Oleh
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kista Ovarium
Di Ruang Dewi Kunthi RS Ngudi Waluyo Wlingi Periode 21 Agustus s/d 2 September
Tahun Ajaran 2022/2023.
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal :
Preceptor Akademik
Mengetahui,
NIP. 196801011991032030
1. Konsep Kista Ovarium
1.1 Definisi Kista Ovarium
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantung
yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh.Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau
setengah padat.Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul.Kista ovarium
biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau
setengah cair. Menurut (Winkjosastro, 2015) kistoma ovarium merupakan suatu tumor,
baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam
kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista
coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan
letak janin dalam rahim atau dapat menghalanghalangi masuknya kepala ke dalam
panggul
1.2 Klasifikasi Kista Ovarium
1.2.1 Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional)
a. Kistoma ovari simpleks, kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar.
Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning.
b. Kistodema ovari musinosum, bentuk kista multilokular, biasanya
unilateral dan dapat tumbuh menjadi besar.
c. Kistadenoma ovari serosum, kista yang berasal dari epitel
germinativum, kista ini dapat membesar.
d. Kista dermoid, teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan
endoterm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis.
1.2.2 Kista Ovarium Plastik (Abnormal)
a. Kistadenoma
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista.Kista ini
juga dapat menyerang ovarium kanan atau kiri.Gejala yang timbul biasanya
akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti vesika urinaria sehingga
dapat menyebabkan inkontinensia atau retensi. Jarang terjadi tapi mudah
menjadi ganas terutama pada usia di atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
b. Kista coklat (endometrioma)
Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak di dalam rahim tapi
melekat pada dinding luar indung telur. Akibatnya, setiap kali haid, lapisan
ini akan menghasilkan darah terus menerus yang akan tertimbun di dalam
ovarium dan menjadi kista. Kista ini dapat terjadi pada satu ovarium.Timbul
gejala utama yaitu rasa sakit terutama ketika haid atau bersenggama.
c. Kista dermoid
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik
kenyal dan sebagian lagi padat.Dapat terjadi perubahan kearah keganasan,
seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui
proses partenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak diperut
bagian bawah karena torsi tangkai kista.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang
berada di luar rahim.Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya
lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat,
terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorrhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan.Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu.Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium
akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik
ovarium yang menetap (persisten), operasiharus dilakukan untuk
mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit
1.3 Etiologi Kista Ovarium
BerdasarkanSetiadi (2015). Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti,
kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan pembentukan hormon
dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur sendiri (ketidakseimbangan hormon).
Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal
mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan.
Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan
darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-
lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami.
Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium,
misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur
1.4 Pathway (terlampir)
1.5 Tanda dan Gejala
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala.Sebagian besar
gejala yang ditemukan adalah akibatpertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi
tumor tersebut.Kebanyakan wanita dengan Kista ovarium tidak menimbulakan
gejala dalam waktu yang lama.Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik
menurut (Nugroho. 2014).
A. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain:
➢ Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
➢ Perasaan penuh dan tertekan di perut bagian bawah, disertai nyeri.
➢ Nyeri saat bersenggama.
➢ Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih
lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi
pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
➢ Gangguan haid
➢ Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering
mendesak untuk berkemih. Hal ini terjadi ketika kista memberi tekanan
pada kandung kemih.
➢ Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
➢ Nyeri saat bersenggma
Pada stadium lanjut:
➢ Asites, cairan yang memenuhi rongga perut yang berada tepat di bawah
diafragma, di bawah rongga dada yang menyebabkan sesak napas akibat dari
pembesaran asites.
➢ Kista denoma ovarium serosum menyebar ke sistem paru yang
menyebabkan sesak nafas, pernafasan cepat
➢ Kista denoma ovarium serosum menyebar ke sistem pencernaan yang
menyebabkan Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
➢ (lemak perut) serta organ organ di dalam rongga perut (usus dan hati)
➢ Kista denoma menyebar ke sistem perkemihan gangguan buang air besar
dan kecil.
➢ Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga pleura akibat
penyebaran penyakit ke rongga pleura yang mengakibatkan penderita sangat
merasa sesak nafas.
1.6 Manifestasi Klinis Kista Ovarium
Menurut Nugroho (2015), dalam manifestasi klinis kista ovarium, sebagian besar
wanita dengan kista ovarium tidak menunjukkan gejala untuk jangka waktu
tertentu. Namun, beberapa mengalami gejala yang bisa muncul sebagai berikut:
1. Nyeri pada saat menstruasi,
2. Nyeri di perut bagian bawah,
3. Nyeri ketika berhubungan seksual,
4. Sakit punggung biasanya menyebar secara radial di atas kaki,
5. Kadang disertai nyeri saat buang air kecil atau besar
6. Siklus haid tidak teratur, bisa jadi jumlah darah yang keluar lebih banyak.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan Williams, Rayburn F 2015) bahwa pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:
a. Laparaskopi, pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat
tumor itu.
b. Ultrasonografi, pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik
atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang
bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.
Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur
barium dalam colon disebut di atas.
d. Pap smear, untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan
adaya kanker atau kista.
e. Pemeriksaan darah CS – 125 (menilai tinggi rendahnya kadar protein pada
darah)
Memeriksa tingkat protein dalam darah yang disebut CA-125. Kadar CA-125
pada pasien dengan kista ovarium dapat meningkat selama mengalami fase
subur, meskipun tidak ada bukti keganasan. Namun, tahap pengujian CA-125
biasanya dilakukan pada wanita yang berisiko mengembangkan proses ganas.
Nilai CA-125 yang khas adalah 0-35u/ml (Prawirohardjo, 2014).
1.8 Penatalaksaan Kista Ovarium
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode:
a. Terapi Hormonal
Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogenprogresteron) boleh
ditambahkan obat anti androgen progesteron cyproteron asetat yang akan
mengurangi ukuran besar kista. Untuk kemandulan dan tidak terjadinya ovulasi,
diberikan klomiphen sitrat. Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada ovarium,
misalnya melakukan diatermi dengan sinar laser.
b. Terapi Pembedahan/Operasi
Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu mempertimbangkan
beberapa kondisi antara lain, umur penderita, ukuran kista, dan keluhan. Apabila
kista kecil atau besarnya kurang dari 5 cm dan pada pemeriksaan Ultrasonografi
tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dilakukan operasi dengan
laparoskopi dengan cara, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul
dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut.
Apabila kista ukurannya besar, biasanya dilakukan pengangkatan kista dengan
laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi,
kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan atau tidak. Bila
sudah dalam proses keganasan, dilakukan operasi sekalian mengangkat ovarium
dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar dan kelenjar limpe (Yatim, 2008).
MK :
konstipasi
MK :
konstipasi
MK : Defisit Nutrisi
2. Konsep Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap yang paling awal dan dasar di dalam
proses asuhan keperawatan selain itu adalah tahap yang paling menentukan bagian
tahap selanjutnya, kemampuan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada
di tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan oleh karena itu tahap
pengkajian harus dilakukan dengan cermat dan teliti sehingga seluruh kebutuhan
perawatan pada klien dapat teridentifikasi (Nursalam, 2016).
A. Data Subyektif
1) Identitas pasien
Meliputi : Nama pasien, umur, agama, Pendidikan, suku/bangsa, pekerjaan,
identitas orang tua
2) Alasan Kunjungan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama harus dijelaskan secara singkat dan jelas, dikaji sesuai
dengan yang dirasakan pasien untuk mengetahui masalah utama yang
dialami pasien mengenai kesehatan reproduksi.
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Dalam pengkajian riwayat kesehatan yang lalu untuk mengetahui
penyakit yang dulu pernah diderita sehingga mempengaruhi penyakit
yang dialami dan bisa memperburuk penyakit yang diderita saat ini.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Dalam pengkajian riwayat penyakit sekarang untuk mengetahui
kemungkinan alasan yang menyebabkan terjadinya keluhan diderita
yang berhubungan dengan gangguan reproduksi terutama pada
penyakit kista ovarium.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam Riwayat Kesehatan keluarga ini untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien.
c. Riwayat Perkawinan
Pada Riwayat perkawinan meliputi informasi mengenai status
pernikahan seperti: berapa kali menikah, pada umur berapa nikah dan
lama pernikahan.
d. Riwayat menstruasi
Pada Riwayat menstruasi untuk mengetahui tentang menarche disaat
umur berapa, lama menstruasi, banyak menstruasi, siklus, sifat dan
warna darah, disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Perlu
diketahui untuk mengetahui ada tidaknya kelainan sistem reproduksi
sehubungan dengan menstruasi.
