Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA IBU DENGAN KISTA

OVARIUM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Pengampu : Hirza Ainin Nur, S.Kep,Ns,M.Kep

DisusunOleh :
1. Choirunnisa’ (20202545)
2. Devi Nur Aini P S (20201546)
3. Dewana Purwati P (20201547)
4. Fitri Setyaningrum (20201554)
5. Fransisca Nindia (20201555)
6. Gilang Abdul Aziz (20201558)
7. Handal Aghnia (20201557)
8. Happy Wulandari (20201558)
9. Maulida Ainur R (20201562)
10. Maya Yuliana (20201563)
11. Niken Ayu Anggun S (20201566)
12. Rosari Cahya W (20201574)
13. Ulin Oktaviana (20201578)
14. Windy Kharisma (20201580)

Prodi : D3 Keperawatan

AKPER KRIDA HUSADA KUDUS


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya. Penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis buat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan Maternitas. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Hirza Ainin Nur, S.Kep,Ns,M.Kep selaku dosen Keperawatan
Maternitas.
Kami mengetahui makalah yang penulis susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran kepada semuanya karena kritik
dan saran tersebut dapat membangun penulis susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga dengan makalah yang penulis
susun ini kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat menambah dan memperluas
pengetahuan kita.
Kudus, 30 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................7
A. Pengertian Kista Ovarium.............................................................................7
B. Etiologi Kista Ovarium.................................................................................8
C. Patofisiologi Kista Ovarium.........................................................................9
D. Pathway Kista Ovarium................................................................................10
E. Klasifikasi Kista Ovarium.............................................................................
F. Manifestasi klinis Kista Ovarium.................................................................11
G. Penatalaksanaan Kista Ovarium...................................................................12
H. Komplikasi Kista Ovarium...........................................................................13
I. Pemeriksaan penunjang................................................................................13
J. Asuhan keperawatan maternitas pada ibu dengan kista ovarium.................15
1. Pengkajian ..............................................................................................15
2. Diagnosa keperawatan............................................................................17
3. Intervensi.................................................................................................17
4. Implementasi...........................................................................................19
5. Evaluasi...................................................................................................20
BAB III PENUTUP..................................................................................................21
A. Kesimpulan......................................................................................................21
DAFTAR PUSAKA..................................................................................................22

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik
maupun solid, jinak maupun ganas. Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan di
Indonesia, berkembang pula upaya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap wanita
yang semakin membaik. Sarana dan prasarana di pelayanan kesehatan menunjang
terdeteksinya penyakit wanita yang bermacam-macam, termasuk penyakit ginekologi.
Berbagai macam penyakit sistem reproduksi yang memiliki efek negatif pada kualitas
kehidupan wanita dan keluarganya dengan gejala salah satunya gangguanmenstruasi
seperti menarche yang lebih awal, periode menstruasi yang tidak teratur, panjang
siklus menstruasi yang pendek, paritas yang rendah, dan riwayat infertilitas (Prasanti
Adriani, 2018).

Kista ovarium adalah kantung berisi cairan atau bahan semi-solid yang
terdapat di ovarium (Ammer, 2009).Kista ovarium terbagi atas kista
fisiologis/fungsional dan kista patologi. Kista ovarium fisiologis disebabkan oleh
karena kegagalan folikel pecah atau regresi. Beberapa jenis kista fungsional adalah
kista folikuler, kista korpus luteum, kista teka lutein, dan luteoma kehamilan Kista
patologi dapat bermanifestasi jinak, borderline, maupun ganas. Tumor ovarium yang
bersifat ganas disebut dengan kanker ovarium. Berdasarkan klasifikasi WHO, tumor
ovarium berasal dari salah satu antara tiga komponen ovarium yaitu: epitel
permukaan, sel germinativum, dan stroma ovarium (Rezkini, 2009).

