TINJAUAN KEPUSTAKAN
Pada bab ini akan di jelaskan tentang Konsep dasar dukungan keluarga, konsep dasar self
management diabetes mellitus, konsep dasar diabetes mellitus, kerangka konsep dan hipotesis
penelitian
Dukungan keluarga adalah bagian terpenting di suatu keluarga. Karena dukungan keluarga
terhadap kesehatan dapat memberikan dampak yang baik bagi kesehatan (Sangian et al., 2017).
Dukungan keluarga pengaruh terbesar dari pemulihan pasien. Tidak adanya dukungan keluarga
yang didapatkan, maka keberhasilan penyembuhannya akan semakin kecil (Wardhani, 2018).
Dukungan keluarga memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan, dukungan keluarga sendiri
membentuk suatu hal yang bermanfaat untuk seseorang supaya bisa dipercaya oleh orang lain,
sehingga seseorang tersebut mengerti bahwa masih ada orang yang menghargai dan
Jadi dapat di simpulkan bahwa dukungan keluarga salah satu unsur penting dalam
perawatan suatu penyakit khususnya penyakit diabetes mellitus dan salah satu strategi untuk
membantu tatalaksana penanganan penderita diabetes mellitus adalah dengan pendekatan orang
terdekat yaitu keluarga, secara umum orang yang menerima perhatian dan pertolongan yang
dibutuhkan dari orang terdekat cenderung mengikuti nasihat medis dari pada mereka yang tidak
Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Terdapat empat indikator
1) Dukungan emosional, bagi keluarga dukungan emosional berfungsi sebagai tempat istirahat
dan terapi dalam penguasaan emosional yang tinggi. Dukungan emosional melibatkan semua
perasaan (empati, kasih sayang, dan cinta), selain itu juga memberikan perhatian dan dukungan
emosional. Dengan semua sikap dan tingkah laku yang membuat perasaan seseorang nyaman
akan membuat individu untuk percaya bahwa ia dianggap ada, dihormati, dipuji dan dicintai
oleh keluarganya.
2) Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sumber informasi tentang dunia. Informasi
tersebut diberikan oleh keluarga dalam bentuk saran, nasehat dan diskusi tentang bagaimana
3) Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkret.
Dukungan instrumental biasa diberikan secara langsung saperti bantuan material dengan
memberikan tempat tinggal, memberikan uang, dan saling membantu dalam pekerjaan rumah
sehari-hari.
pemecahan masalah dan merupakan sumber yang melakukan validasi terhadap identitas
anggota. Dukungan penghargaan biasa dilakukan dengan ekspresi penghargaan yang positif
dan penilaian positif terhadap ide, perasaan dan performa anggota keluarga.
umum, sumber ini biasanya melibatkan jaringan informal yang spontan seperti dukungan
terorganisasi yang diarahkan oleh petugas kesehatan profesional, dan upaya yang dilakukan oleh
profesional kesehatan. Dukungan sosial keluarga selalu mengarah kepada dukungan sosial yang
dilihat oleh keluarga sebagai satu-satunya yang bisa diakses untuk keluarga, tetapi pada
kenyataannya dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti
dukungan dari suami atau istri, dukungan dari orang tua ke anak, dukungan dari saudara kandung
Seseorang yang berada dalam lingkungan sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi
yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang kurang memiliki lingkungan sosial yang
suportif. Karena dukungan keluarga sendiri dapat mengurangi efek masalah dan meningkatkan
kesehatan mental individu dan keluarga secara langsung, dukungan keluarga merupakan salah
satu strategi yang penting dalam menghadapi stres yang dimiliki bagi keluarga, sehingga dapat
mengurangi efek negatif. Bantuan dari keluarga juga bisa dilakukan dengan bentuk bantuan
secara langsung, termasuk bantuan secara finansial misalnya, berbelanja kebutuhan sehari-hari,
uang untuk keperluan merawat anak, perawatan fisik lansia, berbagi dalam melakukan tugas
Dukungan keluarga merupakan proses yang akan terjadi secara terus menerus dalam semua
tahap-tahap siklus kehidupan manusia. Namun dalam tahap siklus kehidupan secara keseluruhan.
Efek dari dukungan keluarga tersebut dapat meningkatkan adaptasi dan kesehatan keluarga. Efek
penyangga, dukungan keluarga menahan efek negatif dari stres terhadap kesehatan dan efek
utama (dukungan keluarga secara langsung mempengaruhi akibat dari kesehatan). Sesungguhnya
efek penyangga dan efek utama dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraan
Fungsi keluarga sendiri sudah dijelaskan oleh Friedman, (2010) dalam Hidayati,L &
1) Fungsi afektif
Fungsi ini berfungsi untuk memeprtahankan keperibadian serta memfasilitasi dalam hal
kestabilan keperibadian/ psikologis anggota keluarga lainnya. Fungsi ini merupakan fungsi dasar
Fungsi ini menggambarkan seberapa banyak keluarga dapat memberikan pengalaman belajar
terkait bagaimana menjalankan fungsi dan peran sosial. Fungsi ini juga mengajarkan terkait
kendali dan nilai-nilai dengan mengajarkan hal yang salah dan benar, ada nilai-nilai moral yang
diajarkan dan ditanamkan pada fungsi ini, sehingga fungsi ini merupakan pondasi dalam
keluarga.
3) Fungsi reproduksi
Salah satu fungsi dari keluarga adalah fungsi reproduksi, dimana fungsi ini dapat
menyediakan anggota baru didalam keluarga. Fungsi ini merupakan fungsi primer dalam
keluarga.
4) Fungsi ekonomi
Fungsi ini merupakan fungsi dimana keluarga dapat menyediakan sumber daya yang cukup
seperti kebutuhan finansial, ruang serta materi. Fungsi ini juga mencakup pemenuhan kebutuhan
Fungsi ini merupakan fungsi dimana keluarga menyediakan makanan, pakaian, tempat
Faktor yang menjadi pengaruh dukungan keluarga adalah, faktor dari tingkat
pengetahuan keluarga yang semakin tinggi tingkatan pendidikannya, maka semakin tinggi pula
tingkat pengetahuan. Tingkat pendidikan keluarga mampu menjadi pengaruh terbesar terhadap
perilaku keluarga dalam meningkatkan kesehatan keluarga; Faktor emosi mampu mempengaruhi
kepercayaan seseorang terhadap dukungan keluarga serta dari penatalaksanaan terapinya; Faktor
tingkat sosial ekonomi, dimana orang tersebut mempunyai tingkat ekonomi tinggi maka tingkat
pengetahuan seseorang akan semakin tinggi juga status sosial, ekonomi dan kondisi kesehatanya
pelayanan keperawatan dan penatalaksanaan pasien diabetes mellitus. Dukungan dan perilaku
keluarga yang baik dapat mempengaruhi kepatuhan pasien diabetes mellitus dalam pengobatan
yang di jalani pasien. Seperti yang diungkapkan oleh Isworo (2019) bahwa faktor yang paling
dominan dalam mempengaruhi kadar gula darah adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga
sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan program pengobatan pasien diabetes mellitus. Perawat
yang bertugas memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien harus lebih banyak melibatkan
bertujuan mempertahankan dan meningkatkan kesehatan atau didefinisikan dalam cara yang
berbedabeda, tetapi secara umum hal ini dideksripsikan sebagai kemampuan individu untuk
mengatur gejala-gejala, pengobatan, konsekuensi fisik dan psikis, dan perubahan gaya hidup
yang melekat pada kehidupan seseorang dengan penyakit kronis (Hidayati,L & Sutresno, R, Y.,
2017).
kedinamisan dan berkelanjutan dalam hal kontrol diri, evaluasi, serta merubah perspektif
mengenai kondisi sakit menjadi sehat. Beberapa bukti saat ini menunjukkan bahwa individu
yang terlibat dalam perilaku self-management terbukti dapat meningkatkan kesehatan mereka.
keterampilan, serta motifasi, karena program ini berisi modifikasi diet, monitoring dari kadar
glukosa dalam darah, peningkatan olahraga yang dilakukan, edukasi kesehatan dan
keterampilan yang dimiliki oleh pasien dengan diabetes mellitus dalam hal mengontrol dan
diabetes mellitus termasuk melakukan pengobatan dan pencegahan komplikasi. Tujuan self-
management yaitu untuk mencapai kadar glukosa darah optimal. Kemampuan untuk belajar,
dapat menjadi faktor utama dalam menentukan prognosis diabetes mellitus, untuk jangka
panjang self-management pada diabetes mellitus telah didefinisikan sebagai proses evolusi
perkembangan pengetahuan atau kesadaran dengan belajar untuk bertahan hidup dengan sifat
kompleks dari diabetes mellitus dalam konteks sosial. Karena sebagian besar perawatan sehari-
hari pada diabetes mellitus ditangani oleh pasien atau keluarga, ada kebutuhan penting untuk
Terdapat beberapa faktor dapat mempengaruhi self-management faktor eksternal dan faktor
terhadap self-management itu sendiri yang meliputi dukungan keluarga, kelompok sebaya, dan
tim medis yang dapat memberikan arahan yang dapat memberikan arahan, penghargaan serta
pengetahuan terkait penyakit yang mereka derita. Faktor internal terkait rintangan untuk
melakukan self-management itu sendiri seperti ketakutan untuk melakukan cek glukosa darah,
rendahnya kesadaran untuk mengontrol diri sendiri terkait kebiasaan makan, fikiran-fikran
terkait kegagalan dalam melakukan program, serta perasaan merasa kurangnya kontrol diri
mengendalikan kadar glukosa darah pada kasus diabetes mellitus (Perkeni, 2015). 5 indikator
tersebut meliputi : edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani, terapi farmakologi dan
1) Perencanaan Makan
Prinsip perencanaan makan merupakan pengaturan pola makan pada status gizi penderita
diabetes mellitus. Manfaat dari perencanaan makan dapat menstabilkan berat badan penderita
diabetes mellitus, menstabilkan tekanan darah, menstabilkan kadar gula darah, meningkatkan
sensitivitas reseptor insulin, memperbaiki sistem koagulasi darah dan profil lipid. Perencanaan
makan ini bertujuan menstabilkan kadar glukosa dalam batas normal (Glukosa puasa 90-130
mg/dL, glukosa darah 2 jam setelah makan < 30/80 mmhg, pengandalian profil lipid (kolesterol
LDL 40 mg/dL dan Trigeliserida< 150mg/dL), dan mencapai berat badan yang stabil/normal
(PERKENI, 2021).
2) Latihan Jasmani
Olahraga mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin di membran plasma sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Latihan jasmani yang rutin memelihara berat badan yang
stabil dengan indeks massa tubuh (BMI)≤25. Manfaat latihan jasmani adalah menurunkan kadar
glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot, mengubah kadar lemak darah yaitu
meningkatkan kadar HDL-Kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida
(Damayanti, 2018)
Latihan jasmani merupakan salah satu indikator pengelolaan diabetes mellitus. Latihan
jasmani merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan anggota gerak tubuh
lainnya yang memerlukan energi disebut dengan latihan jasmani. Latihan jasmani yang
dilakukan setiap hari dan teratur (3-4 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30-45 menit)
merupakan salah satu indikator dalam pengendalian diabetes mellitus. Latihan jasmani sebaiknya
Pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM) merupakan pemeriksaan glukosa darah secara
berkala yang dapat dilakukan oleh kasus DM yang telah mendapatkan edukasi dari tenaga
kesehatan terlatih. PGDM dapat memberikan informasi tentang variabilitas glukosa darah harian
seperti glukosa darah setiap sebelum makan, satu atau dua jam setelah makan, atau sewaktu-
waktu pada kondisi tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa PGDM mampu memperbaiki
pencapaian kendali glukosa darah, menurunkan morbiditas, mortalitas serta menghemat biaya
kesehatan jangka panjang yang terkait dengan komplikasi akut maupun kronik (Perkeni, 2019).
4) Farmakologi/Pengobatan
Terapi farmakologi diberikan jika kadar gula darah yang di targetkan belum tercapai dengan
perencanaan diabetes mellitus sebelumnya. Berdasarkan cara kerja, Obat Hipoglikemia Oral
(OHO) dibagi menjadi 3 golongan yang pertama untuk memicu produksi insulin, meningkatkan
kerja insulin (sensitivitas terhadap insulin) dan penghambat enzim alfa glukosidase Damayanti
(2018).
Golongan cara kerja Obat Hipoglikemia Oral (OHO) yang pertama untuk Memicu produksi
insulin, obat yang di gunakan untuk memicu produksi insulin terdapat 2 golongan yaitu
sulfonilurea dan glinid meglinitide. Obat golongan sulfonylurea merupakan obat yang kerjanya
cukup rumit, bekerja pada sel beta pankreas untuk meningkatkan produksi insulin sebelum
maupun sesudah makan. Sulfonilurea digunakan untuk penderita diabetes mellitus yang tidak
gemuk dimana kerusakan utama adalah terganggunya produksi insulin. Adapun obat yang
golongan Glinid Meglinitide merupakan bagian dari golongan yang meningkatkan produksi
insulin (selain sulfonilurea), maka dari itu ia membutuhkan sel beta yang masih berfungsi dengan
baik.
Kemudian yang kedua untuk meningkatkan kerja insulin (sensitivitas terhadap insulin). Obat
yang di gunakan untuk di bagi menjadi 3 golongan yaitu biguanid metformin, tiazolidinedion dan
rosiglitazone. Obat golongan biguanid metformin merupakan obat yang digunakan pada
penderita diabetes mellitus gemuk yang mengalami penurunan kerja insulin, adapun yang jenis
tiazolidinedion terdapat 2 iazolidinedion yaitu rosiglitazon dan pioglitazone, bat golongan ini
memperbaiki kadar glukosa darah dan menurunkan hiperinsulinaemia, dan yang terakhir
rosiglitazone ini merupakan obat golongan yang dapat dikombinasikan dengan metformin pada
penderita diabetes mellitus yang gagal mencapai target kontrol glukosa darah dengan pengaturan
Kemudia yang terakhir atau yang ketiga Penghambat enzim alfa glukosidase Enzim alfa-
disakarida di usus (enzim ini bertanggung jawab dalam pencernaan karbohidrat). Obat ini dapat
5) Edukasi
Edukasi merupakan tujuan promosi hidup sehat, sehingga harus dilakuakan sebagai upaya
pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting bagi pengelolaan glukosa darah pada
kasus diabetes mellitus secara holistik. Edukasi dapat menyiapkan pasien terkait penyakitnya dan
bagaimana pasien harus berprilaku, memberikan pengetahuan bagaimana cara merubaha gaya
hidup harapan dari edukasi ini adalah agar pasien dapat lebih memahami terkait penyakitnya dan
dapat berperan aktif dalam perawatan diabetes mellitus. Pengetahuan serta pemahaman yang
baik merupakan komponen terpenting untuk memberikan kesadaran pada pasien mengenai self-
Pengelolaan kadar glukosa pada kasus diabetes mellitus dapat dikatakan berhasil jika
didukung oleh partisipasi aktif kasus, keluarga. Untuk mencapai keberhasilan perubahan prilaku,
dibutuhkan edukasi yang komprehensif yang meliputi pemahaman tentang penyakit diabetes
mellitus, makna dan perlunya pengendalian serta pemantauan diabetes mellitus, penyulit diabetes
Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti
perubahan prilaku yang berhasil. Adapun prilaku yang diinginkan antara lain. Mengikuti pola
makan sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat diabetes pada keadaan khusus
secara aman dan teratur, melakukan pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM).
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relative (Manurung, 2018). Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia, yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya. (Widiastuti, 2020). Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang
ditandai dengan kenaikan kadar gula darah pada tubuh, karena terganggunya hormon insulin
yang berfungsi untuk menjaga homeostasis tubuh dengan cara penurunan kadar gula darah
Jadi dapat di simpulkan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan
multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah yang di sebabkan oleh gagalnya
organ pankreas memproduksi jumlah hormon insulin secara memadai sehingga menyebabkan
Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena reaksi autoimun dimana sistem pertahanan tubuh
menyerang pada sel beta pankreas, sehingga sel beta mengalami kerusakan dan mengakibatkan
terhadap insulin itu sendiri sehingga insulin tidak efektif. Keadaan tersebut menyebabkan kadar
gula darah meningkat. diabetes mellitus tipe 2 paling sering terjadi pada orang dewasa dan yang
mengalami obesitas.
3) Diabetes Gastasional
Diabetes mellitus ini biasanya sering terjadi ketika sedang berada pada masa kehamilan dan
Diabetes mellitus tipe spesifik lain disebabkan karena adanya etiologi lain selain diabetes
mellitus tipe 1, tipe 2, dan gestasional misalnya sindrom diabetes monogenic seperti diabetes
neonatal, penyakit eksokrin pankreas seperti cystic fibrosis dan pancreatitis serta diabetes yang
diakibatkan oleh penggunaan obat atau bahan kimia (seperti penggunaan glukokortikoiddalam
pengobatan HIV/AIDS)
Menurut (Nuraisyah, 2018) faktor resiko diabetes mellitus terdapat dua yaitu faktor risiko
yang sifatnya bisa diubah dan faktor risiko yang tak dapat di ubah. Faktor resiko yang bisa
1) Gaya hidup
Gaya hidup (Life Style) merupakan perilaku seseorang yang dilakukan dalam aktivitas sehari-
hari. Makanan cepat saji (junk food), kurangnya aktivitas (olah raga) dan minum-minuman yang
Obesitas adalah peningkatan lemak pada tubuh yang berlebihan. Obesitas merupakan salah
satu faktor risiko utama terjadinya penyakit diabetes mellitus. Obesitas dapat membuat sel tidak
sensitif terhadap insulin (resisten insulin). Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka
semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul di daerah perut
(central obesity). Mengontrol berat badan penting dalam kestabilan diabetes mellitus dan
pencegahan pemicu menjadi diabetes mellitus. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa kususnya berkaitan dengan kelebihan atau
kekurang berat badan. Perhitungan berat badan ideal sesuai dengan IMT.
3) Stress
Stress merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan hidup. Cemas, takut, malu, serta marah merupakan bentuk emosi dari dalam diri
individu. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap peningkatan glukosa darah meskipun telah
melakukan upaya latihan fisik, diet, maupun pemakaian obat diabetes mellitus (OAD) dengan
teratur.
Tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah melebihi batas normal.
Dikatakan tekanan darah tinggi jika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi adalah kondisi yang terjadi ketika sejumlah darah dipompakan
oleh jantung, melebihi kemampuan yang dapat ditampung dinding arteri (Purwono et al., 2020).
Faktor resiko yang tidak dapat di rubah seperti usia dan genetik
1) Usia
Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena diabetes mellitus. diabetes
mellitus terjadi pada orang dewasa paling sering terjadi pada usia ≥ 45 tahun. Meningkatnya
risiko diabetes mellitus seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan
fungsi fisiologis tubuh, diabetes yang terjadi pada lansia rata-rata diabetes mellitus tipe II. Usia
adalah faktor yang tidak bisa diubah, oleh sebab itu individu yang sudah memiliki usia di atas 40
tahun rutin untuk melaksanakan pengaturan diet, latihan fisik, pengecekan kadar gula darah agar
2) Genetik
Seorang anak dengan orang tua penderita diabetes mellitus dapat di warisi gen penyebab
diabetes mellitus. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa risiko seorang terkena penyakit
diabetes mellitus akan mempunyai resiko tinggi ketika ibunya memiliki penyakit diabetes
mellitus. Resiko terbesar bagi anak terserang diabetes jika salah satu atau kedua orang tua
mengalami diabetes sebelum berumur 40 tahun. Jadi dapat di simpulkan bahwa genetik salah
Patofisiologi diabetes melitus dapat diawali dari penurunan jumlah insulin yang
menyebabkan glukosa sel menurun atau tidak ada sama sekali, sehingga energi di dalam sel
untuk metabolisme seluler berkurang, kondisi tersebut direspon tubuh dengan meningkatkan
kadar glukosa darah respon tersebut antara lain sensasi lapar, mekanisme lipohisis dan
gluconeogenesis jika respon tersebut terjadi berkepanjangan maka tubuh mengalami penurunan
protein jaringan dan menghasilkan benda keton kondisi ini dapat mengakibatkan ketosis dan
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbulnya
polidipsi. Karena glukosa yang keluar bersama urin cenderung akan menimbulkan polifagi.
Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga menjadi cepat lelah dan
mengantuk disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan berkurangnya
defisiensi insulin. Seseorang dengan defisiensi insulin, tidak dapat mempertahankan kadar gula
darah puasa dengan normal. Tanda dan gejala sangat dirasakan adalah kepala sakit, mata
kunang-kunang, rasa haus, rasa mengantuk, rasa lapar, meriang, badan lemas dan sering buang
Tanda dan gejala lain diabetes mellitus antara lain yaitu cepat haus (polidipsia). Jika terjadi
hiperglikemia berat dan melebihi batas ambang ginjal, maka timbul glikosuria. Glikosuria
mengakibatkan diuresi osmotik, meningkatkan pengeluaran urin sering berkemih, keadaan ini
justru sering disalah tafsirkan, dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja
yang berat (poliuria), dan mengantuk secara berlebihan, karena glukosa hilang bersama urin
maka, akan mengalami keseimbangan kalori dan berat badan berkurang. Rasa cepat lapar yang
semakin besar (polifagia) sebagai akibat kehilangan kalori. Penurunan berat badan yang dalam
waktu relative menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga kemudian
Komplikasi diabetes mellitus ada dua komplikasi akut dan komplikasi kronis( Damayanti,
2018). Komplikasi akut, terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan akut kadar gula darah yaitu
berarti kadar glukosa darah dibawah normal. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes
mellitus yang terjadi secara berulang dan dapat memperparah penyakit diabetes mellitus bahkan
bisa menyebabkan kematian. Hipoglikemia diabetes (insulin reaction) terjadi karena peningkatan
insulin dalam darah dan penurunan kadar glukosa darah yang diakibatkan oleh terapi insulin
diameter pembuluh darah. Pembuluh darah menjadi menebal, sklerosis dan timbul sumbatan
(occlusion) akibat plaque yang menempel. Komplikasi makrovaskuler yang paling sering terjadi
adalah: penyakit arteri koroner, penyakit cerebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer,
dalam membran pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan pada pembuluh darah ini
menyebabkan dinding pembuluh darah menebal, dan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan,
komplikasi mikrovaskuler yang terjadi di retina menyebabkan retinopati diabetik dan di ginjal
Cara untuk melakukan pencegahan diabetes mellitus ada 3 cara pencegahan diabetes
Pencegahan primer, pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan pada orang-
orang kelompok resiko tinggi yaitu individu yang belum menderita tetapi berpotensi/berpeluang
untuk menderita diabetes mellitus. Penyuluhan sangat penting dalam upaya pencegahan diabetes
mellitus.
Pencegahan sekunder upaya mencegah timbulnya penyakit pada pasien yang telah
menderita diabetes mellitus dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan
deteksi dini sejak awal penyakit diabetes mellitus. Salah satunya yang sering terjadi merupakan
penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian pada pasien diabetes
1) Skrining
Skrinning merupakan bentuk deteksi dini untuk penyakit yang berdampak besar bagi hidup
dan cara ini dilakukan dengan menggunakan tes urin dan kadar gula darah puasa. Skrinning
dengan kadar gula darah abnormal pada saat hamil, orang-orang yang mempunyai gangguan
2) Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan cara perencanaan diet atau terapi nutrisi medis yang
merupakan pengobatan utama dan dilakukan bersama latihan jasmani dan kegiatan fisik, jika
ternyata gagal maka diperlukan penambahan obat. Obat hipoglikemik oral hanya bisa digunakan
pelapisan insulin dari sel beta pankreas atau pengambilan glukosa oleh jaringan perifer.
3) Diet
Diet merupakan penatalaksanaan yang penting diabetes mellitus. Makanan yang masuk harus
dibagi secara merata sepanjang hari dikarenakan sangat penting bagi pasien yang menerima
insulin dikordinasikan antara makanan yang masuk dengan aktivitas insulin. Modifikasi dari
faktor resiko sebaiknya menjaga berat badan, menjaga tekanan darah, kadar kolesterol, berhenti
merokok, membiasakan diri untuk hidup sehat, dan membiasakan diri untuk berolahraga secara
Pencegahan tersier, pencegahan tersier dilakukan pada kelompok yang penyandang diabetes
mellitus yang mengalami kesulitan dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan. Pada upaya
pencegahan ini tetap dilakukan penyuluhan bagi pasien dan keluarga dengan materi penyuluhan
upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai status kesehatan yang optimal.
atau konsep pertautan antara variable-variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2017).
Kerangka konseptual penelitian yang dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Faktor eksternal
a.Kepatuhan terhadap self- Indikator Dukungan
management Keluarga
Keterangan : Self-management
1. Dukungan
b. Dukungan keluarga pasien diabetes
: Diteliti Emosioanal
: Penghubung
2. Dukungan mellitus
c. Dukungan teman sebaya
Informasi
d. Dukungan tim medis
: Tidak diteliti
yang memberikan arahan 3. Dukungan
Instrumental Indikator Self-
serta pengetahuan
4. Dukungan Management
2. Faktor Internal Penghargaan
a. Ketakutan dalam 1. Diit yang tepat
mengontrol gula dar 2. Aktifitas fisik
ah yang cukup
b. Kesadarah mengontrol 3. Edukasi
diri 4. Konsumsi
obat/farmakolo
gi
5. Control gula
darah secara
teratur
Keterangan
: Diteliti : Penghubung
Gambar 2.1 : Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self-
Dari kerangka konsep diatas dapat di jelaskan ada faktor-faktor yang mempengaruhi self-
management diabetes mellitus yaitu Faktor Eksternal dan Faktor Internal. Faktor Eksternal
dan dukungan tim medis yang memberikan arahan serta pengetahuan. Faktor Internal, berupa
rintangan untuk melakukan self-management seperti ketakutan dalam melakukan cek gula darah
dan rendahnya kesadaran untuk mengontrol diri. Salah satu faktor yang berkontribusi cukup
besar dalam self-management penderita diabetes mellitus adalah dukungan keluarga, dukungan
keluarga adalah bagian terpenting disuatu keluarga karena dukungan keluarga terhadap
kesehatan dapat memberikan dampak yang baik bagi kesehatan. Dukungan keluarga mempunyai
penghargaan. Dukungan emosional berfungsi sebagai tempat istirahat dan terapi dalam
penguasaan emosional yang tinggi, kemudian dukungan informasi berfungsi sebagai sumber
informasi tentang saran, nasehat, diskusi tentang bagaimana cara memecahkan masalah yang
ada, kemudian dukungan instrumental dukungan ini biasanya diberikan secara langsung seperti
bantuan material dengan memberikan uang, tempat tinggal dan saling membantu dalam
pekerjaan sehari-hari, dan yang terakhir adalah dukungan penghargaan dukungan ini biasa di
lakukan dengan ekspresi penghargaan yang positif dan penilaian yang positif terhadap ide
management diabetes mellitus mempunyai 5 indikator meliputi terapi nutrisi, terapi aktifitas
yang cukup, edukasi, konsumsi obat/farmakologi dan control/cek gula darah secara teratur.
Terapi nutrisi salah satu pilar pengelolaan diabetes yaitu dengan terapi nutrisi atau merencanakan
pola makanan agar tidak meningkatkan indeks glikemik kasus diabetes mellitus, kemudian terapi
akifitas merupakan salah satu pilar pengelolaan diabetes mellitus. terapi aktivitas merupakan
suatu gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan anggota gerak tubuh lainnya yang memerlukan
energi disebut dengan terapi aktivitas . Terapi aktivitas yang dilakukan setiap hari dan teratur (3-
4 kali seminggu selama kurang lebih 30-45 menit) merupakan salah satu pilar dalam
pengendalian diabetes mellitus, kemudian edukasi merupakan tujuan promosi hidup sehat,
sehingga harus dilakuakan sebagai upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat
penting bagi pengelolaan glukosa darah pada kasus diabetes mellitus secara holistic, kemudian
farmakologi di berikan jika kadar glukosa darah belum sesuai target penderita dan yang terakhir
kontrol gula darah pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM) merupakan pemeriksaan glukosa
darah secara berkala yang dapat dilakukan oleh kasus diabetes mellitus yang telah mendapatkan
Pada penelitian ini terdapat 2 variabel, variable independen dan variable dependen, variable
independen yaitu dukungan keleuarga yang terdiri dari : pengertian dukungan keluarga, jenis
dukungan keluarga, sumber dukungan keluarga, tujuan dukungan keluarga, manfaat dukungan
keluarga, fator-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga dan dukungan keluarga pada
mellitus dan penatalaksanaan self-management diabetes mellitus, dalam penelitian ini peneliti
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumasan masalah penelitian, rumusan masalah