Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAN

Pada bab ini akan di jelaskan tentang Konsep dasar dukungan keluarga, konsep dasar self

management diabetes mellitus, konsep dasar diabetes mellitus, kerangka konsep dan hipotesis

penelitian

2.1 Konsep Dasar Dukungan Keluarga

2.1.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah bagian terpenting di suatu keluarga. Karena dukungan keluarga

terhadap kesehatan dapat memberikan dampak yang baik bagi kesehatan (Sangian et al., 2017).

Dukungan keluarga pengaruh terbesar dari pemulihan pasien. Tidak adanya dukungan keluarga

yang didapatkan, maka keberhasilan penyembuhannya akan semakin kecil (Wardhani, 2018).

Dukungan keluarga memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan, dukungan keluarga sendiri

membentuk suatu hal yang bermanfaat untuk seseorang supaya bisa dipercaya oleh orang lain,

sehingga seseorang tersebut mengerti bahwa masih ada orang yang menghargai dan

memperhatikan (Artamia et al., 2019).

Jadi dapat di simpulkan bahwa dukungan keluarga salah satu unsur penting dalam

perawatan suatu penyakit khususnya penyakit diabetes mellitus dan salah satu strategi untuk

membantu tatalaksana penanganan penderita diabetes mellitus adalah dengan pendekatan orang

terdekat yaitu keluarga, secara umum orang yang menerima perhatian dan pertolongan yang

dibutuhkan dari orang terdekat cenderung mengikuti nasihat medis dari pada mereka yang tidak

mendapatkan dukungan keluarga sama sekali


2.1.2 Jenis Dukungan Keluarga

Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Terdapat empat indikator

dari dukungan keluarga yaitu (Suharyanto, 2019).

1) Dukungan emosional, bagi keluarga dukungan emosional berfungsi sebagai tempat istirahat

dan terapi dalam penguasaan emosional yang tinggi. Dukungan emosional melibatkan semua

perasaan (empati, kasih sayang, dan cinta), selain itu juga memberikan perhatian dan dukungan

emosional. Dengan semua sikap dan tingkah laku yang membuat perasaan seseorang nyaman

akan membuat individu untuk percaya bahwa ia dianggap ada, dihormati, dipuji dan dicintai

oleh keluarganya.

2) Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sumber informasi tentang dunia. Informasi

tersebut diberikan oleh keluarga dalam bentuk saran, nasehat dan diskusi tentang bagaimana

cara mengatasi atau memecahkan masalah yang ada.

3) Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkret.

Dukungan instrumental biasa diberikan secara langsung saperti bantuan material dengan

memberikan tempat tinggal, memberikan uang, dan saling membantu dalam pekerjaan rumah

sehari-hari.

4) Dukungan penghargaan, keluarga sebagai sistem pembimbing, membimbing dan memerantai

pemecahan masalah dan merupakan sumber yang melakukan validasi terhadap identitas

anggota. Dukungan penghargaan biasa dilakukan dengan ekspresi penghargaan yang positif

dan penilaian positif terhadap ide, perasaan dan performa anggota keluarga.

2.1.3 Sumber Dukungan Keluarga


Sumber dukungan keluarga ada tiga macam salah satunya yaitu sumber dukungan sosial

umum, sumber ini biasanya melibatkan jaringan informal yang spontan seperti dukungan

terorganisasi yang diarahkan oleh petugas kesehatan profesional, dan upaya yang dilakukan oleh

profesional kesehatan. Dukungan sosial keluarga selalu mengarah kepada dukungan sosial yang

dilihat oleh keluarga sebagai satu-satunya yang bisa diakses untuk keluarga, tetapi pada

kenyataannya dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti

dukungan dari suami atau istri, dukungan dari orang tua ke anak, dukungan dari saudara kandung

terhadap saudara kandung yang lainnya (Sutini, 2018).

2.1.4 Tujuan Dukungan Keluarga

Seseorang yang berada dalam lingkungan sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi

yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang kurang memiliki lingkungan sosial yang

suportif. Karena dukungan keluarga sendiri dapat mengurangi efek masalah dan meningkatkan

kesehatan mental individu dan keluarga secara langsung, dukungan keluarga merupakan salah

satu strategi yang penting dalam menghadapi stres yang dimiliki bagi keluarga, sehingga dapat

mengurangi efek negatif. Bantuan dari keluarga juga bisa dilakukan dengan bentuk bantuan

secara langsung, termasuk bantuan secara finansial misalnya, berbelanja kebutuhan sehari-hari,

uang untuk keperluan merawat anak, perawatan fisik lansia, berbagi dalam melakukan tugas

rumah tangga, dan bantuan selama masa krisis (Sutini, 2018).

2.1.5 Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan proses yang akan terjadi secara terus menerus dalam semua

tahap-tahap siklus kehidupan manusia. Namun dalam tahap siklus kehidupan secara keseluruhan.
Efek dari dukungan keluarga tersebut dapat meningkatkan adaptasi dan kesehatan keluarga. Efek

penyangga, dukungan keluarga menahan efek negatif dari stres terhadap kesehatan dan efek

utama (dukungan keluarga secara langsung mempengaruhi akibat dari kesehatan). Sesungguhnya

efek penyangga dan efek utama dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraan

boleh jadi berfungsi bersamaan (Lisa Oktiama, 2016).

2.1.6 Fungsi Dukungan Keluarga

Fungsi keluarga sendiri sudah dijelaskan oleh Friedman, (2010) dalam Hidayati,L &

Sutresno, R, Y., (2017).

1) Fungsi afektif

Fungsi ini berfungsi untuk memeprtahankan keperibadian serta memfasilitasi dalam hal

kestabilan keperibadian/ psikologis anggota keluarga lainnya. Fungsi ini merupakan fungsi dasar

dan paling dalam sebuah keluarga.

2) Fungsi sosial dan status sosial

Fungsi ini menggambarkan seberapa banyak keluarga dapat memberikan pengalaman belajar

terkait bagaimana menjalankan fungsi dan peran sosial. Fungsi ini juga mengajarkan terkait

kendali dan nilai-nilai dengan mengajarkan hal yang salah dan benar, ada nilai-nilai moral yang

diajarkan dan ditanamkan pada fungsi ini, sehingga fungsi ini merupakan pondasi dalam

keluarga.

3) Fungsi reproduksi
Salah satu fungsi dari keluarga adalah fungsi reproduksi, dimana fungsi ini dapat

menyediakan anggota baru didalam keluarga. Fungsi ini merupakan fungsi primer dalam

keluarga.

4) Fungsi ekonomi

Fungsi ini merupakan fungsi dimana keluarga dapat menyediakan sumber daya yang cukup

seperti kebutuhan finansial, ruang serta materi. Fungsi ini juga mencakup pemenuhan kebutuhan

sandang, pangan, papan, serta perawatan kesehatan yang adekuat.

5) Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi ini merupakan fungsi dimana keluarga menyediakan makanan, pakaian, tempat

tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya.

2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Faktor yang menjadi pengaruh dukungan keluarga adalah, faktor dari tingkat

pengetahuan keluarga yang semakin tinggi tingkatan pendidikannya, maka semakin tinggi pula

tingkat pengetahuan. Tingkat pendidikan keluarga mampu menjadi pengaruh terbesar terhadap

perilaku keluarga dalam meningkatkan kesehatan keluarga; Faktor emosi mampu mempengaruhi

kepercayaan seseorang terhadap dukungan keluarga serta dari penatalaksanaan terapinya; Faktor

tingkat sosial ekonomi, dimana orang tersebut mempunyai tingkat ekonomi tinggi maka tingkat

pengetahuan seseorang akan semakin tinggi juga status sosial, ekonomi dan kondisi kesehatanya

(Lisa Oktiama 2016).

2.1.8 Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes Mellitus


Keluarga merupakan salah satu support system yang dapat dimanfaatkan dalam pemberian

pelayanan keperawatan dan penatalaksanaan pasien diabetes mellitus. Dukungan dan perilaku

keluarga yang baik dapat mempengaruhi kepatuhan pasien diabetes mellitus dalam pengobatan

yang di jalani pasien. Seperti yang diungkapkan oleh Isworo (2019) bahwa faktor yang paling

dominan dalam mempengaruhi kadar gula darah adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga

sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan program pengobatan pasien diabetes mellitus. Perawat

yang bertugas memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien harus lebih banyak melibatkan

keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan (Setyawati, D & Yanto, A.,2017)

2.2 Konsep Self-Management

2.2.1 Pengertian Self-Management

Self-management suatu keterlibatan individu didalam kegiatan maupun praktek yang

bertujuan mempertahankan dan meningkatkan kesehatan atau didefinisikan dalam cara yang

berbedabeda, tetapi secara umum hal ini dideksripsikan sebagai kemampuan individu untuk

mengatur gejala-gejala, pengobatan, konsekuensi fisik dan psikis, dan perubahan gaya hidup

yang melekat pada kehidupan seseorang dengan penyakit kronis (Hidayati,L & Sutresno, R, Y.,

2017).

