuahan ovum, sel- sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan
menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat
laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi, korpus luteum tetap ada,
malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2,5 cm pada
kehamilan 4 bulan. 5,6

4
Gambar 1. Anatomi ovarium

2.2. Definisi Tumor Ovarium


Secara harfiah, Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul
dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan
setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya.
Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama dengan tumor. Keganasan
merujuk kepada segala penyakit yang ditandai hiperplasia sel ganas.

Tumor ovarium adalah sebuah proses penumbuhan jaringan baru yang


berasal dari ovarium baik yang bersifat jinak maupun ganas. Beberapa literatur
menggolongkan kista sebagai tumor namun beberapa literatur lain memisahkan
antara tumor dengan kista. Perlu diketahui bahwa definisi kista adalah suatu jenis
tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan.Karena secara definisi tumor
adalah jaringan, oleh karena itu beberapa literatur membedakan antara kista
dengan tumor ovarium.

5
Gambar 2 : Ilustrasi Tumor Ovarium

2.3. Epidemiologi
Berdasarkan data penilitian di Amerika Serikat, umumnya kista ovarium
ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal maupun
transvaginal dan transrektal.Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang sudah
postmenopause.Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista jinak, dan
10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan.

Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif
jarang pada wanita postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur
yang spesifik mengenai usia terjadinya kista ovarium.5

2.4. Sifat Kista


2.4.1 Kista Fisiologis
Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya
berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran
dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan
dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi,
karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati
apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang bersifat
fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena masih mengalami
menstruasi. Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid.
Beberapa jenis kista fisiologis diantaranya adalah kista korpus luteal, kista
folikular, kista teka-lutein.4

6
2.4.2 Kista Patologis
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.Kanker
ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi.
Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa
gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga
60-70% pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent
killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.1

Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang
tidak disadari penderita.Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti
penyakit umumnya.Itu sebabnya diagnosa agak sulit dilakukan.Gejala gejala
seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak
enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah
demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses
laparoskopi.1,2

Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium.Jenis ini ada yang bersifat
jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak
menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas.Tetapi sampai saat
ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut. Kista ganas
yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal dan tidak
teratur.Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal
memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas.1,2,3

2.5 Klasifikasi Kista


Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor jinak
dibagi dalam tumor kistik dan solid

1. Tumor Non Neoplastik


a. Tumor akibat radang
i. Abses ovarial
ii. Abses tubo-ovarial

7
iii. Kista tubo-ovarial
b. Tumor lain
i. Kista folikel
ii. Kista korpus lutein
iii. Kista teka-lutein
iv. Kista inklusi germinal
v. Kista endometrium
2. Tumor Neoplastik Jinak
a. Kistik
i. Kistoma ovarii simpleks
ii. Kistadenoma ovarii musinosum
iii. Kistadenoma ovarii serosum
iv. Kista endometroid
v. Kista dermoid
b. Solid
i. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma,
limfangioma
ii. Tumor Brenner
iii. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma).1

2.6 Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan
pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri.
Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus
menstruasi.1
Faktor resiko terjadinya kista ovarium.4
a. Riwayat kista ovarium sebelumnya
b. Siklus menstruasi yang tidak teratur
c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
d. Menstruasi dini
e. Tingkat kesuburan
f. Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
g. Terapi tamosifen pada kanker mamma
Sedangkan pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui,
diduga akibat abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis
kanker yang tercetus oleh radikal bebas atau bahan bahan karsinogenik.

2.7 Patofisiologi

8
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5-2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan
pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum
mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.1,6
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.1,2
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi
gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada
neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan
diabetes, hcg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein.
Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG.1,2
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang
serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis
ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari
germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan

9
mesodermal.Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium
ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-
folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam
sonogram.1,2
2.8 Tanda dan Gejala
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan
gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan
tidak spesifik.4,6

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:


a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.

c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang


menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.

d. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut:


a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga
perut
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.4
2.9 Diagnosis
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
fisik.Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui
pemeriksaan fisik.Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang

10
untuk mendiagnosis kista ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan
adalah :
1. Ultrasonografi (USG)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi
kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista
berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.5,6
Dari gambaran USG dapat terlihat:
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat
(kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding
yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan
echo yang lebih putih dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau
multilokuler (bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-
halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-
elemen darah di dalam kista.

Gambar 11 : Gambaran Kista pada USG

2. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis
apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas.Berikut pemeriksaan
yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.
 Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini digunakan untuk
screening awal apakah wanita tersebut hamil atau tidak.
Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan kehamilan
ektopik.

11
 Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah penyakit
keganasan, dapat diperkirakan melalui LED. Parameter lain
seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu pemeriksa menilai
keadaan pasien.
 Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari apakah ada

kemungkinan lain, baik batu saluran kemih, atau infeksi dan


untuk menyingkirkan diagnosis banding.
 Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker spesifik pada
keganasan ovarium adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa,
namun CEA kurang spesifik karena marker ini juga mewakili
keganasan kolorektal, uterus dan ovarium.
3. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari
tumor ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan
proses operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah
mikroskop.6
2.10 Penatalaksanaan

1. Observasi dan Manajemen Gejala

Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)


selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya
setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas.
Apabila terdapat nyeri, maka dapat diberikan obat-obatan simptomatik seperti
penghilang nyeri NSAID1,2,4

2. Operasi

Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni


dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi.
Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengalami
penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu
bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi
setelah dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui operasi. Biasanya

12
untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari ke-3 atau ke-4, sedangkan
untuk laparotomi diperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau ke-9.1,2,4
Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalui screening USG
umumnya dilakukan apabila besar tumor melebihi 5cm baik dengan gejala
maupun tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi
anatomi untuk memastikan keganasan sel dari tumor tersebut.1,2,4,6

2.11 Torsi Kista Ovarium


Pada kasus torsi, umumnya ovarium dan tuba falopii berputar
mengelilingi ligamen latum sebagai sebuah unit tunggal. Namun terkadang,
hanya ovarium yang berputar mengeliling mesovarium ataupun tuba falopi
mengeliling mesosalfing. Torsio bisa terjadi pada jaringan adneksa normal,
namun dalam 50-80% kasus ditemukan massa ovarium unilateral. Singkatnya,
torsio kista ovarium merupakan kondisi terputarnya ligamen yang menyokong
dan memvaskularisasi ovarium atau tuba falopi atau keduanya.10
Insiden torsi adneksa paling sering terjadi pada usia reproduksi.
Hibbard et al (1985) menemukan bahwa 70% kasus torsi terjadi pada wanita
usia 20-39 tahun. Sebagian kasus torsio juga terjadi pada masa kehamilan dan
kasus ini merupakan 20-25% dari seluruh kasus torsio.10
Massa adneksa dengan mobilitas yang meningkat memiliki risiko
terjadinya torsio lebih tinggi. Ligamentum uteroovarian membuat sel
mesovarium terlalu banyak atau tuba falopi dan dapat meningkatkan risiko
meskipun pada adneksa normal. Begitu pula, pembesaran patologis ovarium
dengan diameter >6 cm biasanya akan membuatnya naik dari rongga pelvis.
Tanpa gangguan ini, risiko mobilitas dan torsi meningkat. Dengan demikian,
tingkat tertinggi dari torsio massa adneksa ialah berukuran 8-10 cm. Torsi
adneksa lebih sering melibatkan adneksa kanan, kemungkinan pertama karena
ligamentum uteroovari lebih panjang dan kedua karena mobilitas dari ovarium
kiri terbatas dikarenakan adanya kolon sigmoid.9,10
Ada dua poin kunci yang membantu dalam mempertahankan awal dari
aliran darah ke struktur adneksa yang terlibat meskipun terpluntir pada pedikel
vaskularnya. Pertama, adneksa mendapatkan suplai darah dari masing-masing

13
cabang dari pembuluh darah uterus dan ovarium. Selama terjadi torsi, salah
satunya, tapi tidak yang lain mungkin terlibat. Kedua, meski vena adneksa
yang bertekanan rendah terkompresi oleh pedikel yang terpluntir, arteri
bertekanan tinggi dapat menahan kompresi tersebut. Hasilnya aliran darah
tetap mengalir tetapi tersumbat, adneksa menjadi kongesti dan edem tetapi
tidak infark. Karena hal tersebut, penanganan awal pada kasus torsi dapat
dilakukan secara konservatif pada saat sebelum operasi. Namun demikian,
stroma yang terus menerus edem, arteri pun terkompresi yang menyebabkan
infark dan nekrosis yang membutuhkan adneksatomi. Torsi adneksa dapat
membesar dan menimbulkan perdarahan.10

Tabel 1. Faktor risiko yang berhubungan dengan torsi ovarium.9


1 Faktor Ovarium Polikistik ovarium
Stimulasi ovarium
Kista folikular
Kista dermoid
Endometrioma
Kista adenoma serosa/musin
2 Faktor Tuba Falopi Ligasi tuba
Kista paratuba
3 Lain-Lain Kehamilan
Operasi abdomen sebelumnya