A. Rumusan Masalah

Adapunrumusanmasalahdaripenulisanmakalahinidiantaranyasebagaiberikut:

1. Apa pengertian dari kista ovarium itu?

2. Apa etiologi dari kista ovarium ?

3. Bagaimana patofisiologi dari kista ovarium?

4. Bagaimana pathway dari kista ovarium?

4
5. Bagaimana klasifikasi dari kista ovarium?

6. Bagaimana manifestasi klinis dari kista ovarium?

7. Bagaimana penatalaksanaan kista ovarium?

8. Apa saja komplikasi dari kista ovarium?

9. Apa saja pemeriksaan penunjang dari kista ovarium?

10. Bagaimana asuhan keperawatan dari kista ovarium?

B. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:

1. Mengidentifikasikan apa kista ovarium itu

2. Menjelaskan etiologi dari kista ovarium

3. Untuk mengetahui patofisiologi dari kista ovarium

4. Untuk mengetahui pathway dari kista ovarium

5. Untuk mengetahui klasifikasi dari kista ovarium

6. Menjelaskan manifestasi klinis dari kista ovarium

7. Menjelaskan penatalaksanaan kista ovarium

8. Menjeaskan komplikasi dari kista ovarium

9. Untuk mengetahui apa pemeriksaan penunjang dari kista ovarium

10. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan dari kista ovarium

C. Manfaat Masalah

Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah :


1. Dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat dan diharapkan masyarakat
dapat menambah pengetahuan, wawasan serta sebagai bahan perkembangan ilmu
pengetahuan dibidang keperawatan khususnya mengenai gejala kista ovarium..
2. Bagi mahasiswa makalah ini dapat menjadi sumber informasi atau bahan belajar

5
sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam
memberikan intervensi keperawatan mandiri serta mengembangkan keterampilan
Mahasiswa Keperawatan dalam penatalaksanaan pencegahan kista ovarium.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh.Kantung ini bisa berisi zat gas,
cair, atau setengah padat.Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul.Kista
ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material
cairan atau setengah cair.(Nugroho, 2014).

Beberapa pengertian mengenai kista ovarium sebagai berikut:

1. Menurut (Winkjosastro, 2015) kistoma ovarium merupakan suatu tumor, baik


yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam
kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista
dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat
menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalanghalangi
masuknya kepala ke dalam panggul.

2. Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada


ovarium yang membentuk 9 seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yangdapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi (Williams,2015).

3. Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan
umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik (Agusfarly, 2014).

Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukanterpisah dari


uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik
(Winkjosastro, 2014).

7
B. Etiologi
Menurut Nugroho (2014), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan)hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium (ketidakseimbangan
hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal
mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi
didalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan
karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifat bilateral dan
berisi cairan bening, berwarna sepertijerami. Penyebab lain adalah adanya
pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal
dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.

C. Patofisiologi

Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan


endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat
rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan
ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel
genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan
LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron (Nurarif, 2013).

Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang


normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan
salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan
berfungsi dengan secara 21 normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon
hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat
menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel
telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta
menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).

8
D. Pathway
Ketidakseimbangan dan kegagalan salah satu pembentukan hormon yang
mempengaruhi indung telur

Fungsi ovarium abnormal

Penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna

Folikel gagal mengalami pematangan, gagal berinvolusi dan gagal mereabsorbsi


cairan
Terbentuk kista ovarium

Ansietas
Adanya cairan dalam Pembedahan
Jaringan di daerah ovarium

Klien merasa nyeri diperut Jaringan terputus


bagian bawah

Nyeri akutb.d Gangguan


agen pencedera integritas kulit
fisiologis

Klien mengalami ketakutan


Resiko infeksi
dalam melakukan mobilisasi
b.d efek
prosedur invasif

Gangguan
mobilitas fisik
b.d. kecemasan

Gambar 2.1.9 Pathway ( Sumber : Winkjosastro 2009 )

