KISTA OVARIUM
Dosen Pembimbing :
dr. Hendrawan Dwijanto, Sp. OG
Disusun oleh:
Aulia Adilah
2017730019
Segala puji atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Referat ini yang berjudul “Kista Ovarium”.
Makalah ini membahas mengenai Kista Ovarium, dimana makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas kepaniteraan di stase Obstetri dan Ginekologi.
Saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Terakhir, saya ucapkan kepada semua pihak yang terlah berperan dalam penyusunan
makalah ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kita dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Khususnya bagi penulis.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Ovarium mempunyai tugas penting terhadap reproduksi. Fungsi ovarium adalah sebagai
penghasil hormon dan penghasil sel telur. Gangguan pada ovarium tentu dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan, perkembangan, dan pematangan sel telur. Gangguan tersebut dapat
berupa kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium. Kista ovarium merupakan
suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur (ovarium). Cairan ini dapat terkumpul
dan dibungkus oleh semacam kapsul yang terbentuk dari lapisan terluar ovarium. Kista ovarium
adalah kantung berisi cairan yang terdapat pada ovarium.
Angka kejadian kista ovarium di dunia yaitu 7% dari populasi wanita, dan 85% bersifat
jinak. Sedangkan angka kejadian di Indonesia tidak diketaui secara pasti dikarenakan pencatatan
kasus yang kurang baik. Namun, diperkirakan prevalensi kista ovarium sebesar 60% dari seluruh
kasus gangguan ovarium. Kistadenoma ovarii musinosum sebesar 40% dari seluruh kasus
neoplasma ovarium. Frekuensi kistadenoma ovarii musinosum ditemukan Hariadi (1970) sebesar
27%, Gunawan (1977) menemukan 29,9%, Sapardan (1970) menemukan 37,2%, dan Djaswadi
menemukan 15,1%. Frekuensi kistadenoma ovarii serosum ditemukan Hariadi dan Gunawan di
Surabaya sebesar masing-masing 39,8% dan 28,5%. Di Jakarta Sapardan menemukan 20%, dan
di Yogyakarta ditemukan Djaswadi sebesar 36,1%. Frekuensi kista dermoid ditemukan Sapardan
sebesar 16,9%. Djaswadi menemukan 15,1%, Hariadi dan Gunawan masing-masing menemukan
11,1% dan 13,5% (Wiknjosastro et.al, 2009).
Kista ovarium merupakan tumor baik kecil maupun besar, kistik atau padat, jinak atau
ganas yang berada di ovarium. Kista ovarium umum ditemukan pada wanita usia reproduktif. Kista
menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi. Karena 20-30% kista dapat berpotensi menjadi
ganas terutama pada wanita diatas 40 tahun. Perjalanan penyakit dianggap berlangsung secara
diam-diam (silent killer), sehingga wanita umumnya tidak menyadari sudah menderita kista
ovarium. Wanita umumnya sadar setelah benjolan teraba dari luar. Sekarang ini semakin sering
ditemukan kista ovarium pada seorang wanita dikarenakan pemeriksaan fisik dan semakin
majunya teknologi. Sebagian besar kista tidak menimbulakan gejala yang nyata, namun sebagian
lagi menimbulkan masalah seperti rasa sakit dan perdarahan. Bahkan kista ovarium yang maligna
tidak menimbulkan gejala pada sadium awal, sehingga sering ditemukan dalam stadium lanjut.
Kista dapat berkembang pada wanita pada setiap tahap kehidupan, dari periode neonatal
sampai postmenopause. Kebanyakan kista ovarium,terjadi selama masa kanak-kanak dan remaja,
yang merupakan periode hormon aktif untuk pertumbuhan. Kebanyakan kista bersifat fungsional
dan dapat hilang dengan pengobatan sederhana.
Komplikasi yang paling sering dan paling serius pada kista ovarium yang terjadi dalam
kehamilan adalah peristiwa torsio atau terpuntir. Penatalaksanaan kista ovarium sebagian besar
memerlukan pembedahan untuk mengangkat kista tersebut. Penangannya melibatkan keputusan
yang sukar dan dapat mempengaruhi status hormon dan fertilitas seorang wanita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graff atau korpus
luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium
(Dorland,2002).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak
atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering
ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat
menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang – halangi masuknya kepala
ke dalam panggul (Wiknjosastro et al, 2009).
Kistoma ovarium adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai,
bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan serosa dan berwarna kuning.
Pengumpulan cairan tersebut terjadi pada indung telur atau ovarium (Mansjoer, 2000)
Jadi, dapat disimpulkan kista ovarium adalah kantong abnormal yang berisi cairan atau
neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga dapat menyebabkan keganasan.
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan data penilitian Jurnal Medscape di Amerika Serikat, umumnya kista ovarium
ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal maupun transvaginal dan
transrektal. Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang sudah postmenopause. Sebagian besar kista
yang ditemukan merupakan kista jinak, dan 10% sisanya adalah kista yang mengarah ke
keganasan. Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif jarang pada
wanita postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur yang spesifik mengenai usia
terjadinya kista ovarium.
