Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

UPAYA PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER DALAM


SISTEM REPRODUKSI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 (KELAS III C KEPERAWATAN)

MIFTAHUL AISYAH NIM 2214201146


SINDY ANDESTA NIM 2214201167
ASIFA GIRLNES NIM 2214201129
FELIA ADE SANDOVA NIM 2214201137
JINGGA MAHARANI NIM 2214201141
MICKY CANDRA NIM 2214201144
RANI SAGITA NIM 2214201154
RENO WAHYU BUSTA NIM 2214201155
SHINTYA SARI NIM 2214201166
TASILA PUTRI RAHMADINA NIM 2214201172
THIRTA AISYAH NIM 2214201174
UMY FADILA RAHMADANY NIM 2214201175
WIDIA SARI NIM 2214201179
YAS LISKARI SABELAU NIM 2214201181
NOPRIJOL HUTERNO NIM 2114201083

DOSEN PENGAMPU : Ns. SARI INDAH KESUMA, M.Kep


MATA KULIAH : KEPERAWATAN MATERNITAS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya, dengan membuka pintu hati dan pikiran penulis sehingga penulisan

makalah yang berjudul “UPAYA PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN

TERSIER DALAM SISTEM REPRODUKSI” dapat diselesaikan tepat waktu dan

disusun dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas. Selain

itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun

penulis. Dalam pembuatan makalah ini penulis telah banyak dibantu oleh berbagai

pihak dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan moril dan materil

kepada penulis.

2. Bapak Ns. Sari Indah Kesuma, M.Kep selaku dosen pembimbing mata

kuliah Keperawatan Maternitas.

3. Serta semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan

satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang

bersifat membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi nantinya.

Padang, November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

1.4 Manfaat ...................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upaya Pencegahan Primer Pada Sistem Reproduksi ................................ 5

2.2 Upaya Pencegahan Sekunder Pada Sistem Reproduksi ............................ 6

2.3 Upaya Pencegahan Tersier Pada Sistem Reproduksi ................................ 9

BAB II PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 17

3.2 Saran .......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistem Reproduksi Manusia .................................................................... 9

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang dihadapi

oleh masyarakat kita saat ini. Semakin maju teknologi di bidang kedokteran semakin

banyak pula macam penyakit yang mendera masyarakat. Hal ini tentu saja di

pengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu sendiri. Semenjak umat manusia

menghuni planet bumi ini sebenarnya mereka sudah sering kali menghadapi masalah

kesehatan serta bahaya kematian yang disebabkan oleh faktor lingkungan hidup yang

ada di sekitar mereka. Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar

dapat kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai

bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk

meningkatkan kemampuan hidup sehatnya (Azizah, 2019).

Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya

dan menjalankan upaya pencecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan.

GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu system kesehatan nasional

yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat. Upaya kesehatan Ibu

dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan

pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak

prasekolah. Pemberdayaan masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi

masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi

situasi gawat darurat dari aspek nonklinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem

1
kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk

masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/komunikasi (telepon genggam

telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.

Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat,

pemuka masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun

bayi serta pembinaan kesehatan akan ditaman kanak-kanak (Azizah, 2019).

Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi yang menjamin bahwa

fungsi reproduksi, khususnya proses reproduksi, dapat berlangsung dalam keadaan

sejahtera fisik, mental maupun sosial dan bukan sekedar terbebas dari penyakit atau

gangguan fungsi alat reproduksi. WHO (2019), menyebutkan kesehatan reproduksi

menyangkut proses, fungsi dan sistim reproduksi pada seluruh tahap kehidupan.

Kanker atau keganasan adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan

penyebaran jaringan secara abnormal. Penyakit kanker merupakan suatu penyakit

yang disebabkan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh tidak normal (tumbuh sangat

cepat dan tidak terkendali), menginfiltrasi/merembes, dan menekan jaringan tubuh

sehingga mempengaruhi organ tubuh (Akmal, 2021). Penyakit kanker menurut

Sunaryati merupakan penyakit yang ditandai pembelahan sel tidak terkendali dan

kemampuan selsel tersebut menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan

pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel

ke tempat yang jauh (metastasis) (Sunaryati, 2019).

