DI SUSUN OLEH :
LATIFA, S.kep
22.04.021
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
A. Definisi
Menurut Winjosastro (2015: 159) kista ovarium merupakan suatu
tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau
ganas.Kehamilan kista ovarium yang dijumpai yang paling sering adalah
kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, kista ovarium yang cukup
besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul.
Menurut Nugroho, T (2012: 92) kista berarti kantung yang berisi
cairan. Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,
normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).Kista
indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai
menopause, juga selama masa kehamilan.
Menurut Saraswati, S (2010: 188) kista ovarium (kista indung
telur) biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi
material cairan setengah cair. Meskipun kista tersebut biasanya kecil dan
tidak menghasilkan gejala.
Menurut Robinson, J. M & Saputra, L (2014: 251) kista ovarium
merupakan kantung pada ovarium yang mengandung materi cairan atau
semisolid, biasanya tidak ganas.Kista ovarium biasanya berbentuk kecil
dan tidak menunjukkan gejala, namun memerlukan investigasi mendalam
karena adanya kemungkinan perubahan menjadi ganas.
An ovarian cyst is a sac or pouch filled with fluid or other tissue
that forms on the ovary. Ovarian cysts are quite common in women during
their childbearing years. A woman can develop one cyst or many cysts.
Ovarian cysts can vary in size. There are different types of ovarian cysts.
Most cysts are benign (not cancerous). Rarely, a few cysts may turn out to
be malignant (cancerous). (The American College of Obstetricians and
Gynecologists, 2015).
Jadi kista ovarium adalah suatu kantong abnormal pada satu ovarium yang
mengandung cairan atau materi semi padat yang dipengaruhi oleh
hormonal dengan siklus menstruasi.
B. Etiologi
Menurut Winjosastro (2015:159) kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium, dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon ekstrogen dan
progesteron diantaranya adalah:
C. Phatofisiologi
Menurut Kowalak (2011: 663) menegaskan bahwa kista ovarium
yang berukuran sangat kecil dan timbul dari folikel yang mengalami
distensi berlebihan.Distensi folikel yang berlebihan ini bisa disebabkan
oleh folikel yang belum ruptur atau yang sudah ruptur, tetapi tersekat
kembali sebelum cairan yang didalamnya meresap.Kista ovarium biasanya
terdiri atas darah atau cairan yang berkumpul didalam rongga. Kalau terus
menetap sampai masa manopause, kista tersebut akan menyekresi estrogen
dengan jumlah berlebihan sebagai reaksi terhadap hiper sekresi FSH
(follicle stimulating hormone)dan LH (luteinizing hormone), yang
normalnya terjadi pada masa manopause.
D. Tanda dan gejala
Menurut Nurarif, A.H & Kusuma, H (2015: 160) tanda gejala kista
ovariumyaitu, kadang-kadang kista ovarium ditemukan pada pemeriksan
fisik, tanpa ada gejala (asimtomatik). Mayoritas penderita kista ovarium
tidak menunjukkan adanya gejala sampai periode waktu tertentu.Hal ini
disebabkan perjalanan penyakit ini berlangsung secara tersembunyi
sehingga diagnosa sering ditemukan pada saat pasien dalam keadaan
stadium lanjut sampai pada waktu klien mengeluh adanya ketidakteraturan
menstruasi, nyeri pada perut bawah, timbul benjolan pada perut.
Pada umumnya kista adenoma ovarii serosim tidak mempunyai
ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu.
Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagai karena
ovarium pun dapat berbentuk multivokuler. Meskipun lazimnya berongga
satu,warna kista putih ke abu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler kedalam rongga kista sebesar 0% dan keluar pada
permukaan kista sebesar 5% isi kista cair kuning dan kadang-kadang
coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri pun kecil
tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma).
Menurut Nugroho, T (2012: 94) tanda dan gejala kista ovarium yaitu:
a. Sering tanpa gejala
b. Nyeri saat menstruasi
c. Nyeri diperut bagian bawah
d. Nyeri pada saat berhubungan badan
e. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki
f. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil dan atau buang air besar
g. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.
Menurut Saraswati, S (2010: 189) gejala gejala kista ovarium (kista
indung telur) biasanya tidak menghasilkan gejala, kecuali terjadi pecah
atau terpuntir sehingga menyebabkan sakit perut, distensi, dan kaku. Kista
yang besar atau kista dalam jumlah banyak dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pada panggul, sakit pinggang, rasa sakit saat
berhubungan seksual, dan perdarahan uterus yang abnormal tidak seperti
pola gangguan ovulasi.Kista indung telur yang mengalami pemuntiran
menyebabkan sakit perut yang akut seperti serangan apendisitis.Kista
granulo lutein timbul pada permulaan kehamilan dan diameternya dapat
sebesar 5-6 cm dan menghasilkan rasa tidak enak didaerah
panggul.Apabila pecah, terjadi perdarahan massif pada satu sisi rongga
perut. Pada perempuan yang tidak hamil, kista ini akan membuat
menstruasi terlambat diikuti dengan perpanjangan dan perdarahan iriguler.
Kista indug telur polisistik juga menghasilkan tidak adanya menstruasi
sekunder, penurunan siklus menstruasi dan terjadi infertilitas.
Most ovarian cysts are small and not cause symptoms. Some cysts
may cause a dull or sharp ache in the abdomen and pain during certain
activities. Larger cysts may cause torsion (twisting) of the ovary that
causes pain. Cysts that bleed or rupture (burst) may lead to serious
problems requiring prompt treatment (The American College of
Obstetricians and Gynecologists, 2015).
Arti kutipan diatas:
Kebanyakan kista ovarium yang kecil tidak menimbulkan gejala, beberapa
kista dapat menyebabkan rasa nyeri atau tajam di perut dan sakit saat
kegiatan tertentu.Kista lebih besar dapat menyebabkan torsi dari ovarium
yang menyebabkan rasa sakit, kista yang berdarah atau pecah dapat
menyebabkan masalah serius yang membutuhkan pengobatan yang tepat.
E. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif, A.H & Kusuma, H (2015: 160) pemeriksaan
penunjang kista ovarium yaitu:
1. Pap smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan kemungkinan adanya
kanker/kista.
2. Ultrasound/scan CT
Membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi massa.
3. Laparoskopi
Dilakukan untuk melihat tumor perdarahan perubahan endometrial.
4. Hitung darah lengka
5. Foto rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Menurut Nugroho, T (2012: 95) penegakan diagnosis kista
ovarium ditegakkan melalui pemeriksaan ultrasonografi atau USG
(abdomen atau transvaginal), kolposkopi screening, dan pemeriksaaan
darah (tumor marker atau penanda tumor).
Menurut Nugroho, T (2012: 95) pemeriksaan laboratorium kista
ovarium melakukan pemeriksaan sekret yang meliputi trichomonas,
candida/jamur, bakteri batang, bakteri kokus, epitel, lekosit, eritrosit,
epitel, PH dan hematologi misalnya HB (hemoglobin).
F. Komplikasi
Menurut Kowalak (2011: 663) komplikasi kista ovarium dapat
berupa torsi atau ruptur yang menyebabkan tanda-tanda akut abdomen
(nyeri tekan, distensi dan rigiditas pada abdomen) akibat perdarahan
intraperitoneal yang masif atau peritonitis. Komplikasi lain meliputi
infertilitas dan amenore.
G. Pencegahan
Menurut Nurarif, A.H & Kusuma, H (2015: 161) ada beberapa cara
pencegahan terhadap kista ovarium yaitu:
1. Hindari faktor-faktor pencetus penyakit dan istirahat yang cukup.
2. Biasakan olahraga teratur dan hidup bersih serta konsumsi makanan
yang banyak mengandung gizi
3. Pakailah alat kontrasepsi jika ingin melakukan senggama
4. Pemakaian kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium.
Beberapa cara pencegahan terhadap kista, yaitu:
a) Kurangi makanan yang berkadar lemak tinggi.
1. Pengkajian
a. Biodata klien
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Keluhan utama :
1) Klien biasanya mengeluh nyeri pada perut kanan bawah
2) Klien biasanya merasa berat pada daerah pelvis dan cepat merasa lelah.
d. Riwayat penyakit dahulu
1) Tanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
2) Tanyakan apakah klien ada mengalami / menderita penyakt
molahidatidos / kehamilan anggur, kehamilan ektopik.
e. Riwayat penyakit keluarga
1) Tanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien
f. Riwayat Obestri
1) Tanyakan kapan menstruasi terakhir?
2) Tanyakan haid pertama dan terakhir?
3) Tanyakan siklus menstruasi klien, apakah teratur atau tidak?
4) Tanyakan lamanya menstruasi dan banyaknya darah saat menstruasi?
5) Tanyakan apakah ada keluhan saat menstruasi?
6) Pernahkah mengalami abortus? Berapa lama perdarahan?
7) Apakah partus sebelumnya spontan, atern atau preterm
g. Pola Kebiasaan
1) Aktivitas / istirahat
a) Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari, adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas, berkeringat
malam
b) Kelemahan atau keletihan.
c) Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi terhadap latihan ).
2) Sirkulasi.
Palpitasi (denyut jantung cepat / tidak beraturan / berdebar-debar), nyeri
dada, perubahan tekanan darah
3) Integritas ego
a) Faktor stres (pekerjaan, keuangan, perubahan peran), cara mengatasi
stres (keyakinan, merokok, minum alkohol dan lain-lain).
b) Masalah dalam perubahan dalam penampilan : pembedahan, bentuk
tubuh.
c) Menyangkal, menarik diri, marah.
4) Eliminasi
a) Perubahan pola defekasi, darah pada feces, nyeri pada defekasi.
b) Perubahan buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri, sering
berkemih
c) Perubahan pada bising usus : distensi abdoment.
5) Makanan / cairan
a) Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif,
bahan pengawet
b) Anorexsia, mual-muntah.
c) Intoleransi makanan.
d) Perubahan berat badan.
e) Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
6) Neurosensory
a) Pusing, sinkope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba)
7) Nyeri
a) Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat)
h. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Inspeksi
vena jugularis.
Payudara : Kesimetrisan bentuk, adanya massa.
frekuensi per-nafasan.
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
Diagnosa keperwatan
Mashudi, (2011).Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015).Nanda Nic Noc Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis. Yogyakarta: Mediaction.