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
f. Riwayat KB
Riwayat KB dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang digunakan
hingga sekarang sehingga kemungkinan menjadi penyebab atau
berpengaruh pada penyakit yang diderita saat ini.
g. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1. Nutrisi
Nutrisi terkait bagaimana pola makan pasien, pasien suka memakan
makanan yang cepat saji, atau yang belum dimasak atau mentah dan
apakah ibu suka meminum minuman beralkohol karena dapat menjadi
salah satu penyebab pertumbuhan tumor dalam tubuh.
2. Eliminasi
Pada pasien yang mengalami gangguan pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan
bau serta kebiasaan air kecil meliputi frekuensi, jumlah, dan warna.
3. Hubungan seksual
Hubungan seksual dapat dikaji untuk mengetahui gangguan kesehatan
reproduksi, apakah terdapat keluhan ketika melakukan hubungan
seksual.
4. Pola istirahat tidur
Selama sakit pola istirahat tidur pasien tetap untuk mengetahui pasien
beristirahat dengan cukup atau tidak.
5. Personal hygiene
Personal hygiene dapat untuk mengetahui bagaimana ibu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalianya.
6. Aktivitas
Aktivitas pasien dapat dikaji sebagai data yang menggambarkan
bagaimana pola aktivitas pasien setiap harinya dan pengaruh aktivitas
terhadap kesehatan pasien
h. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan suatu diagnosa penyakit dengan cara melakukan
pemeriksaan penunjang atau laboratorium untuk mendukung diagnosa
medis, kemungkinan terjadinya komplikasi, kelainan dan penyakit
B. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : untuk melihat keadaan umum pasien
b. Tingkat kesadaran : untuk menilai kesadaran pasien termaksud apakah
pasien mengalami penurunan kesadaran atau tidak
c. TTV : meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan, serta temperatur/ suhu
2) Pemeriksaan fisik
Pemerikasaan fisik dilakukan secara head to toe :
a. Kepala : bentuk kepala, kebersihan kepala, keadaan rambut rontok atau
tidak
b. Muka : keadaan muka edema atau tidak, pucat
c. Mata : keadaan mata sklera ikterik atau tidak, konjungtiva anemis atau
tidak, tidak ada nyeri tekan
d. Hidung : keadaan hidung simetris atau tidak, ada infeksi atau tidak,
terdapat cuping hidung atau tidak
e. Telinga : apakah ada penumpukan sekret atau tidak, terdapat nyeri tekan
atau tidak
f. Mulut : mukosa bibir pecah-pecah atau tidak, keadaan berlubang atau
tidak, stomatitis atau tidak
g. Leher : pasien mengalami pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, vena
jugularis atau tidak, dan limfe
h. Ketiak : apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak
i. Dada : kesimetrisan dada kiri dan kanan, apakah terdapat benjolan atau
tidak
j. Abdomen : bentuk abdomen simetris atau tidak, keadaan luka bekas
operasi dan pembesaran pada perut, berapa jumlah jahitan setelah operasi
k. Ekstremitas atas : melihat keadaan turgor baik atau tidak, sianosis atau
tidak, ikterik atau tidak
l. Ekstremitas bawah : keadaan turgor baik atau tidak, sianosis tidak,
refleks patella positif atau tidak, oedem atau tidak
m. Genetalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, ataupun pengeluaran
cairan yang abnormal
2.2 Analisa data
Analisa data adalah data yang telah dikumpulkan dikelompokkan dan di analisis
untuk menentukan masalah kesehatan pasien. Untuk mengelompokkan dibagi
menjadi dua data yaitu data objektif dan subjektif dan kemudian ditentukan masalah
keperawatan yang timbul
2.3 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd agen pencedera fisik (D.0077)
2) Defisit nutrisi bd keengganan untuk makan (D.0019)
3) Ansietas bd kurang terpapar informasi (D.0080)
4) Resiko infeksi dd efek prossedur invasif (D.0142)
5) Konstipasi bd kelemahan otot abdomen (D.0049)
2.4 Intervensi Keperawatan