Self-management didefinisikan sebagai suatu konteks kesejahteraan keluarga yang menuju

kedinamisan dan berkelanjutan dalam hal kontrol diri, evaluasi, serta merubah perspektif

mengenai kondisi sakit menjadi sehat. Beberapa bukti saat ini menunjukkan bahwa individu

yang terlibat dalam perilaku self-management terbukti dapat meningkatkan kesehatan mereka.

Bentuk dasar dari self-management dan perawatan diabetes membutuhkan pengetahuan,

keterampilan, serta motifasi, karena program ini berisi modifikasi diet, monitoring dari kadar
glukosa dalam darah, peningkatan olahraga yang dilakukan, edukasi kesehatan dan

farmakologi/pengobatan . Jadi self-management adalah suatu program yang dapat meningkatkan

keterampilan yang dimiliki oleh pasien dengan diabetes mellitus dalam hal mengontrol dan

mengatur penyakit mereka (Hidayati,L & Sutresno, R, Y., 2017).

2.2.2 Self-Management Diabetes Mellitus

Self-management diabetes mellitus merupakan suatu tindakan individu dalam mengontrol

diabetes mellitus termasuk melakukan pengobatan dan pencegahan komplikasi. Tujuan self-

management yaitu untuk mencapai kadar glukosa darah optimal. Kemampuan untuk belajar,

dikombinasikan dengan kemauan untuk menerima tanggung jawab terhadap self-management

dapat menjadi faktor utama dalam menentukan prognosis diabetes mellitus, untuk jangka

panjang self-management pada diabetes mellitus telah didefinisikan sebagai proses evolusi

perkembangan pengetahuan atau kesadaran dengan belajar untuk bertahan hidup dengan sifat

kompleks dari diabetes mellitus dalam konteks sosial. Karena sebagian besar perawatan sehari-

hari pada diabetes mellitus ditangani oleh pasien atau keluarga, ada kebutuhan penting untuk

tindakan self-management diabetes mellitus (Mulyani, 2016)

2.2.3 Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Self-Management

Terdapat beberapa faktor dapat mempengaruhi self-management faktor eksternal dan faktor

internal dapat mempengaruhi self-management. Faktor eksternal meliputi kepatuhan penderita

terhadap self-management itu sendiri yang meliputi dukungan keluarga, kelompok sebaya, dan

tim medis yang dapat memberikan arahan yang dapat memberikan arahan, penghargaan serta

pengetahuan terkait penyakit yang mereka derita. Faktor internal terkait rintangan untuk

melakukan self-management itu sendiri seperti ketakutan untuk melakukan cek glukosa darah,
rendahnya kesadaran untuk mengontrol diri sendiri terkait kebiasaan makan, fikiran-fikran

terkait kegagalan dalam melakukan program, serta perasaan merasa kurangnya kontrol diri

terhadap control penyakitnya (Adwan & Najjar, 2017)

2.2.4 Penatalaksanaan Self-Management Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan Diabetes mellitus ada 5 indikator, 5 indikator tersebut dapat

mengendalikan kadar glukosa darah pada kasus diabetes mellitus (Perkeni, 2015). 5 indikator

tersebut meliputi : edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani, terapi farmakologi dan

pemantauan glukosa darah sendiri.

1) Perencanaan Makan

Prinsip perencanaan makan merupakan pengaturan pola makan pada status gizi penderita

diabetes mellitus. Manfaat dari perencanaan makan dapat menstabilkan berat badan penderita

diabetes mellitus, menstabilkan tekanan darah, menstabilkan kadar gula darah, meningkatkan

sensitivitas reseptor insulin, memperbaiki sistem koagulasi darah dan profil lipid. Perencanaan

makan ini bertujuan menstabilkan kadar glukosa dalam batas normal (Glukosa puasa 90-130

mg/dL, glukosa darah 2 jam setelah makan < 30/80 mmhg, pengandalian profil lipid (kolesterol

LDL 40 mg/dL dan Trigeliserida< 150mg/dL), dan mencapai berat badan yang stabil/normal

(PERKENI, 2021).

2) Latihan Jasmani

Olahraga mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin di membran plasma sehingga dapat

menurunkan kadar glukosa darah. Latihan jasmani yang rutin memelihara berat badan yang

stabil dengan indeks massa tubuh (BMI)≤25. Manfaat latihan jasmani adalah menurunkan kadar

glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot, mengubah kadar lemak darah yaitu

meningkatkan kadar HDL-Kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida

(Damayanti, 2018)

Latihan jasmani merupakan salah satu indikator pengelolaan diabetes mellitus. Latihan

jasmani merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan anggota gerak tubuh

lainnya yang memerlukan energi disebut dengan latihan jasmani. Latihan jasmani yang

dilakukan setiap hari dan teratur (3-4 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30-45 menit)

merupakan salah satu indikator dalam pengendalian diabetes mellitus. Latihan jasmani sebaiknya

disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

3) Monitoring kadar glukosa darah

Pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM) merupakan pemeriksaan glukosa darah secara

berkala yang dapat dilakukan oleh kasus DM yang telah mendapatkan edukasi dari tenaga

kesehatan terlatih. PGDM dapat memberikan informasi tentang variabilitas glukosa darah harian

seperti glukosa darah setiap sebelum makan, satu atau dua jam setelah makan, atau sewaktu-

waktu pada kondisi tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa PGDM mampu memperbaiki

pencapaian kendali glukosa darah, menurunkan morbiditas, mortalitas serta menghemat biaya

kesehatan jangka panjang yang terkait dengan komplikasi akut maupun kronik (Perkeni, 2019).

4) Farmakologi/Pengobatan

Terapi farmakologi diberikan jika kadar gula darah yang di targetkan belum tercapai dengan

perencanaan diabetes mellitus sebelumnya. Berdasarkan cara kerja, Obat Hipoglikemia Oral

(OHO) dibagi menjadi 3 golongan yang pertama untuk memicu produksi insulin, meningkatkan

kerja insulin (sensitivitas terhadap insulin) dan penghambat enzim alfa glukosidase Damayanti

(2018).
Golongan cara kerja Obat Hipoglikemia Oral (OHO) yang pertama untuk Memicu produksi

insulin, obat yang di gunakan untuk memicu produksi insulin terdapat 2 golongan yaitu

sulfonilurea dan glinid meglinitide. Obat golongan sulfonylurea merupakan obat yang kerjanya

cukup rumit, bekerja pada sel beta pankreas untuk meningkatkan produksi insulin sebelum

maupun sesudah makan. Sulfonilurea digunakan untuk penderita diabetes mellitus yang tidak

gemuk dimana kerusakan utama adalah terganggunya produksi insulin. Adapun obat yang

golongan Glinid Meglinitide merupakan bagian dari golongan yang meningkatkan produksi

insulin (selain sulfonilurea), maka dari itu ia membutuhkan sel beta yang masih berfungsi dengan

baik.

Kemudian yang kedua untuk meningkatkan kerja insulin (sensitivitas terhadap insulin). Obat

yang di gunakan untuk di bagi menjadi 3 golongan yaitu biguanid metformin, tiazolidinedion dan

rosiglitazone. Obat golongan biguanid metformin merupakan obat yang digunakan pada

penderita diabetes mellitus gemuk yang mengalami penurunan kerja insulin, adapun yang jenis

tiazolidinedion terdapat 2 iazolidinedion yaitu rosiglitazon dan pioglitazone, bat golongan ini

memperbaiki kadar glukosa darah dan menurunkan hiperinsulinaemia, dan yang terakhir

rosiglitazone ini merupakan obat golongan yang dapat dikombinasikan dengan metformin pada

penderita diabetes mellitus yang gagal mencapai target kontrol glukosa darah dengan pengaturan

makan dan olahraga.

Kemudia yang terakhir atau yang ketiga Penghambat enzim alfa glukosidase Enzim alfa-

glukosidase seperti akarbose, menghambat penyerapan karbohidrat dengan menghambat enzim

disakarida di usus (enzim ini bertanggung jawab dalam pencernaan karbohidrat). Obat ini dapat

menurunkan kadar glukosa darah setelah makan.

5) Edukasi
Edukasi merupakan tujuan promosi hidup sehat, sehingga harus dilakuakan sebagai upaya

pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting bagi pengelolaan glukosa darah pada

kasus diabetes mellitus secara holistik. Edukasi dapat menyiapkan pasien terkait penyakitnya dan

bagaimana pasien harus berprilaku, memberikan pengetahuan bagaimana cara merubaha gaya

hidup harapan dari edukasi ini adalah agar pasien dapat lebih memahami terkait penyakitnya dan

dapat berperan aktif dalam perawatan diabetes mellitus. Pengetahuan serta pemahaman yang

baik merupakan komponen terpenting untuk memberikan kesadaran pada pasien mengenai self-

management pada penyakit mereka (Hidayati,L & Sutresno, R, Y., 2017).

Pengelolaan kadar glukosa pada kasus diabetes mellitus dapat dikatakan berhasil jika

didukung oleh partisipasi aktif kasus, keluarga. Untuk mencapai keberhasilan perubahan prilaku,

dibutuhkan edukasi yang komprehensif yang meliputi pemahaman tentang penyakit diabetes

mellitus, makna dan perlunya pengendalian serta pemantauan diabetes mellitus, penyulit diabetes

mellitus, intervensi farmakologis dan non-farmakologis, hipoglikemia, masalah khusus yang

dialami, cara mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan ketrampilan, cara

mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan

Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti

perubahan prilaku yang berhasil. Adapun prilaku yang diinginkan antara lain. Mengikuti pola

makan sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat diabetes pada keadaan khusus

secara aman dan teratur, melakukan pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM).

2.3 Konsep Diabetes Mellitus

2.3.1 Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan insulin baik

absolut maupun relative (Manurung, 2018). Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia, yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin, atau keduanya. (Widiastuti, 2020). Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang

ditandai dengan kenaikan kadar gula darah pada tubuh, karena terganggunya hormon insulin

yang berfungsi untuk menjaga homeostasis tubuh dengan cara penurunan kadar gula darah

(American Diabetes Association, 2017).

Jadi dapat di simpulkan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan

multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah yang di sebabkan oleh gagalnya

organ pankreas memproduksi jumlah hormon insulin secara memadai sehingga menyebabkan

peningkatan kadar glukosa dalam darah.

2.3.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA), ( 2018) diabetes dapat diklasifikasikan ke

dalam kategori umum sebagai berikut :

1) Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena reaksi autoimun dimana sistem pertahanan tubuh

menyerang pada sel beta pankreas, sehingga sel beta mengalami kerusakan dan mengakibatkan

tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang dibutuhkan.

2) Diabetes Mellitus Tipe 2


Pada diabetes mellitus tipe 2 tubuh masih mampu memproduksi insulin namun resisten

terhadap insulin itu sendiri sehingga insulin tidak efektif. Keadaan tersebut menyebabkan kadar

gula darah meningkat. diabetes mellitus tipe 2 paling sering terjadi pada orang dewasa dan yang

mengalami obesitas.

3) Diabetes Gastasional

Diabetes mellitus ini biasanya sering terjadi ketika sedang berada pada masa kehamilan dan

didapati pertama kali pada kehamilan trimester dua dan tiga.

4) Diabetes Tipe Spesifik lain

Diabetes mellitus tipe spesifik lain disebabkan karena adanya etiologi lain selain diabetes

mellitus tipe 1, tipe 2, dan gestasional misalnya sindrom diabetes monogenic seperti diabetes

neonatal, penyakit eksokrin pankreas seperti cystic fibrosis dan pancreatitis serta diabetes yang

diakibatkan oleh penggunaan obat atau bahan kimia (seperti penggunaan glukokortikoiddalam

pengobatan HIV/AIDS)

2.3.3 Faktor Resiko Diabetes Mellitus

Menurut (Nuraisyah, 2018) faktor resiko diabetes mellitus terdapat dua yaitu faktor risiko

yang sifatnya bisa diubah dan faktor risiko yang tak dapat di ubah. Faktor resiko yang bisa

diubah seperti gaya hidup, obesitas, stress, tekanan darah (Hipertensi)

1) Gaya hidup

Gaya hidup (Life Style) merupakan perilaku seseorang yang dilakukan dalam aktivitas sehari-

hari. Makanan cepat saji (junk food), kurangnya aktivitas (olah raga) dan minum-minuman yang

bersoda merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya diabetes mellitus


2) Obesitas

Obesitas adalah peningkatan lemak pada tubuh yang berlebihan. Obesitas merupakan salah

satu faktor risiko utama terjadinya penyakit diabetes mellitus. Obesitas dapat membuat sel tidak

sensitif terhadap insulin (resisten insulin). Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka

semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul di daerah perut

(central obesity). Mengontrol berat badan penting dalam kestabilan diabetes mellitus dan

pencegahan pemicu menjadi diabetes mellitus. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan cara yang

sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa kususnya berkaitan dengan kelebihan atau

kekurang berat badan. Perhitungan berat badan ideal sesuai dengan IMT.

3) Stress

Stress merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan

tuntutan hidup. Cemas, takut, malu, serta marah merupakan bentuk emosi dari dalam diri

individu. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap peningkatan glukosa darah meskipun telah

melakukan upaya latihan fisik, diet, maupun pemakaian obat diabetes mellitus (OAD) dengan

teratur.

4) Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah melebihi batas normal.

Dikatakan tekanan darah tinggi jika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah

diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi adalah kondisi yang terjadi ketika sejumlah darah dipompakan

oleh jantung, melebihi kemampuan yang dapat ditampung dinding arteri (Purwono et al., 2020).

Faktor resiko yang tidak dapat di rubah seperti usia dan genetik

1) Usia
Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena diabetes mellitus. diabetes

mellitus terjadi pada orang dewasa paling sering terjadi pada usia ≥ 45 tahun. Meningkatnya

risiko diabetes mellitus seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan

fungsi fisiologis tubuh, diabetes yang terjadi pada lansia rata-rata diabetes mellitus tipe II. Usia

adalah faktor yang tidak bisa diubah, oleh sebab itu individu yang sudah memiliki usia di atas 40

tahun rutin untuk melaksanakan pengaturan diet, latihan fisik, pengecekan kadar gula darah agar

gula darah dalam tubuh tetap dalam batas normal/stabil.

2) Genetik

Seorang anak dengan orang tua penderita diabetes mellitus dapat di warisi gen penyebab

diabetes mellitus. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa risiko seorang terkena penyakit

diabetes mellitus akan mempunyai resiko tinggi ketika ibunya memiliki penyakit diabetes

mellitus. Resiko terbesar bagi anak terserang diabetes jika salah satu atau kedua orang tua

mengalami diabetes sebelum berumur 40 tahun. Jadi dapat di simpulkan bahwa genetik salah

satu faktor pemicu terbesar terjadinya diabetes mellitus.

2.3.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Patofisiologi diabetes melitus dapat diawali dari penurunan jumlah insulin yang

menyebabkan glukosa sel menurun atau tidak ada sama sekali, sehingga energi di dalam sel

untuk metabolisme seluler berkurang, kondisi tersebut direspon tubuh dengan meningkatkan

kadar glukosa darah respon tersebut antara lain sensasi lapar, mekanisme lipohisis dan

gluconeogenesis jika respon tersebut terjadi berkepanjangan maka tubuh mengalami penurunan

protein jaringan dan menghasilkan benda keton kondisi ini dapat mengakibatkan ketosis dan

ketoasidosis (Huang 2018)


Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai

kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbulnya

polidipsi. Karena glukosa yang keluar bersama urin cenderung akan menimbulkan polifagi.

Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga menjadi cepat lelah dan

mengantuk disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan berkurangnya

penggunaan karbohidrat untuk energi (Manurung, 2018).

2.3.5 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Manifestasi diabetes mellitus tergantung tingkat hiperglikemia yang dialami oleh

penederita diabetes mellitus. Manifestasi klinis dikaitkan dengan konsekuensi metabolik

defisiensi insulin. Seseorang dengan defisiensi insulin, tidak dapat mempertahankan kadar gula

darah puasa dengan normal. Tanda dan gejala sangat dirasakan adalah kepala sakit, mata

kunang-kunang, rasa haus, rasa mengantuk, rasa lapar, meriang, badan lemas dan sering buang

air kecil (Infus, 2019).

Tanda dan gejala lain diabetes mellitus antara lain yaitu cepat haus (polidipsia). Jika terjadi

hiperglikemia berat dan melebihi batas ambang ginjal, maka timbul glikosuria. Glikosuria

mengakibatkan diuresi osmotik, meningkatkan pengeluaran urin sering berkemih, keadaan ini

justru sering disalah tafsirkan, dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja

yang berat (poliuria), dan mengantuk secara berlebihan, karena glukosa hilang bersama urin

maka, akan mengalami keseimbangan kalori dan berat badan berkurang. Rasa cepat lapar yang

semakin besar (polifagia) sebagai akibat kehilangan kalori. Penurunan berat badan yang dalam

waktu relative menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga kemudian

terjadi penurunan berat badan (Damayanti, 2018)

2.3.6 Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi diabetes mellitus ada dua komplikasi akut dan komplikasi kronis( Damayanti,

2018). Komplikasi akut, terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan akut kadar gula darah yaitu

hipoglikemia, diabetik ketoasidosis dan hiperglikemia, hiperosmolar non ketosis. Hipoglikemia

berarti kadar glukosa darah dibawah normal. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes

mellitus yang terjadi secara berulang dan dapat memperparah penyakit diabetes mellitus bahkan

bisa menyebabkan kematian. Hipoglikemia diabetes (insulin reaction) terjadi karena peningkatan

insulin dalam darah dan penurunan kadar glukosa darah yang diakibatkan oleh terapi insulin

yang tidak adekuat.

Komplikasi Kronis, komplikasi kronis terdiri dari komplikasi makrovaskuler,

mikrovaskuler. Komplikasi makrovaskuler ini diakibatkan karena ada perubahan ukuran

diameter pembuluh darah. Pembuluh darah menjadi menebal, sklerosis dan timbul sumbatan

(occlusion) akibat plaque yang menempel. Komplikasi makrovaskuler yang paling sering terjadi

adalah: penyakit arteri koroner, penyakit cerebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer,

kemudian komplikasi mikrovaskular perubahan mikrovaskuler melibatkan kelainan struktur

dalam membran pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan pada pembuluh darah ini

menyebabkan dinding pembuluh darah menebal, dan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan,

komplikasi mikrovaskuler yang terjadi di retina menyebabkan retinopati diabetik dan di ginjal

menyebabkan nefropati diabetik.


2.3.7 Pencegahan Diabetes Mellitus

Cara untuk melakukan pencegahan diabetes mellitus ada 3 cara pencegahan diabetes

mellitus pencegahan primer, sekuder dan tersier (Manurung, 2018).

Pencegahan primer, pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan pada orang-

orang kelompok resiko tinggi yaitu individu yang belum menderita tetapi berpotensi/berpeluang

untuk menderita diabetes mellitus. Penyuluhan sangat penting dalam upaya pencegahan diabetes

mellitus.

Pencegahan sekunder upaya mencegah timbulnya penyakit pada pasien yang telah

menderita diabetes mellitus dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan

deteksi dini sejak awal penyakit diabetes mellitus. Salah satunya yang sering terjadi merupakan

penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian pada pasien diabetes

mellitus. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan

1) Skrining

Skrinning merupakan bentuk deteksi dini untuk penyakit yang berdampak besar bagi hidup

dan cara ini dilakukan dengan menggunakan tes urin dan kadar gula darah puasa. Skrinning

direkomendasikan untuk, orang- yang mempunyai keluarga diabetes mellitus, orang-orang

dengan kadar gula darah abnormal pada saat hamil, orang-orang yang mempunyai gangguan

vaskuler, orang-orang gemuk.

2) Pengobatan

Pengobatan dilakukan dengan cara perencanaan diet atau terapi nutrisi medis yang

merupakan pengobatan utama dan dilakukan bersama latihan jasmani dan kegiatan fisik, jika
ternyata gagal maka diperlukan penambahan obat. Obat hipoglikemik oral hanya bisa digunakan

pelapisan insulin dari sel beta pankreas atau pengambilan glukosa oleh jaringan perifer.

3) Diet

Diet merupakan penatalaksanaan yang penting diabetes mellitus. Makanan yang masuk harus

dibagi secara merata sepanjang hari dikarenakan sangat penting bagi pasien yang menerima

insulin dikordinasikan antara makanan yang masuk dengan aktivitas insulin. Modifikasi dari

faktor resiko sebaiknya menjaga berat badan, menjaga tekanan darah, kadar kolesterol, berhenti

merokok, membiasakan diri untuk hidup sehat, dan membiasakan diri untuk berolahraga secara

teratur, istirahat yang cukup.

Pencegahan tersier, pencegahan tersier dilakukan pada kelompok yang penyandang diabetes

mellitus yang mengalami kesulitan dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan. Pada upaya

pencegahan ini tetap dilakukan penyuluhan bagi pasien dan keluarga dengan materi penyuluhan

upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai status kesehatan yang optimal.

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu konseptual yang menjelaskan secara teoritis/keseluruan

atau konsep pertautan antara variable-variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2017).
Kerangka konseptual penelitian yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Faktor yang mempengaruhi self-


management

1. Faktor eksternal
a.Kepatuhan terhadap self- Indikator Dukungan
management Keluarga
Keterangan : Self-management
1. Dukungan
b. Dukungan keluarga pasien diabetes
: Diteliti Emosioanal
: Penghubung
2. Dukungan mellitus
c. Dukungan teman sebaya
Informasi
d. Dukungan tim medis
: Tidak diteliti
yang memberikan arahan 3. Dukungan
Instrumental Indikator Self-
serta pengetahuan
4. Dukungan Management
2. Faktor Internal Penghargaan
a. Ketakutan dalam 1. Diit yang tepat
mengontrol gula dar 2. Aktifitas fisik
ah yang cukup
b. Kesadarah mengontrol 3. Edukasi
diri 4. Konsumsi
obat/farmakolo
gi
5. Control gula
darah secara
teratur
Keterangan

: Diteliti : Penghubung

: Tidak diteliti : Pengaruh

Gambar 2.1 : Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self-

Management Diabetees Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Karanggeneng.

Dari kerangka konsep diatas dapat di jelaskan ada faktor-faktor yang mempengaruhi self-

management diabetes mellitus yaitu Faktor Eksternal dan Faktor Internal. Faktor Eksternal

merupakan kepatuhan terhadap self-management, dukungan keluarga, dukungan teman sebanya

dan dukungan tim medis yang memberikan arahan serta pengetahuan. Faktor Internal, berupa
rintangan untuk melakukan self-management seperti ketakutan dalam melakukan cek gula darah

dan rendahnya kesadaran untuk mengontrol diri. Salah satu faktor yang berkontribusi cukup

besar dalam self-management penderita diabetes mellitus adalah dukungan keluarga, dukungan

keluarga adalah bagian terpenting disuatu keluarga karena dukungan keluarga terhadap

kesehatan dapat memberikan dampak yang baik bagi kesehatan. Dukungan keluarga mempunyai

4 indikator, dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental dan dukungan

penghargaan. Dukungan emosional berfungsi sebagai tempat istirahat dan terapi dalam

penguasaan emosional yang tinggi, kemudian dukungan informasi berfungsi sebagai sumber

informasi tentang saran, nasehat, diskusi tentang bagaimana cara memecahkan masalah yang

ada, kemudian dukungan instrumental dukungan ini biasanya diberikan secara langsung seperti

bantuan material dengan memberikan uang, tempat tinggal dan saling membantu dalam

pekerjaan sehari-hari, dan yang terakhir adalah dukungan penghargaan dukungan ini biasa di

lakukan dengan ekspresi penghargaan yang positif dan penilaian yang positif terhadap ide

perasaan dan peforma anggota keluarga.

Kemudian dukungan keluarga mempengaruhi self-management diabetes mellitus, self-

management diabetes mellitus mempunyai 5 indikator meliputi terapi nutrisi, terapi aktifitas

yang cukup, edukasi, konsumsi obat/farmakologi dan control/cek gula darah secara teratur.

Terapi nutrisi salah satu pilar pengelolaan diabetes yaitu dengan terapi nutrisi atau merencanakan

pola makanan agar tidak meningkatkan indeks glikemik kasus diabetes mellitus, kemudian terapi

akifitas merupakan salah satu pilar pengelolaan diabetes mellitus. terapi aktivitas merupakan

suatu gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan anggota gerak tubuh lainnya yang memerlukan

energi disebut dengan terapi aktivitas . Terapi aktivitas yang dilakukan setiap hari dan teratur (3-

4 kali seminggu selama kurang lebih 30-45 menit) merupakan salah satu pilar dalam
pengendalian diabetes mellitus, kemudian edukasi merupakan tujuan promosi hidup sehat,

sehingga harus dilakuakan sebagai upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat

penting bagi pengelolaan glukosa darah pada kasus diabetes mellitus secara holistic, kemudian

farmakologi di berikan jika kadar glukosa darah belum sesuai target penderita dan yang terakhir

kontrol gula darah pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM) merupakan pemeriksaan glukosa

darah secara berkala yang dapat dilakukan oleh kasus diabetes mellitus yang telah mendapatkan

edukasi dari tenaga kesehatan terlatih.

Pada penelitian ini terdapat 2 variabel, variable independen dan variable dependen, variable

independen yaitu dukungan keleuarga yang terdiri dari : pengertian dukungan keluarga, jenis

dukungan keluarga, sumber dukungan keluarga, tujuan dukungan keluarga, manfaat dukungan

keluarga, fator-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga dan dukungan keluarga pada

penderita diabetes mellitus. Kemudian variable dependen yaitu self-management diabetes

mellitus yang terdiri dari : pengertian self-management, pengertian self-management diabetes

mellitus dan penatalaksanaan self-management diabetes mellitus, dalam penelitian ini peneliti

menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan self-management diabetes mellitus di

Wilayah Kerja Puskesmas Karanggeneng.

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumasan masalah penelitian, rumusan masalah

ini telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2017).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Adanya hubungan dukungan keluarga dengan self-management diabetes mellitus di

Wilayah Kerja Puskesmas Karanggeneng

Anda mungkin juga menyukai