Disusun Oleh :
Tingkat 3B
Dosen Pengampu :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
limpahannya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan
Trauma ini berjalan dengan baik
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan Trauma dengan benar. Ucapan terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar makalah makalah Asuhan Keperawatan
ini. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan
bantuan berupa konsep, pemikiran dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan
hati,saran dan kritik kami sangat diharapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan
makalah pada tugas lain dan waktu mendatang.
Kelompok 6
Uraian Tugas Kelompok
BAB II .................................................................................................................................................... 2
BAB III.........................................................................................................................................
3.1.Kesimpulan...........................................................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................................................
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
6. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
7. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
8. Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien
9. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
10. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
Gangguan Eliminasi Eliminasi Urine Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
Urine (D.0040) (L.04034) Observasi
Penyebab: 1. Sensasi berkemih 1. Identifkasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
1. Penurunan kapasitas meningkat 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine
kandung kemih 2. Desakan 3. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)
2. Iritasi kandung kemih berkemih Terapeutik
3. Penurunan (urgensi) 4. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
kemampuan 3. Distensi kandung 5. Batasi asupan cairan, jika perlu
menyadari tanda- kemih 6. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
tanda gangguan 4. Berkemih tidak Edukasi
kandung kemih tuntas 7. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
4. Efek tindakan medis (hesitancy) 8. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
dan diagnostik (mis. 5. Volume residu 9. Anjurkan mengambil specimen urine midstream
operasi ginjal, operasi urine 10. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
saluran kemih, 6. Urine menetes 11. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot pinggul/berkemihan
anastesi dan obat- (dribbling) 12. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
obatan) 7. Nokturia 13. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
5. Kelemahan otot 8. Mengompol Kolaborasi
pelvis 9. Enuresis 14. Kolaborasi pemberian obat suposituria uretra jika perlu
40
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
6. Ketidakmampuan 10. Disuria
mengakses toilet 11. Anuria
(mis. Imobilisasi) 12. Frekuensi BAK
7. Hambatan 13. Karakteristik
lingkungan urine
8. Ketidakmampuan
mengkomunikasikan
kebutuhan eliminasi
9. Outlet Kandung
kemih tidak lengkap
(mis. Anomali
saluran kemih
kongenital)
10. Imaturitas (pada anak
usia < 3 tahun)
Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi I. 09326
Penyebab: (L.09093) Observasi
1. Krisis situasional. 1. Verbalisasi 1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
2. Kebutuhan tidak kebingungan mengganggu kemampuan kognitif
terpenuhi. menurun 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Krisis maturasional. 2. Verbalisasi 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
4. Ancaman terhadap khawatir akibat latihan
konsep diri. kondisi yang 4. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
5. Ancaman terhadap dihadapi Terapeutik
kematian. menurun 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
6. Kekhawatiran 3. Perilaku gelisah 2. Gunakan nada suara yang lembut
mengalami kegagalan. menurun Edukasi
7. Disfungsi sistem 4. Perilaku tegang 1. Jelaskan tujuan, manfaat, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis, musik, napas dalam,
keluarga. menurun meditasi)
8. Hubungan orang tua- 5. Keluhan pusing 2. Anjurkan mengambil posisi nyaman dan rileks
anak tidak memuaskan. menurun 3. Anjurkan sering mengulang teknik relaksasi
9. Faktor keturunan 6. Anoreksia
(temperamen mudah menurun
teragitasi sejak lahir)
41
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
10. Penyalahgunaan zat. 7. Palpitasi
11. Terpapar bahaya menurun
lingkungan (mis. 8. Frekuensi
toksin, polutan, dan pernapasan
lain-lain). menurun
12. Kurang terpapar 9. Frekuensi nadi
informasi. menurun
10. Tekanan darah
menurun
11. Diaforesis
menurun
12. Tremor menurun
13. Pucat menurun
14. Konsentrasi
membaik
15. Pola tidur
membaik
Defisit pengetahuan (D. Tingkat Edukasi Kesehatan (I. 12383)
0111) Pengetahuan Observasi
Penyebab: (L.12111) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
1. Keteratasan kognitif Terapeutik
1. Verbalisasi minat
2. Gangguan fungsi 2. Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
dalam belajar
kognitif 3. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
meningkat
3. Kekeliruan mengikuti 4. Berikan Pendidikan kesehatan
2. Kemampuan
anjuran 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
menjelaskan
4. Kurang terpapar Edukasi
pengetahuan
informasi 6. Ajarkan bagaimana cara senam kaki diabetes
tentang suatu
5. Kurang minat dalam
topik meningkat
belajar
6. Kurang mampu
mengingat
7. Ketidaktahuan
menemukan sumber
informasi
42
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi (1.06171)
Fisik (D.0054) (L.05042) Observasi
1. Pergerakan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Penyebab ekstremitas 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
1. Kerusakan integritas meningkat 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
struktur tulang 2. Kekuatan otot 4. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
2. Perubahan meningkat Terapeutik
metabolisme 3. Rentang gerak 5. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)
3. Ketidakbugaran fisik (ROM) 6. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
4. Penurunan kendali otot meningkat 7. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
5. Penurunan massa otot 4. Nyeri menurun Edukasi
6. Penurunan kekuatan 5. Kaku sendi 8. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
otot menurun 9. Anjurkan melakukan ambulasi dini
7. Keterlambatan 10. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi
perkembangan Pemulihan Pasca roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
8. Kekakuan sendi Bedah (L.14129)
9. Kontraktur Kriteria hasil Dukungan Mobilisasi (I.05173)
10. Malnutrisi 1. Kenyamanan Observasi
11. Gangguan Meningkat 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
muskuloskeletal 2. Selera 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
12. Gangguan makan Meningk 3. Monitor frekwensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
neuromuskular at 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
13. Indeks masa tubuh 3. Mobilitas Terapeutik
diatas persentil ke-75 Meningkat 5. Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
sesuai usia 4. Kemampuan 6. Fasilitas melakukan pergerakan, jika perlu
14. Efek agen melanjutkan 7. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
farmakologis pekerjaan menin Edukasi
15. Program pembatasan gkat 8. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
gerak 5. Kemampuan 9. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
16. Nyeri bekerja
17. Kurang terpapar Meningkat
informasi tentang 6. Kemampuan
aktivitas fisik perawatan diri
18. Kecemasan Meningkat
43
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
19. Gangguan kognitif 7. Waktu
20. Keengganan penyembuhan
melakukan pergerakan Menurun
21. Gangguan 8. Area luka
sensoripersepsi Operasi
Membaik
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
h. Statis cairan
tubuh
6. Ketidakadekuatan
pertahan tubuh
sekunder
a. Penuruna
Hemoglobin
b. Imunosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi Respon
Inflamasi
e. Faksinasi tidak
adekuat
Defisit Nutrisi (D.0019): Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Penyebab: (L.03030) Observasi
11. Ketidakmampuan 1. Porsi makanan 1. Identifikasi status nutrisi
menelan makanan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
12. Ketidakmampuan meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
mencerna makanan 2. Kekuatan otot 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
13. Ketidakmampuan mengunyah 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
mengabsorbsi nutrien meningkat 6. Monitor asupan makanan
14. Peningkatan 3. Kekuatan otot 7. Monitor berat badan
kebutuhan menelan 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
metabolisme meningkat Terapeutik
15. Faktor ekonomi (mis, 4. Verbalisasi 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
finansial tidak keinginan untuk 10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
mencukupi) meningkatkan 11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
16. Faktor psikologis nutrisi meningkat 12. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
(mis, stres, 5. Pengetahuan 13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
keengganan untuk tentang pilihan 14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
makan) makanan yang 15. Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
sehat meningkat Edukasi
6. Pengetahuan 16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
tentang pilihan 17. Ajarkan diet yang diprogramkan
45
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
minuman yang Kolaborasi
sehat meningkat 18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
7. Pengetahuan 19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
tentang standar dibutuhkan, jika perlu
asuhan nutrisi
yang tepat
meningkat
Konstipasi (D.0049) Eliminasi Fekal Manajemen Eliminasi Fekal (I.04151)
Penyebab: (L.04033) Observasi
Fisiologis 1. Kontrol 1. Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
1. Penurunan motilitas pengeluaran feses 2. Identifikasi pengobatan yang berefek pada
gastrointestinal meningkat 3. kondisi gastrointestinal
2. Ketidakadekuatan 2. Keluhan defekasi 4. Monitor buang air besar (mis. warna, konsistensi, volume)
pertumbuhan gigi lama dan sulit 5. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi, atau impaksi
3. Ketidakcukupan diet menurun Terapeutik
4. Ketidakcukupan 3. Mengejan saat 6. Berikan air hangat setelah makan
asupan serat defekasi menurun 7. Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
5. Ketidakcukupan 4. Distensi abdomen 8. Sediakan makanan tinggi serat
asupan cairan menurun Edukasi
6. Aganglionik (mis. 5. Teraba massa pada 9. Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan keteraturan peristaltik usus
penyakit Hircsprung) rektal menurun 10. Anjurkan mencatat warna, frekuensi, konsistensi, volume feses
7. Kelemahan otot 6. Urgency menurun 11. Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai toleransi
abdomen 7. Nyeri abdomen 12. Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukan gas
Psikologis menurun 13. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung serat
8. Konfusi 8. Kram abdomen 14. Anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak terkontraindikasi
9. Depresi menurun 15. Kolaborasi
10. Gangguan emosional 9. Konsistensi feses 16. Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika perlu
Situasional membaik .
11. Perubahan kebiasaan 10. Frekuensi
makan (mis. jenis defekasi
makanan, jadwal 11. Peristaltik usus
makan) membaik
12. Ketidakadekuatan
toileting
46
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil SLKI Intervensi Keperawatan SIKI
SDKI
13. Aktivitas fisik harian
kurang dari yang
dianjurkan
14. Penyalahgunaan
laksatif
15. Efek agen
farmakologis
16. Ketidakteraturan
kebiasaan defekasi
17. Kebiasaan menahan
dorongan defekasi
18. Perubahan
lingkungan
Defisit Perawatan Diri Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri (I.11348)
(D.0109) meningkat Observasi
(L.11103): 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
Penyebab: 1. Kemampuan 2. Monitor tingkat kemandirian
1. Gangguan mand 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan
musculoskeletal meningkat Terapeutik
2. Gangguan 2. Kemampuan 4. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
neuromuskuler mengenakan 5. Siapkan keperluan mandi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
3. Kelemahan pakaian 6. Damping dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
4. Gamgguan psikologis meningkat 7. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
dan/atau psikotik 3. Kemampuan 8. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
5. Penurunan makan 9. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
motivasi/minat meningkat Edukasi
4. Kemampuan ke 10. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
toilet meningkat
47
4. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah dalam menetapkan tindakan keperawatan. Tindakan ini dapat
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari proses keperawatan dan pada kesimpulan. Evaluasi
keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi keperawatan adalah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan
setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.
Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap
perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi
proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan dilakukan. Format evaluasi yang
digunakan adalah SOAP. S: Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien, O: Objective yaitu data yang diobservasi oleh
perawat atau keluarga, A: Assassment yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P: Planning yaitu rencana tindakan yang akan
Konservatif Pembedahan
Kegagalan sel telur matang
MK: SLKI:
Ansietas Tingkat Ansietas (L.09093)
Kurang (D.0080) SIKI: Post Operasi
Pre Operasi informasi
Reduksi Ansietas (I.09314)
tentang Terapi Relaksasi (I.09326)
MK: Defisit
Pengaruh anastesi Luka operasi
penyakit Pengetahuan Relaksasi otot
(D.0111) SLKI: polos lambung
Pembesaran Komplikasi Tingkat Pengetahuan Peristaltik usus
Perdarahan ke Nyeri perut Terputusnya kontinuitas
Ovarium kista (L.12110)
Hcl meningkat
dalam kista mendadak jaringan
SIKI:
Edukasi Kesehatan Absorspsi air di kolon
Menekan organ Menekan (I.12383) Intake nutrisi MK: Nyeri Akut
Anus Menstruasi tidak teratur MK: Konstipasi (D.0049) (D.0077)
disekitar ovarium
MK: nyeri akut MK: Defisit
(D.0077) SLKI: nutrisi (D.0019)
Menekan Obstipasi SLKI:
Eliminasi Fekal Tingkat Nyeri (L.08066)
kandung kemih
(L.04033) SIKI:
SLKI:
SIKI: SLKI: Manajemen Nyeri
SLKI: Tingkat Nyeri (L.08066)
SIKI: Manajemen Konstipasi Status Nutrisi (I.08238)
Gangguan MK: gangguan Eliminasi Urine
Manajemen Nyeri (I.08238) (I.04155) (L.03030) Pemberian Analgetik
eliminasi urine (L.04034)
Miksi Pemberian Analgetik (I.08243) SIKI: (I.08243)
(D.0040) SIKI: Manajemen Nutrisi
Manajemen eliminasi
(I.03119)
urine (I.04152)
49
SLKI:
Tingkat Infeksi (L.14137)
Kontrol Risiko (l.14128)
SIKI:
Pencegahan Infeksi (I.14539)
Perawatan Luka (I.14564)
MK: Defisit
MK: Gangguan
Perawatan Diri
Mobilitas Fisik
(D.0109)
(D.0054)
SLKI:
SLKI: Perawatan Diri (L.11103)
Mobilitas Fisik (L.05042) SIKI:
SIKI: Dukungan Perawatan
Dukungan Mobilisasi (I.05173) Diri (I.11348)
RIWAYAT KEPERAWATAN
1. RIWAYAT OBSTETRI :
a. Riwayat menstruasi :
Menarche : umur 11th
Siklus : teratur( ya )
Banyaknya : normal
Lamanya : kuranglebih 5 hari
Keluhan. : Pasien mengeluhkan nyeri hebat saat haid, dan ia
pernah s ekalimengalami haid selama satu
bulan
penuh.
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas : Pasien belum mempunyai Riwayat
kehamilan.
Genogram
KETERANGAN
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
3. RIWAYAT KESEHATAN :
• Penyakit Lainnya : Pasien mengatakan bahwa ibunya pada saat haid juga mengalami
nyeri hebat tetapi tidak pernah di periksa kefasilitas kesehatan
• Penyakit yang pernah dialami ibu : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu.
• Pengobatan yang didapat : pasien tidak menjalani pengobatan apapun
• Riwayat penyakitkeluarga(tdk)
• Penyakit Diabetes Mellitus (tdk)
• Penyakitjantung (tdk)
• Penyakithipertensi (ya)
4. RIWAYAT LINGKUNGAN :
- Kebersihan : Pasien tinggal di perumahan yang memilki lingkungan yang bersih
- Bahaya : Lingkungan rumah pasien memiliki 1 pos satpam yang menjaga 1x24 jam
- Lainnyasebutkan :-
5. ASPEK PSIKOSOSIAL :
a. Persepsi ibu tentang keluhan/penyakit : pasien mengatakan ia sudah iklas dan sudah
menerima terhadap keadaannya sekarang, ia mengatakan apapun yang
terjadi adalah yang terbaik untuk dirinya dan suami
b. Apakah keadaan ini menimbul kan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari ? tidak
c. Harapan yang ibu inginkan : Pasien mengatakan ia berharap bisa hidup sehat
danmengharap kan yang terbaik untuk ia dan suaminya
d. Ibu tinggal dengan siapa : suami dan anak angkatnya
e. Siapakah orang yang terpenting bagi pasien: suami dan anak angkatnya
f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini suami pasien mengatakan ia pasrah
danhanya bisa berdoa yang terbaik untuk kesembuhan istrinya
g. Kesiapan mental untuk menjadi ibu :Ya
6. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS :
a. Pola Nutrisi
Frekwensi makan :3x sehari
Nafsu makan : baik, sedikit tapi sering
Jenis makanan rumah :sayur, buah dan laukpauk
Makanan yang tidakdisukai/ alergi/ pantangan : tidakada.
b. Pola eliminasi
• BAK
- Frekwensi : 5-7 kali
- Warna : kuning jernih
- Keluhan Saat BAK : tidak ada keluhan
• BAB
- Frekuensi : 5-6 kali seminggu
- Warna : Coklat
- Bau : Khas
- Konsistensi: Padat
- Keluhan : Tidak ada
• Oral hygiene
- Frekwensi :2x /hari
- Waktu : Pagi dan sore
• Cuci Rambut
- Frekwensi. :3x /minggu
- Shampo : Ya
7. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaanumum :Baik
Kesadaran. : Compos Mentis
Tekanandaran. : 140/90
Nadi. : 72 x/menit
Respirasi : 22
Suhu : .36,4 C
Berat badan. : 58kg
Tinggi badan. :160 cm
Mata :
Kelopak mata : tidak ada kelainan
Gerakan mata : normal
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterus
Pupil : isokor
Akomodasi : normal
Lainnyasebutkan
Hidung :
Pernafasan
Jalan nafas : tidak ada obstruksi jalan nafas
Suara nafas : vesikuler
Menggunakan otot-otot bantu pernafasan : tidak
Lainnyasebutkan : -
Sirkulasijantung
Kecepatan denyut apical : 80x/menit
Irama : Reguler
Kelainan bunyi jantung : tidak ada
Sakit dada : tidak ada
Lainnyasebutkan: -
Abdomen
Mengecil :-
Linea dan striae : tidak ada
Luka bekasoperasi : ada
Kontraksi : tidak ada
Lainnyasebutkan: Adanya luka post operasi di perut bagian bawah
panjang sekitar kurang lebih 7cm pada saat
pengkajian luka tertutup kada dan dalam keadaan
kering dan bersih serta tidak ada rembesan pasien
meraskan nyeri jahitan oprasinya nyeri dirasakan
hilang timbul di skala 6
Genitourinary
Perineum : Tidak ada luka di daerah perineum
VesikaUrinasria : tidak ada distensi pada vesikaurinaria
Lainnyasebutkan : -
Ekstrimitas (integumen/muskuloskeletal)
Turgor kulit : lembab
Warnakulit : sawo matang bersih
Kontraktur pada persendian ekstrimitas : tidakada
Kesulitan dalam pergerakan : tidakada
Lainnyasebutkan : -
d. Data Penunjang
1) Laboratorium :
Tanggal 15 April 2021 06.24
2) USG :-
3) Rontgen :-
4) Terapi yang didapat:
Metronidazole 3x500 mg :Obat antibiotic
untukmengobatiberbagaiinfeksiakibatbakteri.
Etabion 1x1: Suplemen vitamin dan mineral
Injeksi Ranitidine 2x1: Untukmenghambasekresiasamlambung yang
berlebih
InjeksiCinam 3x1: Untukmengobatiinfeksikulit dan strukturkulit
AsamMefenamat 3x500 mg: Untukmengurasinyeri yang dirasakanpasien.
ANALISA DATA
Do.
Pasien tampak menahan nyeri
Pasien mengalami sulit tidur
TD: 140/90
Ds.Pasienmengatakania di
rumahsakitsulittidur di malamhari,
tidurselama 4-5 jam
seharikarenakondisilampukamarnyamenyala Gangguan Pola
dan merasakannyeri yang Kurangnya Kontrol Tidur
3. dirasakanhilangtimbul di malamhari Tidur
Do.
Pasien terlihat lemas
TD: 140/90
Nadi: 72 x/menit
Respirasi: 22x/mnt
Suhu .36,4 C
PRIORITAS MASALAH
TANGGAL Nama
No Diagnosa keperawatan
Ditemukan Teratasi perawat
1. Nyeri akut b/d Agen Cidera 17-04-2021 - NM
Fisik
4.
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ruptur kista ovarium adalah kondisi terpelintir dan pecahnya suatu kista ovarium. Kista ovarium
adalah suatu kantung yang berisi cairan pada indung telur (ovarium) atau permukaannya. Indung telur
atau ovarium adalah organ reproduksi wanita yang terletak pada daerah panggul. Ovarium ada 2 dan
berada di samping kiri dan rahim, serta terikat kuat oleh suatu jaringan ligamen. Setiap ovarium berisi
ribuan sel telur dan akibat rangsangan hormon yang dihasilkan tubuh, satu sel telur menjadi matang
dalam 1 siklus haid.
Setelah masa ovulasi, setiap bulannya satu sel telur matang akan dilepaskan dari salah satu
kantung yang terdapat di dalam ovarium (kiri atau kanan, namun bisa juga keduanya). Selanjutnya,
kantung ini juga akan menghilang. Apabila kantung tersebut tetap terdapat sel telur atau berisi cairan
maka dapat membentuk kista. Terbentuknya kista normal, yang terjadi pada wanita usia remaja dan
dewasa muda yang dikenal dengan kista fungsional. Setelah masa ovulasi kista fungsional ini akan
menyusut. Namun, kista juga dapat berkembang menjadi semakin besar dan menyebabkan kista pecah
(ruptur).
Kondisi yang mempengaruhi pasien terhadap pembentukan kista ovarium (misalnya induksi
ovulasi, riwayat kista ovarium sebelumnya) meningkatkan risiko pecahnya kista Kista yang sudah
diketahui saat ini – Pasien dengan kista yang sudah diketahui (misalnya endometrioma, teratoma,
abses tubo-ovarium) mempunyai risiko lebih tinggi untuk
pecah. Hubungan seksual melalui vagina tampaknya menjadi faktor risiko pecahnya kista ovarium,
meskipun dalam beberapa laporan, hematoperitoneum pascakoitus telah dikaitkan dengan pecahnya
kista bahkan tanpa adanya kista yang terlihat
Sedangkan faktor risiko kista ovarium mengalami pecah yaitu:
Aktivitas fisik yang berat
Mengalami trauma pada perut
Penekanan pada perut
Penggunaan obat pengencer darah
Bentuk pencegahan dari torsio dan ruptur kista ovarium adalah menghindari aktivitas berat. Hal
ini dikarenakan aktivitas fisik berat dapat meningkatkan kista ovarium berukuran besar dapat
mengalami pecah dan terpelintir. Selain itu, penggunaan pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya
ovulasi sehingga pembentukan kista ovarium baru dapat dicegah.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapakan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan mampu
memahami dan mendalami tentang rupture kista ovarium. Sehingga mahasiswa dengan latar belakang
medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat
diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh. Dan juga diharapkan bidan maupun tenaga kesehatan
lainnya mampu meminimalkan faktor resiko dari rupture kista ovarium demi mempertahankan dan
meningkatkan status derajat kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Howard T Tajam (2023, 31 Mei). Evaluasi dan Penatalaksanaan kista ovarium yang pecah.
Diakses pada tanggal 09 Februari 2024, dari https://medilib.ir/uptodate/show/3298
Luluk Humaimah (2023, 16 April). Torsio dan Ruptur Kista Ovarium. Diakses pada tanggal
09 Februari 2024, https://www.ai-care.id/healthpedia-penyakit/torsio-ruptur-kista-
ovarium
Nur Alifah Utari (2021, 12 Juni). Patofisiologi Torsio Dan Ruptur Kista Ovarium. Diakses
pada tanggal 09 Februari 2024, https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-
ginekologi/torsio-dan-ruptur-kista-ovarium/patofisiologi
Salsabila Fathima. (2023). Asuhan Keperawatan Post OP Kista Ovarium di RS Islam Sultan
Agung Semarang.
Triwulan, L. (2022). Konsep Penyakit Kista Ovarium.
Najmih, N. (2019). Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Dengan Diagnosa Medis Kista Ovarium
Di Ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Obgyn RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makkasar.
Nurmansyah, & Setyawati, T. (2019). Laporan Kasus Kista Ovarium. Departement of Obstetrian and
Gynecology Universitas Tadalako, 1(1), 2019.
Suryoadji, K. A., Fauzi, A., Ridwan, A. S., & Kusuma, F. (2022). Diagnosis dan Tatalaksana pada
Kista Ovarium: Literature Review. Khazanah: Jurnal Mahasiswa, 14(1), 38–48.
https://doi.org/10.20885/khazanah.vol14.iss1.art5