2.3 Etiologi
Etiologi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti. Namun secara umum dapat
digolongkan etiologi terhadap jenis kista yang dialami. Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu
terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus hipofisis atau indung telur itu sendiri.
2.4 Patomekanisme
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista
di dalam ovarium.
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de
Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang
memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas
terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole
dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, hcg
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi
ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
2.5 Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya kista ovarium:
Riwayat kista ovarium sebelumnya
Siklus menstruasi yang tidak teratur
Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
Tingkat kesuburan
Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
2.7 Diagnosis
Anamnesis
Pasien dengan kista ovarium seringkali tidak menunjukan gejala apapun (asimtomatis).
Keluhan yang mungkin dirasakan adalah rasa nyeri atau sensasi tidak nyaman pada abdomen
bagian bawah, terutama di sisi ovarium di mana kista tersebut berada. Keluhan akan memberat
jika ukuran kista membesar, terjadi komplikasi seperti torsio ovarium atau ruptur kista, dan jika
pada kista ovarium ganas sudah mencapai stadium lanjut. Pada nyeri yang mendadak, unilateral,
dan tajam, perlu dipikirkan kemungkinan terjadinya ruptur kista. Berikut ini merupakan tanda dan
gejala klinis yang bisa terjadi pada pasien dengan kista ovarium:
Nyeri atau rasa tidak nyaman muncul abdomen bagian bawah. Nyeri ini dapat terasa
tumpul atau tajam, dapat juga konstan atau hilang timbul.
Pasien dapat mengalami rasa tidak nyaman saat koitus, khusunya pada saat
penetrasi yang dalam.
Mikturisi dapat sering terjadi akibat tekanan pada kandung kemih
Siklus menstruasi yang tidak teratur dan perdarahan vagina yang abnormal dapat
terjadi; interval intermenstruasi dapat memanjang, diikuti oleh menoragia.
Pasien dapat mengalami rasa penuh dan kembung.
Pada pasien dengan penyakit ovarium polikistik dapat terjadi hirsutisme,
infertilitas, oligomenorea, obesitas, dan akne.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan palpasi, kista yang berukuran besar mungkin dapat teraba pada
abdomen. Namun, pada pasien obsitas, hal tersebut sulit dilakukan. Ovarium normal dapat teraba
pada perempuan muda yang kurus, tetapi perlu diwaspadai abnormal jika ovarium teraba pada
perempuan yang sudah menopause.
Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi (USG) Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat.
Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah tumor
tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan yang umum dilakukan untuk
mendiagnosis kista ovarium.
Pemeriksaan Beta-HCG
Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah wanita tersebut hamil atau
tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.
Pemeriksaan Darah Lengkap
Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat diperkirakan melalui LED. Parameter lain
seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
Urinalisis
Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain, baik batu saluran
kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Pemeriksaan Tumor Marker
Tumor marker spesifik pada keganasan ovarium adalah CA125. CEA juga dapat
diperiksa, namun CEA kurang spesifik karena marker ini juga mewakili keganasan
kolorektal, uterus dan ovarium.
Pemeriksaan Patologi Anatomi Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat
keganasan dari tumor ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses
operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop.
b. Gambaran klinik
Walaupun mengalami pembesaran ovarium juga mengalami proses sklerotika yang
menyebabkan permukaannya berwarna putih tanpa identasi seperti mutiara sehingga
disebut sebagai ovarium kerang. Ditemukan banyak folikel berisi cairan di bawah dinding
fibrosa korteks yang mengalami penebalan. Teka interna terlihat kekuningan karena
mengalami luteinisasi, sebagian stroma juga mengalami hal yang sama.
Diagnosis penyakit ini dibuat berdasarkan anamnesis yang mengarah pada beberapa
gejala di atas dan pemeriksaan fisik terarah. Riwayat menarke dan haid yang normal
kemudian berubah menjadi episode amenorea yang semakin lama. Pembesaran ovarium
dapat dipalpasi pada sekitar 50% Terjadi peningkatan l7-ketosteroid dan LH tetapi tidak
ditemukan fase lonjakan FH (LH surge) yang akan menjelaskan mengapa tidak terjadi
ekskresi estrogen, FSH, dan ACTH masih dalam batas normal. Pemeriksaan yang dapat
diandalkan adalah USG (Gambar 13-47) dan laparoskopi. FSH biasanya normal LH tinggi
rasio LH > FSH > 2. E tinggi/normal Prolaktin normal atau tinggi.
c. Terapi
Klomifen sitrat 50 - 100 mg per hari untuk 5 - 7 hari per siklus. Beberapa praktisi juga
menambahkan hCG untuk memperkuat efek pengobatan. Walaupun reseksi baji (wedge)
cukup menjanjikan, hai tersebut jarang dilakukan karena dapat terjadi perlengketan
periovarial. Karena endometrium lebih banyak terpapar oleh estrogen, maka dianjurkan
juga untuk memberikan progesteron (LNG, desogestrel, CPA).
c. Terapi
Pengobatan terpilih untuk kistadenoma serosum adalah tindakan pembedahan (eksisi)
dengan eksplorasi menyeluruh pada organ intrapelvik dan abdomen. Untuk itu, jenis insisi
yang dipilih adalah mediana karena dapat memberikan cukup akses untuk tindakan
eksplorasi. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan PA selama operasi sebagai antisipasi
terhadap kemungkinan adanya keganasan.
Kista Ovarium Simplex
Kista ini mempunya permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, dan
berwarna putih. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi
jaringan yang di keluarkan harus segera di periksa secara histologik untuk megetahui ada
keganasan atau tidak.
Kista Dermoid
a.Gambaran umum
Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (1,0% dari total tumor ovarium) yang
berasal dari sel germinativum. Tumor ini merupakan tumor jinak sel germinativum dan
paling banyak diderita oleh gadis yang berusia di bawah 20 tahun. Tumor sel germinal ini
mencakup 60% kasus dibandingkan yang berasal dari sel nongerminal untuk kelompok
umur yang telah disebutkan terdahulu.
b. Gambaran klinik
Walaupun terdapat beberapa jaringan penyusun tumor, tetapi ektodermal merupakan
komponen utama, yang kemudian diikuti dengan mesodermal dan entodermal. Semakin
lengkap unsur penyusun, akan semakin solid konsistensi tumor ini. Kista dermoid jarang
mencapai ukuran yang besar, tetapi kadang-kadang bercampur dengan kistadenoma ovarii
musinosum sehingga diameternya akan semakin besar. Unsur penyusun tumor terdiri dari
sel-sel yang telah matur sehingga kista ini juga disebut sebagai teratoma matur. Terotoma
Kistik yang jinak, dimana struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna
seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produksi glandula sebasea berwarna putih kuning
menyerupai lemak. Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi
tumor sebagian kistik kenyal, dan dibagian lain padat. Tidak ada ciri yang khas pada kista
dermoid. Kista dermoid mempunyai dinding berwarna putih dan relatif tebal, berisi cairan
kental dan berminyak karena dinding tumor mengandung banyak kelenjar sebasea dan
derivat ektodermal (sebagian besar adalah rambut). Dalam ukuran kecil, kista dermoid
tidak menimbulkan keluhan apa pun dan penemuan tumor pada umumnya hanya melalui
pemeriksaan ginekologi rutin. Rasa penuh dan berat di dalam perut hanya dirasakan apabila
ukuran tumor cukup besar. Komplikasi kista dermoid dapat berupa torsi, ruptura,
perdarahan, dan transformasi ganas.
c.Terapi
Laparotomi dan kistektomi.
Kista Endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim.
Kista ini tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga
menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi.
b. Gambaran klinik
Tumor musin ini merupakan tumor dengan ukuran terbesar dari tumor dalam tubuh
manusia. lerdapat 15 laporan yang menyebutkan berat tumor di atas 70 kg (150 lbs).
Sebagai konsekuensi, semakin besar ukuran tumor di ovarium, semakin besar pula
kemungkinan diagnosisnya adalah kistadenoma ovarii musinosum. Tumor ini juga
asimtomatik dan sebagian besar pasien hanya merasakan pertambahan berat badan atau
rasa penuh di perut. Pada kondisi tertentu, perempuan pascamenopause dengan rumor ini
dapat mengalami hiperplasia atau perdarahan pervaginam karena stroma sel tumor
mengalami proses luteinisasi sehingga dapat menghasilkan hormon (terutama estrogen).
Bila hal ini terjadi pada perempuan hamil, maka dapat terjadi pertumbuhan rambut yang
berlebihan (virilisasi) pada penderita.
c. Terapi
Apabila ternyata stroma kistadenoma ovarii musinosum mendiseminasi cairan
musin ke rongga peritoneum (pseudomyxoma) dan hai ini ditemukan pada saat melakukan
tindakan laparotomi, maka sebaiknya dilakukan salpingo-ooforektomi unilateral. Untuk
mengosongkan cairan musin dari kavum peritoneum, encerkan terlebih dulu musin dengan
larutan dextrose 5% - 1.0% sebelum dilakukan pengisapan (suction)
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo D. 2009. Kista ovarium. Available from http://www.netsains.com.
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Obstetri Williams
Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035 - 72.
DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment 8th
edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744 - 51.
Dorland N. Dalam: Hartanto H, Koesoemawati H, Salim IN, dkk (eds). Kamus Kedokteran
Dorland, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC;2002.
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor Ovarium Neoplastik
Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000. p. 388 - 9.
Medscape Reference, Ovarium Anatomy, Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#aw2aab6b3, Last Update October 3,
2013.
Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia; 2006. p.130 - 16. Ovarian
Cyst. 6 April 2008
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahan Permasalahannya.
Yogyakarta : Nuha Medika
Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2.
Jakarta: EGC hal :104.
Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, l 1027; Jakarta, 1998 3.