Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI

PADA NY. Y P2A0 UMUR 57 TAHUN

DENGAN KISTA OVARIUM

DI RSUD SLEMAN MURANGAN

BESTARANI QONITAH
CHRISANT
P1337424215030

POLITEKES KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN MAGELANG
TAHUN AJARAN 2017 / 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia saat ini masih belum seperti yang
diharapkan dibandingkan dengan keadaan-keadaan di negara lain. Indonesia
masih tertinggal dalam banyak aspek keseatan reproduksi. Masalah kesehatan
reproduksi menjadi perhatian bersama bukan hanya individu yang bersangkutan,
karena dampaknya menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi
parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat (Manuaba, 2009).

Menurut SDKI tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359/100.000.
Angka kematian tersebut terjadi peningkatan dibandingkan dengan AKI tahun
2011 yang sebesar 228/100.000. Penyebab AKI selain masih rendahnya
kesadaran akan kesehatan, disebabkan oleh perdarahan, eklampsia dan infeksi.
Perdarahan juga dapat disebabkan oleh pecahnya kista. Kista ovarium
merupakan kanker ke lima tersering yang menyebabkan kematian wanita setelah
kanker paru-paru, kolorektal, payudara dan pangkreas. Insidensinya pada
wanita di bawah 50 tahun sebanyak 5,3 /100.000 dan pada wanita di atas 50
tahun sebanyak 41,4 / 100. Kista ovarium merupakan penyebab kematian utama
pada kasus keganasan ginekologi saat ini. Sedangkan Angka Kematian Ibu
(AKI) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari
kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar
116,01/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2012). Pada tahun 2009 di
perkirakan jumlah penderita kista ovarium sebanyak23.400 orang
diperkirakan meninggal sebanyak 13.900 orang (59,40 %).

Angka kematian yang tinggi ini di sebabkan karena penyakit ini pada
awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah
terjadi metastasis sehingga 60 – 70% pasien datang pada stadium lanjut
(Binmuhsin, 2011).

Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan


reproduksi. Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya
adalah masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan sistem
reproduksi. Hal ini mencakup infeksi, gangguan menstruasi, masalah struktur,
keganasan pada alat reproduksi wanita, infertilitas dan lain-lain (Essawibawa,
2011)

Gangguan reproduksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya


cacat anatomi saluran reproduksi (defek kongenital), gangguan fungsional,
kesalahaan manajemen atau infeksi organ reproduksi Menurut Riadi (2006).
Ada berbagai macam gangguan reproduksi seperti gangguan menstruasi,
syndrom premestruasi, nyeri abdomen dan panggul, kista ovarium dan kanker
pada endometrium. Gangguan sistem reproduksi yang sering terjadi pada wanita
adalah kista ovarium (Joedasaputra, 2005).

Kista adalah setiap rongga atau kantong tertutup, baik normal maupun
abnormal, yang dilapisi epitel, biasanya mengandung cairan atau materisemi
padat (Dorland, 2008). Ovarium adalah suatu organ terdiri atas 2 yang terletak
dikiri dan kanan antara uterus dan dinding panggul. Besarnya kurang lebih
sebesar ibu jari tangan dengan panjang 4 cm, lebar dan tebalnya kira- kira 1,5
cm (Saroha, 2009).

Salah satu bahaya yang ditakuti ialah kista tersebut menjadi ganas. Bahaya
lain dari kista adalah terpuntir, kejadian ini akan menimbulkan rasa sakit yang
sangat dan memerlukan tindakan darurat untuk mencegah kista jangan sampai
pecah. Dalam jangka waktu tertentu, kista terus tumbuh hingga diameter
mencapai puluhan sentimeter. Sebenarnya tidak ada patokan mengenai ukuran
besarnya kista sehingga berpotensi untuk pecahnya kista dapat menyebabkan
pembuluh darah menjadi rusak dan menimbulkan terjadinya perdarahan yang
dapat berakibat fatal (Yatim, 2005).