9
E. Klasifikasi
1) Kista Ovarium Nonneoplastik
a) Kista Folikel
Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada
didalamnya. Terbentuk kantung berisi cairan atau lender di dalam
ovarium (dr.faisal Yatim,2005).
b) Kista korpus luteum
Kista jenis ini lebih jarang terjadi, ukurannya lebih besar dari kista
fungsional. Kista ini timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi
perdarahan, dan lama-lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang
kadang-kadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya. Keluhan
biasanya timbul rasa sakit yang berat di rongga panggul (dr.faisal
Yatim,2005).
c) Kista theka-lutein
Disebabkan stimulasi berlebihan terhadap theka lutein olehkadar
gonadotropin yang bersirkulasi akibat kehamilan ektopik, mola
hidatidosa, terapi hormone esterogen, atau koriokarsinoma
(Sinclair,2010).
d) Polikistik kista
Menurut Yatim (2005), polikistik ovarium ditemukan pada 5-10%
perempuan usia dewasa tua sampai usia menopause, yang timbul
karena gangguan perkembangan folikel ovarium yang tidak
timbulovulasi. Perempuan yang menderita polikistik dapat diketahui,
antara lain:
- Mengeluh darah menstruasi yang keluar sedikit (oligo-menorrea).
- Tidak keluar darah menstruasi (amenorrea).
- Tidak terjadi ovulasi.
- Mandul.
- Berjerawat.
e) Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germanitivum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebihbanyak
terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang
melebihi diameter 1 cm. kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan

10
pada pemeriksaan histoligik ovariumtang diangkat waktu operasi.
Kista
terletak di bawah permukaan ovarium; dindingnya terdiri atas satu
lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan
serus (prawirohardjo,2007).
2) Kista neoplastic jinak
a) Kistoma ovary simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan
cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dinding
kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangakai,
dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala
mendadak.diduga bahwa kista ini suatu kistadinoma serosum, yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam
kista. Tetapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium,
akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara
histologic untuk mengetahui apakah ada keganasan
(prawirohardjo,2007).
b) Kistadenoma ovari serosum
Kista serosa biasanya ditemukan pada pemeriksaan rutin panggul.
Kista ini tidak menghasilkan hormone.Mula-mula kista serosa
unilokuler, berisi cairan tipis kekuningan dan mempunyai kapsul
fibrosa yang licin halus. Kemudian menjadi multilokuler dan timbul
pertumbuhan papiler pada permukaan dalam dan luar. Secara
histologis tumor serosa terdiri atas sel-sel epitel bersilia menyerupai
tuba falopii (sel kuboid atau kalumner rendah). Seringkali terdapat
masa keras berkapur, kecil, menyerupai pasir, tajam (badan
psammoma) dalam kista. kista ini berdiferensiasi baik ( terutama pada
wanita yang lebih muda) sedangkan lesi anaplastic lebih lazim pada
pasien yang lebih tua (benson dan pernoll, 2009).
c) Kistadenoma ovarii musinesom
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut meyer, ia
mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam mertumbuhannya
satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain (prawirohardjo,2007).

11
d) Kista endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Kista ini yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun
1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii
(prawirohardjo,2007).
e) Kista dermiod
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur-struktur eksodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti
epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula sebasea berwarna putih
kuning menyerupai lemak Nampak lebih menonjol daripada elemen-
elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid,
teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel
telur melalui proses parthenogenesis. Kista dermoid paling sering
terjadi selama usia reproduksidini (18-30 tahun).kista dermoid dapat
sangat kecil tetapi kebanyakan mencapai 0,5 jg dan dapat jauh lebih
besar (Benson dan Pernoll,2009).

F. Manifestasi Klinis
1. Gejala Kista Secara Umum
Menurut Yatim Faisal, (2005) gejala kista secara umum, antara lain :
a. Rasa nyeri di rongga panggul disertai rasa gatal.
b. Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh
bergerak.
c. Rasa nyeri saat siklus menstruasi selesai, pendarahan menstruasi tidak
seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, lebih pendek atau tidak
keluar darah menstruasi pada siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak
teratur.
d. Perut membesar.
2. Gejala Klinis Kista Ovarium
Ada pun gejala klinis kista ovarium :
a. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin diketahui saat melakukan
pemeriksaan rutin. Tumor dengan diameter sekitar 5 cm, dianggap belum
berbahaya kecuali bila dijumpai pada ibu yang menopause atau setelah

12
menopause. Besarnya tumor dapat menimbulkan gangguan berkemih dan
buang air besar terasa berat di bagian bawah perut, dan teraba tumor di
perut.
b. Gejala gangguan hormonal, indung telur merupakan sumber hormon
wanita yang paling utama sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat
mengganggu pengeluaran hormon. Gangguan hormon selalu berhubungan
dengan pola menstruasi yang menyebabkan gejala klinis berupa gangguan
pola menstruasi dan gejala karena tumor mengeluarkan hormone 20
c. Gejala klinis karena komplikasi tumor. Gejala komplikasi tumor dapat
berbentuk infeksi kista ovarium dengan gejala demam, perut sakit, tegang
dan nyeri, penderita tampak sakit. Mengalami torsi pada tangkai dengan
gejala perut mendadak sakit hebat dan keadaan umum penderita cukup
baik (Manuaba, 2009).
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat
menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan,
siklus menstruasi tidak teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar.
Gejalanya tidak menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut
bagian bawah. Pasien akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan
gejala perut terasa penuh dan sering sesak nafas karena perut tertekan oleh
besarnya kista (Manuaba, 2009).

G. Penatalaksanaan
1) Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan nyeri
dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres hangat pada
abdomen, dan teknik relaksasi napas dalam (Prawirohardjo, 2011).
2) Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan
kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri (Manuaba,
2013).
3) Pembedahan
Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi semakin
membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera
mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang utama yaitu : laparaskopi
dan laparatomi (Yatim, 2008).

13
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung pada
usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis
kista.
Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut :
a) Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada
pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tandakeganasan, biasanya
dokter melakukan operasi dengan laparaskopi. Dengan cara ini, alat
laparaskopi di masukkan kedalam rongga panggul dengan melakukan
sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis
rambut kemaluan (Yatim, 2008).
b) Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan
kista dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan
pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa
apakah sudah mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila
sudah dalam proses keganasan operasi sekalian mengangkat ovarium
dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe (Yatim,
2008).
H. Komplikasi
Menurut Yatim (2008), komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium
adalah :
1. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-
sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi
kurang darah (anemia).
2. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis.
3. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu
persetubuhan.
4. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
5. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi).

14
I. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang berdasarkan Williams, Rayburn F 2015) bahwa pemeriksaan


penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:

1. Laparaskopi, pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah


sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-
sifat tumor itu.

2. Ultrasonografi, pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor


apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah
tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak.

3. Foto Rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya


hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi
dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan
pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.

4. Pap smear, untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan


adaya kanker atau kista.

5. Pemeriksaan darah CS – 125 (menilai tinggi rendahnya kadar protein pada


darah).

6. Konsep DasarAsuhan maternitas pada ibu dengan kista ovarium

J. Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ibu Dengan Kista Ovarium


1. Pengkajian
a. Identitas klienmenurut (Djuanda,2014).
Meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, asal suku,
pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung jawab
b. Pengkajian Primer
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan
untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pasien pada saat ini dan
riwayat sebelumnya (Potter & Perry, 2013).
Pengkajian keperawatan terdiri dari dua tahap yaitu mengumpulkan dan
verifikasi data dari sumber primer dan sekunder dan yang kedua adalah

15
menganalisis seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis
keperawatan.
Menurut Jevon dan Ewens (2013), pengkajian Airway (A), Breathing (B),
Circulation (C), Disabillity (D), Expossure (E) pada pengkajian gawat
darurat adalah :
1) Airway : Pada pengkajian airway pada pasien kista ovarium berdasarkan
tanda dan gejala pada teori ada tanda yang muncul bila kista terus
tumbuh, seperti perut kembung atau bengkak, nyeri panggul sebelum
atau selama siklus menstruasi, hubungan seks terasa sakit, serta mual dan
muntah namun pada airway tidak ditemukan gangguan pada jalan napas.
2) Breathing : Menurut Brunner & Suddarth 2013 dikutip oleh(Rani,
2015).pengkajian pada breathing Look, listen dan feel dilakukan
penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien. Terapi oksigen adalah
pemberian oksigen dengan konsentrasi lebih tinggi dari yang ditemukan
dalam atmosfir lingkungan. Konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah
21%. Setiap kenaikan oksigen dengan konsentasi 4% perliter. Macam-
macam pemberian oksigen dan konsentrasi.
a. Nasal kanul 1-6 liter 24 – 44% konsentrasi
b. Simple face mask 5-8 liter 40-60% konsentrasi
c. Rebreating mask 8-10 liter 60-80% konsentrasi
d. Non rebreating mask 8-15 liter 80-100%konsetrasi
Pada pengkajian breathing pada pasien dengan kista ovarium masalah
yang terjadi apabila perut membesar dan menimbulkan gejala perut
terasa penuh mengakibatkan pasien mengalami sesak napas karena perut
tertekan oleh besarnya kista.
2. Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa keperawatan yang munculadalah:
1. Nyeri akut bd. Agen cedera fisiologis
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kecemasan
3. Ansietas
4. Gangguan integritas kulit
5. Resiko infeksi BD efek prosedur invasif
3. Intervensi
(SIKI, SLKI 2017)

16
1. Gangguan mobilitas fisik b.d. kecemasan
 I.06171 Dukungan Ambulasi
Tindakan
Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)
 Fasilitasi melakukan mobilisas! fisik, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi dinl
 Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari
temapt tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)

 I.05173 Dukungan Mobilisasi


Tindakan
Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
 Monitor frekuensi Jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
 Monitor kondisi umurn selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat
tidur)

17
 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dinl
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mnis. duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
 tempat tidur. pindah dari tempat tidur ke kursi
2. Nyeri akut bd. Agen cedera fisiologis
 I.08238 Manajemen Nyeri
Tindakan
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nanfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
 Fasilitasi Istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

18
meredakan nyeri

Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pernicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

 I.08243 Pemberian Analgesik


Tindakan
Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
Intensitas, frekuensi,durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. narkotika, non-narkotik,
atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
 Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
 Diskusikan janis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesla
optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus oplold untuk
mempertahankan kadar dalam serum
 Tetapkan target efektiitas analgetik untuk mengoptimalkan respons
pasien
 Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

19
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
3. Ansietas
 Reduksi Ansietas I.09314
Tindakan
Observasi
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis, kondisi, waktu, stresor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Teman pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara faktual mengenal diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan umelakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesual kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika pertu
4. Gangguan integritas kulit
 Perawatan Integritas Kulit

20
Tindakan
Observasi
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan
sirkulasi, perubahan status
 nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas)
Terapeutik
 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
 Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
 Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
 Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
 Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
 Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab (mis, lotion, serum)
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
 Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di
luar rumah
 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
 Perawatan luka I.14564
Tindakan
Observasi
 Monitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
 Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai

21
kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulitlesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
 Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
 Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
 Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
 Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. vitamin A, vitamin C,
Zinc, asam amino), sesuai indikasi Berikan terapi TENS (stimulasi
saraf transkutaneous) jika perlu
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalari dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement (mis. enzimatik, biologis, mekanis,
autolitik), jika perlu
 Kolaborasi perrberian antibiotik, jika perlu
5. Resiko infeksi BD efek prosedur invasif
 I.14508 Manajemen Imunisasi/Vaksinasi
Tindakan
Observasi
 Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
 Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (mis. reaksi
anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya dan atau sakit parah dengan
atau tanpa demam)
 Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik
 Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
 Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis. nama produsen, tanggal

22
kedaluwarsa)
 Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek
samping
 Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (ris. Hepatitis B,
BCG, difteri, tetanus, pertusis, H. Influenza, polio, campak, measles,
rubela)
 Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun
saat ini tidak diwajibkan pemerintah (mnis. influenza, pneumokokus)
 Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (mis. rabies, tetanus)
 Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi kembali
 Informasikan penyedia layanan Pekan Imunisasi Nasional yang
menyediakan vaksin gratis

 I.14539 Pencegah Infeksi


Tindakan
Observasi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan

23
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi adalah proses membantu pasien untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat
mengimplementasi tindakan yang telah diindentifikasi dalam rencana asuhan
keperawtan. Dimana tujuan implementasi keperawatan adalah meningkatkan
kesehatan klien, mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping
klien (Hutahaean Serri, 2010). Dalam implementasi rencana tindakan
keperawatan pada anak demam typhoid adalah mengkaji keadaan klien,
melibatkan keluarga dalam pemberian kompres hangat, menganjurkan klien
memakai pakaian tipis, mengobservasi reaksi non verbal, mengkaji intake dan
output klien, dan membantu keluarga dalam memberikan asupan kepada klien.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan
keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan
(Hutahaean Serri, 2010). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakajn
hubungan dengan klien,
macam-macam evaluasi:
1. Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada
saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan ditulis pada catatan
perawatan
2. Evaluasi sumatif SOAP
Kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada
tujuan, ditulis pada catatan perkembangan.

24
Hasil yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan keperawatan
adalah orang tua mengatakan demam berkurang dengan suhu 36,5 °C, orang
tua mengatakan nyeri sudah berkurang dan membantu mengontrol nyeri
dengan tehnik non farmakologi, orang tua mengatakan tidak terjadi penurunan
BB secara signifikan. Tindakan selanjutnya mengobservasi keluhan klien dan
pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.

25
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh.Kantung ini bisa berisi zat gas,
cair, atau setengah padat.Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul.Kista
ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material
cairan atau setengah cair.

26
DAFTAR PUSTAKA

Agusfarly, (2014). Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Popular Obor.


Ammer, Christine. 2009. The Encyclopedia of Woman’s Health, Sixth Edition.
UnitedStates of America: Facts on File Inc.
Nugroho, Taufan. 2014. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta : Nuha Medika
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA ( North American Nursing Diagnosis Association) NIC-
NOC. Mediaction Publishing.
Manuaba, I. A. Sri Kusuma Dewi Suryasaputra et. al. 2010. Buku Ajar
Ginekologi.Jakarta : EGC.
Digiulo,dkk.2014.KeperawatanMedikalbedah.Jogjakarta:RaphaPublishing

Hutahean&Serri.2009.AsuhanKeperawatanDalamMaternitasdanGinekologi.Jakarta:
TransInfo Media
Manuaba, I.B.G. (2010). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi
Sosial untuk profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Nugroho, Taufan (2014). Obsgyn Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Pawirohardjo, Sarwonp.2014. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Prasanti Adriani, (2018). Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Dengan Kista Ovarium.
Https://Jurnal.Usu.Ac.Id/Index.Php/Gkre/Article/Viewfile/1414
1/8988
Reeder,dkk. 2013. Keperawatan Maternitas VolEdisi 18.Jakarta: EGC
SDKI, SLKI, SKI : 2017
Williams, Rayburn F, (2015). Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.
Winkjosastro, (2014), Ilmu Kebidanan.Jogyakarta: Mitra Cendika.
Yatim.(2008), PenyakitKandungan.Myoma,KankerRahim/LeherRahumDan
IndungTelur,Kista,sertagangguanlainnya.Jakarta:PustakaPopule
rObor
Djuanda,(2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Andi Offl

27

Anda mungkin juga menyukai