OVARIUM
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Pengampu : Hirza Ainin Nur, S.Kep,Ns,M.Kep
DisusunOleh :
1. Choirunnisa’ (20202545)
2. Devi Nur Aini P S (20201546)
3. Dewana Purwati P (20201547)
4. Fitri Setyaningrum (20201554)
5. Fransisca Nindia (20201555)
6. Gilang Abdul Aziz (20201558)
7. Handal Aghnia (20201557)
8. Happy Wulandari (20201558)
9. Maulida Ainur R (20201562)
10. Maya Yuliana (20201563)
11. Niken Ayu Anggun S (20201566)
12. Rosari Cahya W (20201574)
13. Ulin Oktaviana (20201578)
14. Windy Kharisma (20201580)
Prodi : D3 Keperawatan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya. Penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis buat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan Maternitas. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Hirza Ainin Nur, S.Kep,Ns,M.Kep selaku dosen Keperawatan
Maternitas.
Kami mengetahui makalah yang penulis susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran kepada semuanya karena kritik
dan saran tersebut dapat membangun penulis susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga dengan makalah yang penulis
susun ini kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat menambah dan memperluas
pengetahuan kita.
Kudus, 30 Oktober 2021
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................7
A. Pengertian Kista Ovarium.............................................................................7
B. Etiologi Kista Ovarium.................................................................................8
C. Patofisiologi Kista Ovarium.........................................................................9
D. Pathway Kista Ovarium................................................................................10
E. Klasifikasi Kista Ovarium.............................................................................
F. Manifestasi klinis Kista Ovarium.................................................................11
G. Penatalaksanaan Kista Ovarium...................................................................12
H. Komplikasi Kista Ovarium...........................................................................13
I. Pemeriksaan penunjang................................................................................13
J. Asuhan keperawatan maternitas pada ibu dengan kista ovarium.................15
1. Pengkajian ..............................................................................................15
2. Diagnosa keperawatan............................................................................17
3. Intervensi.................................................................................................17
4. Implementasi...........................................................................................19
5. Evaluasi...................................................................................................20
BAB III PENUTUP..................................................................................................21
A. Kesimpulan......................................................................................................21
DAFTAR PUSAKA..................................................................................................22
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik
maupun solid, jinak maupun ganas. Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan di
Indonesia, berkembang pula upaya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap wanita
yang semakin membaik. Sarana dan prasarana di pelayanan kesehatan menunjang
terdeteksinya penyakit wanita yang bermacam-macam, termasuk penyakit ginekologi.
Berbagai macam penyakit sistem reproduksi yang memiliki efek negatif pada kualitas
kehidupan wanita dan keluarganya dengan gejala salah satunya gangguanmenstruasi
seperti menarche yang lebih awal, periode menstruasi yang tidak teratur, panjang
siklus menstruasi yang pendek, paritas yang rendah, dan riwayat infertilitas (Prasanti
Adriani, 2018).
Kista ovarium adalah kantung berisi cairan atau bahan semi-solid yang
terdapat di ovarium (Ammer, 2009).Kista ovarium terbagi atas kista
fisiologis/fungsional dan kista patologi. Kista ovarium fisiologis disebabkan oleh
karena kegagalan folikel pecah atau regresi. Beberapa jenis kista fungsional adalah
kista folikuler, kista korpus luteum, kista teka lutein, dan luteoma kehamilan Kista
patologi dapat bermanifestasi jinak, borderline, maupun ganas. Tumor ovarium yang
bersifat ganas disebut dengan kanker ovarium. Berdasarkan klasifikasi WHO, tumor
ovarium berasal dari salah satu antara tiga komponen ovarium yaitu: epitel
permukaan, sel germinativum, dan stroma ovarium (Rezkini, 2009).
A. Rumusan Masalah
Adapunrumusanmasalahdaripenulisanmakalahinidiantaranyasebagaiberikut:
4
5. Bagaimana klasifikasi dari kista ovarium?
B. Tujuan Masalah
C. Manfaat Masalah
5
sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam
memberikan intervensi keperawatan mandiri serta mengembangkan keterampilan
Mahasiswa Keperawatan dalam penatalaksanaan pencegahan kista ovarium.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh.Kantung ini bisa berisi zat gas,
cair, atau setengah padat.Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul.Kista
ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material
cairan atau setengah cair.(Nugroho, 2014).
3. Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan
umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik (Agusfarly, 2014).
7
B. Etiologi
Menurut Nugroho (2014), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan)hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium (ketidakseimbangan
hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal
mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi
didalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan
karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifat bilateral dan
berisi cairan bening, berwarna sepertijerami. Penyebab lain adalah adanya
pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal
dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
C. Patofisiologi
8
D. Pathway
Ketidakseimbangan dan kegagalan salah satu pembentukan hormon yang
mempengaruhi indung telur
Ansietas
Adanya cairan dalam Pembedahan
Jaringan di daerah ovarium
Gangguan
mobilitas fisik
b.d. kecemasan
9
E. Klasifikasi
1) Kista Ovarium Nonneoplastik
a) Kista Folikel
Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada
didalamnya. Terbentuk kantung berisi cairan atau lender di dalam
ovarium (dr.faisal Yatim,2005).
b) Kista korpus luteum
Kista jenis ini lebih jarang terjadi, ukurannya lebih besar dari kista
fungsional. Kista ini timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi
perdarahan, dan lama-lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang
kadang-kadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya. Keluhan
biasanya timbul rasa sakit yang berat di rongga panggul (dr.faisal
Yatim,2005).
c) Kista theka-lutein
Disebabkan stimulasi berlebihan terhadap theka lutein olehkadar
gonadotropin yang bersirkulasi akibat kehamilan ektopik, mola
hidatidosa, terapi hormone esterogen, atau koriokarsinoma
(Sinclair,2010).
d) Polikistik kista
Menurut Yatim (2005), polikistik ovarium ditemukan pada 5-10%
perempuan usia dewasa tua sampai usia menopause, yang timbul
karena gangguan perkembangan folikel ovarium yang tidak
timbulovulasi. Perempuan yang menderita polikistik dapat diketahui,
antara lain:
- Mengeluh darah menstruasi yang keluar sedikit (oligo-menorrea).
- Tidak keluar darah menstruasi (amenorrea).
- Tidak terjadi ovulasi.
- Mandul.
- Berjerawat.
e) Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germanitivum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebihbanyak
terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang
melebihi diameter 1 cm. kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan
10
pada pemeriksaan histoligik ovariumtang diangkat waktu operasi.
Kista
terletak di bawah permukaan ovarium; dindingnya terdiri atas satu
lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan
serus (prawirohardjo,2007).
2) Kista neoplastic jinak
a) Kistoma ovary simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan
cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dinding
kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangakai,
dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala
mendadak.diduga bahwa kista ini suatu kistadinoma serosum, yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam
kista. Tetapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium,
akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara
histologic untuk mengetahui apakah ada keganasan
(prawirohardjo,2007).
b) Kistadenoma ovari serosum
Kista serosa biasanya ditemukan pada pemeriksaan rutin panggul.
Kista ini tidak menghasilkan hormone.Mula-mula kista serosa
unilokuler, berisi cairan tipis kekuningan dan mempunyai kapsul
fibrosa yang licin halus. Kemudian menjadi multilokuler dan timbul
pertumbuhan papiler pada permukaan dalam dan luar. Secara
histologis tumor serosa terdiri atas sel-sel epitel bersilia menyerupai
tuba falopii (sel kuboid atau kalumner rendah). Seringkali terdapat
masa keras berkapur, kecil, menyerupai pasir, tajam (badan
psammoma) dalam kista. kista ini berdiferensiasi baik ( terutama pada
wanita yang lebih muda) sedangkan lesi anaplastic lebih lazim pada
pasien yang lebih tua (benson dan pernoll, 2009).
c) Kistadenoma ovarii musinesom
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut meyer, ia
mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam mertumbuhannya
satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain (prawirohardjo,2007).
11
d) Kista endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Kista ini yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun
1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii
(prawirohardjo,2007).
e) Kista dermiod
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur-struktur eksodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti
epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula sebasea berwarna putih
kuning menyerupai lemak Nampak lebih menonjol daripada elemen-
elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid,
teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel
telur melalui proses parthenogenesis. Kista dermoid paling sering
terjadi selama usia reproduksidini (18-30 tahun).kista dermoid dapat
sangat kecil tetapi kebanyakan mencapai 0,5 jg dan dapat jauh lebih
besar (Benson dan Pernoll,2009).
F. Manifestasi Klinis
1. Gejala Kista Secara Umum
Menurut Yatim Faisal, (2005) gejala kista secara umum, antara lain :
a. Rasa nyeri di rongga panggul disertai rasa gatal.
b. Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh
bergerak.
c. Rasa nyeri saat siklus menstruasi selesai, pendarahan menstruasi tidak
seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, lebih pendek atau tidak
keluar darah menstruasi pada siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak
teratur.
d. Perut membesar.
2. Gejala Klinis Kista Ovarium
Ada pun gejala klinis kista ovarium :
a. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin diketahui saat melakukan
pemeriksaan rutin. Tumor dengan diameter sekitar 5 cm, dianggap belum
berbahaya kecuali bila dijumpai pada ibu yang menopause atau setelah
12
menopause. Besarnya tumor dapat menimbulkan gangguan berkemih dan
buang air besar terasa berat di bagian bawah perut, dan teraba tumor di
perut.
b. Gejala gangguan hormonal, indung telur merupakan sumber hormon
wanita yang paling utama sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat
mengganggu pengeluaran hormon. Gangguan hormon selalu berhubungan
dengan pola menstruasi yang menyebabkan gejala klinis berupa gangguan
pola menstruasi dan gejala karena tumor mengeluarkan hormone 20
c. Gejala klinis karena komplikasi tumor. Gejala komplikasi tumor dapat
berbentuk infeksi kista ovarium dengan gejala demam, perut sakit, tegang
dan nyeri, penderita tampak sakit. Mengalami torsi pada tangkai dengan
gejala perut mendadak sakit hebat dan keadaan umum penderita cukup
baik (Manuaba, 2009).
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat
menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan,
siklus menstruasi tidak teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar.
Gejalanya tidak menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut
bagian bawah. Pasien akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan
gejala perut terasa penuh dan sering sesak nafas karena perut tertekan oleh
besarnya kista (Manuaba, 2009).
G. Penatalaksanaan
1) Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan nyeri
dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres hangat pada
abdomen, dan teknik relaksasi napas dalam (Prawirohardjo, 2011).
2) Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan
kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri (Manuaba,
2013).
3) Pembedahan
Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi semakin
membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera
mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang utama yaitu : laparaskopi
dan laparatomi (Yatim, 2008).
13
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung pada
usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis
kista.
Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut :
a) Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada
pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tandakeganasan, biasanya
dokter melakukan operasi dengan laparaskopi. Dengan cara ini, alat
laparaskopi di masukkan kedalam rongga panggul dengan melakukan
sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis
rambut kemaluan (Yatim, 2008).
b) Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan
kista dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan
pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa
apakah sudah mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila
sudah dalam proses keganasan operasi sekalian mengangkat ovarium
dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe (Yatim,
2008).
H. Komplikasi
Menurut Yatim (2008), komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium
adalah :
1. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-
sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi
kurang darah (anemia).
2. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis.
3. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu
persetubuhan.
4. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
5. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi).
14
I. Pemeriksaan penunjang
15
menganalisis seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis
keperawatan.
Menurut Jevon dan Ewens (2013), pengkajian Airway (A), Breathing (B),
Circulation (C), Disabillity (D), Expossure (E) pada pengkajian gawat
darurat adalah :
1) Airway : Pada pengkajian airway pada pasien kista ovarium berdasarkan
tanda dan gejala pada teori ada tanda yang muncul bila kista terus
tumbuh, seperti perut kembung atau bengkak, nyeri panggul sebelum
atau selama siklus menstruasi, hubungan seks terasa sakit, serta mual dan
muntah namun pada airway tidak ditemukan gangguan pada jalan napas.
2) Breathing : Menurut Brunner & Suddarth 2013 dikutip oleh(Rani,
2015).pengkajian pada breathing Look, listen dan feel dilakukan
penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien. Terapi oksigen adalah
pemberian oksigen dengan konsentrasi lebih tinggi dari yang ditemukan
dalam atmosfir lingkungan. Konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah
21%. Setiap kenaikan oksigen dengan konsentasi 4% perliter. Macam-
macam pemberian oksigen dan konsentrasi.
a. Nasal kanul 1-6 liter 24 – 44% konsentrasi
b. Simple face mask 5-8 liter 40-60% konsentrasi
c. Rebreating mask 8-10 liter 60-80% konsentrasi
d. Non rebreating mask 8-15 liter 80-100%konsetrasi
Pada pengkajian breathing pada pasien dengan kista ovarium masalah
yang terjadi apabila perut membesar dan menimbulkan gejala perut
terasa penuh mengakibatkan pasien mengalami sesak napas karena perut
tertekan oleh besarnya kista.
2. Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa keperawatan yang munculadalah:
1. Nyeri akut bd. Agen cedera fisiologis
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kecemasan
3. Ansietas
4. Gangguan integritas kulit
5. Resiko infeksi BD efek prosedur invasif
3. Intervensi
(SIKI, SLKI 2017)
16
1. Gangguan mobilitas fisik b.d. kecemasan
I.06171 Dukungan Ambulasi
Tindakan
Observasi
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Terapeutik
Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)
Fasilitasi melakukan mobilisas! fisik, jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
Anjurkan melakukan ambulasi dinl
Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari
temapt tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
17
Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Anjurkan melakukan mobilisasi dinl
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mnis. duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur. pindah dari tempat tidur ke kursi
2. Nyeri akut bd. Agen cedera fisiologis
I.08238 Manajemen Nyeri
Tindakan
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan teknik nanfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
Fasilitasi Istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
18
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pernicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
19
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
3. Ansietas
Reduksi Ansietas I.09314
Tindakan
Observasi
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis, kondisi, waktu, stresor)
Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Teman pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
Pahami situasi yang membuat ansietas
Dengarkan dengan penuh perhatian
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
Informasikan secara faktual mengenal diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
Anjurkan umelakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesual kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika pertu
4. Gangguan integritas kulit
Perawatan Integritas Kulit
20
Tindakan
Observasi
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan
sirkulasi, perubahan status
nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas)
Terapeutik
Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
Anjurkan menggunakan pelembab (mis, lotion, serum)
Anjurkan minum air yang cukup
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di
luar rumah
Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Perawatan luka I.14564
Tindakan
Observasi
Monitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai
21
kebutuhan
Bersihkan jaringan nekrotik
Berikan salep yang sesuai ke kulitlesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. vitamin A, vitamin C,
Zinc, asam amino), sesuai indikasi Berikan terapi TENS (stimulasi
saraf transkutaneous) jika perlu
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalari dan protein
Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi prosedur debridement (mis. enzimatik, biologis, mekanis,
autolitik), jika perlu
Kolaborasi perrberian antibiotik, jika perlu
5. Resiko infeksi BD efek prosedur invasif
I.14508 Manajemen Imunisasi/Vaksinasi
Tindakan
Observasi
Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (mis. reaksi
anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya dan atau sakit parah dengan
atau tanpa demam)
Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik
Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis. nama produsen, tanggal
22
kedaluwarsa)
Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek
samping
Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (ris. Hepatitis B,
BCG, difteri, tetanus, pertusis, H. Influenza, polio, campak, measles,
rubela)
Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun
saat ini tidak diwajibkan pemerintah (mnis. influenza, pneumokokus)
Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (mis. rabies, tetanus)
Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi kembali
Informasikan penyedia layanan Pekan Imunisasi Nasional yang
menyediakan vaksin gratis
23
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi adalah proses membantu pasien untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat
mengimplementasi tindakan yang telah diindentifikasi dalam rencana asuhan
keperawtan. Dimana tujuan implementasi keperawatan adalah meningkatkan
kesehatan klien, mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping
klien (Hutahaean Serri, 2010). Dalam implementasi rencana tindakan
keperawatan pada anak demam typhoid adalah mengkaji keadaan klien,
melibatkan keluarga dalam pemberian kompres hangat, menganjurkan klien
memakai pakaian tipis, mengobservasi reaksi non verbal, mengkaji intake dan
output klien, dan membantu keluarga dalam memberikan asupan kepada klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan
keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan
(Hutahaean Serri, 2010). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakajn
hubungan dengan klien,
macam-macam evaluasi:
1. Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada
saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan ditulis pada catatan
perawatan
2. Evaluasi sumatif SOAP
Kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada
tujuan, ditulis pada catatan perkembangan.
24
Hasil yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan keperawatan
adalah orang tua mengatakan demam berkurang dengan suhu 36,5 °C, orang
tua mengatakan nyeri sudah berkurang dan membantu mengontrol nyeri
dengan tehnik non farmakologi, orang tua mengatakan tidak terjadi penurunan
BB secara signifikan. Tindakan selanjutnya mengobservasi keluhan klien dan
pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh.Kantung ini bisa berisi zat gas,
cair, atau setengah padat.Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul.Kista
ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material
cairan atau setengah cair.
26
DAFTAR PUSTAKA
Hutahean&Serri.2009.AsuhanKeperawatanDalamMaternitasdanGinekologi.Jakarta:
TransInfo Media
Manuaba, I.B.G. (2010). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi
Sosial untuk profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Nugroho, Taufan (2014). Obsgyn Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Pawirohardjo, Sarwonp.2014. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Prasanti Adriani, (2018). Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Dengan Kista Ovarium.
Https://Jurnal.Usu.Ac.Id/Index.Php/Gkre/Article/Viewfile/1414
1/8988
Reeder,dkk. 2013. Keperawatan Maternitas VolEdisi 18.Jakarta: EGC
SDKI, SLKI, SKI : 2017
Williams, Rayburn F, (2015). Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.
Winkjosastro, (2014), Ilmu Kebidanan.Jogyakarta: Mitra Cendika.
Yatim.(2008), PenyakitKandungan.Myoma,KankerRahim/LeherRahumDan
IndungTelur,Kista,sertagangguanlainnya.Jakarta:PustakaPopule
rObor
Djuanda,(2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Andi Offl
27