Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah keperawatan
Maternitas II
TAHUN 2021/2022
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
melaksanakan dan menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas Keperawatan
Maternitas II ini kami susun berdasarkan materi yang kami peroleh selama
mencari dari baerbagai sumber.
Tugas ini di susun sedemikian rupa dengan tujuan dapat diterima dan
dipahami oleh dosen yang bersangkutan serta dapat dipakai sebagai gambaran
dalam pembelajaran. Kami menyadari bahwa hal tersebut terlaksana berkat
bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan kali ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang................................................................................
2. Rumusan Makalah............................................................................
3. Tujuan Makalah..........................................................................
4. Manfaat Makalah..........................................................................
1. Definisi.........................................................................
2. Klasifikasi..........................................................................
3. Penyebab
4. Manifestasi klinis
5. Patofisioligi ..........................................................................
6. Pathway..........................................................................
7. Komplikasi ..........................................................................
8. Data penunjang..........................................................................
Pengkajian..........................................................................
Diagnosa keperawatan...................................................................
Dokumentasi keperawatan...............................................................
Implementasi..........................................................................
Evaluasi..........................................................................
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan..........................................................................
2. Saran..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi
yang hanyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk
gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada
ovarium yang jinak. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan
untuk menjadi tumor ganas atau kanker.
Perjalanan penyakit yang sillint killer atau secara diam diam menyebabkan
banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserag kista
ovarim dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar
atau membesar.
Kista ovarium juga dapat menjadi ganas dan berubah menjadi
kanker ovarium. Untuk mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi
kanker ovarium maka seharusnya dilakukan pendeteksian dini kanker
ovarium dengan pemeriksaan yang lebih lengkap Schigga dengan ini
pencegahan terjadinya keganasan dapat dilakukan.
Kista ovarium memiliki jenis dan klasifikasi yang cukup banyak.
Tergantung dari mana kista itu berasal. Untuk lebih lanjutnya akan penulis
bahas pada tinjauan teori.
2. Rumusan Makalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1) Pengertian kista ovarium ?
2) Apa sajakah klasifikasi kista ovarium ?
3) Apa penyebab kista ovarium?
4) Bagaimana manifestasi klinis klien dengan kista ovarium?
5) Bagaimana pathofisiologi kista ovarium ?
6) Bagaimana pathway kista ovarium ?
7) Apa komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan kista ovarium?
8) Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakuakan pada klien
dengan kista ovarium ?
9) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium ?
3. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian kista ovarium
2. Mengetahui klasifikasi kista ovarium
3. Mengetahui penyebab kista ovarium
4. Mengetahui manifestasi klinis klien dengan
5. Mengetahui pathofisiologi kista ovarium
6. Mengetahui pathway kista ovariumkista ovarium
7. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan kista
ovarium
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakuakan pada klien
dengan kista ovarium
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovariumgan
kista ovarium.
4. Manfaat Makalah
Sesuai dengan latar belakang masalahdan tujuan penulisan yang akan
dicapai, maka manfaat yang dapat diharapkan dalam penulisan ini
1. Bagi kelompok
Dapat menambah wawasan dan penatalaksanaan Kista ovarium.
2. Bagi profesi
Dapat memberikan sumbangan ilmu bagi ilmu keperawatan.
3. Bagi bagi institusi pendidikan
Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah, wacana, kepustakaa
serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar,
kistik maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346).
Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,
normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho,
2010: 101)
Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi
cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kistaindung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas
sampaimenopause, juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012).
Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di
dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena
terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17)
C. ETIOLOGI
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh
gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi
dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan.
Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan
bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan
sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari
folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104),
kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai
periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.
E. PATHOFISIOLOGI
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan
folikel yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk kista
di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa
kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pertengahan siklus, folikel
dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit
mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah- tengah. Bila
tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan
mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi
normal disebut kista fungsional dan selalu jinak (Nugroho, 2010).
F. PATHWAY
Etiologi :
Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
Pertumbuhan folikel tidak seimbang
Degenerasi ovarium
Infeksi ovarium
Gangguan reproduksi
Konservatif :
Observasi 1-2 bulan
Laparatomi Laparoskopi
Keluhan tetap :
Aktivitas hormon Ovarian Salpingo-
Discomfort cystectomy oophorectomy
G. KOMPLIKASI
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi
pada kista ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor
mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,
sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut
kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat
juga mengakibatkan edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
` Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi
yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai
dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba
fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan
torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian.
Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma,
TOA, massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada
ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia
reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran
abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan
leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa dilepaskan
(detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap kista
dibuang dan dievaluasi secara histologis.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering
pada saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang
timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke
dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda-tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa
kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah
yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat
diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang
cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat
membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang
dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta,
2012 :1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor
berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perludiperhatikan
bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi
kista bila dinding kista tertusuk.
I. PENATALAKSANAAN
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor
(dipantau) selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang
dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil
jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka
tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22
gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan
biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita
menopause yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi
pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium.
Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis
ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian
cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba
fallopi, maka disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain
tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak,
kondisi ovarium dan jenis kista.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama Klien : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 32 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Perumahan Bumi Kahirupan Indah Blok.G
No. 12
Nama : Tn. J
Usia : 38 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Perumahan Bumi Kahirupan Indah Blok.G
No. 12
Observasi
Pemeriksaan fisik
Dari hasil pemeriksaan klien terlihat pucat , lemas, tampak meringis kesakitan,
klien tampak gelisah dan bersikap protektif (menghindari rasa nyeri), terdapat
luka bekas operasi memanjang 10cm, luka tertutup kasa, TTV : TD :
120/80mmHg N : 88x/menit RR :20x/menit S : 360C, SPO2 : 98 %
Pengelompokkan data
Ds: Ny. A mengatakan selesai operasi, nyeri diperut bagian bawah karena luka
operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk perut bagian bawah skala nyeri 5 (dari 1-10)
hilang timbul,Ny.A juga mengatakan mual,muntah,pusing kadang-kadang.
Do: Dari hasil pemeriksaan klien terlihat pucat , lemas, tampak meringis
kesakitan, klien tampak gelisah dan bersikap protektif (menghindari rasa nyeri),
terdapat luka bekas operasi memanjang 10cm, luka tertutup kasa, TTV : TD :
120/80mmHg N : 88x/menit RR :20x/menit S : 360C, SPO2 : 98 %
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1. DS : pasien mengatakan Nyeri Akut Agen Pencidera Fisik
nyeri diperut bagian bawah (Prosedur Operasi)
nyeri karena luka operasi
ditusuk-tusuk perut bagian
bawah 5 (dari 1-10) hilang
timbul
DO :
-klien tampak meringis
kesakitan
-klien tampak gelisah
-klien bersikap protektif
(menghindari rasa nyeri)
- TTV : TD :
120/80mmHg N :
88x/menit RR :20x/menit
S : 36 oC
2. DS : Klien mengatakan Resiko Infeksi Efek Prosedur Invasif
selesai operasi nyeri
diperut bagian bawah
karena luka operasi, nyeri
seperti ditusuk-tusuk perut
bagian bawah skala nyeri 5
(dari 1-10) hilang timbul
DO :
-Terdapat luka bekas
operasi memanjang 10cm
- -Luka tertutup kasa
- TTV : TD : 120/80mmHg
N : 88x/menit RR :
20x/menit S : 36 oC
3. DS : Klien mengatakan Nausea Efek Agen
mual,muntah,pusing Farmakologis
kadang-kadang
DO :
- Klien terlihat pucat
- Klien terlihat lemas
- TTV TD : 120/80 mmHg
N : 88x/menit S : 36°C RR
: 20x/menit, SPO2 : 98 %
Diagnosa Keperawatan
Intervensi keperawatan
Implementasi
Kamis Resiko Infeksi 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
18 april berhubungan
Hasil : tanda dan gejala infeksi berkurang
2019 dengan Efek 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
Prosedur Invasif
Hasil : perawat sudah menerapkan cuci tangan 6 langkah
3. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
Hasil : pasien sudah mengerti tanda dan gejala infeksi
4. Mengajarkan cara mencuci tangan yang benar
Hasil : pasien sudah menerapkan 6 langkah cuci tangan
Kamis Nausea 1. Mengidentifikasi faktor penyebab mual
Hasil : faktor penyebab mual dari obat selesai operasi
18 april berhubungan
2. Memonitor mual
2019 dengan Efek Agen Hasil : mual pasien berkurang
3. Memonitor asupan nutrisi dan kalori
Farmakologis
Hasil : nutrisi dan kalori klien sudah mulai membaik
4. Memberikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
Hasil : pasien sudah diberikan makanan sesuai keinginan
dalam porsi kecil
5. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengatasi mual
Hasil : pasien diajarkan teknik relaksasi
6. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Hasil : pasien sudah dianjurkan untuk istirahat dengan
tenang dan cukup
7. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
Hasil : pasien sudah diberikan donperidon 10mg sesuai
anjuran dokter
Evaluasi
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC
Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta : EGC
Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi
II. Jakarta : EMS, Erlangga Medical Series.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.
Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer
Obor