Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN
POST OP KISTA OVARIUM PADA NY.J
DIRUANGAN MULTAZAM RUMAH SAKIT IBNU SINA PADANG

OLEH :
Nama : Retno Noftalia

Nim : 2214201156

Dosen Pembimbing : Ns. Ledia Restipa, M.kep

PROGRAM STUDI SERJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2023/2024

LAPORAN PENDAHULUAN
POST OP KISTA OVARIUM

Pendahuluan
A. Latar belakang
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan
pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau korpus
luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari
epithelium ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau
kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai kedaruratan
abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik. Kista yang lebih besar
dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan penekanan pada organ-organ
abdomen yang berdekatan.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan atau
fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk
menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi yang
terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak.
Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan pascaoperatif setelah
pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan
setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan
intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah
sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat
B. Pembahasan
2.1 Definisi
Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah cairan
(Mardiana, 2000). Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang
menghasilkan sel telur atau ovum (Prawiroharjo, 1999).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,folikel de
graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
dari epithelium ovarium (Smelzer and Bare. 2002: 1556)
Berdasarkan pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan kistoma ovari
merupakan jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang dapat
mengganggu fungsi normal dari ovarium maupun saluran reproduksi

2.2 Etiologi
Penyebab Kista Ovarium secara pasti masih belum diketahui. Tetapi ada
penyebab yang mendorong tumbuhnya kista antara lain :
1. Gaya hidup yang tidak sehat seperti makanan tinggi lemak, konsumsi
makanan mengandung : zat-zat sintetik, merokok,
2. Polusi udara,
3. Stres
4. Virus
5. Faktor genetik

2.3 Manifestasi klinis


Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang
menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak
bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di
luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.

Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :

1. Perut terasa penuh, berat, kembung


2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur

4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke


punggung bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan
kesehatan segera:
1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
2. Nyeri bersamaan dengan demam
3. Rasa ingin muntah

2.4 Klasifikasi
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon
esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan
epitelium yang berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional
- Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen
mengalahkan elemen yang lain
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium)
d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesi

2.5 Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan
multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan
pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk
mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound)
yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan
ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh
dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya
dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan
cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.

2.7 Penatalaksanaan Medis


Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi
oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen
yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen
yang ketat.

2.8 Komplikasi
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker
masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun
untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama
yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita
usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami
keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan
lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.J DENGAN KASUS KISTA OVARIUM

4.1 PENGKAJIAN
Tanggal 20 Oktober 2017 Ny.J berusia 45 tahun alamat di Jombang datang
ke RS.Jombang bersama Suaminya Tn.L usia 50 tahun. Ny A mengeluh nyeri
area vagina menjalar ke perut hingga ke kaki. Nyeri dirsakan sejak 5 hari yang
lalu disertai amenorrhea 1,5 bulan, keputihan berwarna keruh dan agak
berbau. Saat dikaji perawat diketahui TD :130/90 N 100 x/menit S:37C dan
RR: 24 x/menit skala nyeri 7. Pasien tampak gelisah dan ekspresi wajah
tampak merintih kesakitan.
1. Pengkajian
Nama : Ny.J No. Registrasi : 34573
Umur : 45thn Tgl. MRS :15 Januari 2017
Jenis kelamin : perempuan Tgl. Dikaji:15 Januari 2017
Status : istri Tn.A Ruang :R3
Agama : Islam Dx Medis :Kista Ovarium
Suku/bangsa : Jawa/INA
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : gunung panggilun

2. Penanggung jawab
Nama : Tn.L
Umur : 50 thn
Jenis kelamin : laki –laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Status hubungan : suami Ny.J
Alamat : Jombang
3. Keluhan Utama
Nyeri area reproduksi menjalar ke perut dan kaki
4. Penyakit sekarang
Ny.J berusia 45 tahun alamat di Jombang datang ke RS.Jombang bersama
Suaminya Tn.L usia 50 tahun. Ny J mengeluh nyeri area vagina menjalar ke
perut hingga ke kaki. Nyeri dirsakan sejak 5 hari yang lalu disertai
amenorrhea 1,5 bulan, keputihan berwarna keruh dan agak berbau
P : Pasien mengatakan nyeri area genetalia menjalar ke perut dan kaki

Q : Terasa tertusuk
R : Pada area genetalia menjalar ke perut dan kaki

S :7

T : Pada saat aktivitas dan istirahat


5. Riwayat Menstruasi
Siklus haid : ± 35 hari menarche : ± 14 tahun
Lama haid : ± 10 hari dismenorhea : jarang
6. Riwayat keperawatan dan kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelum dirawat di rumah sakit hanya diperiksakan di
puskesmas dan hanya di beri obat anti nyeri.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
permasalahan yang sama seperti dirinya.
8. Pemeriksaan Fisik
 TD : 130/90
 N : 100 x/menit
 S : 37C
 RR : 24x/menit
Pemeriksaan Per-Sistem
1. Sistem Pernafasan
Anamnesa : pasien megatakan tidak ada keluhan di pernafasan
a. Hidung
Inspeksi: Tidak ada secret / ingus, tidak mengalami epistaksis,
tidak polip, tidak ada oedem pada mukosa.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
b. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tidak sianosis
c. Leher
Inspeksi : Tidak ada trakheostomi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
d. Faring
Inspeksi : Tidak kemerahan, tidak ada oedem / tanda-tanda
infeksi,
e. Area dada
Inspeksi : Pola nafa snormal dan tidak adanya penarikan otot
intercosta
Palpasi : Tidak ada Nyeri tekan
Perkusi : Bunyi resonan
Auskultasi : Tidak ada ronchi dan wheezing
2. Sistem Kardiovaskuler dan Limfe
Anamnesa : pasien mengatakan tidak ada keluhan pada jantungya
a. Wajah
Inspeksi : Wajah tampak pucat, konjungtiva anemis
Leher
Inspeksi : Tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : Arteri carotis communis teraba kuat
b. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : Letak ictus cordis pada ICS 4-5
Perkusi : Bunyi pekak pada batas jantung
Auskultasi : bunyi Bj1 dan bj2 tunggal
c. Ekstermitas atas
Inspeksi : Tidak sianosis
Palpasai : Suhu akral normal

d. Ekstermitas bawah
Inspeksi : Tidak ada sianosis maupun oedem
Palpasi : Suhu akral normal
3. Sistem persyarafan
Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem persyarafan
a. Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : Pasien dapat membedakan
bau bauan
b. Uji nervus II opticus ( penglihatan) : Tidak ada katarak, infeksi
konjungtiva atau infeksi lainya, pasien dapat melihat dengan
jelas tanpa menggunakan kaca mata
c. Uji nervus III oculomotorius : Tidak ada edema kelopak mata,
hipermi konjungtiva, hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis),
celah mata sempit (endophthalmus), dan bola mata menonjol
(exophthalmus)
d. Nervus IV toklearis : Ukuran pupil normal
e. Nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah) : Pasien dapat
membuka dan menutup mulut
f. Nervus VI abdusen : Tidak ada strabismus (juling), gerakan
mata normal
g. Uji nervus VII facialis : Pasien dapat menggembungkan pipi,
dan menaikkan dan menurunkan alis mata
h. Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : Pasien dapat mendengar
kata kata dengan baik
i. Nervus IX glosoparingeal : Terdapat reflek muntah
j. Nervus X vagus : Dapat menggerakan lidah
k. Nervus XI aksesorius : Dapat menggeleng dan menoleh kekiri
kanan, dan mengangkat bahu
l. Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : Dapat menjulurkan lidah.
Pemeriksaan Reflek fisiologis : Normal, tidak ada gangguan.
Pemeriksaan reflek patologis : Normal, tidak ada gangguan.
GCS (Glasgow Coma Scale) :
 Eye/membuka mata (E) : 4
 Motorik (M) : 6
 Verbal/bicara (V) : 5

4. Sistem perkemihan
Anamnesa : pasien mengatakan untuk BAK nyeri
 Genetalia eksterna
Inspeksi : odema, tidak ada tanda–tanda infeksi, Palpasi : Tidak
ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
 Kandung kemih
Inspeksi : Tidak ada massa/ benjolan, tidak ada pembesaran
kandung kemih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Ginjal
Inspeksi : Tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan abdomen kuadran I dan II diatas
umbilikus
Perkusi : Tidak ada nyeri ketok
5. Sistem pencernaan
Anamnesa : pasien mengatakan 1 kali BAB perhari
a. Mulut
Inspeksi : Tidak ada sianosis, pada gigi terdapat adanya plak,
jumlah gigi 28 buah, dan mengalami caries di beberapa gigi
bagian bawah.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b. Lidah
Inspeksi : Tidak ada tremor, lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada oedema
c. Faring
Inspeksi : Tidak hiperemi
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar
d. Abdomen
Inspeksi:tidak distensi abdomen
Palpasi : ada nyeri tekan
Perkusi : ada nyeri, tymphani
Auskultasi : bising usus hiperaktif

6. Sistem Muskuloskeletal & Integumen


Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem muskuloskeletal dan
integumen
Kekuatan otot : 4 4
4 4
Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan penuh

7. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem endokrin dan eksokrin
1) Kepala
Inspeksi : Distribusi rambut tidak merata, ketebalan tidak
normal, rambut mengalami kerontokan dan terdapat ketombe
2) Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
3) Payudara
Inspeksi : Tidak ada pembesaran mamae
4) Genetalia
Inspeksi : Penyebaran bulu pubis merata
Palpasi : Tidak ada benjolan
5) Ekstermitas bawah
Inspeksi : Tidak ada odema
8. Sistem Reproduksi
Anamnesa : nyeri area genetalia dan perut
1. Payudara
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada benjolan
2. Axila
Inspeksi : Tidak ada benjolan
Palpasi : Tidak ada benjolan
3. Abdomen
Inspeksi : sedikit membuncit, distensi abdomen
Palpasi :nyeri tekan pada abdomen, teraba massa pada
abdomen

4. Genetalia
Inspeksi :, ada tanda-tanda infeksi,mengeluarkan bau kurang
sedap

9. Sistem Persepsi Sensori


Anamnesa : Tidak ada keluhan pada persepsi sensori
1. Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris, sklera agak merah
Palpasi : Tidak ada nyeri
2. Penciuman
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

4.2 Analisa Data


Ns. Diagnosis Nyeri akut (00132)
(NANDA-I) Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan fisik
DEFINITION Pengalaman sensorik dan emosional yang tid
ak menyenangkan yang muncul akibat kerusa
kan jaringan yang aktual atau potensial atau d
igambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa (International Association for the Study)
; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari inten
sitas ringan hingga berat dengan akhir yang d
apat diantisipasi atau diprediksi dan berlangs
ung kurang dari 6 bulan.

DEFINING  Perubahan selera makan


CERATERISTICS  Ekspresi wajah nyeri
 Focus pada diri sendiri
 Keringat berlebihan
 Putus asa
 Sikap melindungi area nyeri
 Sikap tubuh melindungi
RELATED  Agens cidera (mis., biologis, zat kimi
a, fisik, psikologis)
ASSESSMENT Subjektive data entry Objektive data Entry
Pasien mengeluh nyeri area r  TD : 130/90 m
eproduksi menjalar ke perut, mHg
amenorrhea 1,5 bulan,keputi  RR :24x/menit
han berwarna keruh dan agak  Nadi :100 x/me
berbau Dengan skala nyeri : nit
P : Pasien mengatakan nyeri  Suhu :370C
area genetalia menjalar ke  Pasien tampak
perut dan kaki , gelisah
Q : Terasa tertusuk  Ekspresi wajah
R : Pada area genetalia menj merintih kesaki
alar ke perut dan kaki tan
S :7
T : Pada saat aktivitas dan is
tirahat

DIAGNOSIS Client Ns. Diagnosis (specify)


Diagnostic Nyeri akut
Statement : Related to :
Agens cedera biologis
4.3 Intervensi Keperawatan

NIC NOC

INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR

Manajemen nyeri 1.Obeservasi Kontrol nyeri  Mengenali timbul


Definisi :  Lakukan pengkajian Definisi : Tindak nya nyeri
Meringankan yang komprehensif an individu untu  Menggunakan an
atau mengurangi tentang nyeri, termasuk k mengendalikan algesik yang dire
nyeri sampai lokasi, karakteristik nyeri. komendasikan
pada tingkat onset/durasi, frekuensi, Tujuan :Setelah  Laporkan peruba
dilakukan
kenyamanan kualitas, intensitas, han gejala nyeri p
tindakan
yang dapat atau beratnya nyeri dan keperawatan ada dokter
selama 2x24 jam
diterima oleh faktor presipitasi  Mengenali kump
nyeri berkurang
pasien. Rasional : Membantu atau teratasi. ulan gejala nyeri
membedakan penyebab  TTV dalam batas
nyeri dan memberikan normal
informasi tentang
kemajuan atau
perbaikan penyakit,
terjadinya komplikasi
dan keefektifan
intervensi.
 Pantau tanda - tanda
vital
Rasional :
Peningkatan nyeri akan
mempengaruhi
perubahan pada tanda -
tanda vital
 Kaji ulang factor-
faktor yang
meningkatkan atau
menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat
menunjukan factor
pencetus/pemberat.
2.Action
 Berikan posisi yang
nyaman sesuai
kebutuhan pasien
Rasional :
Memberikan rasa
nyaman pada pasien,
meningkatkan
relaksasi, dan
membantu pasien
untuk memfokuskan
kembali perhatiannya.
 Tingkatkan tirah
baring, bantulah
kebutuhan perawatan
diri yang penting
Rasional :
Menurunkan gerakan
yang dapat
meningkatkan nyeri
 Ajarkan pasien teknik
relaksasi/napas dalam.
Rasional : efektif untuk
meminimalkan nyeri.
3.Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgesik
Rasional: untuk
mengurangi nyeri
secara farmakologi
4. Health Education
 Anjurkan kelurga klien
untuk mendampingi
klien
Rasional :
menigkatkan rasa
kenyamanan pasien
 Jelaskan pembatasan
aktivitas pada pasien
Rasional : pemahaman
pasien membantu
dalam upaya untuk
bekerja sama.

4.4 Implementasi Keperawatan

NO Tanggal/Jam Implementasi Paraf

1 20 Oktober 2017 1. Mengobservasi nyeri pasien


Hasil : nyeri skala 7 di daerah perut
kebawah , ekpresi pasien merintih
kesakitan
2. Mengukur TTV
Hasil : TD 130/90 N 100x/menit
RR; 24 x/menit S 37 C
3. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik
4. Mengajarkan tehnik distraksi
relaksasi
Hasil : pasien bisa mengikuti
dengan baik dan benar

2 21 Oktober 2017 1. Mengobservasi nyeri pasien


Hasil : nyeri skala 7 di daerah perut
kebawah
2. Mengukur TTV
Hasil
TD : 120/80
RR 23x/menit
S: 37,4 C
N 120 x/menit
3. Memposisikan pasien nyaman
Hasil : posisi semi fowler, pasien
merasakan nyaman
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik
3 22 Oktober 2017 1. Mengoservasi nyeri pasien
Hasil : nyeri skala 6 di daerah perut
kebawah
2. Mengukur TTV
Hasil TD : 140/80 RR 22x/menit S:
37 C N 80 x/menit
3. Memposisikan pasien nyaman
Hasil : posisi semi fowler, pasien
merasakan nyaman
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik

4.5 Evaluasi Keperawatan

TGl/Jam Diagnosa Catatan Perkembagan Paraf


Keperawatan
20 Oktober Nyeri Akut S: pasien mengatakan masih nyeri
2017 O:
 Ekpresi klien merintih kesakitan
 Nyeri skala 7
A: Masalah Belum Teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Observasi nyeri
2. Melakukan TTV
3. Melakukan terapi pengobatan
kolaborasi
21 Oktober Nyeri akut S: pasien mengatakan masih nyeri
2017 O:
 Ekpresi klien merintih kesakitan
 Nyeri skala 7
A: Masalah Belum Teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
4. Observasi nyeri
5. Melakukan TTV
6. Melakukan terapi pengobatan
kolaborasi
7. Melakukan Tehnik distraksi
relaksasi

22 Oktober Nyeri akut S: pasien mengatakan masih nyeri


2017 O:
 Ekpresi klien merintih kesakitan
 Nyeri skala 6
A: Masalah Belum Teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
8. Observasi nyeri
9. Melakukan TTV
10. Melakukan terapi pengobatan
kolaborasi
11. Melakukan Tehnik distraksi
relaksasi
4.1 Kesimpulan
Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau
ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang berbentuk dari
lapisan terluar dari ovarium (Replubika Online, Zubair Djoerban). Penyebab kista ovarium
belum diketahui secara pasti.
Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :Perut terasa
penuh, berat, kembung,tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil),haid
tidak teratur,nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha,nyeri sanggama,mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti
pada saat hamil.
Penanganan kista ovarium bila diameter kurang dari scan hanya dilakukan menunggu 2
sampai 3 bulan untuk pemeriksaan ginekologik berulang. Bila kista dengan diameter lebih
dari 5 cm atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium bisanya diserta dengan
pengangkatan tuba (salpingo ooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang tepat adalah
histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral.

4.2 Saran
Dari informasi yang terdapat pada makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien yang sesuai
dengan tanda dan gejala yang ada pada pasien tersebut. Penulis juga berharap agar makalah
ini bermanfaat bagi pembaca. Informasi yang terdapat pada makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembaca tentang penyakit Kista Ovarium.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/96911314/Asuhan-Keperawatan-Kista-Ovarium
Achadiat, crhisdiono. 1996. Tumor-tumor Ovarium Bordeline. Klaten : Cermin Dunia
Kedokteran.
Djoerban, Zubairi. 2008. Kista Ovarium. Jakarta : Republika Online.
Hartini. 2008. Kista, Tumor, dan Kanker Ovarium Berhubungan Erat dengan Tingkat
Kesuburan yang Rendah. www.kista ovarium.com.
Nasdaly. 2008. Jenis-jenis Kista Ovarium. Jakarta : Staf Medic Fungsional

Anda mungkin juga menyukai