Berdasarkan latar belakang diatas dan mengingat masih tingginya pasien


gangguan reproduksi dengan kista ovarium maka penulis tertarik untuk mengambil
kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny. T P2 A0
Umur 57 Tahun dengan Kista Ovarium di RSUD Sleman”
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis
1. Kista Ovarium

a. Pengertian

Kista ovarium adalah kantong tertutup berdinding membran yang


berlapis epitel dan cairan atau semi cairan dengan berbagai bentuk,
permukaanya bisa rata, halus, licin, dan ada yang dapat di gerakan ataupun
tidak tumbuh di dalam rongga ovarium (Prawirohardjo, 2008).

Kista ovarium adalah kantung abnormal yang berisi cairan abnormal


yang tumbuh tak hanya di indung telur (ovarium) atau ujung- ujung
saluran telur, tapi juga dikulit, paru-paru, bahkan otak (Chyntia, 2009).

Kista ovarium adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan didalam


jaringan ovarium. Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa
reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar
hormone yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur
dari ovarium (Lubis, 2012).
b. Etiologi
Menurut Faisal (2008), faktor-faktor yang dapat menyebabkan gejala
kista, meliputi :
1. Gaya hidup tidak sehat (konsumsi makanan yang mengandung
banyak lemak dan kurang serat, zat tambahan pada makanan, kurang
olahraga, merokok dan konsumsi alkohol, terpapar dengan polusi dan
agen infeksius, stress).
1). Faktor genetik.
Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker
yaitu yang disebut protoonkogen yang karena suatu sebab tertentu
misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi atau terpapar
zat kimia tertentu atau karena radiasi protoonkogen ini dapat berubah
menjadi onkogen, yaitu zat pemicu kanker.
c. Tanda dan Gejala Kista Ovarium
Menurut Chyntia (2009), kista ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar
10% dari kista ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, keluhannya
biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhan-keluhan :
1) Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga
abdomen.

2) Gangguan sistem gastrointestinal : Konstipasi, mual, rasa penuh,


hilangnya nafsu makan
3) Gangguan sistem urinaria
4) Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
5) Menstruasi tidak teratur
6) Lelah
7) Keluarnya cairan abnormal per vaginam
8) Nyeri saat berhubungan seksual
9) Penurunan berat badan
d. Jenis-jenis Kista Ovarium
Menurut Lowdermik, dkk (2005), jenis-jenis kista ovarium adalah :
1) Kista folikel
Kista folikel berkembang pada wanita muda wanita muda sebagian
akibat folikel de graft yang matang karena tidak dapat meyerap cairan
setelah ovulasi. Kista ini bisanya asimptomotik keculi jika robek.
Dimana kasus ini paraf jika tedapat nyeri pada panggul. Jika kista tidak
robek, bisanya meyusut setelah 2-3 siklus menstruasi.
2)Kista corpus luteum
Terjadi setelah ovulasi dan karena peningkatan sekresi dari
progesterone akibat dari peningkatan cairan di korpus luteum ditandai
dengan nyeri, tendenderness pada ovari, keterlambatan mens dan siklus
mens yang tidak teratur atau terlalu panjang. Rupture dapat
mengakibatkan haemoraghe intraperitoneal. Biasanya kista corpus
luteum hilang dengan selama 1-2 siklus menstruasi.
1) Syndroma rolycystik ovarium
Terjadi ketika endocrine tidak seimbang sebagai akibat dari estrogen
yang terlalu tinggi, testosoron dan luteinizing hormone dan penurunan
sekresi fsh. Tanda dan gejala terdiri dari obesitas, hirsurism (kelebihan
rambut di badan) mens tidak teratur, infertelitas.
2) Kista Theca- lutein
Biasanya bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini berkembang
akibat lamanya stimulasi ovarium dari human chorionik gonadotropine
(HCG).
e. Komplikasi
Menurut Manuaba (2007), komplikasi dari kista ovarium yaitu :
1) Perdarahan intra tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan
memerlukan tindakan yang cepat.
2) Perputaran tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen.
Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala : badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu
aktifitas sehari-hari.
3) Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista
tumpah kedalam ruangan abdomen.
4) Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45
tahun.
f. Pemeriksaan penunjang
Menurut Chyntia (2009), pemeriksaan penunjang meliputi :
1) Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan
kemungkinan adaya kanker / kista.
2) Ultrasound / CT scan : membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi
massa.
3) Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan
endometrial.
4) Hitung darah lengkap : penurunan Hb dapat menununjukan anemia
kronis sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif,
peningkatan SDP dapat mengindikasikan proses inflamasi / infeksi.
g. Penatalaksanaan
Menurut (Lowdermik dkk, 2005), penatalaksanaan kista ovarium, yaitu:
1) Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalu
tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi.
2) Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium
dan menghilangkan kista.
3) Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan
abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen
yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah
dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4) Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik
relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan
terjadi seperti tanda-tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.

B. Teori Manajemen Kebidanan


1. Pengertian Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien
(Sulistyawati, 2009).
2. Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakan- tindakan
dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan aman dapat
tercapai. Selain itu metode ini memberikan pengertian untuk menyatukan
pengetahuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang
berarti (Ambarwati dkk, 2010). Proses manajemen kebidanan ada 7 antara
lain :

a. Langkah 1 : Pengkajian

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua


data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Anggraini, 2010).
1) Data Subyektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Pada kasus yang diambil
penulis yaitu kista ovarium, maka pengkajan ditujukan pada
pemeriksaan ginekologi (Nursalam, 2008). Pengkajian pasien antara
lain :
a) Identitas Pasien
(1) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Anggraini,
2010).
(2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan psikisnya belum siap. Sedangkan umum lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi kista ovarium (Anggraini, 2010).
(3) Suku/Bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari


(Anggraini, 2010).
(4) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk


membimbing atau mengarahkan pasien dalam doa (Anggraini,
2010).
(5 ) Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui


sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Anggraini,
2010).
(6) Pekerjaan

Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial


ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
(Anggraini, 2010).
(7) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila


diperlukan (Anggraini, 2010).
b) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan kista ovarium, misalnya sakit pada perut bagian bawah dan
bengkak (Anggraini, 2010). Pada kasus kista ovarium pasien merasa
nyeri pada perut bagian bawah, nyeri saat haid, sering ingin buang
air besar atau kecil dan teraba benjolan pada daerah perut (Chyntia,
2009).

c) Riwayat Haid
Untuk mengetahui usia berapa pertama kali mengalami
menstruasi, jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi
berikutnya dalam hitungan hari, seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan dan keluhan yang dirasakan ketika mengalami
mestruasi (Sulistyawati, 2009).
d) Status Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan syah
atau tidak, sudah berapa kali menikah, pada umur berapa menikah,
berapa jumlah anak (Anggraini, 2010).
e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan,
keadaan nifas yang lalu (Anggraini, 2010).
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pernah ikut KB, dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi (Anggraini, 2010).
g) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan kista ovarium
(Anggraini, 2010).
(2) Riwayat Kesehatan yang Lalu

Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit


akut, kronis seperti : jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma
yang dapat mempengaruhi kista ovarium (Anggraini, 2010).
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita


penyakit menular seperti : AIDS, Hepatitis, TBC, dan penyakit
menurun seperti : Asma, Jantung, DM, maupun keturunan
kembar (Prawirohardjo, 2006).
h) Pola Kebiasaan Sehari-hari

(1) Pola Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,


banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan (Ambarwati
dkk, 2010).
(2) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah
(Anggraini, 2010).
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang (Ambarwati
dkk, 2010).
(4) Personal Hygine
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genetalia (Ambarwati dkk, 2010).
(5) Kehidupan Seksual
Berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungan sexsual
karena pada penderita kista ovaraium mengalami nyeri saat
senggama (Chyntia, 2009).
i) Data Psikologis
Perlu adanya pengkajian psikologis pada saat pasien
mengalami kista pasien merasa cemas, setelah kista ovarium di angkat
pasien merasa tenang, bahagia setelah pengangkatan berhasil. Dan
perlu adanya dukungan dari keluarga moral dan spiritual sehingga
pasien lebih tenang (Prawirohardjo, 2011).
2) Data Obyektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan
dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).
a) Status generalis
(1) Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang, jelek,
tingkat kesadaran pasien apakah composmentis (sadar penuh :
memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang
diberikan), apatis (acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya),
somnolen (gelisah : tidak responsive terhadap rangsangan ringan
dan masih memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat),
delirium, semi koma dan koma (tidak dapat bereaksi terhadap
stimulus atau rangsangan apapun), gerakan yang ekstrem dan
ketegangan otot (Alimul, 2009). Pada kasus kista ovarium
keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
(2) Tanda-tanda vital
(a) Tensi
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi (Saifuddin,
2007). Batas normal 110/60 – 140/90 mmHg (Lynn, 2008).
(b) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau
tidak jika ada dan lebih dari 38oC kemungkinan terjadi infeksi.
Batas normal 37,5 - 38oC (Ambarwati dkk, 2010).
(c) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit
(Saifuddin, 2007). Batas normal 60 – 80 x / menit
(Ambarwati dkk, 2010).
(d) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung
dalam 1 menit (Saifuddin, 2007). Batas normal 20-30 x/menit
(Ambarwati dkk, 2010).
(3) Berat Badan
Untuk mengetahui faktor resiko obesitas (Saifuddin, 2007)
(4) Tinggi Badan
Untuk mengetahui faktor resiko kesempitan panggul (Saifuddin,
2007). Tinggi badan wanita normal 150 cm (Ambarwati dkk,
2009).
b) Pemeriksaan Sistematis
(1) Kepala
(a) Rambut
Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan
berketombe (Nursalam, 2008).
(b) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, adakah
kelainan, adakah oedema (Nursalam, 2008).
(c) Mata
Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda
dan sklera warna putih (Yulaikah, 2009).
(d) Hidung
Untuk mengetahui adakah pernafasan cuping hidung, adakah
pengeluaran sekret (Yulaikah, 2009).
(e) Telinga
Untuk mengetahui apakah didalamnya ada serumen (Alimul,
2006)
(f) Mulut, gigi dan gusi
Untuk mengetahui mulutnya bersih apa tidak, ada caries dan
karang gigi tidak, serta ada stomatitis atau tidak (Nursalam,
2008).
(2) Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar gondok atau
thyroid, tumor dan pembesaran getah bening (Nursalam,
2008).
(3) Dada dan axilla
Untuk mengetahui mammae ada pembesaran atau tidak, tumor
simetris, areola hiperpigmentasi apa tidak, puting susu menonjol
apa tidak, kolostrum sudah keluar atau belum (Anggraini, 2010)
(4) Axilla
Untuk mengetahui adakah tumor, adakah nyeri tekan (Nursalam
2008).
(5) Abdomen
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran hati, adakah tumor
atau benjolan, ada nyeri atau tidak, ada luka bekas operasi atau
tidak (Varney, 2007). Pada kasus kista ovarium terdapat nyeri
perut bagian bawah (Chyntia, 2009).

(6) Anogenital

(a) Vulva vagina

Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi,


ada tidaknya kemerahan, varices, nyeri, pembesaran kelenjar
bartolini dan perdarahan (Prihardjo, 2007). Pada kasus kista
ovarium terdapat perdarahan (Chyntia, 2009).
(b) Inspekulo

Pemeriksaan dalam yang dilakukan untuk mengetahui keadaan


portio / serviks dan pengeluaran pervaginam (Widjanarko,
2011)
(c) Pemeriksaan dalam

Dikaji untuk mengetahui kondisi vagina urethra, dinding


vagina, portio, orifisium urethra eksterna, korpus uteri,
pengeluaran dan discharge (Essawibawa, 2011)
(d) Anus

Untuk mengetahui ada haemoroid atau tidak (Nursalam,


2008).
(7) Ekstremitas
Bagaimana keadaanya odema atau tidak, varices atau tidak, reflek
patella (+) atau (-), (Saifuddin, 2007).
c) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnosa, apabila
diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium (Varney, 2007). Pada
kasus kista ovarium dilakukan pemeriksaan pap smear dan CT-scan
(Chyntia, 2009).
b. Langkah 2 : Interprestasi Data
Mengindentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam
langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan. Ketiganya digunakan karena beberapa
masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien
(Ambarwati dkk, 2010).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosa (Varney, 2007).
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Ny. X Umur…Tahun
dengan gangguan reproduksi kista ovarium.
Data Subjektif :
a) Pasien merasa nyeri pada perut bagian bawah, nyeri saat haid, sering
ingin buang air besar atau kecil dan teraba benjolan pada daerah perut
(Chyntia, 2009).
b) Pasien merasa nyeri saat senggama (Chyntia, 2009).
c) Pasien merasa cemas (Prawirohardjo, 2011)
Data Objektif :
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV, TD : 120/80 mmHg, N : 90 x/menit, R : 24 x/menit, S : 370C

d) Pada pemeriksaan abdomen terdapat benjolan dan nyeri perut bagian


bawah
a) Pada pemeriksaan vagina terdapat bercak darah
yang keluar
b) Pemeriksaan penunjang : dilakukan pemeriksaan pap smear dan CT-
Scan (Chyntia, 2009)
2) Masalah
Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai
dengan kesadaan pasien (Varney, 2007).
Pada kasus kista ovarium masalah yang dihadapi pasien yaitu pasien
merasa cemas sebelum dilakukan pengangkatan kista ovarium (Chyntia,
2009).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum tendentifikasi
dalam diagnosa atau masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa
data (Varney, 2007).
Pada kasus kista ovarium kebutuhan yang diberikan yaitu beri dukungan
moral dan spiritual sehingga pasien lebih tenang (Prawirohardjo, 2011).
c. Langkah 3 : Diagnosa / Masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati dkk, 2010).
Diagnosa potensial pada kasus kista ovarium yang mungkin terjadi
yaitu terjadi kanker ovarium (Chyntia, 2009).
d. Langkah 4 : Antipasi
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati dkk, 2010).
Pada kasus gangguan reproduksi dengan kista ovarium antisipasi yang
diberikan yaitu kolaborasi dengan dokter bedah, bila tidak terjadi keganasan
bisa diobati secara operasi atau dengan obat-obatan, bila terjadi keganasan
harus dilakukan pengangkatan kista atau operasi dan diberi obat-obat anti
kanker (Chyntia, 2009).
e. Langkah 5 : Perencanaan
Langkah ini ditentukan oleh langkah sebelumnya yang merupakan
lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidenfikasi atau diantasipasi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan
(Ambarwati dkk, 2010).

Rencana asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi dengan kista


ovarium menurut Chyntia (2009), yaitu :
1) Pre Operasi
a) Observasi keadaan umum dan TTV
b) Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
c) Berikan analgesik sesuai resep
d) Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan penanganan berupa
tindakan histerektomi.
2) Post Operasi
a). Ajarkan teknik relaksasi
b). Berikan tindakan kenyamanan dasar seperti kompres hangat pada
abdomen atau tehnik relaksasi nafas dalam
c). Lakukan perawatan post histerektomi dengan memberikan gurita
abdomen sebagai penyangga

f Langkah 6 : Pelaksanaan
Menurut Varney (2007), pada langkah ini merencanakan asuhan yang
menyeluruh ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya. Semua
keputusan yang dikembalikan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional
dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan, serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan dan pasien, agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena pasien juga akan melaksanakan rencana
tersebut.
Pada kasus gangguan reproduksi dengan kista ovarium pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat (Chyntia, 2009).

g. Langkah 7 : Evaluasi
Langkah ini merupakan evaluasi rencana tindakan yang meliputi
kebutuhan pada pasien telah terpenuhi secara efektif dengan melakukan
kolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya (Varney, 2007).
Evalusi yang diharapkan setelah dilakukan tindakan menurut Chyntia
(2009), adalah :
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital normal
4. Kista ovarium telah teratasi dengan cara operasi histerektomi
5. Tidak ada komplikasi setelah dilakukan operasi
Pembimbing Institusi Praktikan

Ribkha Itha I, S.Pd., M. Kes Bestarani Qonitah


18

BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini penulis mengambil kesimpulan dan saran setelah melakukan
asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny. Y P 2 A0 umur 57 tahun dengan kista
ovarium di RSUD Kabupaten Temanggung yang meliputi :
A.KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen


kebidanan menurut Varney pada Ny. Y dengan kista ovarium, pengkajian pada kasus
Ny. Y dengan kista ovarium keluhan utamanya ibu mengalami nyeri pada perut
bagian kiri bawah yang terdapat benjolan, sedangkan pada data objektif didapatkan
data keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, TTV : TD : 100/90 mmHg, N
: 80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,5 0C. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan
hasil ada benjolan dan ada nyeri tekan pada perut bagian kiri bawah.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan bahwa konsep teori merupakan landasan pelaksanaan


praktek dilapangan, sehingga penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :
a. Bagi Profesi

Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif, pada asuhan gangguan reproduksi


sehingga keluarga dan masyarakat berperilaku hidup sehat serta tidak menganggap
remeh setiap benjolan yang ada.
1. Bagi Institusi

a. Rumah Sakit

Menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan khususnya untuk asuhan kebidanan pada kasus gangguan
reproduksi dengan kista ovarium.
b. Pendidikan

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi
untuk menaikkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada gangguan
19

reproduksi dengan kista ovarium.


20

2. Bagi Pasien

Diharapkan ibu mengetahui tentang penyakit kista ovarium dan menganjurkan


untuk segera membawa ke petugas kesehatan yang terdekat bila mengenali tanda
bahaya, menjaga kebersihan diri sendiri dan dapat memberikan penanganan segera
apabila terdapat benjolan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H. AA. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. Ambarwati, E.R
& Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta :
Mitra Cendikia.

Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Chyntia, E. 2009. Pahami Kista Anda Akan Terbebaskan. Yogyakarta : Maximus.

Dorland. 2008. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Faisal, Y. 2008. Penyakit Kandungan. Jakarta : Pustaka Populer Obor.


Joedosapoetro, M.S. 2005. Ilmu Kandungan. Edisi ke-2. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Jakarta.

Kasdu, D. 2005. Solusi Problem Persalinan. Jakarta : Puspa Suara. Lynn. 2008.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Lubis, H. 2012. Obsgyn Untuk Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Manuaba, I.B.G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.

. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

. 2009. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial.


Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Nugroho, T. 2012. Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Salemba Medika.
Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2006. Buku acuan Nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.
. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
. 2011. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prihardjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC.


Varney, H. 2006. Varney’s Midwiffery Text Book Third Edition. London. James and
Barbell Publisher.

. 2007. Ilmu Kebidanan Fisiologi. Jakarta : EGC.

Saifuddin, A.B. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.

Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
Andi Offset.

Widjanarko. 2011. Manajemen Asuhan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.


Yatim, F. 2005. Penyakit Kandungan. Jakarta : Pustaka Populer Obor.

Yulaikah. 2009. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologi. Yogyakarta : Mitra


Cendekia.

Anda mungkin juga menyukai