14
Gambar 3. Foto intraoperatif dari torsio adneksa. A. Terpluntirnya
ligamentum infudibulopelvikum mengakibatkan strangulasi pembuluh
darah ovarium. B. Sianotik

ovarium dan tuba falopi.10

Gambar 4. Torsi adneksa kanan dengan tiga setengah


putaran.9

15
1. Anamnesis
Pada umumnya, perempuan yang mengalami torsi kista ovarium
akan datang dengan keluhan utama nyeri akut abdomen. Oleh karena itu,
keterangan-keterangan mengenai karakteristik nyeri (lokasi, onset,
migrasi, radiasi, kualitas, tingkat keparahan, serta faktor yang
memperberat atau memperingan nyeri) harus dapat digali melalui proses
anamnesis.11,12,13
Pasien torsio kista ovarium biasanya merasakan nyeri yang tajam
di daerah abdomen bagian bawah. Nyeri tersebut terlokalisir pada lokasi
ovarium yang mengalami gangguan dan terkadang dapat menjalar ke
daerah pinggang dan paha (nyeri referal/referred pain).3 Hal ini
disebabkan karena serabut saraf viseral dari ovarium memasuki tulang
belakang di tingkatan yang sama dengan serabut saraf somatik yang
mempersarafi daerah pinggang dan paha, yaitu setingkat T9-T10.11,12,13
Onset nyeri terjadi mendadak dan mengalami perburukan secara
intermitten dalam beberapa jam. Onset nyeri biasanya muncul pada saat
pasien mengangkat beban berat, melakukan latihan fisik, maupun ketika
berhubungan intim.Nyeri yang ditimbulkan cukup berat sehingga
terkadang digambarkan sebagai nyeri yang dapat membangunkan pasien
dari tidurnya. Nyeri dengan tingkat keparahan seperti ini biasanya
berhubungan dengan kasus torsio yang telah mengalami iskemia.10,11
Suatu torsio yang menyebabkan obstruksi tuba falopii juga dapat
menghasilkan nyeri kolik. Nyeri kolik pada dasarnya adalah suatu nyeri
viseral dan berhubungan dengan peregangan organ berongga (hollow
organ) dalam rongga abdomen. Nyeri kolik ini menghadirkan suatu
gambaran awitan nyeri yang timbul secara bergelombang.11
Selain nyeri, keluhan penyerta yang sering didapatkan pada pasien
torsio kista ovarium adalah gejala-gejala refleks autonom seperti mual dan
muntah. Di samping itu, kadang terdapat keluhan demam yang tidak
begitu tinggi yang menandakan sudah terjadinya proses nekrosis.10,11
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik kasus torsio, dari status generalis dapat
ditemukan tanda-tanda demam jika sudah terjadi proses nekrosis.

16
Selain itu, bila nyeri yang ditimbulkan sangat hebat, dapat timbul syok
neurogenik yang bisa terlihat dari perubahan tanda-tanda vital, seperti
takikardia dan hipotensi. 10
Pada pemeriksaan status lokalis, dari pemeriksaan abdomen
akan ditemukan abdomen terasa sangat lembut, khususnya di daerah
kista ovarium. Tanda paling penting adalah ditemukannya massa intra
abdomen. Namun, pemeriksaan di daerah ini harus dilakukan dengan
lembut dan hati-hati agar kenyamanan pasien dapat terjaga. Jika kista
ovarium telah menyebabkan peradangan peritonuem, terkadang bisa
ditemukan tanda-tanda rangsang peritoneal, seperti nyeri tekan dan
nyeri lepas.11,12
Pada pemeriksaan ginekologi, dari pemeriksaan panggul dan
pemeriksaan dalam vagina biasanya akan dapat ditemukan adanya
massa dan rasa nyeri di daerah ovarium yang mengalami torsio.
Namun demikian, menurut beberapa hasil penelitian, pemeriksaan
panggul pada pasien dengan keluhan nyeri akut abdomen memiliki
tingkat spesifisitas dan sensitifitas yang rendah. Oleh karena itu, masih
dibutuhkan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosa
torsio kista ovarium dapat ditegakkan.11,12

3. USG
Pemeriksaan ultrasonografi juga memiliki peranan penting dalam
evaluasi pasien dengan persangkaan torsio. Namun demikian, tanda yang
ditemukan pada pemeriksaan sonografi dapat sangat bervariasi tergantung
pada derajat gangguan vaskuler, karakterisitik massa, serta ada atau
tidaknya perdarahan adneksa. Pada pemeriksaan sonografi, suatu kasus
torsio dapat menyerupai gambaran kehamilan ektopik, abses tubo-
ovarium, kista ovarium hemoragik, dan endometrioma. Menurut
kepustakaan, tingkat keakuratan dignosa dengan pemeriksaan sonografi
sekitar 50-75 persen.10,14
Beberapa gambaran spesifik kasus torsio ovarium yang dapat
ditemukan pada pemeriksaan adalah ditemukannya gambaran folikel

17
multipel mengelilingi sebuah ovarium yang mengalami pembesaran
memiliki tingkat keakuratan diagnosa sampai 64%. Tanda ini
menggambarkan proses kongesti dan edema yang terjadi di ovarium.
Pedikulum yang terpelintir kemungkinan juga akan memberikan gambaran
berupa sebuah struktur bulat hiperekhoik dengan cincin hipoekhoik
multipel yang tersusun secara konsentrik ke bagian dalam.10,14

Gambar 5. Perkembangan ovarium.(A) Ovarium bayi baru lahir akan prominen dengan
makrosit (<9 mm) untuk stimulasi hormonal uterus. (B) Ovarium pada masa prepubertas
dengan ukuran yang akan meningkat setelah usia 6 tahun. (C) Setelah pubertas, terdapat
pembesaran stimulasi dengan berbagai gamabaran hormon selama menstruasi. 14

Gambar 6. Perempuan usia 14 tahun dengan keluhan nyeri panggul akut.


Transabdominal ultrasonografi dilakukan. (A) Didapatkan pembesaran adneksa kiri
heterogen ovarium kiri dengan folikel perifer (tanda panah). (B) Color Doppler ovarium
kiri didapatkan aliran darah menrun/ vaskularisasi minimal yang menandakan adanya

18
torsi ovarium. (C) Pada adneksa kanan, ovarium kanan (tanda bintang) normal ukuran
dan echogenisitasnya. 14

Gambar 7. Perempuan usia 11 tahun dengan torsi ovarium kiri, pada rumah sakit
sebelumnya telah dilakukan CECT abdomen dan pelvis. Pencitraan koronal menunjukkan
pembesaran ovarium kiri (tanda bintang) dengan multipel folikel perifer (tanda panah
putih). (B) Ovarium kiri (tanda bintang) pada garis tengah, posterior, superior, dan
mengarah ke kanan uterus (tanda panah terputus). Cairan mengisi tuba falopi (panah
berkurva) juga tampak sampai pembesaran ovarium kiri. CECT, contrast-enhanced
computed tomography.14

19
Gambar 8. Pasien yang sama dengan gambar 7 dengan ultrasound dari pelvis yang
dilanjutkan dengan transabdominal pelvic ultrasonografi. (A) Potongan transversal dan
(B) potongan longitudinal dari ovarium kiri yang membesar dan edema (tanda bintang)
dengan multipel folikel perifer (tanda panah putih). Pada pencitraan longitudinal
didapatkan tuba falopi kiri berdilatasi (tanda panah terputus) yang tampak pada inferior
ovarium. (C) Pemeriksaan Color Doppler menunjukkan ovarium kiri membesar tanpa
adanya vaskularisasi.14

Gambar 9. Seorang perempuan usia 11 tahun dengan nyeri panggul kanan akut ke torsi
ovarium kanan sekunder menjadi kista paratubal. (A) CT Scan abdomen dan pelvis
dilakukan karena kecurigaan terhadap apendisitis. Potongan koronal didapatkan massa
kista lobular (kepala panah) dari adneksa. Hal ini berhubungan dengan massa uterus
(tanda panah) dan vesika urinaria (tanda bintang). Apendiks normal (tidak tampak). (B)
Pada adneksa kanan didapatkan kista (tanda panah) dan massa solid (tanda kepala
panah). Ovarium kiri normal dan tervisualsiasi (tidak tampak).Foto intraoperatif
membuktikan kista paratubal kanan (tanda bintang) dengan tuba falopi dan fimbriae
yang nekrotik (tanda kepala panah) dan torsi ovarium kanan (tanda panah). 14

4. Pemeriksaan Penunjang Lainnya


Keluhan nyeri yang dialami oleh pasien pada kasus torsio kista
ovarium, khususnya pada kasus yang telah mengalami iskemia, memiliki
persamaan dengan keluhan yang terjadi pada kasus-kasus kehamilan
ektopik. Oleh karena itu, pada pasien yang datang dengan keluhan tersebut
dianjurkan untuk dilakukan tes kehamilan agar dugaan kehamilan ektopik

