L
DENGAN BBLC DI BANGSAL AN NUR RSU PKU
MUHAMMADIYAH BANTUL
Disusun oleh:
HANIF PRASETYANINGTYAS
1910206027
Disusun oleh:
HANIF PRASETYANINGTYAS
1910206027
2
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
HANIF PRASETYANINGTYAS
1910206027
Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Melengkapi Tugas Profesi Ners
pada Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Pada tanggal:
Mengetahui,
Clinical Instruction Pembimbing Akademik
3
KATA PENGANTAR
Penulis
4
LAPORAN RESUME
A. Data Pasien
1. Nama : Bayi Ny. L
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Tanggal Lahir : 1 Desember 2019 Pukul 16.07 WIB
4. Tanggal Masuk : 1 Desember 2019 Pukul 17.00 WIB
5. Tgl Pengkajian : 2 Desember 2019 Pukul 08.30 WIB
6. Dx Medis : BBLC, CB, SMIC, VE
B. Data Fokus
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ASI yang keluar masih sedikit, bayi nyusu ibu dengan bantuan nipple
shield (puting tambahan).
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Umur bayi 1 hari, Nadi: 120x/menit, RR: 49x/menit, Suhu: 36,50C, bayi menangis,
berat badan lahir cukup 3650 gram, panjang badan 50 cm, bayi aktif, bayi menangis
kuat, reflek hisap bagus, nyusu ibu dengan bantuan nipple shield (puting tambahan),
tali pusat belum puput, tali pusat bersih dan tidak berbau.
Diagnosis Medis BBLC, CB, SMIC, VE
Tindakan Operasi Tidak ada
Obat-obatan Tetes mata, injeksi vit k, imunisasi HB0
Tindakan Keperawatan - Mengobservasi keadaan umum dan vital sign
- Memonitor BAK dan BAB
- Mengobservasi warna dan keadaan kulit bayi
- Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Composmentis
Vital Sign Nadi: 120x/menit, RR: 49x/menit, Suhu: 36,60C
TB/PB/LK PB: 50 cm
BB: 3650 gram
LK: 35,5 cm
Reflek moro (+), rooting (+), menggenggam (+), isap (+),
babinski (+), tonic leher (+)
Tonus/ Aktivitas Bayi aktif dan menangis keras
Kepala Fontanel anterior lunak, sutura sagitalis tepat, gambaran
wajah simetris, terdapat caput succedaneum
Mata Bersih, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
THT Telinga normal dan tidak ada cairan yang keluar, hidung
bilateral dan tidak ada sekret, palatum normal, mukosa
bibir lembab dan tidak sianosis
1
Abdomen Simetris kanan/ kiri, suara peristaltic terdengar, tidak
teraba benjolan
Thoraks Simetris, bentuk dan postur normal, tidak terdapat
retraksi dada, tidak ada pembengkakan/ edema
Paru-paru Tidak ada suara nafas tambahan, RR: 49x/menit
Jantung Bunyi jantung normal, nadi: 120x/menit
Ekstermitas Semua ekstremitas bergerak normal
Umbilikus Tali pusat belum puput, bersih, tidak berbau
Genetal Laki-laki normal
Anus Paten
Suhu Penghangat infant dan boks terbuka
Kulit Warna kemerahan, kulit teraba hangat
4. Informasi Lain
Hasil Laboratorium tanggal 1 Desember 2019 pukul 22.48 WIB
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Hematokrit 67 32-52 %
C. Analisa Data
DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
DS: Fluktuasi suhu Ketidakefektifan
- Ibu mengatakan ASI keluar masih sedikit lingkungan termoregulasi
DO:
- Warna kulit kemerahan
- Kulit hangat
- TTV: Suhu 36,60C, nadi 120x/menit,
RR 49x/menit
- Bayi diletakkan di boks terbuka,
dengan sebelumnya diletakkan di boks
dengan penghangat radian
- Umur bayi 1 hari
- Bayi nyusu dengan bantuan nipple
shield (puting tambahan)
DS: - Defisiensi Resiko infeksi
DO: pertahanan tubuh
- Tali pusat belum puput
- Umur bayi 1 hari
- TTV: Suhu 36,60C, nadi 120x/menit,
RR 49x/menit
- Bayi nyusu dengan bantuan nipple
shield (putting tambahan)
- Terdapat caput succedaneum
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan defisiensi pertahanan tubuh
2
D. Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/SASARAN INTERVENSI
1 Ketidakefektifan termoregulasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pengaturan Suhu (0844)
berhubungan dengan fluktuasi 1 x 7 jam, ketidakefektifan termoregulasi dapat 1. Monitor suhu dan warna kulit
suhu lingkungan teratasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda gejala hipotermia dan
Termoregulasi: Baru Lahir (0801) hipertermia
Thermogenesis yang tidak menggigil (3) 3. Pertahankan untuk selimuti bayi
Penyapihan dari boks dengan penghangat 4. Edukasi ibu untuk menyusui sesering
infant ke boks bayi (3) mungkin
Suhu tidak stabil (3)
Perubahan warna kulit (3)
2 Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Kontrol Infeksi (6540)
dengan defisiensi pertahanan 1 x 7 jam, risiko infeksi dapat teratasi dengan 1. Monitor suhu dan warna kulit
tubuh kriteria hasil: 2. Jaga tali pusat tetap bersih dan kering
Keparahan Infeksi: Baru Lahir (0708) 3. Monitor tanda-tanda infeksi
Ketidakstabilan suhu (3) 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
Keadaan kulit (3) perawatan pada pasien
Keadaan tali pusat (3) 5. Jaga kebersihan alat-alat yang digunakan
Pola BAB dan BAK normal (3) (nipple shield)
6. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
digunakan
7. Anjurkan dan ajarkan keluarga untuk
mencuci tangan dengan benar
8. Edukasi ibu untuk menyusui sesering
mungkin
3
E. Catatan Perkembangan
4
tubuh - Mengobservasi rekatan pampers - Terdapat caput succedaneum
agar tidak terlalu menekan - Pampers dalam keadaan bersih dan tidak menekan
- Mengganti nipple shield yang - TTV: RR: 50 x/menit, S: 36, 5°C, N: 125x/menit
bersih dan steril sebelum A:
digunakan - Risiko infeksi belum teratasi
P:
Jam 09.00 WIB - Monitor vital sign dan warna kulit
- Mengedukasi ibu cara pemberian - Monitor tanda-tanda infeksi
ASI - Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
- Mengedukasi ibu untuk meneteki perawatan pada pasien
sesering mungkin - Jaga kebersihan alat-alat yang digunakan (nipple
shield)
Jam 12.00 WIB
- Mengobservasi vital sign dan - Anjurkan dan ajarkan keluarga untuk mencuci
warna kulit tangan dengan benar
- Mengganti pampers bayi - Evaluasi pemberian ASI
- Mengevaluasi pemeberian ASI
Bantul, 2/12/2019
Bantul, 2/12/2019
Hanif Prasetyaningtyas
Hanif Prasetyaningtyas
5
PEMERIKSAAN REFLEKS BAYI BARU LAHIR
Bayi dilahirkan dengan berbagai kemampuan untuk bertahan hidup yang menakjubkan
sebelum ia dapat melakukan semaua aktivitasnya secara mandiri. Kemampuan-kemampuan
itu tak lain adalah yang disebut reflex. Reflex merupakan respon alami yang dimiliki bayi
sehingga bayi dapat bertahan hidup diluar kandungan. Kebanyakan reflek yang diperlihatkan
oleh bayi ketika lahir dengan sendirinya akan hilang dalam beberapa bulan seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Biasanya pada usia 3-6 bulan bayi sudah dapat
melakukan aktivitasnya secara sadar (mengontrol gerakan). Pada usia inilah sebagian besar
reflek yang dimiliki bayi sudah menghilang. Berikut beberapa reflex bayi pada bayi normal:
1. Rooting Reflex (Search Reflex)
Reflex ini dapat dimunculkan dengan cara mengusap pipi bayi dengan lembut. Bayi akan
memalingkan wajahnya ke arah sentuhan dan kemudian membuka mulutnya untuk
makan. Hilang pada usia 4 bulan.
2. Sucking Reflex
Merupakan kemampuan dasar bayi untuk bertahan hidup. Reflek ini menjamin bayi
mendapatkan makanan hingga ia dapat secara sadar mampu menghisap. Reflek ini dapat
dimunculkan dengan menyentuh bibir bayi. Bayi menghisap benda yang menyentuh bibir
dengan kuat. Kemampuan ini muncul saat usia 2 bulan.
3. Palmar Grasp (Grasping Reflex)
Reflex menggenggam dapat dimunculkan dengan meletakkan benda/ jari anda di telapak
tangan bayi. Bayi akan menggenggam jari anda secara kuat. Hilang pada usia 6 bulan.
4. Moro Reflex (Startle Reflex)
Refex ini muncul apabila bayi merasa dikejutkan oleh suara yang keras. Bayi akan
membuka kedua lengan dan tungkainya serta kepalanya bergerak ke belakang dengan
menangis terlebih dahulu saat dikejutkan. Reflek ini hilang saat bayi berusia 6 bulan.
5. Tonic Neck Reflex /(Fencing Reflex)
Telentangkan bayi dan beberapa waktu kemudian ia akan menunjukkan “fencer’s pose “
(seperti pemain anggar). Lengan dan tungkainya yang sehadap dengan wajahnya
direntangkan. Sedangakan lengan dan tungkai yang lain ditekuk. Hilang saat usia 4 bulan.
6. Stepping Reflex
Pegangi bayi di ketiak / di bawah lengannya. Biarkan jari-jari kakinya menyentuh lantai.
Ia akan mengangkat kakinya seperti saat melangkah. Hilang pada usia 3 bulan.
6
7. Babinski Reflex
Gores telapak kaki bayi, maka jari-jari kaki akan membuka. Hilang di usia 4 bulan.
8. Crawling Reflex
Letakkan bayi tengkurap diatas perutnya. Ia akan bereaksi dengan menggerakkan
tungkainya seperti sedang mencoba untuk merangkak. Hilang ketika bayi berusia 2 bulan.
9. Galant Reflex
Reflex ini terlihat saat punggung tengah atau punggung bawah bayi dibagian kanan atau
kiri tulang punggung diusap. Tubuh bayi akan melengkung ke sisi yang diusap.
10. Gag Reflex
Reflex ini akan terlihat saat bayi merasakan jenis makanan yang baru. Meskipun reflek
ini menghambat pemberian makanan, tapi reflek ini melindungi bayi agar ia tidak
tersedak sampai bayi belajar mengunyah dan menelan.
11. Righting Reflex
Posisikan bayi tengkurap, beberapa saat kemudian ia akan mengangkat kepalanya untuk
membebaskan hidung dan mulutnya agar dapat bernafas.
12. Crossed Extensor Reflex
Reflex ini dapat dimunculkan dengan meluruskan salah satu tungkai bayi, maka tungkai
yang lain (yang tadinya lurus) akan menekuk (lututnya). Cara lain adalah dengan
mengetuk paha bagian dalam salah satu tungkai bayi, maka tungkai yang lain akan
bergerak ke dalam (mendekati tungkai yang diketuk). Hilang pada usia 1 atau 2 bulan.
13. Flexor Withdrawal Reflex
Reflex ini dapat dimunculkan dengan menggores / menyentuh telapak kaki tungkai bayi
yang lurus, maka tungkai tersebut akan menekuk. Hilang pada usia 1 atau 2 bulan.
14. Extensor Thrust Reflex
Dapat dimunculkan dengan menggores / menyentuh telapak kaki tungkai bayi yang
menekuk, maka tungkai tersebut akan menjadi lurus. Hilang pada usia 1 atau 2 bulan.
15. Tonic Labyrinthine
Pada posisi telentang, reflek ini dapat diamati dengan menggangkat tungkai bayi
beberapa saat lalu dilepaskan. Tungkai yang diangkat akan bertahan sesaat, kemudian
jatuh. Hilang pada usia 6 bulan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M. dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue. dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. (2013). Asuhan neonatus, bayi dan anak balita. Jakarta:
Trans Info Media.
http://www.babyyourbaby.org/pdfs/newborncare.pdf.
8
INFANT WARMER
A. Prinsip Dasar
Infant berarti bayi dan warmer berarti penghangat. Maka infant warmer secara
bahasa diartikan Alat untuk menghangatkan bayi. Alat ini difungsikan sebagai tempat
perlindungan bayi bagi yang lahir dini (premature). Infant warmer juga sebagai tempat
singgah sementara untuk menstabilkan suhu tubuh bayi yang lahir mengalami
hipotermia. Dengan adanya panas (penghangat) yang dihasilkan oleh infant warmer,
maka bayi yang lahir tidak normal dikarenakan suhu tubuh yang kurang stabil dapat
dikondisikan sesuai kebutuhan. Jika suhu bayi sudah stabil dan normal, maka bayi
akan dipindah ke bed biasa.
Komponen utama dari infant warmer yaitu heater dan kontrol suhu. Penghangat
pada infant warmer menggunakkan elemen kering yang suhunya dapat diatur sesuai
kebutuhan. Radiasi panas yang mengenai bayi suhunya antara 35 C - 37 C.
B. Fungsi
Fungsi dari Infant Warmer sendiri yaitu sebagai tempat peralihan setelah bayi
baru lahir dari kandungan ibunya dengan tetap menjaga suhu bayi dari kandungan
ibunya dengan tetap menjaga suhu bayi. Infant warmer pada umumnya bersifat mobile
dengan accesories yang lengkap sesuai dengan perkembangan jaman dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Dimana kelengkapan tambahan dapat
berupa outlet O2 untuk kebutuhan apabila dibutuhkan tindakan dengan alat Bantu
pernafasan. Dapat juga Dapat juga berupa alat terapi lainnya seperti blanket baby
ataupun tiang infuse untuk mengoptimalkan kerja dan efisiensi penggunaan alat yang
berlebihan.
C. Control Standard Infant Warmer
Pada kontrol dashboard terdapat beberapa tombol pengaturan dan indikator
untuk infant warmer. Kontrol standard infant warmer:
Setting suhu Auto & Manual, dimana pada mode auto, infant warmer akan otomatis
masuk pada setting pre warming otomatis dengan parameter default yang sudah
tersimpan sebelumnya. Pada mode manual, output ratio heating sesuai dengan
pengaturan kebutuhan operator dengan menaikkan ataupun menurunkan suhu heating
ratio.
9
Skin Sensor, optional bisa diaktifkan atau tidak, sesuai dengan kebutuhan operator.
Skin sensor akan dipasang pada bayi yang juga akan ditampilkan pada menu dimana
unit infant warmer akan menyesuaikan suhu heating dengan suhu bayi.
Air sensor, terletak pada matras bayi yang berfungsi mengontrol radiasi panas yang
diterima bayi di atas matras tidak berlebihan karena hal tersebut sangat berbahaya.
Maka elemen heater akan berhenti bekerja pada saat suhu setting telah terpenuhi dan
akan kembali bekerja secara otomatis ketika suhu kembali turun.
Alarm dan timer, sebagai pengingat juga sebagai peringatan apabila salah satu dari
parameter kurang atau melebihi dari setting yang ditentukan. Alarm bisa berupa
bunyi buzzer ataupun backlight indikator yang terpasang pada unit infant warmer.
Examination Lamp, berfungsi sebagai lampu pemeriksaan/penerangan yang ada di
atas matras bayi, dan dapat dinyalakan atau dimatikan sesuai dengan kebutuhan
sewaktu-waktu.
D. Cara Pengoperasian
1) Hubungkan kabel power ke jala-kala PLN.
2) Tekan Switch ON pada pesawat maka power indikator akan menyala.
3) Pilih mode skin untuk pemilihan mode penghangat.
4) Setting suhu 37⁰ C dan setting timer sesuai kebutuhan. Tunggulah sampai display
suhu bawah (Real Temperatur) sama dengan suhu atas (Seted Temperatur). Setelah
sama barulah letakkan bayi.
5) Apabila waktu telah habis maka buzzer akan berbunyi.
E. Pemeliharaan
1) Periksa dan bersihkan bagian-bagian alat
2) Periksa kondisi lampu elemen pemanas, ganti bila perlu.
3) Periksa fungsi indikator alarm dan timer.
4) Periksa konektor sensor suhu, kabel konektor lain dan kabel power.
5) Periksa grounding pada alat untuk mencegah terjadinya arus bocor.
10
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M. dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue. dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC.
RI, Departemen Kesehatan. (2008). Modul (buku acuan) Manajemen Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) untuk bidan di Desa. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyrakat:
Jakarta.
11