Kanker atau tumor ganas terjadi akibat adanya pertumbuhan sel-sel jaringan

tubuh yang tidak normal, disebabkan neoplasia, displasia, dan hiperplasia. Neoplasia

adalah kondisi sel yang terdapat pada jaringan berproliferasi secara tidak normal dan

2
invasif, dysplasia yaitu kondisi sel yang tidak berkembang normal dengan indikasi

adanya perubahan pada nucleus (inti sel), hyperplasia merupakan kondisi sel normal

pada jaringan mengalami pertumbuhan berlebihan. Kanker merupakan sekelompok

penyakit yang disebabkan pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak

terkendali (American Cancer Society, 2019)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut,

yaitu :

1. Bagaimana upaya pencegahan primer pada sistem reproduksi ?

2. Bagaimana upaya pencegahan sekunder pada sistem reproduksi ?

3. Bagaimana upaya pencegahan tersier pada sistem reproduksi ?

1.3 TUJUAN

Tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier pada sistem

reproduksi. Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya pencegahan primer pada

sistem reproduksi.

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya pencegahan sekunder

pada sistem reproduksi.

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya pencegahan tersier pada

sistem reproduksi.

3
1.4 MANFAAT

Adapun manfaat pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah wawasan tentang upaya pencegahan primer pada sistem

reproduksi.

2. Menambah informasi terkait dengan upaya pencegahan sekunder pada sistem

reproduksi.

3. Menambah wawasan tentang upaya pencegahan primer pada sistem

reproduksi.

4. Dapat menjadi literatur bagi penulis selanjutnya yang berkaitan dengan

dimensi respon dan tindakan dalam komunikasi terapeutik.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENCEGAHAN PRIMER PADA SISTEM REPRODUKSI

Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan

kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer

juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada

seseorang dengan faktor risiko. Tahap pencegahan primer diterapkan dalam fase

prepathogenesis yaitu pada keadaan dimana proses penyakit belum terjadi atau belum

mulai (Prabowo, 2019). Dalam fase ini meskipun proses penyakit belum mulai tapi

ketiga faktor utama untuk terjadinya penyakit, yaitu agent, host dan environment

yang membentuk konsep segitiga epidemiologi selalu akan berinteraksi yang satu

dengan lainya dan selalu merupakan ancaman potensial untuk sewaktu-waktu

mencetuskan terjadinya stimulus yang memicu untuk mulainya terjadinya proses

penyakit dan masuk kedalam fase pathogenesis. Untuk pencegahan primer masalah

system reproduksi pada dewasa, antara lain :

1. PADA PRIA

A. PROMOSI KESEHATAN

Tingkat pencegahan yang pertama, yaitu promosi kesehatan oleh para ahli

kesehatan di terjemahkan menjadi peningkatan kesehatan, bukan promosi kesehatan,

hal ini dikarenakan makna yang terkandung dalam istilah Promotion Of Health disini

adalah meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu melalui asupan gizi seimbang,

olahraga teratur, dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap sehat, tidak terserang

5
penyakit. Namun demikian, bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak ada

hubungannya dengan promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam penjelasannya

tentang Promotion Of Health menyatakan bahwa selain melalui peningktan gizi dan

sebagainya peningkatan kesehatan juga dapat dilakukan dengan memberikan

pendidikan kesehatan (Health Education) kepada individu dan masyarakat. Usaha ini

merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya (Yosep,

2019).

Sebagian besar strategi promosi kesehatan termasuk kedalam pencegahan

primer. Seperti peningkatan kesehatan, misalnya :dengan pendidikan kesehatan

reproduksi tentang HIV/AIDS, standarisasi nutrisi, menghindari seks bebas dan

sebagainya. Perlindungan khusus, misalnya imunisasi, kebersihan pribadi atau

pemakaian kondom. Menurut Machfoedz Ircham (2020) dalam bukunya Pendidikan

Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan,usaha untuk mempertinggi nilai kesehatan

diantaranya :

a. Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitas.

b. Asupan makanan yang dimakan.

c. Pengawasan terhadap makanan yang dimakan.

d. Perbaikan Hyegiene dan sanitasi lingkungan.

e. Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain pelayanan

kesehatan reproduksi dan pelayanan Keluarga Berencana.

f. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.

g. Konseling pranikah, saat hamil, persalinan dan menyusui.

h. Konseling mengenai seksualitas, kesehatan reproduksi.

6
B. SPESIFIC PROTECTION

Dibawah ini merupakan pencegahan primer (Specific Protection) secara

umum yang dapat dilakukan pria, untuk mencegah terjadinya masalah dalam sistem

reproduksi. Berikut ini cara yang dapat dilakukan mencegah dan melindungi system

reproduksi pada pria, yaitu :

a. Melakukan pemeriksaan organ reproduksi secara rutin agar kelainan dapat

segera ditangani lebih awal.

b. Melindungi testis selama beraktifitas, misalnya dengan tidak menggunakan

pakaian terlalu ketat sehingga testis tidak kepanasan.

c. Mengurangi kebiasaan mandi dengan air panas. Temperatur yang sejuk

diperlukan untuk perkembangan sperma.

d. Menjalankan pola hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan bergizi, cukup

olahraga, menghindari penyakit menular seksual,dan menciptakan ketenangan

psikis.

e. Menghindari minuman berakohol dan rokok.

2. PADA WANITA

Pada wanita, pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah dengan promosi

kesehatan dan Specific Protection. Pada promosi kesehatan seperti peningkatan

kesehatan, misalnya dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang menghindari

seks bebas kanker serviks, dan sebagainya (Febriana, 2018). Untuk specific

protection, berikut adalah penjelasannya yaitu sebagai berikut :

7
A. PENCEGAHAN HIV

Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV kedalam tubuh ialah melalui

hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang

terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode

perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang

terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan

tersebut, dengan demikian resiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.

Pencegahan untuk mengurangi terjadi HIV/AIDS adalah dengan teknik yaitu A-B-C.

A (Abstinensia) tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B (Befaithful) jika

sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya. C (Condom) jika cara

A dan B tidak bisa dipatuhi maka gunakanlah condom (Nurdwiyanti, 2018).

B. PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA

Merupakan promosi kesehatan yang sehat yaitu melalui upaya

menghindarkan diri dari faktor risiko serta melakukan pola hidup sehat. Termasuk

juga dengan pemeriksaan payudara sendiri alias SADARI.

C. PENCEGAHAN VULVA VAGINITIS

a. Gunakan celana dalam bersih, tidak ketat dan kering.

b. Membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang air besar dengan air

bersih (gunakan air mengalir kalau sedang ditoilet umum),cara pembersihan

dengan gerakan dari depan kebelakang.

c. Hindari penggunaan bahan kima atau parfum yang biasanya terdapat pada

sabun pembersih kewanitaan atau sabun mandi.

d. Jangan menggunakan pembalut yang mengandung perfume.

8
e. Jangan mengusap area vagina terlalu keras saat membersihkannya.

D. PENCEGAHAN GONORRHEA

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain, adalah :

a. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual.

b. Hindari kontak seksual dengan beberapa orang yang memiliki resiko penyakit

seksual menular (seperti pekerja seks komersil).

c. Obati sedini mungkin patner yang sudah terkena infeksi atau pastikan patner

seksual bebas dari penyakit sebelum berhubungan seksual.

E. PENCEGAHAN SIFILIS

Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat dicegah dengan

cara melakukan hubungan seksual secara aman, misalnya menggunakan

kondom.

Gambar 1. Sistem reproduksi manusia

Sumber : Stuart, G.W (2020)

9
F. PENCEGAHAN HERPES GENITALIS

Cara untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang untuk

mencegah penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari

terinfeksi dengan HSV, yang sangat menular, pada waktu lesiada. Cara terbaik untuk

mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi

hubungan seksual dengan hanya satu orang yang bebas infeksi. Cara yang dapat

dilakukan antara lain :

a. Gunakan atau pasangan anda gunakan sebuah kondom lateks selama setiap

kontak seksual.

b. Batasi jumlah pasangan seks.

c. Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena herpes didaerah genitalia

G. PENCEGAHAN KANKER SERVIKS

a. Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu bergati pasangan seksual lebih dari

satu dan berhubungan seks dibawah usia 20 karena secara fisik seluruh organ

intim dan yang terkait pada wanita baru matang pada usia 21 tahun.

b. Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah berhubungan

seksual, dianjurkan untuk melakukan tes HPV, Pap Smear, atau tes IVA,

untuk mendeteksi keberadaan Human Papilloma Virus (HPV), yang

merupakan biang keladi dari tercetusnya penyakit kanker serviks.

c. Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, atau anak-anak perempuan

dan laki-laki yang ingin terbentengi dari serangan virus HPV, bisa menjalani

vaksinasi HPV. Vaksin HPV dapat mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18.

