Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL TERAPI KELUARGA (HOME VISIT) PADA

KLIEN Nn. A DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
DI MANTRIJERON YOGYAKARTA

Disusun oleh:
HANIF PRASETYANINGTYAS (1910206027)
DWI ASTUTI (1910206097)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
LAPORAN HASIL TERAPI KELUARGA (HOME VISIT) PADA
KLIEN Nn. A DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
DI MANTRIJERON YOGYAKARTA

Disusun oleh:
HANIF PRASETYANINGTYAS (1910206027)
DWI ASTUTI (1910206097)

Mengetahui:
Perceptor Bangsal Sembodro

Ns. Prastiwi Puji Rahayu, M.Kep., Sp. Kep.J


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa bukanlah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Akan tetapi, untuk
menentukan penyebab gangguan jiwa juga bukanlah hal yang mudah, ada banyak faktor
yang mempengaruhinya. Gangguan jiwa bukan hanya berdampak pada penderitanya,
tetapi juga bagi orang-orang yang terdekat dengan penderita, salah satunya yaitu keluarga.
Perilaku dan intensi yang positif dalam keluarga adalah salah satu usaha untuk
mengurangi angka kekambuhan pada pasien gangguan jiwa, karena keluarga merupakan
bagian dari tim pengobatan dan pemulihan bagi pasien. Peran dan dukungan keluarga
tidak hanya dilakukan di rumah, tetapi selama dilakukan perawatan di rumah sakit
keluarga diharapkan dapat memeberikan dukungan dalam meningkatkan optimalisasi
kesembuhan pasien.
Keluarga memiliki peran terhadap proses kesembuhan pasien gangguan jiwa,
diantaranya yaitu: memberikan bantuan utama terhadap penderita gangguan jiwa,
memberikan pemahaman tentang berbagai gejala-gejala sakit jiwa yang dialami oleh
penderita, membantu dalam aspek administrasi dan finansial selama proses pengobatan.
Oleh karena itu hal yang harus dilakukan oleh keluarga salah satunya adalah memberikan
dukungan, perilaku positif, dan menerima apa yang sedang dialami oleh penderita serta
bagaimana kondisi kesehatan penderita dapat dipertahankan setelah dinyatakan sehat oleh
tenaga psikolog, psikiater, neurolog, dokter, ahli gizi, dan terapis 5 sehingga penderita
dapat kembali menjalani hidup bersama keluarga dan masyarakat sekitar (Salahuddin,
2009).
Peran dan keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan dan perawatan pasien
gangguan jiwa sagat penting, karena peran keluarga sangat mendukung dalam proses
pemulihan penderita gangguan jiwa. Keluarga dapat mempengaruhi nilai, kepercayaan,
sikap, perilaku anggota keluarga. Disamping itu keluarga juga mempunyai fungsi dasar
memberikan kasih sayang, rasa aman, rasa memiliki dan menyiapkan peran dewasa
individu di masyarakat. Apabila terdapat gangguan jiwa pada salah satu anggota keluarga
maka dapat menyebabkan gangguan jiwa pada anggota keluarga, karena keluarga
merupakan suatu sistem yang saling berkaitan (Nasir & Muhih, 2011).
Caregiver memiliki peran sebagai emotional support, merawat pasien
(memandikan, memakaikan baju, memberi makan, mmempersiapkan obat), 7 mengatur
keuangan, membuat keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi dengan pelayanan
kesehatan formal. Safarino (2014) mengungkapkan, caregiver terbanyak pada skizofrenia
adalah orang tua (68,6%), orang dengan profesi caregiver bukan keluarga pasien (17,4%),
pasangan (7,4%), anak (4,1%), dan saudara kandung (2,5%). Menurut Amelia dan Anwar
(2014) adanya stigma rasa malu, penyalahan lingkungan serta persepsi negatif keluarga
menimbulkan sikap dan perilaku yang menimbulkan ekspresi emosi pada keluarga. Emosi
yang tinggi pada umumnya dimiliki oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga
gangguan jiwa, hal ini disebabkan keluarga memiliki persepsi negatif dan perasaan
terbebani oleh keberadaan anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa. Dengan
perasaan malu dan terbebani tersebut biasanya keluarga akan meunjukkan emosi yang
berlebih terhadap pasien, sehingga timbul perlakuan dan perkataan kasar pada pasien. Hal
ini tentu akan menimbulkan stress yang berlebih pada pasien gangguan jiwa, sehingga
tanda dan gejala akan muncul kembali dan kemudian disebut sebagai kekambuhan atau
relaps.
Peran dalam keluarga sangat dibutuhkan guna memenuhi kesehatan jiwa setiap
kliennya. Dalam sebuah keluarga terdapat suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan. Hal
ini menunjukkan bahwa jika salah satu anggota keluaraga mempunyai suatu masalah
maka seluruh anggota keluarga berperan aktif dalam proses pemulihan kesehatan jiwa
tersebut. Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa sangat di butuhkan
karena keluarga meruBuan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal
dengan lingkungannya, yang merupakan tempat pertama kali mendapat pendidikan untuk
menguji perilakunya.
Mengingat betapa pentingnya peran keluarga dalam upaya penyembuhan klien
maka salah satu terapi yang digunakan pada penderita gangguan jiwa adalah terapi
keluarga. Terapi keluarga adalah memberikan pembelajaran kepada keluarga tentang
mengasuh anggota keluarga gangguan jiwa dengan menggunakan metoda belajar.
Keluarga merupakan support sistem yang paling efektif bagi individu sehingga berperan
penting bagi kesembuhan klien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dukunga Keluarga
1. Definisi dukungan keluarga
Dukungan keluarga menurut Fridman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan
keluarga terhadap anggota keluarganny, berupa dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukunan keluarga
adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan
penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikannya. Jadi dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-
dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat
diakses atau diadakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan (Erdiana, 2015).
2. Sumber dukungan keluarga
Menurut Caplan (1974) dalam Friedman (2010) terdapat tiga sumber dukungan
sosial umum, sumber ini terdiri atas jaringan informal yang spontan: dukungan
terorganisasi yang tidak diarahkan oleh petugas kesehatan professional, dan upaya
terorganisasi oleh professional kesehatan. Dukungan sosial keluarga mengacu kepada
dukungan-dukungan sosial yang di pandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu
yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak
digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan).
Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti
dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial
keluarga eksternal (Friedman, 1998).
3. Jenis dukungan keluarga
Menurut Friedman (1998), menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu:
a. Dukungan emosional berfungsi sebagai pelabuhanistirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan emosional serta meningkatkan moral keluarga (Friedman,
2010). Dukungan emosianal melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian
semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan emosional. Dengan semua
tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan mengarahkan individu untuk
percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain bersedia
untuk memberikan perhatian (Sarafino, 2011).
b. Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator
(penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 1998). Dukungan informasi terjadi
dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk nasehat, saran dan diskusi tentang
bagaimana cara mengatasi atau memecahkan masalah yang ada (Sarafino, 2011).
c. Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis
dan konkrit (Friedman, 1998). Dukungan instrumental merupakan dukungan yang
diberikan oleh keluarga secara langsung yang meliputi bantuan material seperti
memberikan tempat tinggal, memimnjamkan atau memberikan uang dan bantuan
dalam mengerjakan tugas rumah sehari-hari (Sarafino, 2011).
d. Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga bertindak sebagai sistem
pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantai pemecahan masalah dan
merupakan sumber validator identitas anggota (Friedman, 2010). Dukungan
penghargaan terjadi melalui ekspresi penghargaan yang positif melibatkan
pernyataan setuju dan panilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa
orang lain yang berbanding positif antara individu dengan orang lain (Sarafino,
2011).
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Friedman (1998), membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga yaitu:
a. Mengenal adanya gangguan kesehatan setiap anggotanya,.
b. Mengambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, cacat, maupun yang
tidak sakit dan memerlukan bantuan.
d. Mempertahankan keadaan lingkungan keluarga yang dapat menunjang
peningkatan status para anggotannya.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan.
5. Akibat gangguan jiwa didalam keluarga
a. Ingkar, marah, cemas.
b. Kehilangan pengharapan, integritas, & optimis.
c. Gangguan interaksi keluarga .
d. Perpanjangan proses parenting & fungsi perawata. .
e. Tambahan biaya untuk tindakan & medikasi.
f. Keterbatasan income keluarga.
g. Keterbatasan aktivitas sosial & sosial support.
h. Berhubungan dengan RS & pusat rehabilitasi.
6. Kondisi Klien
Klien Nn. A masuk IGD Grhasia pada tanggal 24 Januari 2020 pukul 12.50
WIB. Klien Nn. A dibawa ke Grhasia karena terjadi perubahan perilaku semenjak 4
hari sebelum masuk IGD Grhasia. Di rumah klien mengamuk dengan melempar-
lempar kursi, merasa boneka adalah anaknya, tidak mau minum obat, tidak mau
mandi, dan tidak bisa tidur. Klien berbicara sendiri dan tertawa sendiri. Klien dipindah
ke ruang intensive Wisma Arimbi tanggal 24 Januari 2020 pukul 15.00 WIB. Tanggal
27 Januari 2020 klien dipindah ke wisma Sembodro. Klien merupakan pasien lama
yang sudah >10 kali dirawat di Grhasia. Klien mengalami masalah gangguan jiwa
sejak 2007. Klien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. Kakak kedua klien juga
pernah dirawat di Grhasia karena masalah KDRT.
7. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan dan pendengaran
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Syndrom defisit perawatan diri
8. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa keluarga mempunyai tanggung jawab yang penting dalam proses
perawatan di rumah sakit, persiapan pulang dan perawatan waktu dirumah agar
adaptasi klien berjalan dengan baik, kualitas dan efektivitas peran serta keluarga
dalam upaya peningkatan peran serta dalam perawatan klien dengan gangguan jiwa
dalam hal ini Nn. A bertujuan sebagai berikut:
a. Tujuan umum
Meningkatkan pemahaman dan kemampuan keluarga dalam merawat dan
memotivasi anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
b. Tujuan khusus
1) Keluarga dapat mengenal masalah gangguan jiwa yang dialami pada Nn. A.
2) Keluarga dapat mengambil keputusan dalam merawat Nn. A dengan gangguan
jiwa.
3) Keluarga dapat merawat dan memberikan asuhan kepada Nn. A dengan
gangguan jiwa sesuai kebutuhan klien selama dirumah
4) Keluarga dapat memahami keadaan atau permasalahan yang dimiliki klien
5) Keluarga dapat memotivasi klien untuk hidup nyaman dan dapat bersosialisasi
dengan lingkungan
6) Keluarga dapat memodifikasi lingkungan dalam merawat Nn. A.
7) Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada seperti
puskesmas, RSU dan RSJ untuk merawat klien.
8) Keluarga mampu mengetahui pentingnya minum obat bagi Nn. A dan
mendampingi serta memonitor pemberian obat.
9. Sasaran Kunjungan
Keluarga Nn. A
10. Manfaat Kunjungan
a. Bagi Keluarga
1) Terjalin kerjasama yang baik antar perawat/petugas dengan keluarga.
2) Keluarga mampu untuk mengungkapkan perasaan sehubungan dengan kondisi
klien.
3) Keluarga mampu memberi dukungan moral yang tepat bagi klien.
4) Kelurga memahami, mengetahui keadaan klien dan mengetahui bagaimana
cara perawatan klien dirumah.
5) Keluarga mampu membimbing klien untuk mentaati aturan berobat secara
teratur.
b. Bagi Perawat
1) Terbina hubungan saling percaya antara keluarga dan tenaga kesehatan.
2) Perawat mampu mengamati sikap keluarga terhadap klien.
3) Terbina komunikasi terapeutik untuk mencapai kesembuhan klien.
4) Perawat mampu memberikan dorongan dan motivsi kepada keluarga.
11. Metode
a. Wawancara
b. Diskusi
c. Tanya jawab
12. Alat Bantu
a. Leaflet/poster
13. Rencana kontrak waktu
a. Hari/tanggal : Sabtu, 15 Februari 2020
b. Waktu : 16.00 WIB
c. Tempat : Jalan Tirtodipuran No. 25 Mantrijeron Yogyakarta
14. Strategi pelaksanaaan
a. Fase Pra Interaksi
1) Perawat mempersiapkan pengkajian pada keluarga klien.
2) Perawat menyiapkan alat (leaflet)
3) Perawat menggunakan teknik komunikasi terapeutik pada keluarga klien.
4) Perawat mengekplorasi diri dan kesiapan fisik.
5) Perawat berkunjung ke rumah Nn. A
b. Fase Orientasi
1) Memberi salam terapeutik.
2) Memperkenalkan diri.
3) Menyampaikan maksud dan tujuan kunjungan keluarga.
4) Menyampaikan kontrak waktu dan menanyakan kesediaan keluarga.
c. Fase Kerja
1) Menanyakan kepada keluarga keadaan klien sebelum dirawat dirumah sakit
2) Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
terhadap apa yang dialami klien.
3) Memberi kesempatan pada keluarga untuk menceritakan tentang kondisi klien
dari awal mengalami gangguan jiwa.
4) Diskusikan dengan keluarga tentang apa yang dialami klien.
5) Menjelaskan tentang konsep gangguan yang dialami klien.
6) Menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur bagi klien.
7) Menjelaskan pentingnya dukungan keluarga.
8) Memberikan reinforcement positif bila keluarga telah merawat klien dengan
benar.
9) Menyampaikan perkembangan klien selama dirawat.
10) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya.
d. Fase Terminasi
1) Mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan dengan keluarga.
2) Memvalidasi perasaan keluarga.
3) Memberikan reinforcement positif bila keluarga berhasil menjelaskan dengan
benar.
4) Menanyakan kebutuhan tindak lanjut.
5) Salam terapeutik.
BAB III
HASIL TERAPI KELUARGA
A. Identitas Anggota Keluarga
No. Nama Anggota Keluarga Umur Pekerjaan
1. Ny. S 59 tahun Ketua komunitas kebaya
indonesia
B. Keadaan Geografis Rumah
Rumah keluarga Nn. A terletak di JL, Suryodiningratan no 7, Yogyakarta. Rumah
terletak disebuah perumahan. Keadaan rumah bersih dan rapi, seluruh lantai berkeramik,
secara umum kondisi rumah terlihat cukup sehat dan memiliki cukup ventilasi.
C. Keadaan Ekonomi Keluarga
Ny. S bekerja sebagai Ketuan komunitas kebaya indonesia yang kesehariannya merawat
anaknya.
D. Kondisi Bio-Psiko-Spiritual
Keluarga klien ingin pasien bisa beraktifitas seperti biasanya, dapat minum obat secara
rutin dan keluarga ingin pasien dapat diarahkan. Keluarga juga berharap pasien tidak
mudah percaya dengan orang lain.
E. Waktu Pelaksanaan Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah Ny. S pada tanggal 15 Februari 2020 pada pukul 18.00 WIB.
F. Interaksi Antar Anggota Keluarga
Klien tidak bekerja. Klien tinggal bersama dengan orang tua dan kakaknya.
G. Terapi Keluarga
Terapi yang dilakukan adalah :
Mengenalkan masalah yang dialami oleh Nn. A. Bahwa Nn. A mengalami gangguan
halusinasi. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk meningkatkan pengetahuan
tentang halusinasi serta cara mengontrol halusinasi.
Diagnosa keluarga
Kesiapan meningkatkan pengetahuan
1. Tujuan Khusus
a. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan jiwa pada Nn. A
b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat Nn. A dengan gangguan
jiwa
c. Keluarga dapat merawat dan memberikan asuhan kepada klien Nn. A dengan
gangguan jiwa sesuai kebutuhan klien selama dirumah
d. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada seperti
puskesmas, RSU dan RSJ untuk merawat klien.
2. Waktu pelaksanaan kunjungan rumah
Hari/tanggal : Sabtu, 15 Februari 2020
Jam : 18.00 WIB - selesai
Tempat : JL, Suryodiningratan no 7, Yogyakarta
3. Analisis Data
Data Masalah
Ds: Kesiapan meningkatkan pengetahuan
- Keluarga mengatakan ingin
mengetahui tentang
perkembangan Nn. A
- Keluarga mengatakan ingin
mengetahui cara merawat jika
Nn. A sudah pulang
- Keluarga mengatakan ingin lebih
mengetahui tentang cara
mengontrol halusinasi
DO:
- Keluarga kooperatif
- Keluarga menanyakan kondisi
klien
- Kelurga menanyakan
perkembangan klien selama di
rumah sakit

4. Rencana Asuha Keperawatan


No Diagnosa Tujuan (NOC) Tindakan (NIC)
keperawatan
1 Kesiapan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Kesiapan
meningkatkan keperawatan selama 2 jam, Keluarga
pengetahuan Koping Keluarga - Identifikasi harapan
meningkat dengan kriteria keluarga untuk
hasil : antisipasi pasien dan
- Menghadapi identifikasi kebutuhan
masalah keluarga keluarga
- Mengelola masalah - Dorong anggota
keluarga keluarga untuk
- Mengungkapkan mendorong dan
perasaan diantara membantu dalam
keluarga mengembengkan
- Menyusun jadwal rencana keperawatan
rutinitas dan - Dorong keluarga
kegiatan keluarga untuk perawatan
- Berbagi tanggung selama di rumah
jawab untuk tugas- - Fasilitasi pemahaman
tugas keluarga aspek medis dari
Setelah dilakukan tindakan kondisi pasien pada
keperawatan selama 2 jam, anggota keluarga
Kesiapan Cargiver untuk Dukungan Keluarga
melakukan perawatan di - Dengarkan
rumah meningkat dengan kekhawatiran,
kriteria hasil : perasaan dan
- Berpartisipasi dalam pertanyaan dari
pengambilan keluarga
keputusan - Tingkatkan hubungan
- Menunjukkan saling percaya dengan
perhatian positif keluarga
kepada penerima - Berikan umpan balik
perawatan bagi keluarga terkait
- Pengetahuan kapan koping
menghubungi - Berikan sumber
profesional spritual bagi keluarga
keperawatan - Bantu keluarga untuk
- Percaya diri untuk mendapatkan
bisa mengelola pengetahuan,
keperawatan keterampilan dan alat
dirumah. yang diperlukan untuk
mendukung keputusan
keluarga terhadap
perawtan klien

5. Implementasi hasil kunjungan rumah


Diagnosa Implementasi Evaluasi
keperawatan
Kesiapan Sabtu, 15 Februari 2020 Sabtu, 15 Februari 2020
meningkatkan 18.00 WIB 18.00 WIB
pengetahuan a. Membina hubungan saling percaya S:
- Memperkenalkan diri dengan - Keluarga mengatakan
sopan mengerti dan paham
- Menanyakan nama keluarga tentang penyakit klien
- Membuat kontrak/persetujuan - Keluarga mengatakan
pertemuan ingin lebih
- Menerapkan teknik komunikasi memperhatikan klien
b. Mengenalkan pada keluarga masalah tentang pengobatannya
halusinasi dan cara mengontrolnya - Keluarga mengatakan
- Pengertian, tanda dan gejala, serta akan mengawasi pasien
cara mengontrol halusinasi saat minum obat
c. Mengenalkan pada keluarga - Keluarga mengatakan
mengenai peran keluarga dalam akan menerapkan cara
merawat pasien dirumah, dan sikap mengontrol halusinasi
keluarga setelah pasien dirumah. saat pasien sudah di
d. Membantu keluarga memutuskan rumah
tindakan
- Menganjurkan keluarga untuk O:
berdiskusi dengan klien dalam - Keluarga tampak
pembuatan jadwal kegiatan harian antusias saat mahasiswa
- Jangan membiarkan klien menjelaskan tentang
sendirian halusinasi
- Ajak klien untuk bercakap-cakap menggunakan media
- Ajak klien untuk melakukan leaflet
aktivitas - Keluarga dapat
e. Menjelaskan pada keluarga efek menerima mahasiswa
samping/akibat berhenti minum obat dengan baik
f. Menjelaskan pada keluarga untuk - Keluarga mampu
kontrol sebelum obat habis mengetahui masalah
g. Mengevaluasi kemampuan keluarga dan cara mengontrol
selama interaksi halusinasi klien
h. Rencana tindak lanjut - Keluarga mampu
- Mengingatkan keluarga dalam mengerti apa
merawat klien jika pulang pentingnya obat
- Mengingatkan keluarga untuk
melakukan kontrol rutin
- Mengingatkan keluarga untuk - Keluarga mampu
menunggui pasien saat minum menyampaikan kembali
obat cara mengontrol
i. Melakukan terminasi halusinasi
- Mengakhiri pertemuan - Keluarga mampu
- Berpamitan menyimpulkan materi
yang telah diberikan
oleh mahasiswa.
A:
- Masalah Kesiapan
meningkatkan
pengetahuan teratasi
P : Hentikan intervensi

H. Respon Keluarga Terhadap Pengenalan Masalah dan Terapi


Keluarga mengatakan sudah mengerti dengan apa yang dialami oleh Nn. A yaitu
halusinasi, dan dengan keadaan klien agar lebih sabar lagi membimbingnya dan akan
mencoba untuk memberi perhatian, mengajak klien beraktifitas dan melakukan
pengawasan dan pemberian obat dalam penyembuhan Nn. A dan melakukan kontrol
sesuai jadwal yang diberikan.
I. Kesimpulan
Keluarga Nn. A adalah keluarga yang secara ekonomi cukup. Keluarga Nn. A telah
mengerti terhadap apa yang dialami Nn. A. Adapun kekurangan dan kelebihannya antara
lain :
1. Kekurangan
- Keluarga sudah mengarahkan Nn. A karena Nn. A memiliki kebiasaan yang
kurang baik, sehingga keluarga susah untuk mengarahkan.
2. Kelebihan
- BHSP dengan keluarga tercapai
- Komunikasi berjalan dengan baik dan ada respon balik
- Diagnosa dan tujuan yang direncanakan tercapai
- Keluarga mengatakan bahwa adanya jadwal kegiatan untuk klien sangat bagus
- Keluarga mengatakan pentingnya obat dalam proses penyembuhan klien.
- Keluarga Ny. S sangat perhatian dengan Nn. A
J. Rencana Tindak Lanjut
Menganjurkan kepada keluarga serta memberikan bimbingan, motivasi dan jadwal
kegiatan sesuai kemampuan Nn. A untuk melakukan aktivitas. Dan selalu menggali
perkembangan kesehatan Nn. A.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai