Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny”M.

S” DENGAN BBLR (BAYI

BERAT LAHIR RENDAH) DI RUANGAN VK PUSKESMAS MAUBESI

TANGGAL 05 -06 JUNI 2022

Disusun
Oleh :

Nama

1. Oktavina Inka Beti

2. Petronela Faotlo

3. Pricila Jenina Nani

4. Rita Lemba Kapatang

5. Stiovani O. Gerimu

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

STIKES MARANATHA KUPANG

2022
ASUHAN KEBIDANAN PADA By.Ny. M.S. DENGAN BBLR

(BAYI BERAT LAHIR RENDAH )

DI RUANGAN VK PUSKESMAS MAUBESI

Laporan Kelompok Praktik Klinik Kebidanan

D-III Telah Memenuhi Persyaratan dan

Disetujui Tanggal……

Disusun oleh:

Mahasiswi D-III Kebidanan STIKes Maranatha Kupang

Menyetujui,

Pembimbing lahan Pembimbing akademik

Petronela Ua., A.md Keb Damita Palalangan, A.md, Keb.,


SKM. M. Hum

NIP: 196904192006042012 NIDN: 8855300016


LEMBAR

PENGESAHAN JUDUL

KASUS

Disusun oleh:

Mahasiswi D-III Kebidanan STIKes Maranatha Kupang

Telah diseminarkan didepan

Penguji Pada tanggal 18-06-2022

Mengetahui,

Pembimbing lahan Pembimbing Akademik

Petronela Ua.,A.md Keb DamitaPalalangan,A.Md.keb.,


SKM.,M.Hum

NIP: 196904192006042012 NIDN: 8855300016

Ketua Prodi D III Kebidanan

STIKes Maranatha Kupang

Rosmin E. M. Sormin S. ST., M, Kes

NIDN: 0811037803
BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bayi dengan berat lahir rendah merupakan masalah kesehatan yang sering

dialami pada sebahagian mcasyarakat. Bayi Berat Lahir Rendah

( BBLR ) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500

gram (Yulianti L, 2010).

Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya

pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan

banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga

pemenuhan kebutuhan komsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR

juga dapat terjadi pada mereka yang status perekonomiannya cukup, hal ini

berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan

pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas

dan morbilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang

terhadap kehidupan dimasa depan (bblr. co. id, online diakses 04 Juni 2011 ).

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 % dari seluruh

kelahiran didunia dengan batasan 33%-38% dan lebih sering terjadi dinegara-

Negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan 90%

kejadian BBLR didapatkan dinegara- Negara berkembang dan angka kematiannya

35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram

( depkes. go. Id, online diakses 04 Juni 2011).


Menurut perkiraan World Health Organisation (WHO), pada tahun 1995

hampir semua ( 98 % ) dari 5 juta kematian neonatal di Negara berkembang atau

berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan

lahir kurang dari 2500 gram.

Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi

dibanding Negara-negara ASEAN lainnya. Angka kematian bayi di Indonesia

pada tahun 2008 berkisar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Kita bisa

membandingkan dengan Malaysia yang tercatat angka kematian 41 bayi per

100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 44 lahir mati per 100.000 kelahiran

hidup dan Philiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup.

(Diakses tanggal 4 juni 2011 )

Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah

dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah

Multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%-17,2%, Berdasarkan

analisa nasional, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena

refleks menghisapnya masih lemah. Berdasarkan estimasi dari Survei Demografi

dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2007). Angka kejadian BBLR di Indonesia

berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. BBLR masih

merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan

kematian pada masa bayi baru lahir, Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR

meninggal dan 50% meninggal saat bayi (Evariny, 2005).


Berdasarkan data di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2017 Bayi Lahir

Hidup 94.665,BBLR berjumlah 5.400, BBLR dirujuk berjumlah 5.400

Di Puskesmas Maubesi angka kejadian BBLR pada bulan januari-Mei

tahun 2022 berjumlah 5 BBLR. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik

untuk melakukan pengkajian tentang manajemen asuhan kebidanan pada bayi

Ny”M.S” dengan berat badan lahir rendah(BBLR).

B .    Tujuan

1.      Tujuan Umum

Mampu memahami dalam menerapkan asuhan kebidanan pada By.Ny. M.S

dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Puskesmas Maubesi.

2.      Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada By.Ny.

M.S

dengan Bayi Berat Lahir Rendah Puskesmas Maubesi

b. Mampu menganalisa masalah, diagnosa kebidanan pada By.Ny. M. S

Dengan Bayi Berat Lahir Rendah Puskesmas Maubesi.

c. Mampu melakukan penatalaksanaan pada By. Ny.M.S dengan Bayi Berat

Lahir Rendah di Puskesmas Maubesi.

d. Mampu melakukan pendokumentasi dengan metode SOAP padan BY.Ny.

M. S dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Puskesmas Maubesi.


D.    Manfaat penulisan

Berdasarkan penerapan manajemen asuhan kebidanan yang telah penulis

lakukan terhadap bayi Ny. M.S dengan BBLR maka penulis mengharapkan

mendapatkan :

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan asuhan

kebidanan pada bayi dengan BBLR.

2. Mampu memberikan informasi tentang masalah yang dihadapi klien dengan

BBLR.

3. Memberikan pelayanan yang berkualitas pada klien.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

1. Defenisi

Defenisi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bila berat badannya

kurang dari 2500 gram.(pengantar kuliah Obstetri,IBG Manuaba,2007 : 421)

Berat badan lahir rendah Adalah semua bayi baru lahir yang berat

badannya kurang atau dengan 2.500 gr disebut Low Birth Weight Infant ( Bayi

Berat Lahir Rendah, Prawirohardjo. S.2005 : 771 )

Berat badan lahir rendah Adalah bayi baru lahir dengan berat badan

kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan.(atikah proverawati,

dkk. 2009) BBLR di bedakan dalam :

a. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1000- 1500 gram

b. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLASR), berat lahir < 1000 gram

Bayi dengan BBLR dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu :

a. Prematuritas Murni

Neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai

berat badan sesuai dengan berat untuk masa kehamilan, atau disebut bayi

kurang bulan sesuai masa kehamilan (BKB/SMK)


b. Dismaturitas

Dismaturitas adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa kehamilan atau bisa disebut bayi cukup bulan

kecil masa kehamilan (BCB/KMK)

( Wiknjosastro, H. 2007 )

2. Etiologi

BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor (dr. Arief ZR, dkk, 2009:

22-23), yaitu:

1. Faktor ibu

1) Penyakit

a) Toksemia gravidarum (pre eklamsi)

Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan

janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan

karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di

daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari

placenta, dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan

oksigen yang masuk ke janin berkurang (Ilyas, 1995).

b) Perdarahan antepartum

Perdarahan ante partum dapat menyebabkan ibu kehilangan Fe dan O 2

sehingga dapat menyebabkan ibu menderita anemia, yang akan mengurangi

kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim. Fungsi darah adalah membawa makanan dan
oksigen ke janin. Jika suplai berkurang, akibatnya pertumbuhan organ janin

pun akan terhambat dan menyebabkan BBLR. (Winkjosastro, 2006)

c) Trauma fisik dan psikologis

Trauma adalah benturan fisik yang berpengaruh terhadap janin dan kandungan.

Sekitar 6%kehamilan mengalami komplikasi karena trauma.

Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan kembali

mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana hati yang kelam dan

emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah,

produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan

lain-lain. Trauma, stres, atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan

gejala fisik seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah, pening, mual atau merasa

malas.

Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek psikologis

dan sebaliknya, maka mudah bagi ibu hamil untuk mengalami trauma.

Menurut Shinto, trauma ini ternyata dapat dirasakan juga oleh janin. Bahkan,

janin sudah menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar

tubuh ibunya. Sementara dalam masa perkembangan janin, ada masa-masa

yang dianggap kritis yang menyangkut pembentukan organ tubuh. Oleh

karena itu, ibu hamil harus menjaga kondisi fisik maupun psikisnya agar

bayinya dapat tumbuh sehat.

d) Diabetes mellitus

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan

toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil

tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada
kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal

ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.

Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara

kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.

Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi

janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan

kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga

hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik

(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan

sebagainya.

2) Usia ibu

a) Usia ibu < 20 tahun

Usia wanita saat perkawinan dapat mempengaruhi resiko kelahiran, semakin

muda usia ibu dalam perkawinan semakin besar risiko yang di hadapi bagi

keselamatan ibu maupun anak disebabkan belum matangnya rahim wanita

usia muda untuk memproduksi anak. Ibu cenderung menganggap bahwa ia

menjadi jelek setelah hamil dan tidak menarik lagi, sehingga ibu merasa

takut. Ketakutan/kecemasan yang berlebihan akan berakibat terhadap

perkembangan janin yang sedang dikandung. Maka, kesiapan dari segi fisik

dan psikologis sangat perlu disiapkan.

b) Usia > 35 tahun

Usia diatas 35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah jantung yang

disebabkan oleh kurangnya kontraksi miokardium. Sehingga, sirkulasi darah

dan pengambilan oksigen dari darah di paru-paru yang mengalami penurunan


curah jantung ditambah lagi dengan tekanan darah yang tinggi dan penyakit

ibu yang lain yang akan melemahkan kondisi ibu sehingga dapat mengganggu

sirkulasi darah ibu ke janin akibatnya yang dapat mengakibatkan BBLR.

(Lukman, 1996)

c) Multi gravid yang jarak kehamilannya terlalu dekat

Jarak terlalu dekat atau kurang dari duatahun membuat kondisi ibu belum

pulih betul dari masalah gizi, kehilangan darah serta kerusakan system

reproduksi akibat kelahiran yang sebelumnya, sehingga calon bayi mungkin

tidak akan mendapatkan makan yang dibutuhkannya dan berat badan ketika

lahir rendah dan sistem tubuhnya sangat rendah. (Depkes RI, 2000)

Jarak yang dianjurkan untuk melahirkan berikutnya adalah berkisar 2-3

tahun karena alat reproduksi sudah siap dan juga rahim serta kondisi ibu

sudah pulih dengan baik. (Depkes RI, 2000).

3) Keadaan sosial

Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat

berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari

pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006).

Status ekonomi biasanya erat hubungannya dengan pendapatan seseorang

atau keluarga. Penghasilan yang terbatas membuat kelangsungan kehamilanya

membuat berbagai masalah kebidanan. Ketergantungan sosial ekonomi pada

keluarga menimbulkan stress dan nilai gizi yang relatif rendah dapat

menimbulkan berbagai masalah kebidanan sehingga memudahkan terjadinya

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Manuaba, 2010).


4) Sebab lain

Kebiasaan-kebiasaan ibu yang dapat merusak kesehatan seperti merokok,

minum- minuman beralkohol, dan obat-obatan berbahaya.

2. Faktor janin

1) Hidramnion

Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan

di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi

semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang

besar kepada organ-organ seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai

kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak.

2) Kehamilan ganda

Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gannguan dibandingkan

janin tunggal yang tampak pada ukuran sonografi dan berat lahir. Semakin

banyak jumlah bayi semakin besar derajat retardasi pertumbuhan (Klaus,

1998). Pengaruh kehamilan kembar pada janin dapat menyebabkan berat

badan anak yang lebih  kecil dari rata-rata dan malpresentasi. Mortalitas janin

meningkat hingga 4 kali dari pada kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh

prematuritas, berat lahir rendah, malpresentasi dan anomali kongenital.

Kehamilan kembar juga berpengaru terhadap peregangan uteerusyang

berlebihan yang mengakibatkan terjadinya partus prematurus.(Oxorn, 2003)


Selain itu, kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih

besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat

mengganggu pertumbuhan janin seperti BBLR. (Manuaba, 1998)

3) Kelainan kromosom

Kelainan kromosom pada janin bisa diturunkan dari salah satu orang tua yang

membawa kelainan kromosom, bisa juga terjadi secara spontan (dengan

sendirinya) pada saat proses reproduksi. Usia ibu pada saat hamil juga salah

satu faktor penyebab kelainan kromosom. resiko terjadinya kelainan

kromosom pada janin adalah 4 kali lebih besar jika ibu berusia 35 tahun atau

lebih.

4) Cacat bawaan

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi

yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan

dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat

Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira

20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.

3. Faktor lingkungan

Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan

(antara 11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah

mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek

kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin (Bobak,

2004). Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa
hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental, BBLR

dan sindrom alkohol janin.

3. Masalah yang bisa timbul pada BBLR

Alat tubuh bayi premature belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab

itu mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus. Makin pendek

masa kehamilan makin kurang sempurna pertumbuhan alat- alat dalam

tubuhnya.

Karena kurang sempurnanya alat- alat dalam tubuh baik anatomik maupun

fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan sebagai berkut :

a. Gangguan pengaturan suhu tubuh

Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh

yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan

lemak dibawah kulit,permukaan tubuh relatif lebih luas dibandingkan dengan

berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang oleh karena

lemak coklat yang belum cukup serta pusat pengaturan yang belum berfungsi

secara sempurna.

b. Gangguan saluran pernapasan

Gangguan pernapasan sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini

disebabkan karena kurangnya surfaktan, pertumbuhan dan perkembangan paru

yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang

mudah melengkung. Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita bayi

prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumonia. Disamping


itu sering timbul pernapasan periodik dan apnea yang disebabkan oleh

pernapasan di medulla belum matur

c. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi

Distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung

bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorsi lemak laktosa dan

vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang, kerja

dari spinter cardio oesofagus yang belum sempurna dan mudah terjadi aspirasi.

d. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin

K.

e. Ginjal yang immatur baik secara anatonis maupun fungsinya

Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup

mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat

mudahnya terjadi edema dan asidosis metabolik.

f.Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh, kekurangan faktor

pembekuan seperti prothrombin.

g. Gangguan imunologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG

gamma globulin. Bayi prematur relative belum sanggup membentuk anti bodi

dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.

h. Perdarahan intraventrikuler

Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia

berat dan syndrome gangguan pernapasan.Akibatnya bayi menjadi hipoksia,

hipertensi dan hiperkapnea. Keadaan ini menyebabkan aliran darah keotak

bertambah. Penambahan aliran darah keotak akan lebih banyak lagi karena tidak
adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi

perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia dilapisan

germinal yang terletak didasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan

ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat di diagnosis dengan

ultrasonografi atau CT scan.

i.Retrolental fibroplasias

Keadaan ini disebabkan oleh penggunaan oksigen dengan konsentrasi tinggi ( Pa

O2 lebih dari 115 mmHg = 15 k Pa ). Untuk menghindari retrolental fibroplasias

maka oksigen yang diberikan pada bayi prematur tidak lebih dari 40% atau

dengan kecepatan 2 liter/ menit.

(Sarwono Prawirohardjo, 2007 ).

4. Gambaran Klinik Bayi Berat Lahir Rendah

a. Karakteristik Prematuritas Murni

1) Berat badan kurang dari 2500 gram, PB : 45 cm, Lingkar Kepala kurang dari

33 cm, Lingkar dada kurang dari 30 cm

2) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.   

3) Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.

4) Kepala lebih besar dari badan

5) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.

6) Lemak subkutan kurang

7) Ubun- ubun dan sutura lebar

8) Rambut tipis, halus

9) Tulang rawan dan daun telinga immature

10) Puting susu belum terbentuk dengan baik.


11) Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaLtik usus dapat terlihat

12) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora

(pada wanita ), testis belum turun ( pada laki- laki )

13) Bayi masih posisi fetal

14) Pergerakan kurang dan lemah

15) Otot masih posisi fetal

16) Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering mengalami

serangan apnu.

17) Refleks tonic neck lemah

18) Refleks menghisap dan menelan belum sempurna.

b. Adapun karasteristik bayi dismatur hampir sama dengan bayi prematur.

Penampilan fisik yag khas dari dismatur adalah :

1) Kulit pucat, keriput, tipis

2) Verniks caeosa tipis/ tidak ada

3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis

4) Tali pusat berwarna kuning kehijauan.

5) Mekonium kering (dr.Arief ZR. 2009)

6) Penilaian Maturitas Neonatus

Mengetahui dengan tepat lamanya masa gestasi untuk tiap neonatus

terutama BBLR secara individu, faktor maturitas sangat berpengaruh

pada morbiditas dan mortalitas perinatal, pengetahuan ini sangat

penting untuk menilai tingkat pengembangan bayi prematur.

Tabel 1. Ciri Kematangan Fisik Bayi Lahir Normal (Menurut Ballard)


0 1 2 3 4 5

Kulit Merah Merah muda/ Permukaan Daerah pucat, Seperti Seperti kulit

seperti agak licin, halus, mengelupas retak-retak, kertas putih, retak-retak,

transparan tampak vena dengan/ tanpa venus jarang retak, lebih mengkerut

ruam, sedikit dalam, tidak

vena ada vena

Lanugo Tidak ada Banyak Menipis Menghilang Umumnya

tidak ada

Lipatan Tidak ada Tanda merah Hanya lipatan Lipatan 2/3 Lipatan di

plantar sangat sedikit anterior yang anterior seluruh

menghilang lipatan

Payudara Hampir Areola datar, Areola seperti Areola lebih Areola

tidak ada tidak ada titik tonjolan jelas tonjolan penuh,

tonjolan sampai 2 mm 3-4 mm tonjolan 5-10

mm

Daun telinga Datar, tetap Sedikit Bentuknya Bentuk Tulang

terlipat melengkung, lebih baik, sempurna rawan,

lunak lembut lunak, mudah kembali telinga kaku

membalik membalik seketika

Kelamin Skrotum Testis turun, Testis Testis

laki-laki kosong, sedikit rugae dibawah, bergantung

tidak ada rugae bagus dan rugaenya

rugae dalam

Kelamin Klitoris dan Labia minora Labia mayora Klitoris dan

perempuan labia dan mayora besar, minora minora

minora sama kecil ditutupi labia

menonjol menonjol mayora

(Wiknjosastro, 2006, Hal : 772)


5. Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah

langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :

a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama

kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang

diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi

BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan

kesehatan yang lebih mampu

b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama

kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang

dikandung dengan baik

c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur

reproduksi sehat (20-34 tahun)

d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam

meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat

meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi

ibu selama hamil

6. Penatalaksanaan/ Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah


1) Pengaturan suhu badan bayi dengan berat lahir rendah

Mempertahankan suhu dengan ketat karena BBLR mudah mengalami

hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan

ketat. (Sarwono, Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006: 377)

Menurut (Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir

untuk Dokter, Bidan, dan Perawat, di Rumah sakit).

Cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh ada lima cara

yaitu:

a) Kontak kulit dengan kulit

Penggunaannya yaitu :

 Untuk semua bayi

 Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau

menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4oC).

b) Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL)

Kangaroo mother care (KMC) adalah kontak kulit diantara ibu dan

bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan

pemberian ASI eksklusif. Tujuannya agar bayi kecil tetap hangat.

Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC

dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah bayi pulang.

Bayi tetap bisa dirawat dengan KMC meskipun belum bisa

menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu

alternative cara pemberian minum.

c) Pemancar panas

d) Inkubator.
Dalam pelaksanaan perawatan didalam inkubator terdapat dua cara

yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.

 Inkubator tertutup

Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dapat dibuka

apabila dalam keadaan tertentu sepertaapnea; dan apabila

membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan

oksigen harus selalu disediakan.

 Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan

melalui hidung

 Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai

pakaian) untuk memudahkan observasi

 Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan

dan kondisi tubuh

 Pengaturan oksigen selalu diobservasi

 Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang

hangat kira-kira dengan suhu 27ºC

 Inkubator terbuka

 Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan

terbuka saat pemberian perawatan pada bayi.

 Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan

keseimbangan suhu normal dan kehangatan

 Membungkus dengan selimut hangat

 Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang

lain untuk mencegah aliran udara.


Berat badan lahir 0 - 24 jam 2 – 3 hari 4-7 hari 8 hari

(gram) (oC) (oC) (oC) (oC)

<1500 34 – 36 33 – 35 33 – 34 32 – 33

1501-2000 33 – 34 33 32 – 34 32

2001-2500 33 32 – 34 32 32

> 2500 32 – 34 32 31 - 32 32

 Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas

yang hilang melalui kepala

 Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan

berat badan sesuai dengan ketentuan dibawah ini.

Catatan: apabila suhu kamar 28-29 derajat celcius hendaknya

diturunkan 1 derajat celcius setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah

mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat diluar inkubator dengan suhu 27 derajat

celcius.

2 Ruangan yang hangat.

Suhu kamar untuk bayi dengan pakaian

BB Suhu ruangan

1500-2000 gram 28 – 30 oC

>2000 gram 26 – 28 oC

Catatan : jangan digunakan untuk bayi < 1500 gram

3 Pemberian makanan bayi

a. Pada bayi prematur refleks isap, telan, dan batuk belum sempurna,

kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lifase

masih kurang, disamping itu kebutuhan protein 3- 5 gram/ hari dan tinggi

Kalori ( 110/kg/ hari ) agar berat badan bertambah sebaik- baiknya.


b. Pemberian minuman dimulai pada waktu berumur 3 jam agar bayi tidak

menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia

c. Sebelum pemberian minuman pertama harus dilakukan pengisapan cairan

lambung hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus

dan mencegah muntah. Pengisapan cairan lambung juga dilakukan pada

setiap pemberian minum selanjutnya.

d. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat

menyusu dengan ibunya, bayi degan kurang 1500 gram diberikan minum

melalui sonde lambung. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya,

bila daya isap bayi kecil ini lebih baik dengan dot dibandingkan dengan

putting susu ibu pada keadaan ASI dipompa dan diberikan melalui botol.

e. Cara pemberian ASI melalui susu botol adalah dengan frekuensi

pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit, frekuensi

pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi.

f. Jumlah cairan yang diberika pertama kali adalah 1- 5 ml/ jam dan

jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Penambahan

susu tersebut tergantung dari jumlah susu yang tertinggal pada pemberian

minum sebelumnya, untuk mencegah regurgitasi/ muntah atau distensi

abdomen.

g. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 ml/ kg/ hari, setiap hari

dinaikkan 20 sampai 200 ml/kg/hari

h. Air susu yang paling baik adalah ASI, bila bayi belum dapat menyusu, ASI

dipompa dan dimasukkan kebotol steril. Bila ASI tidak ada susunya dapat

diganti dengan susu buatan yang rendah lemak yang mudah dicerna bayi
dan mengandung 20 kalori/ 30 ml air atau sekurang- kurangnya bayi

mendapat 110 kalori/ kg BB/ hari.

Oleh karena itu mudahnya terjadi regurgitasi dan pneumonia aspirasi

pada

bayi BBLR, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pemberian makanan pada bayi dengan berat lahir rendah, yaitu :

a) Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu mengosongkan

lambung, atau dalam posisi setengah duduk dipangkuan perawat atau

dengan meninggikan kepala dan suhu ± 30ºC ditempat tidur bayi

b) Sebelum susu diberikan diteteskan dahulu dipunggung tangan untuk

merasakan apakah susu cukup hangat dan apakah keluarnya satu tetes

tiap detik.

c) Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah ia menjadi biru, ada

gangguan pernapasan atau perut gembung. Pengamatan dilakukan terus

sampai kira- kira setengah jam sesudah minum. Gumpalan susu dimulut

harus dibersihkan dengan memberikan 3- 4 sendok teh air putih yang

sudah dimasak.

d) Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit demi

sedikit dengan perlahan- perlahan dan hati- hati. Penambahan susu

setiap kali minum tidak boleh lebih dari 5 ml setiap kali minum.

e) Sesudah minum, bayi didudukkan atau diletakan diatas pundak selama

10-15 menit untuk mengeluarkan udara dilambung dan kemudian

ditidurkan pada posisi kanan atau tidur dalam posisi tengkurap, hal ini

dilakukan agar tidak terjadi regurgitasi atau muntah.


f) Bila biru dan mengalami gangguan pernapasan pada waktu minum,

kepala bayi harus direndahkan 30º cairan dimulut dan faring disuction,

bila masih biru dan tidak bernapas harus segera diberi oksigen dn

pernapasan buatan. (Winkjosastro, H.2007)

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan

keadaan bayi adalah sebagai berikut.

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram

 Bayi Sehat

Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih

mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering

(contoh; setiap 2 jam) bila perlu.

- Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai

efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan

ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian

minum.

 Bayi Sakit

- Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV,

berikan minum seperti pada bayi sehat.

- Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

- Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi

stabil.
- Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-

tanda siap untuk menyusu.Apabila masalah sakitnya menghalangi proses

menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui

pipa lambung.

- Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi

telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar

berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila

keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk

menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram

 Bayi Sehat

- Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang

dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau

ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan

minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian

menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk

atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya

memakan waktu lebih dari 1 minggu)

- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi

telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak

lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.


 Bayi Sakit

- Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

- Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi

jumlah cairan IV secara perlahan.

- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi

telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak

lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila

kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau

tersedak

- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram

 Bayi Sehat

- Beri ASI peras melalui pipa lambung

- Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi

telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak

lapar, beri tambahan ASI setiap kali minumLanjutkan pemberian

minum menggunakan cangkir/ sendok.

- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.

 Bayi Sakit

- Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.


- Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi

jumlah cairan intravena secara perlahan.

- Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,

beri tambahan ASI setiap kali minum

- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

- bila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir rendah tidak tergantung kondisi

- Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

- Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi

pemberian cairan intravena secara perlahan.

- Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,

beri tambahan ASI setiap kali minum

- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.

4 Pencegahan terjadinya infeksi

a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi di bawah air yang

mengalir dengan menggunakan sabun cair.


b. Memakai masker dan gaun khusus dalam ruangan .

c. Pisahkan bayi infeksi dengan bayi yang sehat.

d. Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri, bila memungkinkan bayi di

mandikan ditempat tidurnya masing – masing .

e. Perawatan kulit dan tali pusat di lakukan dengan teknik aseptic dan

antiseptic.

f. Para pengujung orang sakit hanya dapat melihat dari balik kaca.

g. Petugas kesehatan yang menderita penyakit menular , (ISPA,

Konjungtivitis, dll) tidak boleh merawat bayi.

h. Membersihkan ruang perinatal dan tempat tidur bayi paling sedikit

seminggu sekali dengan cairan antiseptic (winkjosastro, H. 2007).

Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Kriteria Berat Badan bayi < 2500 gram

Bayi berat lahir sangat rendah Bayi berat lahir rendah


Kategori
( BBLSR ) ( BBLR )

Penilaian Berat lahir < 1500 gram Berat lahir 1500 – 2500 gram

1.    Keringkan secepatnya dengan handuk hangat

2.    Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan hangat.

Pertahankan tetap hangat

3.    Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan bungkus

Penanganan BBLSR dengan kain hangat

4.    Beri lampu 50 watt dengan jarak minimal 60 cm dari bayi

5.    Kepala bayi ditutupi topi

6.    Beri oksigen

7.    Tali pusat dalam keadaan bersih

Puskesmas 1.    Teteki ASI bila dapat menelan . 1.    Beri ASI
Bila tidak dapat menelan,

langsung rujuk Bila tidak dapat menghisap, bisa

2.    Rujuk ke rumah sakit menelan langsung tetesi langsung

dari putting

2.    Bila tidak dapat menelan langsung

dirujuk

1.    Sama dengan diatas

2.    Beri minum dengan sonde/ tetesi ASI ( lihat tabel I BBLR )

3.    Bila tidak mungkin, infus dekstrose 10% + Bicarbonas Natricus 1,5%=

4:1

Rumah Sakit Hari I : 60 cc/kg/hari Hari II : 70 cc/kg/hari

4.    Antibiotika

Bila tidak dapat menghisap putting susu / tidak dapat menelan

langsung/sesak/biru/tanda-tanda hipotermi berat, terangkan kemungkinan

akan meninggal.

Sumber : Saifuddin AB, 2006

Rencana asuhan yang diberikan pada Ny. “M.S” adalah memberitahu

ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan, pantau kondisi janin, siapkan

informed consent, lakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan

selanjutnya.

B. Konsep dasar manajemen kebidanan

Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah agar

pelayanan yang komperehensif dapat tercapai. Proses manajemen terdiri dari tujuh

langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodic.

Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar yang berakhir dengan evaluasi.

Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan


dalam suatu situasi. Akan tetapi, setiap langkah-langkah yang dapat di pecah

menjadi langkah tertentu dan ini bisa berubah sesuai bagaimana keadaan pasien.

Ketujuh langkah tersebut sebagai berikut:

1. Identifikasi Data Dasar

Data yang diambil oleh penulis dilakukan secara terfokus pada masalah

yang dialami pasien sehingga intervensi yang dilakukan dapat terfokus pada

masalah yang diangkat. Dimana pasien dan keluarganya serta bidan yang ada

diruangan perinatologi dapat memberikan informasi secara terbuka sehingga

mempermudah dalam pengambilan data.

2. Merumuskan Diagnosa

Berdasarkan konsep dasar bahwa dalam menegakkan diagnosa harus

berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan diagnostik penunjang

(Laboratorium). Menurut Varney, dikatakan bahwa diagnosa lebih sering

diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan kepada apa yang dialami oleh pasien,

sedangkan problem lebih sering dihubungkan dengan bagaimana pasien

menguraikan keadaan yang ia rasakan.

a) Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan

mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya

BBLR:
1) Umur ibu

2) Riwayat hari pertama haid terakir

3) Riwayat persalinan sebelumnya

4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

5) Kenaikan berat badan selama hamil

6) Aktivitas

7) Penyakit yang diderita selama hamil

8) Obat-obatan yang diminum selama hamil

b) Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :

1) Berat badan

2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan).

c) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

1) Pemeriksaan skor ballard

2) Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa

kadar elektrolit dan analisa gas darah.

4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur

kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau

didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

5) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan


Berdasarkan literatur – literature yang relevan dijelaskan bahwa BBLR

yaitu keadaan dimana berat badan lahir janinnya rendah.

3. Masalah Potensial

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian adalah tidak ditemukan

adanya kesenjangan / perbedaan antara masalah potensial yang terdapat pada

landasan teori dengan masalah potensial yang ditemukan pada kasus.

Pengaruh kehamilan prematur yaitu pada ibu: Potensial partus lama,

Potensial trauma langsung persalinan pada jalan lahir, Potensial Infeksi, Potensial

Perdarahan. Sedangkan pada janin: Potensial gawat janin atau oligohidramnion,

Potensial Kematian Janin. Sehingga perlu penanganan yang adekuat agar tidak

menimbulkan dampak terhadap ibu dan janin. Dengan penanganan maksimal

kehamilan dengan preterm dapat diatasi dengan melakukan kolaborasi dengan

Dokter SpOG untuk tindakan selanjutnya sehingga tidak mengarah ke masalah

potensial.

4. Tindakan Segera dan Kolaborasi

Dalam kasus ini penulis menemukan beberapa tindakan yang harus

dilakukan penanganan segera untuk mengatasi terjadinya kematian bayi. Seperti

melakukan kolaborasi dengan dokter Spa

5. Rencana Asuhan Kebidanan

Pada tinjauan manajemen kebidanan, perencanaan adalah proses

penyusunan suatu tindakan berdasarkan identifikasi masalah yang didapat dan

antisipasi diagnosa / masalah potensial yang mungkin terjadi. Perencanaan

tindakan harus berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan kriteria keberhasilan

yang telah ditetapkan.


6. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Pada tinjauan manajemen kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan

rencana tindakan yang selalu berorientasi pada rencana tindakan dengan

mengadakan kerjasama antara petugas kesehatan lain dan atas persetujuan klien.

Dalam tahap ini penulis tidak menemukan hambatan atau masalah yang

berarti karena seluruh tindakan sudah berorientasi pada kebutuhan klien, sehingga

tujuan dapat dicapai.

7. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Dimana evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses manajemen

kebidanan, dimana pada tahap ini untuk menilai adanya kemajuan dan

keberhasilan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien. Evaluasi penulis tidak

menemukan permasalahan dan kesenjangan. Evaluasi dari asuhan yang telah

diberikan menunjukkan bahwa bayi dengan BBLR dan terlaksana dengan baik,

namun bayi mampu hidup hanya 4 hari.

8. Dokumentasi

Dalam melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada pasien

dengan berat badan lahir rendah menggunakan metode 7 langkah varney yaitu

berupa :

Langkah 1 : Pengumpulan data dasar

 Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien

secara keseluruhan

Langkah 2 : Merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan

 Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau

masalah dan kebutuhan klien derdasarkan interpretasi yang benar atas


data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

Langkah 3: Mengantisipasi Diagnosa atau Masalah Potencial

 Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap

bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi, melakukan

perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan-

kemungkinan yang tiba-tiba terjadi.

Langkah 4: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

 Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan

yang lain sesuai dengan kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang

wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan

dokter atau tim kesehatan lainnya

Langkah 5: Menyusun Rencanakan Asuhan Secara Menyeluruh

 Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya

 Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yag sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan

tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut

seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya

Langkah 6 : Melaksanakan perencanaan


 Pada langkah enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien, efetif dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

dilakukan oleh bidan sebagian lagi oleh  klien,atau anggota kesehatan

lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

 Pada langkah terakhir ini dilakukan Evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan, apakah sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Ada

kemunginan bahwa rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum

efektif.
BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

No Register :-

Masuk PKM Tanggal/Jam : 5 JUNI 2022 Jam :11.00 wita

Dirawat di Ruang : VK

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BBLR

1. IDENTITAS BAYI

Nama Bayi : Bayi Ny. M.S

Tanggal Lahir, Jam : 05 JUNI 2022 Jam : 14.05 wita

Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak ke : I (Pertama)

2. Identitas Orang Tua

IBU AYAH

Nama : Ny. M.S Tn. Y.S

Umur : 18Tahun 21 Tahun

Agama : Katolik katolik

Suku /Bangs a : Timor/Indonesia Timor/Indonesia

Pendidikan : SD SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Petani


Alamat : Seumban RT 18/ RW 05

3.     Riwayat Antenatal

a. Kehamilan ke : I (pertama)

b. Tempat ANC : Puskesmas

c. Frekuensi ANC : 6 kali

TM I : ibu mengatakan periksa di bidan 2 kali / bulan dengan keluhan perut

bagian bawah terasa sakit. Ibu mendapatkan Vitamin C dan Table SF

serta imunisasi TT1 dan mendapatkan KIE tentang nutrisi masa hamil

dan istirahat selama hamil.

TM II : ibu mengatakan periksa di bidan 1 kali / bulan tanpa keluhan, ibu

mengatakan merasakan gerakan janin pertama kali pada umur

kehamilan 5 bulan, ibu mengatakan mendapatkan tablet tambah

darah, vitamin.

TM III : ibu mengatakan periksa di bidan 3 kali / bulan tanpa keluhan, tanpa

keluhan dan mendapatkan tablet tambah darah serta vitamin. Ibu

mengatakan mendapatkan KIE tentang tanda-tanda persalinan.

d. Imunisasi TT :

TT1 : 09-06-2010

TT2 : 24-3-2022

e. Kenaikan Berat Badan : 10 kg


4. Riwayat Persalinan

Lahir tanggal : 05 juni 2022 jam,14:05

Tempat Persalinan : Puskesmas Maubesi

Penolong : Bidan

Jenis Persalinan : Normal

Lama persalinan

Kala I : berlangsung 3jam, kemajuan persalinan baik, ibu

tampak lemah, ketuban pecah saat pembukaan servik 10 cm.

Kala II : Berlangsung 40 menit, ibu mengejan kuat , bayi lahir

dengan spontan , bayi lahir pukul 14.05 wita tidak ada lilitan tali pusat.

Kala III : Berlangsung 10 menit, kontraksi uterus baik,

TFUjari

di bawah pusat,

Kala IV : Berlangsung 1 jam, perdarahan + 150 cc

Total :6 jam 50 menit, perdarahan + 150cc

Keadaan air ketuban : jernih

Nilai APGAR : 8/9

5. Pola Kebutuhan Dasar Bayi

a. Nutrisi                : Bayi diberikan ASI saja

b. Eliminasi            : BAB / bercampur mekonium

BAK + 3 kali
c. Istirahat              : Bayi tidur + 1 jam

d. Kebersihan Diri  : Bayi belum dimandikan sebelum 6 jam.

2. Data Obyektif

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

 Tanda vital sign

Nadi : 148x/menit

Pernafasan : 47x/menit

Suhu : 36,oC

 Pengukuran Antopometri

Berat badan : 2.300 gram

Panjang badan : 46 cm

Lila : 11 cm

Lingkar Kepala : 32 cm

Lingkar dada : 28cm

Lingkar Perut : 36cm

 Pemeriksaan Reflek

Reflek morrow : Bayi langsung kaget saat ada rangsangan

Reflek rotting : Bayi langsung dapat mencari puting susu

Reflek sucking : Bayi dapat menghisap kuat

Reflek swallowing : Bayi dapat menelan dengan baik


Reflek tonick neck : Bayi dapat menoleh ke kanan dan kiri

b. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

a) Kepala` : kulit kepala bersih, rambut hitam tidak ada benjolan

b) Wajah : simetris, bentuk oval, berwarna kemerahan.

c) Mata : simetris, tidak ada strabismus / juling, tidak ada tanda-

tanda infeksi, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, dan

penglihatan baik.

d) Telinga : simetris, bersih, tidak ada sekret, telinga berlubang

e) Hidung : lubang hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak

ada cuping hidung.

f) Mulut : simetris, bibir lembab, tidak ada labioskisis, tidak ada

palatoskisis, tidak ada labiopalatoskisis, lidah bersih, tidak ada

kelainan

pallatum, reflek hisap lemah.

g) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada pembesaran

kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada

pembesaran kelenjar vena jugularis.

h) Dada : simetris, tidak ada bunyi wezzing, tidak ada retraksi dinding

dada,

denyut jantung teratur, puting susu menonjol.


i) Abdomen : simetris, tidak kembung, bising usus normal, tidak ada

massa/benjolan

j) Ekstermitas atas : simetris, jumlah jari tangan lengkap, tidak sianosis,

gerakan aktif

k) Ekstermitas Bawah : simetris, jumlah jari kaki lengkap, tidak sianosis,

gerakan aktif

l) Genetalia : jenis kelamin Laki-laki, testis sudah turun, uretra berlubang.

m)Kulit : warna kulit merah muda, ada verniks caseosa, tidak ada

pembengkakan

n) Anus : anus berlubang, dan tidak ada tanda-tanda infeksi

c. Pemeriksaan Penunjang

a) Dara :Tidak dilakukan

b) Urine : Tidak dilakukan

c) USG : Tidak dilakukan

d) Ronteng : Tidak dilakukan

3. Analisa

Diangnosa kebidanan

Neonatus Cukup Bulan Sesuai masa Kehamilan 6 jam dengan BBLR

4. Penatalaksanaan

1) Menyiapkan alat-alat pemeriksaan pada bayi baru lahir yaitu:

timbangan berat badan, metline, thermometer, stetoskop, sarung tangan

steril, vitamin K, HB 0, salep mata. Alat-alat pemeriksaan sudah

disiapkan.
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakuan pemeriksaan dan

perawatan pada bayi. Sudah mencuci tangan.

3) Melakukan pemeriksaan pada bayi yaitu : timbang berat badan, ukur

panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, lingkar

perut, suhu tubuh, pernapasan, nadi. Sudah melakukan pemeriksaan

4) Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

yang telah dilakukan pada bayinya yaitu : keadaan umum baik,

kesadaran composmetis, suhu 360c, RR 47x/menit, HR 130x/menit,

BB : 2.300gram Keadaannya sehat.

- Ibu merasa senang dengan hasil pemeriksaan pada bayinya yaitu

keadaan umum baik, kesadaran composmetis, suhu 360c, RR

47x/menit, HR 130x/menit, BB : 2.300 gram keadaannya sehat.

5) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga untuk menjaga bayi agar tetap

hangat dan mencegah hipotermi pada bayi dengan membungkus yaitu :

bayi tetap berpakaian dan diselimuti setiap saat ganti popok dan

pakayan atau selimut yang basah jangan tidurkan, jangan biarkan bayi

ditempat yang dingin, bayi harus menggunakan topi, kaos kaki dan kaos

tangan dan pakaian yang hangat.

6) Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar yaitu :

Seluruh putting payudara ada di tengah mulut bayi. Saat bayi mengisap,

gusi bayi harus menyentuh seluruh putting dan lidah bayi berada di atas

gusi bawah bayi. Pastikan bayi tidak hanya mengisap ujung putting

payudara. Posisi bayi agar tetap dekat dengan ibu.


- Ibu mengerti dan menerima anjuran yang diberikan dan bisa

mempraktekkan sendiri dirumah untuk cara menyusui bayi yang baik

dan benar.

7) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga cara merawatan tali pusat yang

benar dengan cara membersihkan memakai sabun dan bersihkan

keringkan dan dibiarkan terbuka tanpa dibubuhi apapun

- Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan tentang

perawatan tali pusat dan tali pusat bayi tampak bersih dan tidak

terbungkus dan dibubuhi apapun.

8) Memakai identitas pada bayi laki-laki ditangan kanan berwarna biru

9) Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu:

a. Bayi kuning setelah 24 jam pertama ditemukan pada usia 14 hari

atau lebih tinjau berwarna pucat, kuning sampai lutut dan siku

b. Infeksi tali pusat yaitu tali pusat berbau, merah dan bernanah

sianosis maka segera kefasilitas kesehatan untuk melakukan

penanganan

- Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan dapat

mengulangi kembali tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu :

infeksi tali pusat berbau, merah dan bernanah.

10) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa bayinya telah diberikan

antibiotik

a. Salep mata oxytetrasiklin pada kedua mata bayi untuk mencegah

terjadinya infeksi pada mata.


b. Memberikan suntikan vitamin K (phytomenadione) 0,5 mg pada

bagian luar paha kiri bayi 1 jam setelah bayi lahir untuk mencegah

terjadinya perdarah yang terjadi secara IM

c. imunisasi HB0 pada baagian luar paha kanan bayi 1 jam setelah

pemberian vitamin K untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis

B terhadap bayi

- Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan merasa

senang karena bayinya telah diberikan antibiotic

11) Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

setiap 2 jam.

- Ibu mengerti dan mau menyusui bayinya setiap 2 jam

12) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan yang telah

diberikan.

Sudah dilakukan pendokumentasian

B. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BBLR

1. Bayi Baru lahir 1 jam, Tanggal  Pengkajian : 05-06-2022 Jam: 15: 05

WITA

S: ibu mengatakan melahirkan bayinya 1 jam yang lalu jenis kelamin

perempuan, bayinya dalam keadaan baik, menyusui dengan kuat.

O: keadaan umum : baik

Kesadaran : Composmetis

Tanda – tanda vital : Suhu 360c, RR 47x/menit, HR 130x/menit,

a. Pemeriksaan antropometri
a) Berat badan : 2.300 gram

b) Panjang badan : 46 cm

c) Lingkar kepala : 32cm

d) Lingkar perut : 36cm

e) Lingkar dada : 28cm

Bayi lahir hidup langsung menangis, bernapas spontan

b. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala : tidak  ada  cepal hematoma,

caput dan tidak Ada benjolan

2) Mata : simetris, sclera putih

3) Hidung : simetris tidak ada polip, tidak ada

secret

4) Mulut bibir lembab dan warna merah

mudah dan tidak ada kelainan

5) Telinga : simetris tidak ada kelainan

6) Leher : simetris tidak terdapat bendungan

vena jugalaris

7) Dada : simetris tidak ada pembesaran

8) Abdomen : simetris tidak ada pembesaran heap

9) Tali pusat : masih basah dan tidak bernanah

10) Kulit : Kemerahan


11) Ekstrimitas : atas dan bawah bergerak aktif dan

lengkap genetalia : normal, tidak

ada kelainan, ada labiominora dan

labio mayora

12) Anus : berlubang tidak ada kelainan

13) Refleks :

a. Morro Positif (+) ubah posisi dengan tiba-

tiba/terkejut

b. Rotting : Positif(+) Menoleh bila ada

sentuhan pipi

c. Sucking : Positif(+) Bayi menghisap dengan

kuat areola mamae putting

susu ibu

d. Swallowing : Positif(+) Bayi menelan ASI

dengan baik

e. Babinski : Positif(+) Telapak tangan

disentuh bayi

langsung menggenggam

f. Tonicneck : Positif(+) Posisi menengadah

muncul pada usia satu bulan

dan menghilang pada sekitar

usia 5 bulan

A/S : 8/10
Keadaan saat lahir : Bayi lahir hidup langsung menangis, bernapas

spontan

Tempat dan penolong persalinan : persalinan ditolong oleh Bidan di

Puskesmas Maubesi dan melakukan IMD selama 1 jam di dada ibu

dan diberikan topi dan selimut kering untuk menjaga kehangatan bayi.

Bidan telah melakukan IMD dan ibu merasa senang anaknya bergerak

aktif serta bayinya merasa nyaman.

A : Bayi baru lahir normal umur 1 jam dengan BBLR

P : Penatalaksanaan

1) Menyiapkan alat-alat pemeriksaan pada bayi baru lahir yaitu:

timbangan berat badan, metline, thermometer, stetoskop, sarung

tangan steril, vitamin K, HB 0, salep mata. Alat-alat pemeriksaan

sudah disiapkan.

2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakuan pemeriksaan dan

perawatan pada bayi. Sudah mencuci tangan.

3) Melakukan pemeriksaan pada bayi yaitu : timbang berat badan,

ukur panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada,

lingkar perut, suhu tubuh, pernapasan, nadi. Sudah melakukan

pemeriksaan

4) Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan pada bayinya yaitu : keadaan


umum baik, kesadaran composmetis, suhu 360c, RR 47x/menit,

HR 130x/menit, BB : 2300 gram Keadaannya sehat.

- Ibu merasa senang dengan hasil pemeriksaan pada bayinya

yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmetis, suhu 360c,

RR 47x/menit, HR 130x/menit, BB : 2300 gram keadaannya

BBLR.

5) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga untuk menjaga bayi agar

tetap hangat dan mencegah hipotermi pada bayi dengan

membungkus yaitu : bayi tetap berpakaian dan diselimuti setiap

saat ganti popok dan pakayan atau selimut yang basah jangan

tidurkan, jangan biarkan bayi ditempat yang dingin, bayi harus

menggunakan topi, kaos kaki dan kaos tangan dan pakaian yang

hangat.

6) Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar yaitu :

Seluruh putting payudara ada di tengah mulut bayi. Saat bayi

mengisap, gusi bayi harus menyentuh seluruh putting dan lidah

bayi berada di atas gusi bawah bayi. Pastikan bayi tidak hanya

mengisap ujung putting payudara. Posisi bayi agar tetap dekat

dengan ibu.

- Ibu mengerti dan menerima anjuran yang diberikan dan bisa

mempraktekkan sendiri dirumah untuk cara menyusui bayi

yang baik dan benar.


7) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga cara merawatan tali pusat

yang benar dengan cara membersihkan memakai sabun dan

bersihkan keringkan dan dibiarkan terbuka tanpa dibubuhi apapun

- Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan

tentang perawatan tali pusat dan tali pusat bayi tampak bersih

dan tidak terbungkus dan dibubuhi apapun.

8) Memakai identitas pada bayi laki-laki ditangan kanan berwarna

biru.

9) Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu:

a. Bayi kuning setelah 24 jam pertama ditemukan pada usia 14

hari atau lebih tinjau berwarna pucat, kuning sampai lutut dan

siku

b. Infeksi tali pusat yaitu tali pusat berbau, merah dan bernanah

sianosis maka segera kefasilitas kesehatan untuk melakukan

penanganan

- Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan dapat

mengulangi kembali tanda bahaya pada bayi baru lahir

yaitu : infeksi tali pusat berbau, merah dan bernanah.

10) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa bayinya telah

diberikan antibiotik

a. salep mata oxytetrasiklin pada kedua mata bayi untuk

mencegah terjadinya infeksi pada mata.


b. Memberikan suntikan vitamin K (phytomenadione) 0,5 mg

pada bagian luar paha kiri bayi 1 jam setelah bayi lahir untuk

mencegah terjadinya perdarah yang terjadi secara IM

c. imunisasi HB0 pada baagian luar paha kanan bayi 1 jam

setelah pemberian vitamin K untuk mencegah terjadinya

penyakit hepatitis B terhadap bayi

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan merasa

senang karena bayinya telah diberikan antibiotic

11) Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering

mungkin setiap 2 jam.

- Ibu mengerti dan mau menyusui bayinya setiap 2 jam

12) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan yang telah

diberikan.

- Sudah dilakukan pendokumentasian.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dan

pendokumentasian secara SOAP pada Bayi.Ny. M. S bayi dengan BBLR

Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa:

1. Pengkajian data subjektif dan data objektif


Pengkajian pada Bayi.Ny.M.S pengkajian data subjektif dan

objektif telah dilakukan dan terdapat masalah yang di temukan yaitu

Bayi.Ny. M.S lahir dengan BBLR >2500

2. Analisa data/ Assesment

Pada pengambilan kasus, BBLLR, Bayi. Ny. M.S penulis

mampu membuat analisa data/Asssement sesuai dengan hasil

pengkajian data subjektif dan objektif.

3. Penatalaksanaan

Pada pengambilan kasus BBLR Bayi.Ny. M.S penatalaksanaan

telah dilakukan sesuai program pemerintah.

a. Penimbangan berat badan

Penimbangan berat badan setiap kali periksa, sejak bayi lahir

sampai umur bayi 28 hari.

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital

c. Konseling atau penjelasan

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai tanda bahaya

pada bayi baru lahir dengan BBLR

a) Bayi kuning setelah 24 jam pertama ditemukan pada usia 14

hari atau lebih tinjau berwarna pucat, kuning sampai lutut dan

siku.
b) Infeksi tali pusat yaitu tali pusat berbau, merah dan bernanah

sianosis maka segera kefasilitas kesehatan untuk melakukan

penanganan

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan dapat

mengulangi kembali tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu :

infeksi tali pusat berbau, merah dan bernanah.

c) Tata laksana atau mendapatakan pengobatan Jika ibu

mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil.

Berdasarkan kajian pada Bayi.Ny. M.S idak ada kesenjangan

antara teori dan praktek.

Pada pengkajian kasus BBLR By Ny. M.S Asuhan telah diberikan,

By.Ny.M.S lahir tanggal 05-06-2022 jam 14:05 WITA dan hasil

pemeriksaannya keadaan bayi dalam batas normal.

Pada pengkajian Neonatus pertama, asuhan yang diberikan sesuai

dengan kebutuhan By. Ny. M.S dan tidak diterdapat masalah.

4. Pendokumentasian

Penulis telah melaksanakan asuhan kebidanan dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dalam bentuk SOAP.

B. SARAN

1. Bagi Rumah Sakit


Asuhan yang diberikan pada klien sudah cukup baik dan hendaknya

lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan asuhan

yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat

menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai dengan kasus Bayi Berat

Lahir Rendah ( BBLR )

2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi Pendidikan diharapkan studi kasus ini terus dilakukan dan

ditingkatkan dalam upaya peningkatan pemahaman asuhan

kebidanan serta diharapkan lebih memberikan proses belajar tentang

asuhan kebidanan secara mendalam dan khusus, supaya mahasiswa

kebidanan dapat melaksanakan asuhan kebidanan dengan benar dan

akurat.

3. Bagi Profesi

Agar dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai

bahan pertimbangan dalam pembelajaran asuhan kebidanan serta

meningkatkan ketrampilan dalam memberikan dan melaksanakan

asuhan kebidanan pada kasus BBLR

4. Bagi Masyarakat

Untuk keluarga atau ibu nifas yang mempunyai bayi berat lahir

rendah (BBLR) harus memberikan dukungan agar ibu mampu

memberikan Asi Eksklusif pada bayi dan memperhatikan pola

asuh yang baik , baik dalam pemantauan keadaan gizi dan penyakit

yang dialami oeh anaknya.


DAFTAR PUSTAKA

Prawiroharjo S, 2005, ilmu kebidanan, Jakarta : YBP-SP

Manuaba, 2007, pengantar kuliah obstetric, Jakarta : EGC

Mitayani, 2010, mengenal bayi baru lahir dan penatalaksanaanya, padang : praninta offset.

Prifil kesehatan Tahun 2011 Edisi 2012

Yulianti L, 2010 bblr. co. id, online diakses 04 Juni 2011 depkes. go. Id, online diakses 04 Juni

2011

Evariny, 2005 Bayi Berat Lahir RendahPra, Prawirohardjo. S.2007 : 771

Winkjosastro, 2006 moh.A.Aziz Alimul Hidayat,2009

Saifuddin AB, 2006 , Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006: 377

Anda mungkin juga menyukai