Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


KISTA OVARIUM DI RSUD HAJI
SURABAYA

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:
Nama : Salsabila Arina Mana Sikana
NIM : 2315901054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses produksi
(Kemenkes,2014).
Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang terletak di
ovarium. Kista ovarium merupakan kasus umum dalam ginekologi yang
dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause juga
selama kehamilan (Nugroho, 2012).
Insiden kista ovarium di Amerika Serikat adalah sekitar 15 kasus
per 100.000 wanita per tahun. Kista ovarium didiagnosis lebih dari 21.000
perempuan per tahun, dan di perkirakan menyebabkan 14.600 kematian
(American Cancer Society,2009). Penderita kista ovarium di Malaysia
pada tahun 2008 terdata 428 kasus, dimana terdapat 20% diantaranya
meninggal dunia dan 60% diantaranya adalah wanita karir yang telah
berumah tangga. Sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus penderita
kista, dan 25% diantaranya meninggal dunia dan 70% diantaranya wanita
karier yang telah berumah tangga (Siringo, 2013). Angka kejadian kista
ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan
pelaporan yang kurang baik.
Sekitar 75% massa di ovarium bersifat jinak (benigna). Massa yang
umum dialami oleh wanita berusia 20 tahun sampai 40 tahun dapat berupa
kista ovarium fungsional, kistadenoma, kista teratoma, fibroma,
endometrioma (kista coklat) dan kehamilan tuboovarium (kehamilan
ektopik). Setengah dari massa ovarium tersebut adalah kista fungsional.
Kista fungsional termasuk kista di kopus luteum dan folikel biasanya lebih
kecil dari 3 cm dan sering kali hilang dengan sendirinya dalam 1 sampai 2
bulan. Wanita yang mengidap kista ovarium kecil kembali menjalani
pemeriksaaan dalam 1 sampai 2 bulan. Namun pada massa ovarium yang
tidak menghilang yang berukuran lebih dari 3 cm, dapat menimbulkan
nyeri persisten atau menunjukkan karakteristik mencurigakan yang
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Reeder, 2013).
Banyaknya kasus kista ovarium ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan kurangnya
kesadaran untuk memeriksakan kesehatan pribadinya. Kista ovarium dapat
menunjukkan suatu proses keganasan atau pun kondisi yang lebih
berbahaya, seperti kehamilan ektopik, torsi ovarium, atau usus buntu.
Penanganan kista ovarium, baik neoplastik jinak (benigna) maupun ganas
(maligna) dapat dilakukan dengan tindakan operasi. Untuk itu, deteksi dini
mengenai kista ovarium pada pasien merupakan hal yang sangat penting
untuk kelangsungan hidup pasien (Arif, Purwanti, Soelistiono, 2016).
Kista berbeda dengan kanker, meskipun begitu apabila dibiarkan kista bisa
bermutasi dan berubah menjadi sel kanker. Jika semakin lama dibiarkan
kista akan semakin membesar dan menggangu kesehatan (Mumpuni dan
Andang, 2013).
Menurut hasil penelitan Siringo, dkk (2013) di Rumah Sakit ST
Elizabeth Medan menemukan 116 orang penderita kista ovarium pada
tahun 2008-2012 yang terjadi pada kelompok umur 27-39 tahun (29,7%)
dengan kista ovarium jinak (94,8%) dan kista ovarium ganas (5,2%).
Sedangkan penelitian Fadhilah,dkk (2015) di Rumah Sakit Vita Insani
Pematang Siantar menemukan penderita kista ovarium sebanyak 124 orang
pada tahun 2011-2013 yang terjadi pada kelompok umur 28-35 tahun
(32%), pendidikan tamat SMA/sederajat (71%), bekerja sebagai ibu rumah
tangga (50%), keluhan tertinggi yaitu nyeri abdomen bawah (56,2%),
ukuran diameter kista tertinggi 2-9 cm (47,6%) serta lama rawatan
penderita kista ovarium adalah 4,5 hari atau 5 hari.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan
masalah dalam penelitian sebagai berikut ‘’ Asuhan Kebidanan Pada
Pasien Dengan Diagnosa Kista Ovarium Di RSUD Haji Surabaya”.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pada pelayanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan serta mendokumentasikan
hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar asuhan kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
b. Mengintegrasikan teori dan manajemen asuhan kebidanan serta
mengimplementasikan pada kasus yang di hadapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Cyst Ovary ( Kista Ovarium)


Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang
berbentuk seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh.
Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar
kantung menyerupai sebuah kapsul. (Andang, 2013) Kista ovarium
biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi
material cairan atau setengah cair. (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista
indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil,
yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat
terbentuk kapan saja. (Setyorini, 2014)
Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang
mengandung cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm
sampai besarnya memenuhi rongga perut, sehingga menimbulkan
sesak nafas. (Manuaba, 2009)
Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan
benjolan abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan
abnormal berupa udara, nanah, dan cairan kental.
2.2 Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan)
hormon pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. (Setyorini, 2014)
Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya
penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi
bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik dan pembakaran
gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan
kemudian akan membantu tumbuhnya kista.
Faktor lain yaitu faktor makanan. Faktor makanan seperti
lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-
zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga
akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik
(Andang, 2013).
Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu
yang dapat mungkin terjadi, yaitu:
a. Faktor internal
1. Faktor genetik. Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen
pemicu kanker yang disebut gen protoonkogen.
Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari makanan yang
bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.
2. Gangguan hormon. Individu yang mengalami kelebihan
hormon estrogen atau progesteron akan memicu terjadinya
penyakit kista.
3. Riwayat kanker kolon. Individu yang mempunyai riwayat
kanker kolon, dapat berisiko terjadinya penyakit kista.
Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara merata ke
bagian alat reproduksi lainnya.
b. Faktor eksternal
1. Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia.
Apabila jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di
dalam tubuh dan akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh
sehingga peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan
lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik.
2. Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya
hidup tidak sehat yang dialami oleh setiap manusia. Gaya
hidup yang tidak sehat dengan merokok dan mengkonsumsi
alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia
terganggu, terjadi kanker, peredaran darah tersumbat,
kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.
3. Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
salah satu gaya hidup yang tidak sehat pula, selain merokok
dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi serat dan lemak
dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang berbahaya
untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia,
terhambatnya saluran pencernaan di dalam peredaran darah
atau sel-sel darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan
sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga akan
terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-lain.
4. Sosial Ekonomi Rendah
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu
terjadinya kista, walaupun sosial ekonomi yang tinggi
memungkinkan pula terkena penyakit kista.Namun, baik
sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi
risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga
pola hidup sehat.
5. Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista,
karena apabila stress manusia banyak melakukan tindakan ke
hal-hal yang tidak sehat, seperti merokok, seks bebas, minum
alkohol, dan lain-lain.
2.3 Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis,
ovarium, dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel
ovarium terjadi akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan
yang terus menerus datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan
ke hipofisis anterior melalui aliran portal hipothalamohipofisial.
Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel
genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang
normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh
wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan
folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.
Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan
sel telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna
di dalam ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya
kista di dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang
wanita (Manuaba, 2010).
1. Tanda dan Gejala
Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan
gejala atau keluhan. Keluhan biasanya muncul jika kista sudah
membesar dan mengganggu organ tubuh yang lain jika sudah
kista mulai menekan saluran kemih, usus, saraf, atau pembuluh
darah besar di sekitar rongga panggul, maka akan menimbulkan
keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air besar,
gangguan pencernaan, kesemutan atau bengkak pada kaki
(Andang, 2013).
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium
adalah nyeri saat menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri
saat berhubungan badan, siklus menstruasi tidak teratur, dan nyeri
saat buang air kecil dan besar. Gejalanya tidak menentu,
terkadang hanya ketidak nyamananpada perut bagian bawah.
Pasien akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan gejala
perut terasa penuh dan sering sesak nafas karena perut tertekan
oleh besarnya kista (Manuaba, 2009)
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis kista ovarium antara lain :
1. Sering tanpa gejala
2. Nyeri saat menstruasi
3. Nyeri di perut bagian bawah
4. Nyeri pada saat berhubungan badan
5. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki
6. Terkadang disertai nyeri saat BAK / BAB
7. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak
8. Jika sudah menekan rectum / VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih
Pada stadium lanjut :
1. Asites
2. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ – organ di
dalam rongga perut ( usus dan hati)
3. Perut membucit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
4. Gangguan BAB dan BAK
5. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada
2.5 Penatalaksanaan
1. Medis
Pengobatan kista ovari yang besar biasanya adalah
pengangkatan melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste
kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis
pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan
untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
2. Prinsip Keperawatan
Pada prinsipnya yang harus dilakukan perawat adalah
tindakan keperawatan seperti melakukan asuhan keperawatan
yang holistik dan sesuai dengan prioritas masalah klien. Untuk
kasus seperti ini, yang dilakukan perawat adalah melakukan
pengamatan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
klien.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa
dengan perawatan pembedahan abdomen. Penurukan tekanan
intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang
besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat,
komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen
yang ketat.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada pasien
dengan kista ovarium adalah :
1. Pendekatan, pendekatan yang dilakukan pada klien tentang
pemilihan pengobatan nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti, kompres hangat pada abdomen, dan teknik
relaksasi napas dalam (Prawirohardjo, 2011).
2. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen
dapat diberikan kepada pasien dengan penyakit kista untuk
mengurangi rasa nyeri (Manuaba, 2009)
3. Pembedahan. Jika kista tidak menghilang setelah beberapa
episode menstruasi semakin membesar, lakukan pemeriksaan
ultrasound, dokter harus segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan
pembedahan yang utama yaitu : laparaskopi dan laparatomi
(Yatim, 2008). Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah
sebagai berikut:
a. Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan
pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda
keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan
laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di
masukkan kedalam rongga panggul dengan melakukan
sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah
dengan garis rambut kemaluan (Yatim, 2008).
b. Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya
pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi. Tehnik
ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah
mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila
sudah dalam proses keganasan operasi sekalian
mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak
sekitar serta kelenjar limfe (Yatim, 2008).
4. Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat di tentukan letak
dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau
kandung kemih, apakah tumor kistik atau solid dan dapat di
bedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan
yang tidak.
2.7 Komplikasi
Menurut Yatim (2008), komplikasi – komplikasi yang dapat
terjadi pada kista ovarium adalah :
a. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-
menerus dan sedikit-sedikit yang dapat menyebabkan
pembesaran kista dan menimbulkan kondisi kurang darah
(anemia).
b. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan
diameter 5 cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
c. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi
dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan
pada perut, dan lebih sering pada waktu persetubuhan.
d. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak,
dan nyeri).
e. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan
buang air besar (konstipasi).

A. Konsep Dasar Asuhan dan Manajemen Kebidanan


1. Pengertian
Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah suatu upaya untuk
pelayanan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, masa nifas dan keluarga berencana untuk upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan. Maka diperlukan
pelayanan kebidanan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
secara menyeluruh.
Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah bentuk pelayanan
kebidanan yang dilakukan di luar bagian atau pelayanan berkelanjutan
yang diberikan di rumah sakit dengan menekankan kepada aspek-aspek
psikososial budaya yang ada di masyarakat.
Manajemen Asuhan Kebidanan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
yang di kaji yaitu :
A. Data Subyektif
Identitas Pasien
Nama, umur , pekerjaan ,nama suami, agama dan alamat.
1. Apa yang di derita (keluhan utama)
Keluhan utama dilakukan untuk mendeteksi adanya keluhan –
keluhan untuk menunjang komplikasi yang mungkin terjadi.
Keluhan tersering dari pasien adalah perut kembung tidak nyaman,
mudah dikelirukan sebagai dispepsia. Biasanya mengalami
perdarahan yang abnormal atau menorrhagia pada wanita usia subur
atau wanita diatas usia 50 tahun atau menopause untuk stadium
awal. Pada stadium lanjutakan mengalami pembesaran massa yang
disertai asites
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Anamnesa penyakit di lakukan dengan tujuan untuk
mendeteksi adakah penyakit menurun maupun menular dari ibu
ataupun dari keluarga yang dapat mempengaruhi kondisi ibu saat
ini ataupun pada bayi. Dari anamnesa kita harus mempunyai kesan
tentang keaadan penderita dan kemudian akan dicocokkan dengan
pendapat dari pemeriksaan badan.
Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan
makan atau merasa cepat kenyang, dan gejala perkemihan
kemungkinan menetap Pada stadium lanjut, sering berkemih,
konstipasi, ketidaknyamanan pelvis, distensi abdomen, penurunan
berat badan, dan nyeri pada abdomen.
Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon,
kanker payudara, dan kanker endometrium (Brunner, 2015).
Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker
payudara dan kanker (Reeder, 2013).
3. Riwayat Kesehatan Reproduksi
a. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan digunakan untuk menanyakan sudah
berapa kali menjalani perkawinan, ini merupakan pernikahan
yang keberapa agar dapat melihat resiko pada penggunaan
kontrasepsi jika nerupakan pernikahan yang lebih dari 1 kali.
Umur saat menikah digunakan untuk mengetahui apakah pada
saat menikah termasuk dalam kategori menikah terlalu muda/
usia reproduksi/ terlalu tua.
b. Riwayat menstruasi
Digunakan untuk mengetahui kapan menarche, bagaimana
siklus menstruasi yang di alami apakah teratur/ tidak. Lama
menstruasi berapa hari , dan bagaimana sifat darah pada saat
menstruasi apakah encer/ beku. Dan bagaimana bau darah yang
dikhasilkan apakah masih dikategorikan normal bau khas
darah/berbau busuk yang berkemungkinan mengalami kelainan
pada saat menstruasi. Apakah mengalami fluor albus/ tidak, dan
yang paling umum di jumpai apakah mengalami disminorhea/
tidak. Dan berapa jumlah darah yang keluar apakah dalam
kategori normal yaitu sekitar 40 – maksimal 80 cc setiap
harinya.

c. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


Dilakukan untuk mengetahui bagaimana riwayat kehamilan/
persalinan dan nifas yang pernah dialami oleh calon askeptor.
d. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan
Riwayat kontrasepsi dilakukan untuk mengetahui kontrasepsu
apa saja yang sudah pernah di berikan pada akseptor KB apakah
pengguna lama / baru menggunakan kontrasepsi hingga dapat
diberikan asuhan yang sesuai.
4. Kebutuhan Fisik
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi ,
pola eliminasi, personal hygiene, pola istirahat, beban kerja /
aktivitas yang dilakukan sehari – hari, dan juga kegiatan spiritual
yang dilakukan tujuan anamnesia ini melihat bagaimana
perkembangan ibu sehari – sehari apakah terdapat faktor yang bisa
menjadi penyebab mioma uteri.
5. Keadaan Psiko, Sosio, Ekonomi dan Spiritual
miomauteri sering ditemukan pada kelompok sosial ekonomi yang
rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau
gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat
personal hygiene.
B. Data Objektif
Pemeriksaan umum
Keadaan umum dan Kesadaran
Keadaan ibu dikaji sesuai dengan objektif yang kita lihat :
Kategori keadaan umum yaitu Baik/Cukup/Lemah.
Penilaian tingkat kesadaran di bagi sebagai berikut :
1. Composmentis (normal)
Composmentis adalah kondisi pasien yang sadar sepenuhnya dan
mampu merespons intruksi petugas medis dan lingkungan dengan sangat
baik
2. Apatis (acuh tak acuh)
Acuh tak acuh dan lama untuk menjawab terhadap rangsangan yang
diberikan.
3. Somnolent (ngantuk)
Keadaan mengantuk atau disebut juga dengan letargi atau obtundasi
dapat dirangsang dengan rangsangan dubangunkan atau diberikan
rangsangan system.
4. Delirium (mengigau)
Penurunan kesadaran disertai peningkatan yang abnormal dari aktivitas
psikomotor dan siklus tidur bangun yang terganggu dapat dirangsang
dengan cubitan
5. Koma (sapor/ tidak sadar)
Keadaan tidak sadarkan diri yang penderitanya tidak dapat dibangunkan
bahkan dengan rangsangan yang kuat
Tanda – Tanda Vital (TD/Suhu/RR/Nadi)
6. Tensi
Pada tekanan darah normal untuk systole berkisar antara 110 – 140
mmHg dan 60 – 80 untuk diastole.
7. Suhu
Suhu normal pada dewasa berkisar 36,5 – 37,6 derajat celcius.
8. Respiration Rate (RR)
Pada RR normal adalah 16 – 24 kali.
9. Nadi
Denyut nadi normal berkisar 70 – 80 kali dan jarang melebihi 100
kali.
Berat badan
Dalam penimbangan berat badannya pada ibu nifas dikaji dalam
berat badan terakhir pada saat sebelum menggunakan kontrasepsi dan
setelah menggunakan kontrasepsi juga pada saat kunjungan ulang
menggunakan kontrasepsi. Dan juga tinggi badan ibu untuk menentukan
IMT.

IMT
Indeks Massa Tubuh dihitung berdasarkan rumus :

IMT =
Untuk menentukan indeks massa tubuh seseorang apakah mengalami gizi
yang termasuk normal, kurang atau cukup.

1. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Pemeriksaan kepala mulai dari pemeriksaan rambut , muka (apakah odem
atau tidak, adakah cloasma/ tidak), mata (bagaimana keadaan sklera
apakah putih/ kuning dan konjungtiva apakah putih/ merah muda), hidung
(adakah secret hidung), mulut (adakah caries, infeksi gusi bengkak) dan
telinga adakah bengkak atau kelainan abnormal yang timbul setelah masa
persalinan.
b. Leher
• Adakah kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid merupakan sebuah organ kecil namun memiliki pengaruh
yang besar bagi ibu yang baru melahirkan bisa menyebabkan peradangan
dan pembengkakan yang bisa termasuk salah stau komplikasi yang bisa
terjadi setelah melahirkan.
• Adakah peradangan kelenjar getah bening
Pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak biasanya karena produksi
ASI pada payudara yang bisa di alami oleh ibu nifas.
• Adakah peradangan vena jugularis eksterna
Vena jugularis terjadi akibat meningkatnya tekanan pada rongga jantung
c. Dada (Payudara)
Pemeriksaan ini melibatkan bentuk payudara apakah simetris/tidak dan
adakah massa/ benjolan abnormal pada payudara ibu yang dilihat dengan
pemeriksaan yang dilakukan petugas atau bisa dilakukan dengan tindakan
SADARI.
d. Abdomen
i. Inspeksi
Pada abdomen ibu nifas dilakukan inspeksi untuk melihat adakah
bekas luka/ strie.
ii. Palpasi
1. Palpasi dilakukan untuk mengecek apakah ibu sedang
hamil/tidak

iii. Auskultasi
Dilakukan untuk memastikan tidak terdapat detak jantung janin
e. Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas bertujuan untuk melihat adakah odema /
kelainan / varises) juga warna kuku dan bagaimana reflek patella.
f. Genetalia
10. Pada pemeriksaan genetalia dilakukan untuk memeriksa bagaimana
keadaan vagina apakah bersih/tidak, terdapat kelainan / tidak,
terdapat fluor albus/tidak, terdapat infeksi/tidak, terdapat kelenjar
bartholini/tidak, apakah terdapat kelenjar skene/tidak.
11. Dan melihat apakah pada anus terdapat homoroid/ tidak

2. Pemeriksaan laboratorium (atas indikasi)


Data penunjang merupakan data yang dapat digunakan untuk menegakkan
diagnose yang mungkin terjadi seperti hasil laboratorium

ANALISIS DATA
Analisis data digunakan untuk menentukan diagnose yang di alami
oleh ibu berdasarkan hasil pemeriksaan data subjektif dan juga objektif
yang telah dilakukan.
PENATALAKSAAN
Penalaksaan dilakukan sesuai dengan keadaan dan kondisi pasien yang
sesuai.

B. Standar Asuhan Kebidanan dan Model Dokumentasi SOAP


SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
tertulis. Bidan hendaknya menggunakan dokumentasi SOAP setiap kali
bertemu pasien. Alasan catatan SOAP dipakai dalam pendokumentasian
adalah karena metoda SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis
yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan dalam rencana asuhan,
metoda SOAP dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses
penatalaksanaankebidanan dalam tujuannya penyediaan dan
pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat membantu bidan dalam
mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh.
S= Subjektif

Data subjektif adalah data yang diperoleh dari sudut pandang


pasien atau segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien
bisu maka di bagian databelakang “S” diberi kode”0” atau “X”.
O= Objektif

Data objektif merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaa


n observasi bidan atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk dalam data
objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium,
atapun pemeriksaan diagnostic lainnya.
A= Assesment

Assesment merupakan pendokumentasian dari hasil analisa data


subjektif dan data objektif. Analisa yang cepat dan akurat sangat
diperlukan guna pengambilan keputusan / tindakan yang tepat.
P = Planning

Planning (Perencanaan) adalah rencana yang dibuat berdasarkan


hasil analisa. Rencanaasuhan ini meliputi rencana saat ini dan akan datang
Pathway kista ovarium

Etiologi:
Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
Pertumbuhan folikel tidak seimbang
Degenerasi ovarium
Infeksi ovarium

Gangguan
reproduksi

Tanda dan gejala: Komplikasi:


Diagnosa: Pembenjolan perut
Tanpa gejala Pola haid berubah
Anamnesa
Nyeri saat menstruasi. Perdarahan
Pemeriksaan fisik
Nyeri di perut bagian bawah. Torsio (putaran tangkai)
Pemeriksaan penunjang
Nyeri saat berhubungan seksual. Infeksi
Nyeri saat berkemih atau BAB. Dinding kista robek
Siklus menstruasi tidak teratur Kista ovarium Perubahan keganasan

Kista fungsional Kista non-fungsional

Konservatif:
Observasi 1-2 bulan

Keluhan tetap: Laparatomi Laparoskopi


Aktivitas hormon
Discomfort

Ovarian Salpingo-
cystectomy oophorectomy

Perawatan Post Operasi: Penyulit Post Operasi:


Obat Analgetik Nyeri
Mobilisasi
Perdarahan
Personal hygiene Infeksi
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
KISTA OVARIUM DI RSUD HAJI
SURABAYA

PENGKAJIAN
Hari: Senin/04/03/2024
Jam : 07.53

IDENTITAS PASIEN:

Identitas Pasien Penanggung Jawab


Status : Ibu
1. Nama : Nn. ”A” 1. Nama : Ny.S
2. Umur : 25 Tahun 2. Umur : 36 Tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : D4 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : IRT
6. Suku Bangsa : Indonesia 6. Suku Bangsa :Indonesia
7. Alamat : Ngemplak 7. Alamat : Ngemplak
1/20-A 1/20-A

(04/03/2024 , Jam 07.53 WIB)


I. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Kontrol menyerahkan hasil MSCT
Nyeri perut bawah sampai ke pinggang, nyeri saat BAK
2. Riwayat Penyakit sekarang
Kontrol menyerahkan hasil MSCT Nyeri perut bawah sampai ke pinggang,
nyeri saat BAK
3. Riwayat Menstruasi
Menarche usia 10 tahun , siklus tidak teratur, lama mens ± 8 hari ,
disminorhea saat menstruasi
4. Riwayat Perkawinan
Belum kawin
5. Riwayat Kesehatan
a. Tidak menderita penyakit sistemik, menurun, menular yang pernah/
sedang di derita dahulu
b. Tidak menderita penyakit sistemik, menurun, menular yang pernah/
sedang di derita sekarang

6. Riwayata Obstetri Ginekologi


a. Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Belum pernah hamil

7. Kebutuhan Fisik
a. Nutrisi
- Sebelum MRS:
Makan 3x sehari porsi sedang dengan nasi lauk pauk
Minum 6 – 7 kali sehari
b. Eliminiasi
- Sebelum MRS :
BAK 3 -4 kali sehari
BAB 1x sehari
c. Istirahat (tidur)
- Sebelum MRS : ± 6 jam / hari
d. Personal Hygiene
- Sebelum MRS : mandi terakhir tgl.2/4/24
- Sesudah MRS : -
II. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis

b. Tanda – Tanda Vital


Tekanan Darah : 110/77 mmHg Nadi : 113 x/menit

Suhu : 36◦ C Respirasi : 20x/menit

c. Berat Badan : 56 Kg
Tinggi Badan : 152Cm
d. IMT : 24,2 (normal)

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Tidak ada massa pada kepala, tidak ada benjolan
Abnormal, tidak ada nyeri tekan
Muka : tidak pucat, tidak odem
Mata : konjungtiva merah muda sklera putih
Hidung : tidak ada secret
Bibir : lembab
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
pembesaran getah bening dan tidak ada benjolan
abnormal
c. Dada (Payudara) : asimetris, tidak ada nyeri tekan , tidak ada
benjolan abnormal.
d. Abdomen
1) Inspeksi
tampak benjolan
2) Palpasi
Teraba benjolan 2 jari dibawah pusat
3) Auskultasi
Terdengar bising usus
e. Ekstremitas
Tidak odem, tidak ada kelainan abnormal, tidak ada varises, reflek
patella positif (+)
f. Genetalia Eksterna dan Anus
Vagina : bersih, tidak ada kelainan, terdapat cairan darah kurang
lebih 50cc , tidak odem,tidak ada infeksi, tidak ada kelenjar
bartholini, tidak ada kelenjar skene.
Anus : Tidak terdapat hemoroid

3. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal )


- Pemeriksaan Darah Lengkap
Hemoglobin : 12,2 g/dl
Hematokrit : 38,40
Leukosit : 5,740
Trombosit : 321,00
Golongan Darah : A+
- Serologi / Imunologi
HBSAg : negatrf
HIV : negatif
- Urine
Protein urine : negatif
- MSCT

III. ANALISA DATA


Nn.A dengan kista ovarium curiga ganas DO kista Endometriosis Pro OP.
(Tanggal 4/3/2024 , Jam 07.55 WIB)
IV. PENATALAKSANAAN
Pukul Penatalaksanaan Rasionalisasi Evaluasi
12.03 Memberitahukan kepada ibu Agar ibu mengetahui Ibu
bahwa kondisi ibu baik kondisinya mengerti

10.05 Memberitahu ibu bahwa ibu Agar ibu tidak kahwatir Ibu
mengalami kista ovarium dengan keadaannya mengerti
curiga ganas
10.30 Memberitahukan ibu bahwa Agar ibu lebih Ibu
ibu akan dijadwalkan mempersiapkan diri mengerti
operasi untuk menghadapi operasi
pengangakatan kista
ovarium
10.32 Melakukan Sudahdilakukan
pendokumentasian
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamenesa di dapatkan keluhan Nn.A usia 25 tahun ,


status belum pernah menikah dan belum pernah hamil, dengan keluhan yaitu
nyeri saat BAK, dan nyeri pada bagian punggung yang merupakan ciri – ciri kista
ovarium. Kista ovarium bisa terjadi pada berbagai faktor pada usia reproduksi
seperti contohnya faktor belum pernah aktif secara seksual.
Menurut Yatim (2008), Faktor-faktor yang meningkatkan resiko penderita
kista ovarium menjadi kanker ovarium meliputi Faktor genetik. Riwayat kanker
ganas pada anggota keluarganya, Paritas. Lebih banyak terjadi pada perempuan
tidak menikah dan tidak mempunyai anak, Status sosial ekonomi. Lebih sering
terjadi pada perempuan dari keluarga golongan menengah dan mampu, Pengaruh
bahan kimia. Sering terjadi pada perempuan yang selalu memakai bedak pada
daerah selangkangan. Tetapi belum jelas apakah bedak atau partikel abses yang
menjadi penyebab ,Tanda keganasan lain. Penderita tampak pucat (anemi) dan
badan kurus (cachexia) Beberapa ahli mencurigai kista ovarium sebagai
penyebabnya terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme
terjadinya kanker masih belum jelas, tapi dianjurkan pada wanita yang berusia
diatas 40 tahun untuk melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
kanker ovarium (Imade, 2013).
Masa Reproduksi adalah masa pada perempuan umur 15-46 tahun, selama
masa reproduksi akan terjadi masturbasi foliker yang khas, termasuk ovulasi dan
pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat interaksi hipotalamus-
hipofisis-gonad dimaana melihat folikel dan korpus intrakrin, neuron dan sistem
immune. (Prawirhardjo, 2011; h. 105).
Menurut Ika (2012) bahwa banyak tumor tidak menunjukan gejala dan
tanda terutama ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat
dari pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi tumor. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor didalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan perut.
Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau
posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat
menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak
bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut
serta dapat juga mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai. Akibat aktivitas
hormonal

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada Nn.A dengan
kista ovarium penulis dapat mengambil kesimpulan :
1. Dengan manajement varney dapat meningkatkan keterampilan dan
sikap yang harus dilakukan bidan dalam memberikan asuhan secara
tepat,cermat, menyeluruh pada pelayanan ibu dengan kista ovarium .
2. Nn.A dengan diagnosakista ovarium sudah diberikan terapi
farmakologis.
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan
pelayanan dan penyuluhan kepada masyarakat sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan untuk menambah wawasan mengenai kista
ovarium
2. Bagi Tempat penelitian
Diharapkan tetap menjaga pelayanan yang sudah berlangsung
sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang sudah berlaku dan
di barengi dengan konseling terapi non farmakologis untuk menambah
pengetahuan dan juga memudahkan untuk dilakukan namun masih sesuai
anjuran yang di tetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. (2013). Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC
Amin, H (2013). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NICNOC. Yogyakarta : Mediaction
Buku Register Ruang Bougenvile 2 IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2019 sampai dengan 2020.
Departemen Kesehatan Rebuplik Indonesia. 2015. Kista Ovarium. Available
Online https: //www. Medinuc.com. diakses tanggal 28 April 2021
Departemen Kesehatan Rebuplik Indonesia. 2015. Kista Ovarium. Available
Online https: //www. Medinuc.com. diakses tanggal 28 April 2021
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(1st ed). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Yuliani, Rita. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai