Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS KELOLAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N DENGAN POST KISTA OVARIUM

DI SUSUN OLEH :

RINI NURYANI

NIK :

RUANGAN : RUANG PERAWATAN KEBIDANA

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT KENAIKAN JENJANG PERAWAT


KLINIS
(JULI - 2020)

RS AN-NISA TANGERANG
JALAN GATOT SUBROTO KM 3 NOMOR 96
CIBODAS – TANGERANG
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1.2 Tujuan .......................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI


2.2 Definisi......................................................................................................
2.3 Etiologi......................................................................................................
2.4 Pathway.....................................................................................................
2.5 Proses keperawatan ..................................................................................

BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN


3.1 Asesmen....................................................................................................
3.2 Analisis Data.............................................................................................
3.3 Catatan Perkembangan..............................................................................

BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan....................................................................................................
4.2 Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun

solid, jinak maupun ganas. Kista ovarium salah satu tumor jinak ginekologi yang paling

sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya (Depkes RI, 2011).

World Health Organization (WHO) menjelaskan pada Tahun 2015 angka kejadian

kista ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju dengan rata-rata 10/100.000, kecuali di

Jepang (6,4/100.000). Insiden Amerika Serikat (7,7/100.000) relatif tinggi dibandingkan

dengan angka kejadian di Asia dan Afrika (WHO, 2015).

Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada Tahun 2015 sebanyak 23.400

orang dan meninggal sebanyak 13.900 orang. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan

karena penyakit ini pada awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan

apabila sudah terjadi metastasis sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut

(Kemenkes, 2015). Kista ovarium di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2015 berdasarkan

laporan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas.

Kasus kista ovarium terdapat sebanyak 2.299 kasus. Dari data tersebut didapatkan jumlah

penderita kista ovarium terbanyak pada usia 25-44 tahun (Dinkes Jateng, 2015).

Survei Demografi Kesehatan Indonesia angka kejadian kista ovarium di Indonesia

mencapai 37,2%, beberapa faktor resikonya seperti nullipara, melahirkan pertama kali pada

usia di atas 35 tahun, wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat kehamilan pertama
terjadi pada usia di bawah 25 tahun paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50

tahun (Hanifa, 2005).

Hasil penelitian Afiah (2012) dari sampel yang digunakan berjumlah 174 orang.

Diketahui ibu dengan umur berisiko sebanyak 119 orang (68,39%) dengan P value 0,000 (P

< 0,05), data distribusi frekuensi kejadian kista ovarium berdasarkan paritas sebanyak 110

orang (63,21 %) uji chi square dengan SPSS p value 0, 033 (P < 0,05) hal ini menunjukkan

bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian kista ovarium.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2011) mengenai, diketahui bahwa rata-

rata perasaan wanita ketika mengetahui dia memiliki kista ovarium adalah takut dan sedih,

sedangkan ketika melakukan operasi kista perasaan mereka adalah pasrah dan takut. Oleh

karena itu perlu dilakukan Analisi Pencegahan dan Penanganan Ovarian Cysts pada Organ

Reproduksi Wanita Ditinjau dari Pola Makan Pasien sebagai upaya edukasi kepada wanita

Indonesia untuk bisa memperbaiki gaya hidup, salah satunya pola makan, menjadi lebih baik

dan lebih sehat, serta terhindar dari kista atau tumor ovarium.

1.2 Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk memberikan

pemahaman kepada penulis agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam

menguraikan dan membahas asuhan keperawatan dengan kista ovarium


2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan ini untuk :

a. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dan teori keperawatan klien dengan

penyakit kista ovarium

b. Memberikan asuhan keperawatan secara tepat dari tahap pengkajian, perumusan

masalah keperawatan, rencana tindakan keperawatan, tindakan keperawatan dan

evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan

c. Memenuhi persyaratan kredensial sebagai perawat klinis di rumah sakit An Nisa

Tangerang
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantung

yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau

setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul. (Andang, 2013) Kista

ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau

setengah cair. (Nugroho, 2014).

Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur) berarti

kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).

Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja. (Setyorini, 2014).

