BAB II
TINJAUAN MATERI
A. Pengertian
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang
masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina (WHO 1981).
Empat spesies Plasmodium penyebab malaria pada manusia adalah :
1. Plasmodium falcifarum yang sering menjadi malaria cerebral, dengan angka kematian yang
tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang meningkat jauh lebih cepat
dibandingkan spesies lain dan merozoitnya menginfeksi sel darah merah dari segala umur
(baik muda maupun tua). Spesies ini menjadi penyebab 50% malaria di seluruh dunia.
2. Plasmodium vivax. Spesies ini cenderung menginfeksi sel-sel darah merah yang muda
(retikulosit), kira-kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia disebabkan oleh
plasmodium vivax.
3. Plasmodium malaria. Mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel-sel darah merah
yang tua.
4. Plasmodium ovale. Predileksinya terhadap sel-sel darah merah mirip dengan Plasmodium
vivax (menginfeksi sel-sel darah muda). Ada juga seorang penderita terinfeksi lebih dari
satu spesies plasmodium secara bersamaan.
Hal ini disebut infeksi campuran atau mixed infeksi. Infeksi campuran paling banyak di
sebabkan oleh dua spesies terutama plasmodium falcifarum dan plasmodium vivax atau
plasmodium vivax dan plasmodium malaria. Jarang terjadi infeksi campuran oleh tiga spesies
sekaligus. Infeksi campuran banyak dijumpai di wilayah yang tingkat penularan malarianya
tinggi. Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P.
falciparum dan P.vivax atau campuran keduanya, sedangkan P. malaria hanya ditemukan di
NusaTenggara Timur dan P. ovale ditemukan di Papua.
B. Gejala Klinis
Gejala malaria terdiri dari beberapa serangan demam dengan interval tertentu (disebut
paroksisme), diselingi oleh suatu periode yang penderitanya bebas sama sekali dari demam (disebut
periode laten). Gejala yang khas tersebut biasanya ditemukan pada penderita nonimun. Sebelum
timbulnya demam, biasanya penderita merasa lemah, mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu
makan, merasa mual di ulu hati, atau muntah. Masa tunas malaria sangat tergantung pada spesies
Plasmodium yang menginfeksi. Masa tunas paling pendek dijumpai pada malaria falciparum, yang
terpanjang pada malaria kuartana (Plasmodium malariae).
Masa tunas parasit malaria adalah 12 hari untuk malaria falciparum, 14 hari untuk malaria vivax, 28
hari untuk malaria kuartana, dan 17 hari untuk malaria ovale. Malaria mempunyai gambaran
karakteristik demam periodik, anemia, dan splenomegali. Gejala yang klasik yaitu terjadinya ’Trias
Malaria’
secara berurutan ; periode dingin, periode demam, dan periode berkeringat .
1. Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa mekanisme
terjadinya anemia adalah : pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan eritropoiesis
sementara, hemolisis oleh karena proses complement mediated immune complex,
eritrofagositosis, penghambatan pengeluaran retikulosit, dan pengaruh sitokin.
2. Splenomegali sering dijumpai pada penderita malaria, limpa akan teraba setelah tiga hari
dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Limpa merupakan
organ yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria.
3. Pola demam malaria. Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme, yang
berhubungan dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak
serangan panas terjadi berbarengan dengan lepasnya merozoit-merozoit ke dalam
peredaran darah (proses sporulasi). Untuk beberapa hari pertama, pola panas tidak
beraturan, baru kemudian polanya yang klasik tampak sesuai spesiesnya. Pada malaria
falciparum, pola panas yang ireguler itu mungkin berlanjut sepanjang perjalanan
penyakitnya sehingga tahapan-tahapannya yang klasik tidak begitu nyata terlihat.Suatu
paroksisme demam biasanya mempunyai tiga stadium yang berurutan sebagai berikut :
Stadium dingin/cold stage Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin.
Nadi penderita cepat, tetapi lemah. Bibir dan jari-jari sianotik. Kulitnya kering dan pucat, penderita
mungkin muntah dan pada penderita anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung selama 15 menit-1 jam.
Stadium demam/hot stage Setelah menggigil/ merasa dingin, pada stadium ini penderita
mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat
panas seperti terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa mual atau
muntah-muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan
suhu badan bisa meningkat sampai 41 derajat celcius. Stadium ini berlangsung selama 2-6 jam.
Stadium berkeringat/sweating stage, Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, sampai
membasahi tempat tidur. Namun suhu badan pada fase ini turun dengan cepat, kadang-kadang
sampai di bawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga, ia merasa
lemah, tapi tanpa gejala lain. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.Sesudah serangan panas pertama,
terjadi interval bebas panas selama antara 48-72 jam, lalu diikuti dengan serangan panas
berikutnya seperti yang pertama; dan demikian selanjutnya. Gejalagejala malaria ’klasik’ seperti yang
telah diuraikan tidak selalu ditemukan pada setiap
penderita, dan ini tergantung pada spesies parasit, umur dan tingkat imunitas penderita.
C. Pengaruh Malaria Selama Kehamilan
pada ibu
Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung pada tingkat
kekebalan seseorang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas (jumlah kehamilan). Ibu hamil dari
daerah endemi yang tidak mempunyai kekebalan dapat menderita malaria klinis
berat sampai menyebabkan kematian (4). Di daerah endemisitas tinggi, malaria berat dan kematian
ibu hamil jarang dilaporkan (15). Gejala klinis malaria dan densitas para sitemia dipengaruhi paritas,
sehingga akan lebuh berat pada primigravida (kehamilan pertama)
daripada multigravida (kehamilan selanjutnya) 2. Pada ibu hamil dengan malaria, gejala klinis yang
penting diperhatikan ialah demam, anemia, hipoglikemia, edema paru, akut dan, malaria berat
lainnya.
a. Anemia
Infeksi malaria akan menyebabkan lisis sel darah merah yang mengandung parasit sehingga akan
menyebabkan anemia hemolitik normokrom. Pada infeksi plasmodium falciparum dapat terjadi
anemia berat karena semua umur eritrosit dapat diserang. Eritrosit berparasit maupun tidak
berparasit mengalami hemolisis karena fragilitas osmotik meningkat. Selain itu juga
dapat disebabkan peningkatan autohemolisis baik pada eritrosit berparasit maupun tidak
berparasit sehingga masa hidup eritrosit menjadi lebih singkat dan anemia lebih cepat terjadi. b.
Sistem sirkulasi
Kerusakan endotel kapiler sering terjadi pada malaria falciparum yang berat karena terjadi
peningkatan permeabilitas cairan, protein dan diapedesis eritrosit. Kegagalan lebih lanjut aliran
darah ke jaringan dan organ disebabkan vasokonstriksi arteri kecil dan dilatasi kapiler, hal ini akan
memperberat keadaan anoksi. Pada infeksi plasmodium falciparum sering dijumpai hipotensi
ortostatik.
c. Edema pulmonum
Pada infeksi plasmodium falciparum, pneumonia merupakan komplikasi yang sering dan umumnya
akibat aspirasi atau bakteremia yang menyebar dari tempat infeksi lain. Gangguan
perfusi organ akan meningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi edema interstitial. Hal ini
akan menyebabkan disfungsi mikrosirkulasi paru. Gambaran makroskopik paru berupa
b. Abortus
Abortus pada usia kehamilan trimester I lebih sering terjadi karena demam tinggi sedangkan
abortus pada usia trimester II disebabkan oleh anemia berat.
c. Persalinan prematur .
Umumnya terjadi sewaktu atau tidak lama setelah serangan malaria yang disebabkan oleh
febris, dehidrasi, asidosis atau infeksi plasenta.
d. Bayi berat lahir rendah
Penderita malaria biasanya menderita anemi sehingga akan berakibat terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
e. Malaria kongenital.
Plasenta merupakan barier utama dari parasit malaria, dan status kekebalan ibu berperan
menghambat transmisi tersebut. Oleh sebab itu pada banyak ibu-ibu yang non imun dan semi imun
terjadi transmisi malaria intra-uterin ke janin, sehingga menyebabkan penetrasi langsung melalui
villi chorion, separasi plasenta yang prematur, dan transfusi fisiologis darah ibu ke sirkulasi darah
janin di dalam uterus.
= Beberapa Sifat Perbandingan Dan Diagnostik Pada Empat Spesies Plasmodium Pada Manusia.
falciparum P. vivax P. ovale P. malariae
Hipnozoit - + + -
Kombinasi
memperlambat resistensi, dapat membunuh parasit dengan konsentrasi yang tinggi dan
artesunat-amodiaquin, mekanisme kerjanya dapat meningkatkan efikasi,
Sumber: Kebijakan penanganan malaria pada ibu hamil di daerah endemis (Depkes. RI, 2009)
Penggunaan obat-obat yang terdaftar sebagai antimalaria sudah diatur dan dibakukan oleh
Departemen Kesehatan sesuai dengan daerah dan sensitivitas Plasmodium falciparum terhadap
obat-obat antimalaria. Artemisinin dipilih sebagai terapi kombinasi malaria yang sangat penting
saat ini karena kemampuan menurunkan parasitemia 10 kali lebih cepat daripada obat-obat
antimalaria lainnya: mempunyai efek samping yang minimal, tidak ditemukan adanya efek toksis,
terabsorbsi cepat secara oral, dapat diberi secara intravena dan intramuscular dengan dosis
pemberian dua kali sehari; dapat mengurangi karier gametosit
pada manusia. Walau telah tersedia obat pilihan namun dalam penanganan malaria, kesulitan tidak
hanya diawali dengan mendapatkan kepastian diagnosis dini tetapi juga sering diakhiri
dengan kegagalan pengobatan. Kegagalan pengobatan selain karena keterlambatan mendapat
pengobatan, juga karena ketidaktepatan regimen dan dosis obat yang diberikan, serta kepatuhan
penderita yang kurang memperhatikan pola minum obat antimalaria.