20
dapat disingkirkan.7 Pemeriksaan laboratorium lainnya ialah darah rutin,
urinalisa, kultur discharge dari serviks atau vagina (untuk menyingkirkan
diagnosis Pelvic Inflamatory Disease). Penanda serum Interleukin-6 (IL-6)
juga dihubungkan dengan kejadian torsi ovarium, kemudian penanda
tumor CA125, serum alpha-fetoprotein (AFP), carcinoembryonic antigen
(CEA) untuk mengetahui tumor mengarah keganasan atau tidak.10,12,15
Selain itu, pemeriksaan Transvaginal Color Doppler Sonography
(TV-CDS) bisa menambahkan informasi penting dalam evaluasi klinis
kasus torsio. Umumnya, melalui pemeriksaan ini akan dapat ditemukan
gangguan pada aliran darah normal adneksa. Pada sebagian besar kasus
tidak ditemukan gambaran aliran darah vena intraovarium. Seiring dengan
perjalanan kasus torsio, maka aliran darah arteri selanjutnya juga akan
mengalami penurunan. Namun demikian, meski memiliki angka
keakuratan yang tinggi bagi sebagian besar kasus, kasus torsio adneksa
inkomplit atau intermitten dapat memberikan gambaran masih adanya
aliran vena maupun arteri. Oleh karena itu, torsio tidak dapat disingkirkan
bila hanya berdasarkan gambaran normal dari pemeriksaan Doppler.10,11,12

Gambar 10. Transvaginal Color Doppler Sonography dari ovarium yang didalamnya
terdapat kista folikular. Dinding halus dan hipoechoic. 3

21
Pemeriksaan CT-Scan atau MRI kemungkinan juga dapat
membantu untuk kasus-kasus torsio inkomplit dan kronik serta pada
kasus-kasus yang memiliki presentasi klinis yang ambigu.11,12

5. Penatalaksanaan
Observasi
Pada perempan prepubertas dan usia reproduktif, kista ovarium yang sering
ditemukan ialah tipe kista ovarium fungsional dan akan mengecil perlahan-
lahan dalam waktu 6 bulan. Pada perempuan pasca menopaue dengan kista
ovarium sederhana hanya diobservasi apabila yang ditemukan:
1) Kista unilokular, berdinding tipis dengan sonografi
2) Diameter kista <5 cm,
3) Tidak ada pembesaran kista yang signifikan
4) Kadar serum CA125 normal.3 Setelah terdiagnosis torsi kista
ovarium dan keadaan umum baik segera rujuk pasien ke dokter
spesialis obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit terdekat.13,15

Pembedahan
Penanganan khusus pada perempuan hamil ialah:
• Pada torsi kista ovarium yang disertai nyeri perut dilakukan
laparotomi.
• Pada kista ovarium asimptomatik:
- Bila kista berukuran <5 cm: tidak perlu dioperasi
- Bila kista berukuran 5-10 cm: lakukan observasi, jika menetap
atau membesar lakukan laparotomi pada trimester kedua
kehamilan (sebaiknya dilakukan di antara usia 16-20 minggu)
- Bila kista berukuran >10 cm: dilakukan laparotomi pada
trimester kedua kehamilan
• Jika dicurigai keganasan, pasien dirujuk ke rumah sakit yang lebih
lengkap dan dilakukan pengangkatan tumor (tanpa menghiraukan
usia kehamilan). Bila pengangkatan terpaksa dilakukan sebelum
usia kehamilan 16 minggu, setelah pengangkatan diberikan

22
suntikan progestin sampai usia kehamilan melewati 16
minggu.7,8,11
Penanganan pada perempuan tidak hamil ialah:
• Baku emas penanganan torsi kista ovarium ialah laparoskopi
• Manajemen konservatif termasuk detorsi dengan atau tanpa
kistektomi merupakan alternatif
• Reseksi total tuba/ovari/keduanya dilakukan ketika jaringan telah
gangren atau curiga keganasan atau wanita yang telah cukup anak.
12,13,15

2.12 Prognosis

Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sudah dilakukan
operasi, angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%.
Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan
stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini
sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.1
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma
memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang
berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.1,6

23
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. NR
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Pendidikan: SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Indra Giri Permai, Loktabat Utara, Banjarbaru
MRS : 11 Oktober 2018

II. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan Utama: Keluar darah
Pasien merupakan rujukan dari praktek dokter kandungan dengan
G4P1A2 H 11minggu+Abortus Insipien+BSC 8 tahun yg lalu. Pasien
mengeluhkan keluar darah sejak sore, darah berwarna merah segar, disertai
mules-mules dan nyeri perut. Tidak ada keluhan mual muntah, demam, dan
gangguan makan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Keluhan serupa disangkal.
- Penyakit benjolan pada payudara disangkal
- Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, ataupun
asma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat anggota memiliki keluhan serupa disangkal. Riwayat anggota
keluarga memiliki penyakit keganasan disangkal.
Riwayat menstruasi :

- Menarche : 13 tahun
- Siklus menstruasi : teratur, 1 bulan sekali.
- Banyaknya : 5 kali ganti pembalut sehari, sebelum muncul keluhan pasien
mengaku 2 kali ganti pembalut.
- Lamanya : 7 hari
- Nyeri saat menstruasi : (-)
- Pernah Keluar darah diluar siklus haid : (-).
Riwayat Kontrasepsi :

24
- Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
Riwayat Perkawinan
- Pasien telah menikah selama ± 16 tahun, dan ini merupakan pernikahan
pertamanya.

Riwayat Obstetri :
- Pasien mengaku tidak pernah hamil.
-
STATUS GENERALIS
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran/GCS : Compos Mentis/E4V5M6
c. Tanda vital
- Tekanan darah : 120/90 mmHg
- Frekuensi nadi : 90 x/menit
- Frekuensi napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,7oC
d. Kepala/leher : konjungtiva anemis -/-; ikterik -/-
e. Thorax
- Inspeksi: retraksi (-)
- Palpasi: pergerakan dinding dada simetris
- Perkusi: sonor +/+, batas jantung dbn
- Auskultasi: C S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-); P
vesikuler +/+ wheezing -/-, rhonki -/-.
f. Abdomen: soefl, massa (+) regio hipogastric, konsistensi kenyal, batas
tegas, mobile, nyeri tekan massa (+), Bising usus (+), nyeri tekan (-),
H/L/R tidak teraba

g. Ekstremitas: hangat (+/+)/(+/+) ; edema (-/-)/(-/-)

I. STATUS GINEKOLOGI
1. Abdomen :
- Inspeksi : tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-) tidak
terlihat massa
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi: timpani diseluruh lapang abdomen, diatas tumor pekak
- Palpasi : defans muskular (-), undulasi tes (-), shifting dullnes (-).
TFU 3 jari di bawah pusat, nyeri tekan (+), konsistensi kenyal.

2. Genital Eksterna :
Inspeksi : perdarahan pervaginam (-), tanda peradangan (-)

25
Pemeriksaan Dalam (VT) :

Pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan dalam

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan Umum: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran: Compos mentis
Tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 94 x/menit reguler dan kuat angkat
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 36.9 ºC
Kulit: Sawo matang
Kepala dan Leher
Kepala: Anemis (-), Sklera ikterik (-), konjungtiva ods hiperemis, visus OD
5/60 OS 5/60
Leher: JVP tidak meningkat, pembesaran KGB (-/-), pembesaran tiroid (-/-)
Toraks:
Paru: I = Gerak nafas simetris, tidak terdapat retraksi
P = Fremitus raba simetris
P = sonor/sonor
A = suara nafas vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (- /-)
Jantung: I = ictus cordis tidak tampak
P = Thrill tidak teraba
P = Batas kiri: ICS IV LMK Sinistra
Batas kanan: ICS IV LPS Dextra
Batas atas: ICS II LPS Dextra
A = S1 & S2 reguler tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :I = Datar
A = BU (+) normal

26
P = Timpani
P = Supel, H/L/M ≠ teraba, nyeri tekan (-)
Flank : Nyeri tekan (-/-), Nyeri ketok CVA (-/-)
Ekstremitas: Akral hangat, edem ekstremitas bawah(+), parese (-), CRT < 2
detik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium 12 Oktober 2018

Laboratorium Hasil Nilai Rujukan

Hb 13,4 12 – 18 mg/dl
Ht 40,8 36 – 55 %
Trombosit 191.000 100.000 – 400.000/mm3
Leukosit 10.400 4000 – 10.000/mm3

Urin Lengkap 12 Oktober 2018

Laboratorium Hasil Nilai Rujukan

MAKROSKOPIS

Warna Kuning Tua Tidak berwarna kuning muda


Kejernihan Jernih Jernih
BJ 1025 Do3 – 1.00
ph 6.0 5.0 - 7.0

Protein - Negatif

Urobinitrogen + Negatif

Keton ++ Negatif

Nitrit - Negatif

27
Blood +Hemolisys Negatif

Lleukosyt enterase - Negatif

MAKROSKOPIS
SEDIMEN

Epitel -Squarnou 0-1 0-2 / lPK


- Transisional - 0-2 / lPB
- Renalis - 0-2 / IPB
Leukosit 3-4 0-2 / IPB
Eritrosit 4-5 0-2
Silinder/CAST -
Kristal -
Jamur/Pseudohypa -
Bakteri -
Spermatozoa -

USG

28
V. DIAGNOSIS KERJA:
G4P1A2 H11mgg + Torsi Kista Ovarium + BSC 8 tahun yang lalu

VI. PENATALAKSANAAN
a. IVFD RL 8 tpm
b. Inj. Cefotaxim 2x1gr
c. Utrogestan 2x200mg
d. Pro Laparatomi

Follow up:

Tgl S O A P

29
11/10/1 Nyeri perut(+) E4M6V5 G4P1A2 H11mgg IVFD RL 20 tpm
8
Perdarahan(-) TD : 120/90 mmHg Kista Ovarium Inj. Amoxicilin 1gr/12jam

Suhu : 36,5°C P.O Utrogestan 2x200mg

N : 90 x/m

RR : 24 x/m

12/10/1 Nyeri perut(+) E4M6V5 G4P1A2 H11mgg IVFD RL 8 tpm


8
Perdarahan(-) TD : 150/90 mmHg Kista Ovarium Inj. Amoxicilin 1gr/12jam

Suhu : 36,5°C P.O Utrogestan 2x200mg

N : 90 x/m Pro Laparatomi

RR : 24 x/m

13/7/18 Nyeri perut(+) E4M6V5 G4P1A2 H11mgg IVFD RL 20 tpm

Nyeri luka TD : 140/90 mmHg Post Laparatomy Drip Tramadol 50mg/kolf


operasi (+) a/i Torsi Kista
Suhu : 36,5°C Ovarium Inj. Amoxicilin 1gr/12jam

N : 90 x/m Inj. Ketorolac 30mg/8jam

RR : 24 x/m Inj. Ranitidin 50mg/12jam

P.O Utrogestan 2x200mg

30
14/7/18 Nyeri perut (+) E4M6V5 G4P1A2 H11mgg IVFD RL 20 tpm

Nyeri luka TD : 140/90 mmHg Post Laparatomy Drip Tramadol 50mg/kolf


operasi (+) a/i Torsi Kista
Suhu : 36,5°C Ovarium Inj. Amoxicilin 1gr/12jam

N : 90 x/m Inj. Ketorolac 30mg/8jam

RR : 24 x/m Inj. Ranitidin 50mg/12jam

P.O Utrogestan 2x200mg

15/7/18 Nyeri perut (+) E4M6V5 G4P1A2 H11mgg IVFD RL 20 tpm

Nyeri luka TD : 130/90 mmHg Post Laparatomy Drip Tramadol 50mg/kolf


operasi (+) a/i Torsi Kista
Suhu : 36,5°C Ovarium Inj. Amoxicilin 1gr/12jam

N : 90 x/m Inj. Ketorolac 30mg/8jam

RR : 24 x/m Inj. Ranitidin 50mg/12jam

P.O Utrogestan 2x200mg

Pasien boleh pulang

BAB IV

31
PEMBAHASAN

Kista ovarium adalah kantong berisi material cair atau semi cair yang
berasal dari ovarium. Kista ini dapat berkembang di berbagai usia, dari masa
neonates sampai post menopause. Kebanyakan kista ovarium muncul selama bayi
dan remaja, dimana periode aktif hormone terjadi.

Pada pasien ini, dari anamnesis diperoleh gejala nyeri perut yang cukup
hebat dan mules-mules sampai mengganggu aktivitas pasien. Pendekatan
diagnosis untuk massa intraabdomen harus melibatkan lebih dari satu sistem
tubuh yaitu sistema urogenitalia dan sistema digestivus. Pada pasien, ditemukan
gejala berupa perdarahan pervaginam, nyeri perut yang mengganggu, dan mules-
mules

Pada kista yang terpuntir, sering dikeluhkan nyeri hebat karena terjadinya
torsi yang menyebabkan terjadinya iskemik. Rasa sakit yang berlebihan juga bias
menyebabkan keluhan berupa mual-muntah dan mules-mules.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibuat


beberapa diferensial diagnosis yaitu tumor-tumor abdomen yang termasuk system
digestivus maupun system urinarius. Tumor yang biasanya terletak di bagian
bawah rongga perut seperti mioma subserosum dan mioma intraligamenter, serta
tumor-tumor bukan dari ovarium yang tertelak di daerah pelvis antara lain ginjal
ektopik, limpa bertangkai dan tumor dari kolon sigmoideum. Namun pemeriksaan
ini belum dapat menegakkan diagnosis pasti tumor ovarium, karena harus
menyingirkan diferensial diagnosis dari kista ovarium sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus ini
adalah pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang menunjukkan kesan kista
ovarium.

Untuk menemukan asal dari tumor pada pasien ini, selain dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan USG. Pada pemeriksaan USG, ditemukan massa hipoecoic ukuran

32
7x7x5 dengan adanya torsi 1x. Maka diagnosis kerja pada pasien ini adalah Torsi
kista ovarium.
Saat ditemukan adanya massa kistik di ovarium ditambah dengan adanya
torsi pada kista tersebut, oleh sebab itu perlu dilakukan tindakan laparatomi
segera. Setelah dilakukan tindakan laparatomi, didapatkan kista ovarium dengan
torsi sebanyak 1x, kemudian dilakukan salpingo-oophorectomy.

Penatalaksanaan kista ovarium terdiri dari tindakan operatif dan non


operati. Penatalaksanaan kista pada kasus ini adalah tindakan operatif, Hal ini
sesuai dengan indikasi yang ditemukan pada kasus. Indikasi tindakan operatif
pada kista uteri yaitu:
Penanganan khusus pada perempuan hamil ialah:
• Pada torsi kista ovarium yang disertai nyeri perut dilakukan
laparotomi.
• Pada kista ovarium asimptomatik:
- Bila kista berukuran <5 cm: tidak perlu dioperasi
- Bila kista berukuran 5-10 cm: lakukan observasi, jika menetap atau
membesar lakukan laparotomi pada trimester kedua kehamilan
(sebaiknya dilakukan di antara usia 16-20 minggu)
- Bila kista berukuran >10 cm: dilakukan laparotomi pada trimester
kedua kehamilan
• Jika dicurigai keganasan, pasien dirujuk ke rumah sakit yang lebih
lengkap dan dilakukan pengangkatan tumor (tanpa menghiraukan usia
kehamilan). Bila pengangkatan terpaksa dilakukan sebelum usia
kehamilan 16 minggu, setelah pengangkatan diberikan suntikan
progestin sampai usia kehamilan melewati 16 minggu.7,8,11
Penanganan pada perempuan tidak hamil ialah:
• Baku emas penanganan torsi kista ovarium ialah laparoskopi
• Manajemen konservatif termasuk detorsi dengan atau tanpa kistektomi
merupakan alternatif

33
• Reseksi total tuba/ovari/keduanya dilakukan ketika jaringan telah
gangren atau curiga keganasan atau wanita yang telah cukup anak. 7,8,11

34
BAB V
PENUTUP

Telah dilaporkan pasien atas nama Ny. NR, 36 tahun. Keluhan keluar
darah sejak sore, darah berwarna merah segar, disertai mules-mules dan nyeri
perut. Tidak ada keluhan mual muntah, demam, dan gangguan makan.
Sebelumnya pasien kontrol ke dokter spesialis kandungan, dan disarankan untuk
menjalani perawatan di rumah sakit.
Adapun terapi yang diberikan sudah sesuai dengan literature yang ada.
Tetapi butuhnya evaluasi lanjutan seperti anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang tepat dan benar sehingga pasien tidak mengalami
perburukan keadaan.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin


A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.1999: 13-
14
2. Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, l 1027; Jakarta,
1998

3. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta:


Media Aesculapius. 2000.
4. Medscape Reference, Ovarium Anatomy, Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#aw2aab6b3,
Last Update October 3, 2013. Accessed on April 23, 2014.
5. Medscape Reference, Ovarian Cyst
http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview#a0101, Last
Update August 19, 2013. Accessed on April 23, 2014.
6. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic
Oncology Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills..2008
7. Jim Baum. Ovarian Pathology. Illustrated Review of obgyn sonography.
Tersedia dalam http://prosono.ieasysite.com/2.2_gyn_pathology_ovary.pdf
8. Giede. Ovarian cyst in Post-menopausal Women: when to worry. Tersedia
dalam http://www.stacommunications.com/journals/cme/2007/12-
December%202007/021-Case%20In-Ovarian%20Cysts.pdf
9. Jain, N., et al. 2016. Adnexal torsion-symptoms, diagnosis and
management: a review of literature. India: International Journal of
Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology
10. Hoffman, BL. 2016. Pelvic Mass. In: Schorge, JO et al (Editors). Williams
Gynecology. Section 1. Chapter 9. New York: The McGraw-Hill
Companies.

11. Growdon, WB & Laufer, MR. 2011. “Ovarian and fallopian tube torsion”.
Dapat diakses di
http://cursoenarm.net/UPTODATE/contents/mobipreview.htm?
15/27/15793?view=pr int

36
12. Schaider, JJ., et al. 2015. Rosen & Barkin’s 5-Minte Emergency Medicine
Consult 5th Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
13. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
14. Naffaa, L, et al. 2017. Imaging of Acute Pelvic Pain in Girls: Ovarian
Torsion and Beyond. Current Problems in Diagnostic Radiology. Elsevier.
15. Organization of women’s health care. 2016. Practice Bulletin Number 174:
Evaluation and Management of Adnexal Masses. The American College of
Obstetricians and Gynecologists.

37

Anda mungkin juga menyukai