2.2 Etiologi

Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. (Setyorini, 2014)

Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran

yang berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap

pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia,

dan kemudian akan membantu tumbuhnya kista, Faktor makanan ; lemak berlebih atau

lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses
metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik

(Andang, 2013).

Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin terjadi,

yaitu:

1. Faktor internal

a. Faktor genetik Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang

disebut gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari makanan

yang bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.

b. Gangguan hormon Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau

progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista.

c. Riwayat kanker kolon Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat

berisiko terjadinya penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara

merata ke bagian alat reproduksi lainnya.

2. Faktor eksternal

a. Kurang olahraga Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila

jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di repository.unimus.ac.id dalam

tubuh dan akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat

terhambat oleh jaringan lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik.

b. Merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan

gaya hidup tidak sehat yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak

sehat dengan merokok dan mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan kesehatan


tubuh manusia terganggu, terjadi kanker, peredaran darah tersumbat, kemandulan,

cacat janin, dan lain-lain.

c. Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat Mengkonsumsi makanan yang

tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup yang tidak sehat pula, selain merokok

dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan

penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh

manusia, terhambatnya saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-sel

darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi

dengan baik sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-lain.

d. Sosial Ekonomi Rendah Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu

terjadinya kista, walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena

penyakit kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat

terjadi risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat.

e. Sering stress Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila

stress manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti

merokok, seks bebas, minum alkohol, dan lain-lain.


2.3 Pathway

Ovarium

Infeksi ovarium

menurunnya ovulasi
sekresi hormone meningkat
HCG meningkat

Tidak terjadi ovulasi degenerative


pada kelenjar adrenal folikel
pembesaran ovarium
menurunnya ovulasi
menahan oragn sekitar

terbentuknya kista tekanan sel saraf


tumor
Operasi kistektomi
nyeri akut
post operasi

ansietas luka operasi


penurunan
metabolisme
peristaltic usus menurun Diskontinuitas
jaringan
hipolisis
absorpsi air dikolon
asam laktat meningkat Resiko infeksi
konstipasi
Gangguan metabolisme

Imobilisasi
2.4 Proses keperawatan

2.4.1 Asesmen

2.4.1.1 Anamnesa

Pengkajian adalah langkah awal yang dipakai dalam penerapan

asuhan kebidanan pada pasien yang terdiri dari data subjektif dan data objektif.

A. Data subjektif diantaranya :

1. Biodata

Pengkajian identitas meliputi :

a. Nama : untuk mengindari adanya kekeliruan atau membedakan

dengan klien atau pasien lainya.

b. Umur : untuk mengenal faktor risiko dilihat dari umur pasien. Dicatat

dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko sepertikurang dari 20

tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum

siap. Sedangkan umum lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi

kista ovarium (Anggraini,2010)

c. Agama untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan agamanya.

d. (Suku/bangsa : untuk mengetahui adat istiadat dan fakta pembawa

atau ras pasien.


e. Tingkat pendidikan : untuk menyesuaikan dalam memberikan

pendidikan kesehatan.

f. Pekerjaan : untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan

pasien terhadap permasalahan keluarga.

g. Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal pasien.

2. Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat

pemeriksaan (Varney, 2007). Pada kasus kista ovarium pasien merasa

nyeri pada perut bagian bawah, nyeri saat haid, sering ingin buang air

besar atau kecil dan teraba benjolan pada daerah perut (Manuaba, 2009)

3. Riwayat Perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali

klien menikah, sudah berapa lama, jumlah anak, istri keberapa dan

keberadaannya dalam keluarga, kesehatan dan hubungan suami istri dapat

memberikan wawasan tentang keluhan yang ada.

4. Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui menarche, siklus haid, lamanya

haid, banyaknya darah, teratur/tidak, sifat darah, dismenorhea. Pada kasus

kista ovarium siklus haid normal, lamanya ± 7 hari.

5. Riwayat Kehamilan, persalinan dan Nifas yang lalu Pengkajian riwayat

kehamilan, persalinan, nifas repository.unimus.ac.id yanglalu menurut

Varney (2007), meliputi :

a. Kehamilan: untuk mengetahui riwayat kehamilan yang lalu normal

atau ada komplikasi.


b. Persalinan: untuk mengetahui jenis persalinan, penolong persalinan,

lama persalinan, kala I, II, III dan IV.

c. Nifas: untuk mengetahui riwayat nifas yang lalu normal atau ada

komplikasi.

6. Riwayat Keluarga Berencana Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya

pernah menggunakan alat kontrasepsi atau belum. Jika pernah lamanya

berapa tahun dan jenis alat kontrasepsi yang digunakan serta komplikasi

yang menyertai.

7. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan menurut Varney (2007), meliputi :

a. Riwayat kesehatan sekarang Untuk mengetahui keadaan pasien saat

ini dan mengetahui adakah penyakit lain yang berasa memperberat

keadaan klien.

b. Riwayat penyakit sistemik Untuk mengetahui apakah klien pernah

menderita jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi

TD160/110, dan Diabetes melitus dan penyakit menular seperti TBC,

hepatitis, HIV/AIDS.

8. Kebiasaan sehari-hari Untuk mengetahui bagaimana pasien sehari-hari

dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makanan sehari-

hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak. Antara lain :

a. Nutrisi: dikaji untuk mengetahui makanan yang biasa dikonsumsi dan

porsi makan dalam sehari (Wiknjosastro,2009).


b. Eliminasi: untuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK, apakah ada

obstipasi atau tidak.

c. Istirahat: dikaji untuk mengetahui kebiasaan istirahat klien siang

berapa jam dan malam berapa jam (Varney, 2007). (4) Seksualitas:

dikaji untuk mengetahui berapa kali klien melakukan hubungan

seksualitas dengan suami dalam seminggu dan ada keluhan atau tidak

(Wiknjosastro, 2009).

d. Personal Hygiene: untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.

Kebersihan perorangan sangat penting agar terhindar dari penyakit

kulit.

e. Aktifitas : hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah aktivitas

sehari-hari akan terganggu karena adanya nyeri akibat penyakit yang

dialaminya (Hidayat, 2008).

9. Data psikologis Perlu dikaji adalah tanggapan ibu terhadap kondisi yang

dialami waktu ini, selain pasien juga memerlukan dukungan emosional

dan psikologi dari suami maupun keluarga dalam berbagai hal

2.4.1.2 Asesmen Fisik

1. Pemeriksaan umum

a. keadaan umum Untuk mengetahui keadaan umum ibu tampak

tidaksehat atau lemas setelah persalinan (Wiknjosastro, 2009).


b. Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran composmentis

(kesadaran normal), somnolen (kesadaran menurun) dan apatis

(Wiknjosastro, 2009).

c. Tanda - tanda vital

1) Tekanan Darah : untuk mengetahui tekanan darah normal100/80-

120/80 mmhg dan yang tidak normal lebih dari140/100 mmhg.

(Wiknjosastro, 2009). Pada kasus kista ovarium tekanan darah

pada umumnya normal.

2) Suhu : untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan suhu

atau tidak. Normalnya (36,5° – 37,60°C) bila ada peningkatan

harus dicurigai adanya infeksi.

3) Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam1 menit

penuh. Normalnya 80-90 x/menit.

4) Respirasi : untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasiendalam 1

menit. Batas normal 18-24 x/menit. (e) TB : untuk mengetahui

tinggi badan ibu.

5) BB : untuk mengetahui berat badan ibu.

d. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi pemeriksaan inspeksi meliputi:

a) Rambut : untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok,

dan berketombe.
b) Muka : untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak,

adakah kelainan, adakah oedema.

c) Mata : untuk mengetahui warna konjungtiva merah atau pucat,

sklera putih atau tidak.

d) Hidung : untuk mengetahui adakah kelainan, adakah polip,

adakah hidung tersumbat

e) Mulut : untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak, ada

caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak.

f) Telinga : untuk mengetahui apakah ada serumen atau tidak.

2) Palpasi

1) Leher : untuk mengetahui apakah ada pembesaran thyroid atau

tidak, ada pembesaran limfe atau tidak.

2) Dada : untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, bersih

atau tidak, ada benjolan atau tidak. Hal ini untuk mengetahui

apakah ada tumor atau kanker.

3) Abdomen : untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi,

jenis luka, kebersihan luka, keadaan jaitan, adakah nyeri tekan

serta adanya masa. Hal ini untuk mengetahui adanya kelainan

pada abdomen.

4) Ekstremitas : untuk mengetahui adanya oedema, varises, dan

untuk mengetahui reflek patella.

3) Auskultasi
a) Jantung : untuk mengetahui bunyi jantung teratur atau tidak.

b) Paru-paru : untuk mengetahui adakah suara wheezzing, serta

ada suara ronchi atau tidak.

4) Perkusi

Untuk mengetahui ekstremitas reflek patella kanan kiri positif atau

tidak

2.4.1.3 Pemeriksaan Penunjang

Data penunjang diperlukan untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium

(Varney, 2007). Pemeriksaan penunjang meliputi USG kista ovarium dan

pemeriksaan laboratorium.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

1. Pre operasi

- Ansietas berhubungan dengan pembedahan

- Nyeri kronis berhubungan dengan agen unjury biologis

2. Post operasi

- Nyeri akut berhubungan dengan agen unjury fisik

- Imobilisais berhubungan dengan agen kelemahan fisik

- Deficit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi

- Resiko infeksi berhubungan dengan agen infasif pembedahan


2.4.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Pre operasi

No Diagnose Tujuan Intervensi


1 Ansietas b.d Setelah dilakukan - Kaji tingkat kecemasan

kurang tindakan keperawatan - Berikan lingkungan yang

terpapar selama … jam tenang dan nyaman

informasi diharapkan : - Anjurkan keluarga untuk

/lpembedahan Pasien dapat selalu menemani

mengemukakan rasa - Berikn dukungan dan

cemasnya motivasi

- Ajarkan tekhnik

relaksasi nafas dalam

untuk mnegurangi cemas


2 Nyeri kronis Setelah dilakukan - kaji nyeri secara

v.d agen injury tindakan keperawatan komperhensif, lokasi

biologis selama … jam nyeri, durasi, skala

diharapkan : nyeri, karakteristik

- Mampu mengontrol nyeri nyeri.


- Mampu mengenali nyeri - Observasi nonverbal

- Skala nyeri berkurang dan kenyamanan

- Ajarkan tekhik

nonfarmakologi

relaksasi nafas

- Berikan longkungan

nyaman dan tenang

- Motivasi istirahat

- Kolaborasi pemberian

terapi

Post operasi

No Diagnose Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut b.d setelah dilakuakn tindakan - kaji nyeri secara

agen injury fisik keperawatan selama …. komperhensif, lokasi

(insisi Diharapkan : nyeri, durasi, skala nyeri,

pembedahan) - tingkat nyeri karakteristik nyeri.

berkurang - Observasi nonverbal dan

- tanda-tanda vital kenyamanan

dalam batas normal - Ajarkan tekhik

- mampu mengenali nonfarmakologi relaksasi

nyeri nafas

- Berikan longkungan
nyaman dan tenang

- Motivasi istirahat

- Kolaborasi pemberian

terapi
2 Resiko infeksi Setelah dilakuakan - Observasi tanda-tanda

b.d menurunnya tindakan keperawatan infeksi

pertahanana selama … jam - Tingkatkan intake cairan

primer diharapkan : -Cuci tangan sebelum dan

- Klien bebas dari tanda sesudah

gejala infeksi - melakukan tindakan

- Hasil leukosit dalam - Kaji warna kulit, turgor

batas normal - Motivasi pasien untuk

istirahat

- Berikan terapi antibiotik

sesuai program
3 Imobilisasi Setelah dilakuakan - Kaji kebutuhan individu

berhubungan tindakan keperawatan terhadap aktivitas.

dengan selama … jam - Beri bantuan sesuai

kelemahan fisik diharapkan : dengan ketidakmampuan

Pasien dapat beraktivitas pasien

kembali - Libatkan keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan

- Monitor perkembangan
pasien.
4 Deficit Setelah dilakuakan - Kaji derajat

perawatan diri tindakan keperawatan ketidakmampuan

selama … jam pasien.

diharapkan : klien dapat - Bantu klien

memenuhi kebutuhan dalam memenuhi

personal hygiene kebutuhan personal

secaramandiri. Dengan hygiene

kh : - Motivasi klien

- Mampu melakukan untuk melakukan

kegiatan perawatan diri kegiatan kebersihan

sendiri dalam tingkat diri sesuai

kemampuan yang kemampuan.Seperti

dimiliki secara optimal gosok gigi.

- Klien mengungkapkan

rasa kenyamanan dan

kepuasan setelah

melakukan personal

hygiene
BAB III
KASUS KELOLAAN

3.1 Asesmen

1. anamnesa

a. identitas
Nama : Ny.N

No RM : 141xxxx

Alamat : rajeg, pasar kemis

Tanggal lahir : 30 januari 1994

Agama : Islam

Pendidika : SMA

Suku bangsan : Jawa

Pekerjaan : IRT

b. keluhan utama

pasien mengatakan nyeri luka operasi kisterektomi di perut bawah, nyeri dirasakan

seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 5, bertambah apabila bergerak dan ditekan, nyeri

terus menerus.

c. Riwayat Perkawinan

Pasien mengatakan ini suami yang pertama dan perkawinan yang pertama, menikah

pada januari 2020.

d. Riwayat menstruasi

Pasien mengatakan silkus haid 30 hari, lama haid sekitar 6-7 hari, ada nyeri perut

apabila sedang haid

e. Riwayat kehamilan

Pasien mengatakan belum pernah hamil sebelumnya

f. Riwayat KB
Pasien mengatakan tidak menggunakan KB selama setelah menikah

g. Riwayat penyakit

- Riwayat penyakit sekarang

Tidak ada penyakit hipertensi, DM. dan tidak ada keturunn yang memiliki

penyakit hipertensi, DM

- Riwayat penyakit dahulu

Tahun 2012 pernah operasi kelenjar di lutut

Tahun 2016 operasi amandel

2. Asesmen Fisik

1. Pemeriksaan umum

a. keadaan umum : baik

b. Kesadaran : compos mentis

c. Tanda - tanda vital

TD : 119/72mmhg

Nadi : 79 x/menit

Respirasi : 18 x/menit

Suhu : 36.6c

Skala nyeri : 5

BB : 49 kgibu.

d. Pemeriksaan fisik

1) Konjungtiva : tidak anemis

2) Sclera : tidak ikterik


3) Kepala : tidak ada keluhan

4) Telinga : tidak ada keluhan

5) Hidung : tidak ada keluhan

6) Wajah : tidak ada keluhan

7) Mulut : mukosa bibir kering

8) Gigi : tidak ada keluhan

9) Lidah : lidak kotor

10) Tenggorokan : tidak ada keluhan

11) Leher : tidak ada keluhan

12) Kulit : akral hangat, turgor kulit elastis

13) Punggung : tidak ada keluhan

14) Dada

Suara nafas : vesikuler

Pola nafas : eupnea

Penggunaan alat bantu nafas : tidak ada

Penggunaan otot bantu nafas : tidak ada

15) Abdomen : nyeri luka operasi sklaa 5, terdapat luka tertutup

kasa, rembes (-)

16) Ektremitas : tidak ada keluhan

Pasien terpasang infus RL 20 tpm, di tangan kanan

17) Genetalia : pasien terpasang kateter no 16, urine +, kuning

jernih
18) Anus : tidak ada keluhan

c. Pola kebiasaan pasien

1) Nutrisi : tidak ada keluhan

2) Eliminasi : tidak ada keluhan

3) Istirahat/tidur : tidak ada keluhan

4) Perawatan diri : pasien masih bedrest di tempat tidur, kurang

perawatan

5) Aktivitas : pasien masih belum bias melakukan ktivitas, hanya

mampu mobilisasi miring kanan kiri

d. Skrining gizi

Pasien tidak tampak kurus, pasien tidak mengalami penurunan berat badan, tidak

ada , tidak ada malnutrisi

e. Skrining resiko jatuh : Skor jatuh 40 (resiko jatuh sedang)

f. Pengkajian kebutuhan informasi dan edukasi

Bahasa Indonesia, pendidikan SMA, budaya jawa, kebutuhan edukasi mengenai

proses penyakit, obat-obatan, diet dan nutrisi.

g. Perencanaan pemulangan pasien

Kebutuhan perawatan dirumah mengenai cara minum obat, orang yang merawat

pasien dirumah orang tua, kemampuan pasien dalam perawatan diri yaitu

dibantu oleh orang tua sebagian, lingkungan sesuai kebutuhan pasien, kesiapan

khusus untuk control setelah rawat, transpotasi yang digunakan kendaraan

pribadi.
3. Pemeriksaan Penunjang

a. laporan operasi

- Nama operasi : Kisterektomi

- Pasien dilakukan operasi pada tanggal 08 juli 2020 pada pukul 14.00 s/d jam

14.10 Pasien tidur terlentang dengan regional anestesi di meja operasi, Tidak

ada perdarahan.

- Tumor dikeluarkan isinya berupa cairan , jaringan PA, untuk epengambilan hasil

jaringan di Laboratorium annisa tanggal 21/07/2020

b. Hasil laboratorium tgl 03/07/3030

Hb 11.2, Leukosit 11210, Eoinofil 3, Basophil 0, Netrofil batang 0, Netrofil segmen

46, Limfosit 51, Monosit 0, Srytrosit 5.82, Hematocrit 33, Trombosit 307, Waktu

perdarahan 2, Waktu pembekuan 8, SGOT 16. SGPT 13, Glukosa sewaktu 92,

Urea, 22 Creatinine 0.78, HBsAg negative

c. Terapy post operasi

Vit A 2x1, suprfendi 1x. ceftriaxone 1 gr selanjutnya cefadroxil 2x500mg, asam

mefenamat 3x500mg

d. Diit

Bubur sumsum selanjutnya bubur biasa

e. Hasil USG

Kesan : kista ovarii bilateral 3x5cm

3.2 Analisa Data

No Data Masalah Etilogi


1 Ds : pasien mengatakan Nyeri akut Prosedur
nyeri pada luka operasi, pembedahan / agen
seperti tertusuk, skala 5, injury fisik
nyeri terus menerus
Do :
- Tampak meringis
- Skala 5
- Terdapat luka operasi
di perut
TD : 119/72mmhg

Nadi : 79 x/menit

Respirasi : 18 x/menit

Suhu : 36.6c
2 Ds : pasien mengatakan Deficit perawatan Imobilisasi
belum mampu diri
membersihakna diri
sendiri

Do :
- pasien masih
menggunakan baju dri
ruang operasi
3 Ds : pasien mengatakan Resiko infeksi Agen infasif
ada luka operasi pada
pembedahan
perut
Do : terdapat luka tertutup
kasa
3.3 Catatan Perkembangan

Tanggal/ Catatan perkembangan Instruksi Perawat


jam
09/07/202 Subjktif : RR jam 16.10, Rini
0 Pasien mengatakan nyeri luka operasi, mobilisasi Nuryani
Jam 22.00 terasa seperti ditusuk, skala 5, nyeri terus berkala
menerus, sudah bias melaukan mobilisasi
miring kanan kiri, flatus (+)
Objektif :
Ku sedang, kes cm, gcs 15, crt < 2 derik,
akral hangat, nadi kuat, mukosa bibir
lembab, turgor kult elastis, TD
120/70mmhg, nadi 77x/menit, RR
19x/menit, suhu 36.6, skala nyeri 5,
terpasang IVFD RL 20 tpm, flebhitis (-)
terpasang kateter, urine +, kuning jernih,
terdapat luka tertutup kasa pada daerah
perut.

Asesment :
- nyeri akut
- deficit perawatan diri
- resiko infeksi
Planning :
Setelah dilakukan tindakan keperawatans
selama 1x10 jam diharapkan :
- nyeri berkurang dengan kriteri hasil :
Menurun - Meringis : Menurun - Sikap
protektif : Sedang
- deficit perawatan diri teratasi degan
kriteri hasil : Mampu melakukan
kegiatan perawatan diri sendiri dalam
tingkat kemampun pasien
- tingkat infeksi Menurun dengan Kriteria
Hasil: - Nyeri : Cukup Menurun -
Drainase Purulen : Cukup Menurun

Implementasi :
- mengobservasi TTV
- mengkaji tingkat nyeri
- menganjurkan mobilisais secara
bertahap duduk dan berjalan
- melakukan perwatan diri
- monitor luka dan tanda-tand infeksi
- berkolaborasi dengan dokter dala
pemerin luka
Evaluasi
- nyeri luka operasi berkuranng skala 4
- pasien sudah diberishkan di ganti
pakaian, mobiliasi miring kanan kiri
- tidak ada tanda-tanda infeksi, luka
bagus, rembes
10/07/202 Subjekifif : Pasien BLPL Rini
0 Pasien mengatakan nyeri luka operasi sudah TUTD nuryani
Jam 22.00 berkurang, skala 2, sudah bekajar belajar ke
kamar mandi, flatus (+) BA spontan (+)

Objektif :
Ku sedang, kes cm, gcs 15, crt < 2 derik,
akral hangat, nadi kuat, mukosa bibir
lembab, turgor kult elastis, TD
112/80mmhg, nadi 81x/menit, RR
19x/menit, suhu 36.6, skala nyeri 2, pasien
terpasang stopper, sudah tidak terpasang
kateter, BAK spontan +, kuning jernih,
terdapat luka tertutup kasa pada daerah
perut. Mobilisasi berjalan (+)

Assessment :
Nyeri akut
Deficit perawatan diri

Planning :
Setelah dilakukan tindakan keperawatans
selama 1x10 jam diharapkan :
- nyeri berkurang dengan kriteri hasil :
Menurun - Meringis : Menurun - Sikap
protektif : Sedang
- tingkat infeksi Menurun dengan Kriteria
Hasil: - Nyeri : Cukup Menurun -
Drainase Purulen : Cukup Menurun

Evaluasi :
- nyeri luka oprasi berkurang skala 2
- sudah dilakukan Ganti verban , luka
bagus +
- pasien sudah bias mandi, sikat gigi
membersihkan diri sendiri di kamar
mandi
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantung

yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau

setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul. (Andang, 2013) Kista

ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan

atau setengah cair. (Nugroho, 2014).

Kista ovarium diketahui bahwa rata-rata perasaan wanita ketika mengetahui dia

memiliki kista ovarium adalah takut dan sedih, sedangkan ketika melakukan operasi kista

perasaan mereka adalah pasrah dan takut. Oleh karena itu perlu dilakukan Analisi

Pencegahan dan Penanganan Ovarian Cysts pada Organ Reproduksi Wanita Ditinjau dari

Pola Makan Pasien sebagai upaya edukasi kepada wanita Indonesia untuk bisa

memperbaiki gaya hidup, salah satunya pola makan, menjadi lebih baik dan lebih sehat,

serta terhindar dari kista atau tumor ovarium.

4.3 Saran

1. Bagi klien dan keluarga


Diharapkan keluarga klien ikut berpartisipasi dalam perawatan dan pengobatan dalam

upaya mempercepat proses penyembuhan serta mau menerima dan melaksanakan

peraturan yang telah ditetapkan oleh ruangan

2. Bagi institusi

Institusi sebagai tempat melakukan asuhan keperawatan diharapkan hasil makalah ini

dijadikan sebagai acuhan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pesian dengan

apendisitis
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M, Baziad, A, Prabowo, RP. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta, 2011

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan,Jakarta ; Buku Kedokteran EGC

BCCOG. 2011. Asuhan Keperawatan, Jakarta: Salemba

Dinkes . 2016. Profil Laporan Penyakit KistaOvarium, Dinas Kesehatan

Doadd et-al. 2011. Manajemen AsuhanKeperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Eriyanti, D. (2016). Prevalensi Kista Ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari
2012 – Desember 2013, 2012–2013.

Kemenkes. 2015. Profil Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Llewellyn, et al. 2011. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.

Sutoto J. S. M., Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta. 2015.

Anda mungkin juga menyukai