Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

KISTA OVARIUM

Pembimbing :

dr. Deflina, Sp. OG

Oleh :

Yayan Samayang Putra Latuconsina

2018790126

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM SEKARWANGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada
kesempatan ini, penulis menyajikan hasil laporan kasus dengan judul Mola
Hidatidosa. Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinikFakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan pula terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Deflina, Sp. OG atas kesediaan beliau sebagai
pembimbing dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna, baik
dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan laporan ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik
secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini
dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya untuk
dunia kesehatan.

Sekarwangi, Agustus 2019

Penulis

Yayan Latuconsina
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ovarium mempunyai tugas penting terhadap reproduksi. Fungsi ovarium


adalah sebagai penghasil hormon dan penghasil sel telur. Gangguan pada ovarium
tentu dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan, dan
pematangan sel telur. Gangguan tersebut dapat berupa kista ovarium, sindrom
ovarium polikistik, dan kanker ovarium.

Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh


dibagian tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan
atau materi semisolid yang tumbuh dalam ovarium.1

Penemuan kista ovarium pada seorang wanita akan sangat ditakuti oleh
karena adanya kecenderungan menjadi ganas, tetapi kebanyakan kista ovarium
memiliki sifat yang jinak (80-84%).

Pada wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) resiko


pertumbuhan menjadi ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat dikontrol
dengan USG pelvic. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya
karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause.2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ovarium

Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, dengan
penggantung mesovarium di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan.
Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-
kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.1

Hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya


pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir
bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan belakang ,
sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung yang dekat dengan
tuba terletak lebih tinggi dari pada ujung yang dekat pada uterus, dan tidak jarang
diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.1,4

Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan


ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu
dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum
berasal dari gubernakulum1,2,4

2.2 Definisi
Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum
diketahui. Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi
cairan. Pada wanita organ yang paling sering terjadi adalah kista ovarium.1

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,


folikel de graff atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan dari epithelium ovarium (Dorland,2002).

2.3 Sifat kista

1. Kista Fisiologis

Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya


berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran
dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan
dalam 3 bulan akan hilang. Jadi, kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi,
karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati
apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak.1,4

Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi
karena masih mengalami menstruasi. Biasanya kista fisiologis tidak
menimbulkan nyeri pada saat haid.4

2. Kista Patologis (Kanker Ovarium)


Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi.
Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa
gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga
60-70% pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai
silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan
pasti.1

Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang
tidak disadari penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti
penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa agak sulit dilakukan. Gejala gejala
seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak
enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah
demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses
laparoskopi.1,2

Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat
jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak
menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas. Tetapi sampai saat
ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut.1,2

Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding
sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan,
kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat
bersifat ganas. 1

2.4 Jenis kista

Tumor jinak jaringan ovarium

Tumor kisitk ovarium

 Kista folikel

Merupakan kista yang paling sering ditemukan di ovarium dan biasanya


berukuran sedikit lebih besar(3 - 8 cm) dari folikel praovulasi. Kista ini terjadi
karena kegagalan proses ovulasi dan kemudian cairan intrafolikel tidak
diabsoppsi kembali. Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat
terjadi secara artifisial dimana gonadotropin diberikan secara berlebihan untuk
menginduksi ovulasi. Kista ini tidak menimbulkan gejala yang speisifik.
Jarang terjadi torsi, ruptur, atau pperdarahan. Ada yang menghubungkan kista
folikel dengan gangguan menstruasi (perpanjangan interval antara menstruasi
dna pemendekan siklus) kista folikel yang besar dapat dihubungkan dengan
nyeri pelvik, dispareunia, dan kadang kadang perdarahan abnormal uterus.

- Gambaran Klinik
Penemuan kista folikel umumnya dilakukan melalui pemeriksaan USG
transvagin atau pencitraan MRI. Diagnosis banding kista folikel adalah
salfingitis, endometrios kista lutein, dan kista neoplastik lainnya. Sebagian
kista dapat mengalami obliterai dalam 60 hari tanpa pengobatan. Pil
kontrasepsi dapat digunakan untuk mengatur siklus dan atresi kista folikel.

- Terapi
Tata laksana kista folikel dapat dilakukan dengan melakukan pungsi langsung
pada dinding kista menggunakan peralatan laparoskopi, Pastikan dulu bahwa kista
yang akan dilakukan pungsi adalah kista folikel karena bila terjadi kesalahan
identifikasi dan kemudian kista tersebut tergolong neoplastik ganas, maka cairan
tumor invasif akan menyebar di dalam rongga peritoneum.

 Kista Korpus Luteum


Kista lutcum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum atau perdarahan
yang mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi. (Gambar 13-42 dan Gambar
13-43) Ter- dapat 2 jenis kista lutein, yaitu kista granulosa dan kista teka,

1. Kista Granulosa
Kista granulosa merupakan pembesaran non-neoplastik ovarium. Setelah ovulasi,
dinding sel granulosa mengalami luteinisasi. Pada tahap terbentuknya
vaskularisasi baru, darah terkumpul di tengah rongga membentuk korpus
hemoragikum.
Resorbsi darah di ruangan ini menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum.
Kista lutein yang persisten dapat menimbulkan nyeri lokal dan tegang dinding
perut yang juga disertai amenorea atau menstruasi terlambat yang menyerupai
gambaran kehamilan ektopik. Kista lutein juga dapat menyebabkan torsi ovarium
sehingga menimbulkan ayeri hebat atau perdarahan intraperitoneal yang
membutuhkan tindakan pembedahan segera untuk menyelamatkan penderita.

2. Kista Teka
Kista jenis ini tidak pernah mencapai ukuran yang besar (Gambar 13-44 dan
Gambar 13-45). Umumnya bilateral dan berisi cairan jernih kekuningan. Kista
teka seringkali dijumpai bersamaan dengan ovarium polikistik, mola hidatidosa,
korio karsinoma, terapi hCG. dan klomifen sitrat.
Tidak banyak keluhan yang ditimbulkan oleh kista ini. Pada umumnya tidak
dupertukan tindakan bedah untuk menangani kista ini karena kista dapat
menghilang secara spontan setelah evakuasi mola, terapi korio karsinoma, dan
penghentian stimulasi Ovulasi dengan klomifen. Walaupun demikian, apabila
terjadi ruptur kista dan terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum maka
diperlukan tindakan laparotomi segera unruk menvelamatkan penderita.

 Ovarium Polikistik (Stein-Leventhal Syndrome) .


- Gambaran Umum
Penyakit ovarium polikistik ditandai dengan pertumbuhan polikistik ovarium
kedua ovarium, amenorea sekunder atau oligomenorea, dan infertilitas. Sekitar
50% patien mengalami hirsutisme dan obesitas, Gangguan ini terjadi pada
perempuan berusia 15 30 tahun. Banyak kasus infertilitas terkait dengan sindroma
ini. Tampaknya hal ini berhubungan dengan disfungsi hipotalamus.

- Gambaran Klinik
Walaupun mengalarni pembesaran ovarium juga mengalami proses sklerotika
yang menyebabkan permukaannya berwarna putih tanpa identasi seperti mutiara
sehingea disebut sebagai ovarium kerang (Gambar 13-46). Ditemukan banyak
folikel berisi cairan di bawah dinding fibrosa korteks yang mengalami penebalan.
Teka interna terlihat kekuningan karena mengalami luteinisasi, sebagian stroma
juga mengalami hal yg sama.

Diagnosis penyakit ini dibuat berdasarkan anamnesis yang mengarah pada


beberapa gejala di atas dan pemeriksaan fisik terarah. Riwayat menarke dan haid
yang normal kemudian berubah menjadi episode amenorea yang semakin lama.
Pembesaran ova- rium dapat dipalpasi pada sekitar 50%. Terjadi peningkatan 17-
ketosteroid dan LH tetapi tidak ditemukan fase lonjakan FH (LH sarge) yang
akan menjelaskan mengapa tidak terjadi ekskresi estrogen, FSH, dan ACTH
masih dalam batas normal. Peme niksaan yang dapat diandalkan adalah USG
(Gambar 13-47) dan laparoskopi FSH biasanya normal LH tinggi rasio LH >
FSH> 2. E tinggi/normal Prolaktin tinggi atau normal

- Terapi
Klomifen sitrat 50-100 mg per hari untuk 5- 7 hari per siklus. beberapa praltisi
juga menambahkan hCG untuk memperkuat efek pengobatan. Walaupun
reseksi baji (wedge) cukup menjanjikan, hal tersebut jarang dilakukan karena
dapat terjadi per- lengketan periovarial. Karena endometrium lebih banyak
terpapar oleh estrogen, maka dianjurkan juga untuk memberikan progesteron
(LNG, desogestrel, CPA)

TUMOR EPITEL OVARIUM


Epiteliallial tumor mencakup 60% 80 % dari keseluruhan neoplasma ovarium,
termasuk di dalamnya adalah kistadenoma serosum, kistadenoma musinosum,
endometroid, clear cell, sel transitional (Brenner), dan epitel sel stroma.

Tumor Kistikovarium
Kistadenoma Ovarii Serosum
Gambaran Umum Kistadenoma serosum mencakup sekitar 15 25% dari
keseluruhan tumor jinak ova- (Gambar 13-48) Usia penderita berkisar antara
20 50 tahun. Pada 12-50% kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium
(bilateral). Ukuran kista berkisar antara 5 15 cm dan ukuran ini lebih kecil dari
rata-rata ukuran kistadenoma musinosum. Kista berisi cairan serosa, jernih
kekuningan. Proliferasi fokal pada dinding kista me- nyebabkan proyeksi
papilomatosa ke tengah kista yang dapat bertransformasi menjadi kistadeno
fibroma. Proyeksi papilomatosa ini harus diperhatikan secara saksama dalam
upaya untuk membedakannya dengan proliferasi atipik.

Gambaran Klinik
Kistadenoma serosum yang ditemukan pada usia 20-30 tahun digolongkan
sebagai neoplasma potensi rendah untuk transformasi ganas dan hal ini
bertolak belakang dengan penderita pada usia peri atau pascamenopause yang
memiliki potensi plastik yang tinggi. Seperti dengan sebagian besar tumor
epitelial ovarium, tidak di jumpai gejala klinik khusus yang dapat menjadi
petanda kista denoma serosum. Pada sebagian besar kasus, tumor ini
ditemukan secara kebetulan saat dilakukan pemeriksaan rutin. Pada kondisi
tertentu, penderita akan mengeluhkan rasa tidak nyaman di dalam pelvis,
pembesaran perut, dan gejala seperti asites.

Terapi
Pengobatan terpilih untuk kistadenoma serosum adalah tindakan pembedahan
(eksisi) dengan eksplorasi menyeluruh pada organ intrapelvik dan abdomen.
Untuk itu, jenis insisi yang dipilih adalah mediana karena dapat memberikan
cukup akses untuk tin- dakan eksplorasi. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan PA
selama operasi sebagai antisipasi terhadap kemungkinan adanya keganasan.

Kistadenoma Ovarii Musinosum


Gambaran Umum
Kistadenoma ovarii musinosum mencakup 16 30% dari total tumor jinak
ovarium dan 85% di antaranya adalah jinak (Gambar 13-50 dan Gambar 13-
51). Tumor ini bilateral pada 5 7% kasus. Tumor ini pada umumnya adalah
multilokuler dan lokulus yang berisi cairan musinosum tampak berwarna
kebiruan di dalam kapsul yang dindingnya tegang, Dinding tumor tersusun dari
epitel kolumner yang tinggi dengan inti sel berwarna gelap terletak di bagian
basal. Dinding kistadenoma musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan
struktur epitel endoserviks dan 50 % lagi mirip dengan struktur epitel kolon di
mana cairan musin di dalam lokulus kista mengandung sel-sel goblet. Perlu
untuk memilih sampel pemeriksaan PA dari beberapa tempat karena dengan
gambaran jinak, potensial ganas, atau ganas adalah sangat variatif

Gambaran Klinik
Tumor musin ini merupakan tumor dengan ukuran terbesar dari tumor dalarm
tubuh manusia. Terdapat 15 laporan yang menyebutkan berat tumor di atas 70
kg (150 lbs). Sebagai konsekuensi, semakin besar ukuran tumor di ovarium,
semakin besar pula kemungkinan diagnosisnya adalah kistadenoma ovarii
musinosum. Tumor ini juga asimtomatik dan sebagian besar pasien hanya
merasakan pertambahan berat badan atau rasa penuh di perut. Pada kondisi
tertentu, perempuan pascamenopause dengan tumor ini dapat mengalami
hiperplasia atau perdarahan pervaginam karena stroma sel tumor mengalami
proses luteinisasi sehingga dapat menghasilkan hormon (terutama estrogen).
Bila hal ini terjadi pada perempuan hamil, maka dapat terjadi pertumbuhan
rambut yang berlebihan (virilisasi) pada penderita.
Cairan musin dari kistoma ini dapat mengalir ke kavum pelvik stroma ovarium
sehingga terjadi akumulasi cairan musin intraperitoneal dan hal ini dikenal
sebagai pseudomiksoma peritonii. Hal yang serupa, dapat pula disebabkan oleh
kistadenoma pada apendiks (appendiceal mucinous cystadenoma).

atau abdomen melalui

Terapi
Apabila ternyata stroma kistadenoma ovarii musinosum mendiseminasi cairan
musin ke rongga peritoneum (pseudomyxoma) dan hal ini ditemukan pada saat
mela- kukan tindakan laparotomi, maka sebaiknya dilakukan salpingo-
ooforektomi unilateral. Untuk mengosongkan cairan musin dari kavum
peritoneum, encerkan terlebih dulu musin dengan larutan dextrose 5 % - 10%
sebelum dilakukan pengisapan (suction).

Kista Dermoid .
Gambaran Umum
Kistadermoid merupakan tumor terbanyak (10 % dari total tumor ovarium)
yang berasal dari sel germinativum. Tumor ini merupakan tumor jinak sel
germinativum dan paling banyak diderita oleh gadis yang berusia di bawah 20
tahun. Tumor sel germinal ini mencakup 60 % kasus dibandingkan 40% yang
berasal dari sel non- germinal untuk kelompok umur yang telah disebutkan
terdahulu.

Gambaran Klinik
Walaupun terdapat beberapa jaringan penyusun tumor, tetapi ektodermal
merupakan komponen utama, yang kemudian diikuti dengan mesodermal dan
entodermal. Semakin lengkap unsur penyusun, akan semakin solid konsistensi
tumor ini. Kista dermoid jarang mencapai ukuran yang besar, tetapi kadang-
kadang bercampur dengan kistadenoma ovarii musinosum sehingga
diameternya akan semakin besar. Unsur penyusun tumor terdiri dari sel-sel
vang telah matur sehingga kista ini juga disebut sebagai teratoma matur. Kista
dermoid mempunyai dinding berwarna putih dan relatif tebal, berisi cairan
kental dan berminyak karena dinding tumor mengandung banyak kelenjar
sebasea dan derivat ektodermal (sebagian besar adalah rambut).
Dalam ukuran kecil, kista dermoid tidak menimbulkan keluhan apa pun dan
penemuan tumor pada umumnya hanya melalui pemeriksaan ginekologi rutin.
Rasa penuh dan berat di dalam perut hanya dirasakan apabila ukuran tumor
cukup besar. Komplikasi kista dermoid dapat berupa torsi, ruptura. perdarahan,
dan transformasi ganas.

Terapi Laparotomi dan kistektomi.

Tumor Jaringan Ikat Ovarium/Tumor Padat Ovarium


Fibroma
Gambaran Umum
Tumor dari jaringan ikat ovarium ini sangat terkenal terkait dengan kumpulan
gejala yang disebut dengan sindroma Meig's. Mekanisme sindroma ini
belum diketahui s cara pasti tetapi sistem limfatik diafragma dianggap sebagai
benang merah dari kesemua gejala yang ada, termasuk dengan adanya
timbunan cairan di rongga dada. Tidak seperti namanya, tumor ini tidak
sepenuhnya berasal dari jaringan ikat karena juga terdapat unsur germinal,
tekoma dan transformasi ke arah ganas seperti tumor Bren- ner walaupun tanpa
adanya metastase ke pleura. Hidrotraks dan asites selalu menyertai fibroma
ovarium dalam sindroma Meig's.

Gambaran Klinik
Fibroma timbul secara bilateral pada 2-10% kasus dan ukuran rata-rata tumor
ini adalah 6 em. Konsistensi tumor adalah kenyal. padat dengan permukaan
yang halus dan rata. Asites dan hidrotoraks merupakan paket dari sindroma
Meig's dan tanpa kedua ini maka tumor yang berasal dari jaringan ikat
Ovarum murni disebut sebagai fibroma ovarii.

Terapi
Hampir semua tumor padat ovarium diindikasikan untuk diangkat, termasuk
fibroma. Pengangkatan tumor biasanya diikuti dengan menghilangnya
hidrotoraks dan asites.

Tumor Brenner
Gambaran Umum
Robert Meyer merupakan pionir dalam mengenali tumor ini karena sebelum ini
selalu didiagnosis sebagai fibroma. Ternyata, tumor ini mempunyai
karakteristik histopatologi yang berbeda karena tersusun dari sarang sarang
atau kolom epitel di dalam jaringan fibromatosa. Distribusi sarang epitel di
dalam stroma mengesankan gambaran ganas tetapi gambaran homogen dan
uniformal tanpa aktivitas anaplasia menunjukkan hal yang sebaliknva,
Karakteristik sarang-sarang epitel tersebut seringkali menunjukkan tendensi
untuk mengalami degenerasi kistik sentralis. Rongga-rongga vang terbentuk
mempunyai massa sitoplasmik yang menyerupai gambaran ovum di dalam
folikel,

Gambaran Klinik
Tumor Brenner termasuk jarang ditemukan dan umumnya ditemukan pada
perempuan usia lanjut (50 tahun). Tidak ada gejala klinik khusus dari tumor ini
dan seringkali ditemui secara tidak sengaja pada saat operasi. Pernah
ditemukan tumor Brenner seberat 10 kilogram (Averbach) dan semula diduga
sebagai fibroma. Tumor ini tumbuh bilateral pada 10 % dari total kasus. Novak
mengajukan teori Walt-hard cell islet terkait dengan histogenesis tumor ini
tetapi Greene et al berpendapat bahwa jaringan asal tumor ini adalah epitel
permukaan, rete, dan stroma ovarium. Arey meragukan epitel ovarium dan
mengajukan uroepitel sebagai jaringan asal. Woodruff, Acosta, dan Me Kinlay
percaya bahwa teori metaplasia dan degerasi berada di balik histogenesis tumor
Brenner.
Hingga akhir millenium ini, tumor Brenner dianggap sebagai tumor jinak
(98%) Tumor ini mencakup 1% - 2% dari total tumor ovarium dan sekitar 95%
terjadi unilateral. Idelson melaporkan transformasi ganas pada sekitar 50 kasus
dan melihat adanya hubungan kistadenokarsinoma musinosum dengan
kripsikan transformasi tersebut sebagai proliferasi tanpa invasi nyata pada
stroma. Farrar melaporkan ada 7,5 % kasus yang menunjukkan efek estrogenik
(hiperplasia endometrium) dari tumor Brenner. Ullery melaporkan sejumlah
kasus tumor Brennet dengan efek virilisasi pada penderita.

Terapi
Eksisi

Tumor Sel Stroma


Tumor Sel Granulosa
Tumor ini dikaitkan dengan adanya produksi hormon estrogen dan dapat
menyve babkan pubertas prekok pada gadis-gadis muda dan menyebabkan
hiperplasia adenomatosa dan perdarahan per vaginam pada perempuan
pascamenopause. Karakteristik histopatologinya berupa sel dengan inti
berlekuk seperti biji kopi, disertai pertumbuhan stroma yang mikrofolikuler,
makrofo- likuler, trabekuler, insuler, atau padat. Badan Call-Exner dikaitkan
dengan corak per- tumbuhan mikrofolikuler dan rongga-rongga kecil yang
berisi cairan eosinifilik. Ter- dapat sejumlah sel teka dalam jumlah tertentu.

Tumor Sel Teka


Seperti halnya tumor granulosa, tekoma ovarii juga memproduksi estrogen.
Tumor anak ini terdiri dari stroma yang mengandung sebaran sel lemak yang
memberikan warna kekuningan pada badan tumor saat dilakukan diseksi.

Tumor Sel Sertoli dan Leydig


Tumor ini memberikan gejala virilisasi pada penderita dan umumnya terjadi
pada perempuan berusia 20- 27 tahun. Sebagian besar tumor tumbuh secara
unilateral. Pada pemeriksaan mikroskopik akan dijumpai sel Sertoh dan sel
Leydig secara h samaan. Di dalam jaringan tumor, tekstur kedua sel ini sangat
variatif.

Tumor Endometroid
Gambaran Umum Yang paling menarik dan banyak menjadi bahan diskusi
adalah keberadaan jaringan yang mirip dengan endometrium di dalam rongga
pelvik, termasuk yang bermanifestasi pada ovarium. Tumor Endometroid
paling sering dijumpai pada ovarium, ligamentum sakro uterina dan rotundum,
septum rektovaginalis, tunika serosa (uteri,tuba.rektum, sigmoid dan kandung
kemih), umbilikus, parut laparotomi, sakus hernialis, apendiks, vagina, vulva,
serviks, tuba, dan kelenjar limfe. Tumor endometroid ini pertama kali dibahas
oleh Sampson pada tahun 1921 dan semenjak itu banyak ahli mencoba
membahas tentang histogenesis lesi ini. Sekitar 30% -50% endometroid ovarii
terjadi bilateral dan hanya 10% tumor endometroid timbul pada tempat yang
sama metroid terjadi bersamaan dengan karsinoma endometrium. dengan
endometriosis. Sekitar 30% penderita karsinoma endometroid terjadi
bersamaan dengan karsinoma endometrium
Terdapat 4 teori terkait yang dianut hingga saat ini, yaitu regurgitasi darah haid
(teori Sampson), metaplasia selomik, diseminasi limfatik (teori Halban) dan
hematogenik.
Teori implantasi dan metaplasia dianggap paling masuk akal walaupun tidak
dapat menjelaskan endometroid di tempat yang jauh (umbilikus, pleura, dan
seba- gainya). Walaupun teori limfatik dan hematogenik dapat menjelaskan
pertumbuhan endometroid di tempat jauh dari kavum uteri, tetapi sangat sedikit
kasus atau studi yang dapat mendukung teori ini.

Gambaran Klinik
Bentuk manifestasi endometroid di berbagai tempat di kavum pelvik sangat
bervariatif. Bentuk yang paling sering ditemukan adalah penonjolan berwarna
merah kehitaman, terutama pada ovarium dan bagian belakang dinding uterus.
kebocoran akibat upaya untuk melepaskan ovarium dari perlekatannya dari
jaringan sekitar, akan disertai oleh keluarnya cairan kecokelatan (seperti karat).
Apabila endometroid membentuk kista pada ovarium maka permukaan dalam
dinding akan memiliki gambaran seperti lapisan endometrium di kavum uteri
disertai dengan area-area yang berdarah.
Walaupun terjadi perlekatan dengan fimbria tuba yang disertai lapisan atau
serat-serat fibrin, tetapi pada banyak kasus hal tersebut tidak menimbulkan
penyatuan juluran fimbria. Perdaralhan atau bekuan darah dari tumor
dendometroid menjadi penyebab utama obstruksi dari bagian paling ujung
tuba. Penonjolan, perlekatan dan perdarahan adalah penampakan umum di
semua lokasi lesi endometroid di dalam kavum pelvik. Cavanagh menemukan
hubungan usia (kurang dari 30 tahun) dengan progresivitas pertumbuhan
endometroid (termasuk penyebarannya) di ovarium dan kavum pelvik (Gambar
13-65). Diagnosis ditegakkan dengan laparoskopik diagnostik.
Terapi
Sangat tergantung dari usia dan fertilitas pasien karena tindakan ooforektomi
adalah pilihan yang cukup radikal untuk menyelesaikan kasus ini. Untuk
penanganan infertilitas dapat dicobakan eksisi endometroid tumor dan
dikombinasikan dengan hormonal atau menopause buatan secara temporer.

2.5 Etiologi

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan


pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri.
Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus
menstruasi.1

Faktor resiko terjadinya kista ovarium.4

a. Riwayat kista ovarium sebelumnya

b. Siklus menstruasi yang tidak teratur

c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas

d. Menstruasi dini

e. Tingkat kesuburan

2.6 Patofisiologi

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graaf. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara bertahap akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG.1,2
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi
gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada
neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma)
dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, hcg
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH)
atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.1,2
Kista neoplastik dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.1,2

2.7 Tanda dan gejala

Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala


dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik.4

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa;

a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut.4;

a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

2.8. Diagnosis

a. Anamnesa

Diagnosis dimulai dari anamnesis berdasarkan keluhan pasien. Banyak tumor


ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang kecil.
Adanya tumor bisa menyebabkan pembenjolan perut. Rasa sakit atau tidak nyaman
pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut
terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-
alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan
defekasi. Dapat terjadi penekanan terhadapat kandung kemih sehingga menyebabkan
frekuensi berkemih menjadi sering.

Kista ovarium dapat menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus


terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi yang sering.
Pasien juga mengeluhkan ketidaknyamanan dalam coitus, yaitu pada penetrasi yang
dalam. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak adanya nafsu makan dan rasa enak
dan rasa sesak. Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika
tumor tersebut mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan
vagina yang abnormal dapat terjadi. Pada anak muda, dapat menimbulkan menarche
lebih awal.

Polikistik ovari menimbulkan sindroma polistik ovari, terdiri dari hirsutism,


inferilitas, aligomenorrhea, obesitas dan acne. Pada keganasan, dapat ditemukan
penurunan berat badan yang drastis.

b. Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah
abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada
pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa
umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga
teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini
merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan
ascites yang pasif.

c. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium

Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer antigen
125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium
normal dan karsinoma ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah
kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma
epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan meningkat pada kasus jinak
dan pada 6% pasien sehat.

b. Laparoskopi

Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat- sifat
tumor.

c. Ultrasonografi

Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam rongga
perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik imaging yang utama
untuk kista ovarium. Kista simpleks bentuknya unilokular, dindingnya tipis,
satu cavitas yang didalamnya tidak terdapat internal echo. Biasanya jenis
kista seperti ini tidak ganas, dan merupakan kista fungsioal, kista luteal atau
mungkln juga kistadenoma serosa atau kista inklusi.

Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke dalam


lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga kista neoplasma
benigna. USG sulit membedakan kista ovarium dengan hidrosalfing,
paraovarian dan kista tuba. USG endovaginal dapat memberikan pemeriksaan
morfologi yang jelas dari struktur pelvis. Pemeriksaana ini tidak memerlukan
kandung kemih yang penuh. USG transabdominal lebih baik dari endovaginal
untuk mengevaluasi massa yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti
ginjal, hati dan ascites. Ini memerlukan kandung kemih yang penuh.

d. MRI

MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan, dapat
memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI ini biasanya
tidak diperlukan

e. CT Scan

Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan kurang


baik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai untuk
mengidentifikasi organ intra abdomen dan retroperitoneum dalam kasus
keganasan ovarium.

f. Parasentesis

Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.

g. Tes kehamilan

Dan HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan.

Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan bila ditemukan hal-hal berikut yaitu
pada anamnesa menunjukkan gejala seperti yang disebutkan diatas disertai pada
pemeriksaan fisik:

1. Ditemukan tumor di rongga perut bagian depan dengan ukuran >5cm


2. Pada pemeriksaan dalam, letak tumor di parametrium kiri atau kanan atau
mengisi kavum douglasi
3. Konsistensi kistik, mobile, permukaan tumor umumnya rata.

2.9. Komplikasi

Perdarahan ke dalam kista, biasanya terjadi sedikit-sedikit, berangsur - angsur


menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala klinik yang minimal.
Tetapi bila dalam jumlah banyak akan terjadi distensi cepat dan nyeri perut
mendadak.

Putaran tangkai menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan melalui
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale. Robekan dinding
kista terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula akibat trauma yaitu jatuh, pukulan
pada perut dan coitus. Bila kista hanya mengandung cairan serosa, rasa nyeri akbat
robekan akan segera berkurang. Namun bila terjadi hemoragi yang timbul secara
akut, perdarahan bebas dapat berlangsung terus menerus dalam rongga peritoneum
dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.

Infeksi dapat terjadi, jika dekat tumor terdapat sumber kuman patogen,
seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Perubahan keganasan dapat
terjadi pada kista jinak, misalnya pada kista denoma ovarii derosum, kistadenoma
ovarii musinosum dan kista dermoid. Sindroma Meigs ditemukan pada 40% dari
kasus fibroma ovarii yaitu tumor ovarium disertai asites dan hidrotoraks.

2.10. Penatalaksanaan

Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi


dan tumor non neoplastik tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya tidak
melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara
spontan dan menghilang.

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan
pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba. Seluruh jaringan hasil
pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi untuk diperiksa.

Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan terapi.


Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita postmenopause, kista yang berukuran
kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman untuk tidak dilakukan
terapi, namun harus dimonitor dengan pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk
wanita premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak
dilakukan terapi.

Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih
besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunanan pada pasien dengan
kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi
harus dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan panda pasien dengan kista
benigna yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi
ovarium dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk
fertilitas di masa mendatang.

Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita


postmenopause, perimenopause, dan wanita premenopasue yang lebih tua dari 35
tahun yang tidak menginginkan anak lagi serta yang beresiko menyebabkan
karsinoma ovarium. Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan
infertilitas untuk endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan
onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan serum CA 125
lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat karsinoma ovarium pada keluarga.

Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap radiasi,
disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan obat sitostatika
seperti agents alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan antimetabolit
(adriamycin). FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2
bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan seterusnya
setiap tahun sekali.

2.11 Prognosis

Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat
tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian
disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat
terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan
sudah dalam stadium akhir.2

Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel


granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel
skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang
buruk.2
KESIMPULAN

Kista adalah pembesaran suatu organ yang di dalam berisi cairan seperti balon
yang berisi air. Pada wanita organ yang paling sering terjadi kista adalah ovarium.
Berdasarkan sifat kista dapat bersifat fisiologis dan patolgis. Berdasarkan tingkat
keganasannya, kista dibedakan menjadi dua macam, yaitu kista non-neoplastik dan
kista neoplastik Pemeriksaan untuk kista dapat di lakukan dengan USG dan dengan
Laparoskopi. Prognosis kista jinak sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 3., editor: Saifuddin A.B,dkk.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2011: 13-14

2. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 3., editor: Saifuddin A.B,dkk.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2011: 279-92.

3. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis


and Treatment 8th edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744-51.

4. Helm, CW. Medscape: Ovarian Cyst. 19 maret 2008. Available at :


http://.emedicine.com/med/topic1699.htm, accessed on 5 November 2015.

5. Dorland N. Dalam: Hartanto H, Koesoemawati H, Salim IN, dkk (eds).


Kamus Kedokteran Dorland, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2002.

6.

Anda mungkin juga menyukai