Terdapat dua teori yang menjelaskan patogenesis infeksi malaria pada kehamilan, sbb.:
1. Teori sequestration: eritrosit yang terinfeksi terakumulasi di daerah pembuluh darah ibu
pada plasenta (ruang intervillous), sehingga mengakibatkan penurunan suplai makanan dan oksigen
ke janin dan meningkatkan resiko BBLR. Hal ini juga diperberat oleh status anemia pada ibu sebagai
akibat infeksi plasmodium pada eritrosit ibu.
2. Teori imunopathology: pada kehamilan normal respons imun selular (Th1) ditekan untuk
mencegah rejeksi oleh fetus. Infeksi malaria malah akan menstimulasi respons Th1 ini sehingga
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Respons Th1 yang kuat selama kehamilan juga
terkait dengan anemia pada ibu, aborsi spontan, dan persalinan prematur. Penyakit malaria
ditandai dengan demam yang tinggi serta infeksi pada sel darah merah (eritrosit) yang
selanjutnya dapat menimbulkan anemia. Lalu, mengapa malaria memiliki dampak yang serius pada
kehamilan? Karena, setiap tahunnya lebih dari 30 juta wanita di daerah endemis menjadi hamil.
Kemudian malaria dalam kehamilan memberikan kontribusi bagi terjadinya 2-15% anemia pada ibu
hamil, 30% BBLR, dan 3-5% kematian neonatus. Pada primigravida biasanya tidak memiliki
imunitas terhadap malaria dan sangat suseptibel. Namun pada daerah dengan transmisi malaria
yang tinggi, multigravida memiliki imunitas terhadap infeksi malaria dan mendapatkan
perlindungan pada kehamilan berikutnya. Sedangkan pada daerah dengan transmisi malaria
yang rendah, multigravida biasanya jarang terpapar dan tidak memiliki kekebalan.Kekebalan
multigravida di daerah dengan transmisi malaria yang tinggi disebabkan oleh resirkulasi dari T-
limfosit dari pembuluh darah intervillus menuju jaringan limfoid lokal yang selanjutnya
memfasilitasi imunitas lokal dimaksud. Komplikasi maternal pada daerah endemik mencakup
anemia, febrile illness, dan placental sequestration. Sedangkan komplikasi pada daerah
nonendemik mencakup resiko tinggi untuk menderita malaria cerebral, risiko kematian yang juga
tinggi, anemia, hipoglikemia, oedem paru, dan gagal ginjal.Sedangkan komplikasi pada janin di
daerah endemis meliputi BBLR, IUGR, dan pada daerah non-endemik meliput abortus spontan,
persalinan preterm, BBLR, dan malaria kongenital.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria adalah penyakit parasit yang resikonya lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan
dengan mereka yang tidak hamil, terutama selama kehamilan pertama yang dapat menyebabkan
infeksi plasenta, abortus, meninggal dalam kandungan, anemia dan berat badan lahir rendah.
Pengaruh utama malaria selama kehamilan adalah terutama pada ibu dan janinnya.
- Pada ibu dengan infeksi plasmodium falciparum dapat terjadi komplikasi berat seperti demam,
anemia, hipoglikemia, malaria otak, edema paru merupakan yang utama mempengaruhi
wanita-wanita dengan kekebalan rendah.
- Pada malaria plasenta dapat menyebabkan kematian janin, abortus, hiperpireksia,
prematuritasdan berat badan lebih rendah.
Kontrol malaria selama kehamilan dapat dilakukan secara kemoprofilaksis, kemoterapi,
mengurangi kontak dengan vektor dan vaksinasi.
B. Saran
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit Malaria adalah dengan mengkombinasikan cara-
cara yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu :
Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak yang melekat padaa ddianndyian gla brvaak
nmyaanmdui.k yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur
Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu
untuk bertelur.
Menimbun / mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan
tempat nyamuk bertelur.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL 24 MINGGU
Asuhan Kebidanan pada Ny “F” 25 th G1 P0 A0 Ah0 dengan
Penyakit Malaria DI BPS LULU
d) Imunisasi
TT I tanggal : 20 September 2010
TT II tanggal : 20 Oktober 2010
e) Konsumsi Fe
7.Riwayat Konstrasepsi
No. Jenis Pasang Lepas
kontrasepsi Tgl O leh Tempat K eluhan T gl Oleh T empat Alasan
- - - - - - - - - -
9. Riwayat Kesehatan
- Penyakit yang pernah di derita oleh ibu dan suami : Ibu mengatakan sebelumnya belum pernah
menderita penyakit apapun, tetapi sekarang ini ibu menderita penyakit malaria.
Suami tidak pernah menderita penyakit apapun.
- Penyakit yang pernah diderita oleh keluarga : ibu mengatakan Keluarga ada yang menderita
anemia dan hipertensi
- Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar
10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :
a) Pola Nutrisi
Makan : 3 kali sehari, porsi sedang, jenis nasi,sayur, lauk pauk, dan buah
keluhan:Minum : 8 kali sehari, 1 gelas, jenis air putih, teh, susu b) Pola eliminasi
BAB : 1 kali sehari, warna kuning, konsistensi lembek, bau khas, keluhan tidak ada.
BAK : 5 kali sehari, warna kuning jernih, bau khas, keluhan tidak ada.
c) Pola istirahat : 7 jam per hari, keluhan kadang susah tidur
OBYEKTIF
I.Pemeriksaan Umum
1.Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Komposmentis
2.Vital Sign 0
a) Suhu : 38,5 C
b) Nadi : 80 kali /menit
c) TD : 150/100 mmHg
b) TB : 155 cm
c) LILA : 23 cm
II. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada ketombe
Rambut : hitam, bersih, tidak rontok
Wajah : pucat, tidak ada edema, ada kloasma gravidarum
Hidung : tidak ada polip, tidak ada perdarahan Mulut : bersih, tidak ada
luka
Leopold I : Fundus terisi bagian yang lunak kurang melenting dan kurang bundar kesimpulan bokong.
Leopold II : Teraba keras, mendatar seperti papan di sebelah kiri kesimpulan punggung kiri.
Leopold III : Perut bagian bawah teraba bulat, keras, melenting. Kesimpulan presentasi kepala. Leopold IV
:
TFU : setinggi pusat, 24 cm di atas sympisis
DJJ : 120/ menit
TBJ : ( TFU-12) x 155 = (24-12) x 155 = 12 x 155= 1860 gram
Genitalia : tidak ada odem, tidak ada varises,
Anus : tidak ada hemoroid
Bibir : tidak ada stomatitis, pucat
Gigi : tidak ada karises
Lidah : tidak ada stomatitis, bersih
Gusi : tidak berdarah,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,limfe dan pelebaran vena jugularis.
Telinga : simetris, tidak ada serumen, bersih
Payudara : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada pembekakan
Puting : menonjol, tidak lecet
Pengeluaran : belum ada kolostrum
Areola : Bersih, hiperpigmentasi
bdomen : Simetris, tidak ada bekas luka, pembesaran sesuai umur kehamilan,ada linea nigra Pemeriksaan
Palpasi Leopold :
Ekstremitas atas dan bawah : simetris, tidak ada oedem, jumlah jari normal Pemeriksaan
Panggul Luar :
Distansia Spinarum : 24 cm ( normal = 23-26 cm)
Distansia kristarum : 27 cm ( normal = 26-29 cm)
Distansia Boudelogue : 19 cm ( normal = 18-20 cm)
Lingkar Panggul : 83 cm (normal : 80-90 cm)
III. Data Penunjang :
a. Pemeriksaan Laboratorium :
ASSESMENT :
Ny “ F” usia 25 tahun G2 P1 A0 Ah1usia kehamilan 24 minggu dengan penyakit malaria
PLANING : tanggal : 5 Desember 2010 Pukul : 10.00 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
TD : 150/100 mmHg Suhu : 38,50
C
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
2. Menganjurkan kepada ibu untuk
Memperbanyak istirahat di rumah agar ibu tidak terlalu kecapaian
Memperbaiki status gizi ibu dengan menerapkan gizi seimbang yaitu terdiri dari, sumber tenaga
(karbohidrat), sumber vitamin dan mineral ( buah dan sayur). Sumber tenaga ( lauk pauk baik
nabati maupun hewani), dan susu, serta memilih makanan mudah cerna. Ibu mengerti dan
melaksanakan apa yang dikatakan bu bidan
3. Memberikan susu ibu hamil untuk memperbaiki status gizi ibu hamil Ibu mengerti apa yang
disampaikan bidan
4. Menyiapkan orang untuk donor darah jika sewaktu-waktu diperlukanPerlindungan pribadi untuk
mencegah kontak dengan vektor, misal : pemakaian kelambu.
Ttd
Bidan Lulu