Dan dapat diberikan mulai dari usia 9-26 tahun, dalam bentuk suntikan

10
sebanyak 3 kali (0-2-6 bulan). Dan biayanya pun terbilang murah.

d. Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta menjalani gaya hidup sehat

(berolahraga).

2.2 PENCEGAHAN SEKUNDER PADA SISTEM REPRODUKSI

Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya

adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita

penyakit tertentu. Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan

pengobatan yang tepat (Ernawati, 2019). Adapun beberapa pengobatan terhadap

penyakit masalah sistem reproduksi dapat melalui obat dan operasi. Pencegahan

sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada fase awal patogenik yang

bertujuan untuk :

a. Mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan penyakit

pada tahap ini

b. Mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit bila penyakit

ini merupakan penyakit menular

c. Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang

sakit serta untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga

mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi. Karena rendahnya

pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,

maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dimasyarakat.

Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati

penyakitnya. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak memperoleh

pelayanan kesehatan yang layak. Pencegahan sekunder terdiri dari :

11
A. DIAGNOSIS DINI DAN PENGOBATAN SEGERA

Contohnya adalah papsmear, merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi

gejala kanker serviks secara dini. Dengan melakukan pemeriksaan papsmear setiap

tahun, jika ditemukan adanya kanker serviks baru pada tahap awal sehingga

kesempatan untuk sembuh lebih besar. Artinya semakin dini penyakit kanker serviks

diketahui maka semakin mudah menanganinya. Pemeriksaan papsmear, pemeriksaan

IVA, sadari sebagai cara mendeteksi dini penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini

ditemui kelainan maka segera dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk memastikan

diagnose seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi atau kolposcopy. Tujuan

utama dari usaha ini adalah :

a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis

penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.

b. Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.

c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.

d. Mencari penderi tadi dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan : misalnya

pemeriksaan darah roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera

memberikan pengobatan.

e. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit

yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person)

untuk diawasi agar derita penyakitnya timbul dapat segera diberikan

pengobatan dan tindakan-tindakan lain yang perlu misalnya isolasi, desinfeksi

dan sebagainya (David, 2020).

12
f. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala

penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu

menyadari bahwa berhasil atau tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya

tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian tenaga kesehatannya,

melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan.

g. Disability Limitation (pembatasan kecacatan dan berusaha untuk

menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu

masalah kesehatan dan penyakit). Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha

Early diagnosis And Promotif Treatment yaitu dengan pengobatan dan

perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat

(tidak terjadi komplikasi). Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar

kecacatan tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat

ini dipertahankan semaksimal mungkin. Pengobatan yang terlambat akan

menyebabkan :

1. Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh

lagi misalnya pengobatan kanker (Neoplasma) yang terlambat.

2. Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.

3. Penderitaan sakit menjadi lebih lama.

4. Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.

5. Pembatasan ketidak mampuan (Disability Limitation).

6. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang

kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan

pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan

13
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan

yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang

bersangkutan cacat atau mengalami ketidakmampuan. Oleh karena itu,

pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.

7. Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi.

2.3 PENCEGAHAN TERSIER PADA SISTEM REPRODUKSI

Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari

pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi.

Menurut Kodim dkk (2004), tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah

komplikasi penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis

sudah ditegakkan. Pencegahan tersier terhadap penyakit masalah system reproduksi

dapat dengan melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-

terapi untuk meminimalisir kecacatan akibat masalah tersebut. Pencegahan tersier

adalah Rehabilitasi, contoh:rehabilitasi pada penderita-penderita kanker ovarium,

kanker payudara dan lain sebagaiannya. Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu,

kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-

kadang diperlukan latihan tertentu (Hawari, 20220.

Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang

malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau

menerima mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas

pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi

juga perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat. Pada pusat-pusat rehabilitasi

misalnya rehabilitasi PSK,dan korban narkoba. Rehabilitasi ini terdiri atas :

14
a. Rehabilitasi fisik

Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-

maksimalnya.

b. Rehabilitasi mental

Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan

perorangan dan social secara memuaskan. Sering kali bersamaan dengan terjadinya

cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini

bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan. Sebelum kembali ke dalam

masyarakat.

c. Rehabilitasi sosial vokasional

Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam

masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan

kemampuan dan ketidakmampuannya.

d. Rehabilitasi aesthesis

Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa

keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuh yaitu sendiri tidak dapat

dikembalikan. Usaha mengembalikan bekas penderita kedalam masyarakat,

memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat

mengerti dan memahami keadaan mereka (fisik, mental dan kemampuannya)

sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat,

dalam keadaannya yang sekarang. Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat

adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang

sekarang ini. Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga

15
masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasihan semata-mata, melainkan. Juga

berdasarkan hak azasinya sebagai manusia. Dari tingkatan-tingkatan tersebut

seharusnya strategi pencegahan berurutan mulai dari pencegahan primer sampai ke

pencegahan tersier. Prinsip mencegah lebih mudah dan lebih murah dari pada

mengobati masih menjadi dasar mengapa pemilihan strategi pencegahan penyakit

sebaiknya berurutan dari primer menuju tersier (Videbeck, 2018).

16
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan tentang upaya pencegahan

primer, sekunder dan tersier dalam sistem reproduksi dapat disimpulkan bahwa

Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan

kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer

juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada

seseorang dengan faktor risiko. Tahap pencegahan primer diterapkan dalam fase

prepathogenesis yaitu pada keadaan dimana proses penyakit belum terjadi atau belum

mulai. Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya

adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita

penyakit tertentu. Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan

pengobatan yang tepat. Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit masalah

sistem reproduksi dapat melalui obat dan operasi.

Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari

pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi.

Menurut Kodim dkk (2004), tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah

komplikasi penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis

sudah ditegakkan. Pencegahan tersier terhadap penyakit masalah system reproduksi

dapat dengan melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-

terapi untuk meminimalisir kecacatan akibat masalah tersebut. Pencegahan tersier

17
adalah Rehabilitasi, contoh:rehabilitasi pada penderita-penderita kanker ovarium,

kanker payudara dan lain sebagaiannya. Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu,

kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-

kadang diperlukan latihan tertentu.

3.2 SARAN

Diharapkan kepada pembaca agar lebih banyak mempelajari tentang upaya

pencegahan primer, sekunder dan tersier dalam sistem reproduksi. Menyadari bahwa

penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih

fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber dan

literatur yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, lilik marifatul. 2019. Keperawatan Maternitas (aplikasi praktik klinik) edisi

pertama.Yogyakarta : Graha ilmu

David, A. T. M. D. 2020. Buku Saku Diagnosa Keparawatan Pada Keparawatan

Maternitas : Edisi 6. Jakarta. EGC

Ernawati ,dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil. Jakarta : Trans

Info Media.

Febriana. 2018. Pedoman Penanganan Pada Pasien Intranatal. Jakarta: EGC.

Hawari. D. 2022. Pencegahan primer pada sistem reproduksi. Jakarta, FKUI.

Keliat, B.A. 2018. Proses keperawatan kesehatan Maternitas :Edisi 2. Jakarta : EGC

Nurdwiyanti. 2018. Pedoman penanganan pada gangguan post persalinan

manajemen, proses keperawatan dan hubungan terapiutik perawat-klien.

Yogyakarta : Moco Media

Prabowo. 2019. Pencegahan Primer Sekunder Tersier Pada Sistem Reproduksi.

Semarang : Universitas Diponegoro

Stuart, G. W. 2020. Buku Saku Keperawatan Maternitas Edisi 5. Alih bahasa. Jakarta

: EGC

Videbeck, Sheila L. 2018. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Yosep ,I. 2019. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai