Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BANGSAL


AN-NUR RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Disusun oleh:
HANIF PRASETYANINGTYAS
1910206027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BANGSAL
AN-NUR RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Disusun oleh:
HANIF PRASETYANINGTYAS
1910206027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019

2
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KASUS BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BANGSAL
AN-NUR RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Disusun oleh:
HANIF PRASETYANINGTYAS
1910206027

Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Melengkapi Tugas Profesi Ners
pada Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Pada tanggal:

Mengetahui,
Clinical Instruction Pembimbing Akademik

(………………………….) Armenia Diah Sari, S.Kep.Ns., M.Kep.

3
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Kasus Bayi
Berat Lahir Rendah di Bangsal An-Nur RSU PKU Muhammadiyah Bantul”, sholawat serta
salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dan umat yang istiqomah
di jalan-Nya.
Penulis menyadari penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan untuk lebih
menyempurnakan penyusunan laporan ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Yogyakarta, Desember 2019

Penulis

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya
pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak
faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan
kebutuhan konsumsi makananpun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi
tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi
pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan
jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan ante natal. BBLR
termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya di masa depan. BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah
pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan, gangguan pada
sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum
sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi
berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang.
BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat
agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan
diatas.
B. Tujuan
1. Menjelaskan definisi dari Kanker Kandung Kemih
2. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko dari Kanker Kandung Kemih
3. Menjelaskan patofisiologi dari Kanker Kandung Kemih
4. Menjelaskan manifestasi klinis dari Kanker Kandung Kemih
5. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari Kanker Kandung Kemih

1
6. Menjelaskan penatalaksanaan dari Kanker Kandung Kemih
7. Menjelaskan pathway dari Kanker Kandung Kemih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
BBLR merupakan salah satu kesehatan yang memerlukan perhatian di berbagai
negara terutama pada negara berkembang atau negara dengan sosio-ekonomi rendah
(Fitriyah dan Hartiningrum, 2018). Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi
dilahirkan memiliki berat badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini akan
berdampak buruk untuk tumbuh kembang bayi ke depannya (Kementrian Kesehatan
RI, 2015).
Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat pada pedoman pemantauan
wilayah setempat (PWS) gizi. Dalam pedoman tersebut berat bayi lahir rendah
(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat
lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir (Putra, 2012).
Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan penyebab utama kematian
prenatal (Nursusila, 2017). Penyebab BBLR adalah keadaan ibu hamil yang memiliki
masalah dalam kehamilan. Permasalahan dalam kehamilan inilah yang paling
berbahaya karena menjadi penyebab kematian ibu dan bayi tersebut (Barua, Hazarika
& Duta, 2014).
B. Klasifikasi
Menurut Cutland, Lackritz, Mallett-Moore, Bardají, Chandrasekaran, Lahariya,
Nisar, Tapia, Pathirana, Kochhar & Muñoz (2017) dalam mengelompokkan bayi
BBLR ada beberapa cara yaitu:
1. Berdasarkan harapan hidupnya:
a. Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR).
b. Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR).
c. Bayi dengan berat lahir < 1000 gram adalah bayi berat lahir ekstrim rendah
(BBLER).
2. Berdasarkan masa gestasinya:
a. Prematuritas Murni

2
Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu atau biasa disebut neonatus
dengan berat normal ketika lahir. Dapat disebut BBLR jika berat lahirnya
antara 1500 – 2500 gram. Atau biasanya juga ada yang menyebut Bayi yang
lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai
dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai dengan masa
kehamilan.
b. Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi,
dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta merupakan bayi
kecil untuk masa kehamilan.
C. Etiologi
Menurut Nur, Arifuddin & Vovilia (2016), Susilowati, Wilar & Salendu (2016) serta
Gebregzabiherher, Haftu, Weldemariam & Gebrehiwet (2017) ada beberapa faktor
resiko yang dapat menyebabkan masalah BBLR yaitu:
1. Faktor ibu
a. Usia
Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR lebih tinggi
terjadi pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%) dibandingkan dengan yang
tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan WHO yaitu usia
yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada saat usia reproduksi, hamil dan
melahirkan.
b. Parietas
Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak empat atau
lebih) 2,4 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak 9 BBLR, itu dikarenakan
setiap proses kehamilan dan persalinan meyebabkan trauma fisik dan psikis,
semakin banyak trauma yang ditinggalkan akan menyebabkan penyulit untuk
kehamilan dan persalinan berikutnya.
c. Gizi kurang saat hamil
Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil menyebabkan persalinan
sulit/lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), serta perdarahan setelah
persalinan. Ibu yang memiliki gizi kurang saat hamil juga lebih berisiko
mengalami keguguran, bayi lahir cacat dan bayi lahir dengan berat badan yang
kurang.
d. Jarak kehamilan

3
Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun berisiko
3,231 kali lebih besar melahirkan anak BBLR di bandingkan dengan ibu yang
memiliki jarak kelahiran > 2 tahun, itu dikarenakan pola hidup, belum
menggunakan alat kontrasepsi dan ibu tidak melakukan pemeriksaan dengan
rutin.
e. Pola hidup
Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi alkohol
dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan aliran darah
umbilikal sehingga menyebabkan anak lahir dengan BBLR.
2. Faktor kehamilan
a. Eklampsia / Pre-eklampsia.
b. Ketuban pecah dini.
c. Perdarahan Antepartum.
d. Faktor plasenta yang disebabkan disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar, ketuban pecah dini.
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan (kelainan kongenital).
b. Infeksi dalam rahim.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah
adalah:
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus,
dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat
walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.
Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau
perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.

4
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
a. Berat kurang dari 2500 gram.
b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
f. Kepala lebih besar.
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
h. Otot hipotonik lemah.
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
k. Kepala tidak mampu tegak.
l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
m. Nadi 100 – 140 kali / menit.
E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan 13 berat badan
lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada

5
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan
kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih
besar (Nelson, 2010).

6
F. Pathway

BBLR
Prematuritas Dismaturitas

Faktor Plasenta: Faktor Janin: Faktor pertukaran zat


Faktor Ibu <20 th
Malformasi, Tumor Kelainan Kromosom antara anak dan ibu
Riwayat Kehamilan
tidak baik Asupan makan tidak adekuat
Rahim Abnormal Menyebabkan Defesiensi Zat gizi
Retardasi Pertumbuhan intra Uterin
Berat Badan <2500 gram
Dinding Otot Rahim Bayi Lahir dengan Berat Badan
Bagian bawah lemah Rendah atau Lahir Prematur

Penurunan daya Bayi rentan


Imaturasi pada system Pertumukaan tubuh Pernapasan Prematuritas tahan Tubuh Terkena Infeksi
Musculoskeletal rentan lebih luas dengan suhu luar Fungsi Organ-organ
Belum maturitas Risiko Infeksi
Rentan untuk terjatuh Tubuh mengalami Kehilangan tubuh Suhu Tubuh
Penguapan berlebih Bayi mengalami ketidaseimbangan
Risiko Jatuh
Kekurangan Volume Risiko Hipotermia Ketidakefektifan Thermogulasi
Cairan
Hepar Paru-paru Kulit Usus Otak
Konjungasi bilirubin blm baik Paru-paru blm mengalami maturasi Kulit tipis & mudah lecet Usus blm maturasi Maturasi setrum Vital
Kerusakan Integritas Kulit Peristaltic blm Dinding Reflek
Hiperbilirubin Pertumbuhan dinding dada blm sempurna sempurna lambung menelan blm
Ikterik Neonatus lunak sempurna
7
Vasikuler paru-paru Imature

Bayi mengalami Respiratory Distress Pengosongan


Bayi mengalami Syndrome yg merupakan sindrom yg lambung blm baik Mudah kembung
gangguan pernapasan terjadi pada bayi premature karena
imaturasi struktur paru dan infusiensi
Ketidakefektifan pola napas produksi sulfaktan
Disfungsi motalitas gastrointestinal

Bayi Tidak mau Bayi enggan untuk


Ibu merasa cemas jika pertumbuhan Ibu tidak menelan ASI menyusu
anak tidak sempurna mengetahui cara
pemberian ASI
Diskontuinitas
Asupan nutrisi untuk bayi pemberian ASI
Ansietas tidak adekuat
Ibu kesulitan memberi ASI

Ketidakseimbangan nutrisi
Ketidakefektifan pemberian ASI kurang dari kebutuhan tubuh

Ibu mengungkapkan bahwa ingin


Kesiapan meningkatkan
mencoba memberi ASI dan belajar
menjadi orang tua cara pemberiannya agar bisa
merawat dan membesarkan
anaknya

8
G. Pemeriksaan DIagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht (normal: 33 -
38% ) mungkin dibutuhkan.
2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
3. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila
ada. Rentang nilai normal:
a. pH : 7,35-7,45
b. TCO2 : 23-27 mmol/L
c. PCO2 : 35-45 mmHg
d. PO2 : 80-100 mmHg
e. Saturasi O2 : 95 % atau lebih 20
4. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
5. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia. Bilirubin normal:
a. bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
b. bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
6. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
7. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
8. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.
9. Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Menurut Pantiawati (2010) pemeriksaan penunjang/ pemeriksaan diagnostic yang
dapat dilakukan antara lain:
1. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturasi fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah
bayi itu prematuritas atau maturitas.
2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan test pada
ibu yang melahirkan bayi dengan berat bayi kurang yang lupa mens terakhir.
3. Darah ruti, glukosa darah, kalau perlu tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun baby gram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 8 jam atu dapat diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas.

9
H. Penatalaksanaan
Menurut Rukiyah (2010) perawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah:
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat.
2. BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus
dipertahankan dengan ketat.
3. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi,
memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan
sebelum memegang bayi.
4. Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.
5. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan dilakukan
dengan ketat.
6. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih,
pertahankan suhu tubuh tetap hangat.
7. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
8. Tali pusat dalam keadaan bersih.
9. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI

10
MIND MAP
Etiologi BBLR (Menurut Nur, Bayi berat lahir rendah adalah Klasifikasi
Arifuddin & Vovilia (2016), keadaan ketika bayi dilahirkan 1. Berdasarkan harapan hidupnya
Susilowati, Wilar & Salendu (2016) memiliki berat badannya a. Bayi dengan berat lahir 2500 –1500 gram
serta Gebregzabiherher, Haftu, kurang dari 2500 gram. adalah bayi berat lahir rendah (BBLR)
Weldemariam & Gebrehiwet (2017): Keadaan BBLR ini akan b. Bayi dengan berat lahir 1500 –1000 gram
1. Faktor ibu berdampak buruk untuk adalah bayi berat lahir sangat rendah
a. Usia tumbuh kembang bayi ke (BBLSR).
b. Parietas depannya (Kementerian c. Bayi dengan berat lahir < 1000 gram adalah
c. Gizi kurang saat hamil Kesehatan RI, 2015). bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER)
d. Jarak kehamilan 2. Berdasarkan masa gestasinya
e. Pola hidup a. Prematuritas Murni
2. Faktor Kehamilan Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37
a. Eklampsia / Pre-eklampsia Berat Badan Lahir minggu atau biasa disebut neonatus dengan
b. Ketuban pecah dini berat normal ketika lahir. Dapat disebut
c. Perdarahan antepartum
Rendah (BBLR) BBLR jika berat lahirnya antara 1500 –2500
3. Faktor janin gram.
a. Cacat bawaan (kelainan b. Dismaturitas
Ciri –ciri BBLR (Menurut
kongenital) Bayi dengan berat badan lahir tidak normal
penelitian dari Tripthy (2014)):
b. Infeksi dalam rahim atau kecil ketika dalam masa kehamilan.
a. Rambut tipis halus
b. Tulang tengkorak lunak
c. Kulit tipis dan transparan
Masalah kesehatan BBLR (Menurut d. Berat badan <2500 gram
IDI, 2014): e. Reflek-reflek pada
a. Ketidakstabilan suhu tubuh Penatalaksanaan BBLR (Menurut Fermandez, Redondo,
pemeriksaan neurologis Castellanos, Munuzuri, Gracia, Campillo, Lopez &
b. Gangguan pernapasan lemah, terutama pada reflek
c. Imaturitas neurologis Luna (2017) serta Nurmalasari (2014)):
menghisap dan menelan. a. Dukungan respirasi
d. Gastrointestinal dan nutrisi
e. Imaturitas b. Termoregulasi
f. Hipoglikemi. c. Perlindungan terhadap infeksi
d. Pemberian nutrisi

11
MIND MAP RENCANA ASKEP

Kekurangan Volume
Risiko Jatuh Risiko Infeksi Risiko Hipotermia Ketidakefektifan
Cairan
NOC: Perilaku NOC: Deteksi Risiko NOC: Thermogulasi thermogulasi
NOC: Keseimbangan
pencegahan Jatuh NIC: Perlindungan NIC: Perawatan NOC: Thermogulasi
Cairan
NIC: Pencegahan Jatuh Infeksi Hipotermia NIC: Pengaturan Suhu
NIC: Manajemen Cairan

Kerusakan integritas
Ikterik Neonatus
kulit
NOC: Organisasi
NOC: Integritas jaringan:
(pengelolaan) bayi
kulit & membrane
premature
BBLR mukosa
NIC: Fototerapi
NIC: Perawatan luka
(neonatus)

Ketidakseimbangan nutrisi
Ketidakefektifan pola kurang dari kebutuhan tubuh
napas NOC: Status Nutrisi Bayi
NOC: Satus pernapasan NIC: Manajemen Nutrisi
NIC: Monitor pernapasan

Disfungsi motilitas Kesiapan meningkatkan


Ansietas Ketidakefektifan Diskontuinitas menjadi orang tua
Gastointestinal
NOC: Tingkat Agitasi pemberian ASI Pemberian ASI NOC: Pengetahuan
NOC: Eliminasi Usu
NIC: Pengurangan NOC: Keberhasilan: NOC: Mempertahankan pengasuh
NIC: Manajemen
Kecemasan menyusui Bayi Pemberian ASI NIC: Bimbingan
Saluran Cerna
NIC: Konseling Laktasi NIC:Konseling Laktasi Antisipasif

12
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, Rukiyah, dkk. et al. (2010). Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans Info Media

Bulechek, Gloria M. dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC.

Fitriyah., Hartiningrum. (2018). Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta

Kemenkes. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Moorhead, Sue. dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC.

NANDA Internasional. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020.


Jakarta: EGC.

Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika

Pudjiadi Antonius, H., Hrgar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Doketr
Anak Indinesia. Jakarta: IDAI

Putra, S.R. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk Keperawatan dan Kebidanan.
Yogyakarta: D-Medika.

Proverawati, A., Ismawati, C. (2010). Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Muedika.

13

Anda mungkin juga menyukai