Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KETEPATAN DALAM MENGURAIKAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KASUS GAGAL JANTUNG + ALO

Dosen Pengampu :
Aprilia Afidatul Hanafi, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :
1. Alvia Putri Mukharomatin 1902012750
2. Endang Sasmitarasa 1902012748
3. Lisa Fatmawati 1902012768

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KETEPATAN DALAM MENGURAIKAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS GAGAL JANTUNG + ALO” sesuai waktu yang ditentukan.
Makalah ini di susun sebagai salah satu persyaratan mengikuti proses belajar
mengajar Mata Kuliah KEPERAWATAN KRITIS Prodi S1 Ilmu Keperawatan,
Universitas Muhammadiyah Lamongan.
Selama penyusunan, penulis mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat Bapak/Ibu:
1. Dr.Abdul Aziz Alimul Hidayat, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Lamongan
2. Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dekan Universitas Muhammadiyah
Lamongan
3. Ns. Suratmi, M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan
4. Aprilia Afidatul Hanafi, S. Kep., Ns., M.Kep Selaku Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Keperawatan Kritis
5. Teman-teman sekalian yang telah membantu dan memberi saran dalam
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
diterima, serta bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua pembaca
pada umumnya.

Lamongan, 05 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
2.1 Gagal Jantung.................................................................................... 2
2.2 Edema Paru....................................................................................... 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................... 9
3.1 Pengkajian......................................................................................... 9
3.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................... 13
3.3 Intervensi Keperawatan..................................................................... 13
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 18
4.1 Kesimpulan........................................................................................ 18
4.2 Saran.................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah yang berjudul “Edema Paru pada Penyakit Gagal Jantung” ini
terdiri dari dua topik utama yang dibahas. Yang pertama tentang gagal jantung
dan yang kedua tentang edema paru. Dua organ utama dalam tubuh, yaitu jantung
dan paru-paru, terganggu fungsinya sehingga dapat terjadi penyakit tersebut.
Jantung merupakan sebuah organ dalam tubuh manusia yang termasuk
dalam sistem sirkulasi. Jantung bertindak sebagai pompa sentral yang memompa
darah untuk menghantarkan bahan-bahan metabolisme yang diperlukan ke seluruh
jaringan tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari
tubuh. Di dalam gagal jantung ini, kemampuan jantung dalam memompa darah
tidak dapat berkerja dengan aktif. Sehingga dapat terjadi peningkatan tekanan dan
penumpukan cairan. Hal itu dapat berakibat salah satunya mengganggu kerja
paru-paru sehingga terjadi edema paru.
Sedangkan organ utama kedua adalah paru-paru. Paru-paru sebagai organ
yang bekerja dalam sistem respirasi dalam tubuh terganggu kerjanya. Ini karena
adanya aliran cairan dari darah ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke
alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah. Edema paru bisa menjadi
komplikasi yang bahaya dari penyakit gagal jantung yang begitu menakutkan.
Penyakit edema paru ini disebabkan oleh payah jantung kiri. Penyakit ini
merupakan keluhan yang paling berat di penderita dengan payah jantung kiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa definisi Gagal Jantung?
2. Apa definisi Edema Paru?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diambil tujuan sebagai
berikut :
1. Mengetahui definisi dari gagal jantung
2. Mengetahui definisi dari edema paru

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gagal Jantung


Gagal jantung adalah ketidakmampuan jaringan untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
jaringan (Smeltzer & Bare, 2013).
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah sindrom klinis
(sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak nafas (saat istirahat atau saat
aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung (Marulam M,
2014).
Gagal jantung kongestif adalah suatu kondisi di mana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang
jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan di
seluruh tubuh yang menyebabkan otot jantung kaku dan menebal.
2.1.1 Klasifikasi
Pasien gagal jantung dapat diklasifikasikan sesuai dengan tingkat keparahan
gejala mereka. Tabel di bawah ini menggambarkan system klasifikasi yang paling
umum digunakan, yaitu menurut New York Heart Association/NYHA (2016).
Pasien dikelompokkan berdasarkan toleransi mereka terhadap aktivitas fisik.
a. Kelas I
Tidak ada pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak
menyebabkan kelelahan yang berarti, palpitasi, dyspnea (sesak napas).
b. Kelas II
Sedikit keterbatasan terhadap aktivitas fisik sehari - hari. Nyaman saat
istirahat. Aktivitas biasa dapat menyebabkan kelelahan, palpitasi, dan dyspnea.
c. Kelas III
Ditandai dengan pembatasan aktivitas fisik. Nyaman saat istirahat. Sedikit
aktivitas dapat menyebabkan kelelahan, palpitasi, dan dyspnea.
d. Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa ketidaknyamanan. Gejala gagal
jantung saat istirahat. Jika aktivitas fisik dilakukan, ketidaknyamanan meningkat.

2
2.1.2 Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2013), secara umum gagal jantung dapat
disebabkan oleh berbagai hal yang dapat dikelompokkan menjadi:
a. Disfungsi Myocard
1) Iskemia otot jantung
Iskemia otot jantung merupakan suatu keadaan dimana terjadi sumbatan
aliran darah yang berlangsung progresif sehingga suplai darah yang ke jaringan
tidak adekuat.
2) Infark myocard
Infark myocard adalah kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner
yang menyebabkan kekurangan oksigen dan menyebabkan kematian sel – sel otot
jantung.
3) Myocarditis
Myocarditis adalah kondisi dimana otot jantung mengalami peradangan atau
inflamasi.
4) Kardiomiopati
Kardiomiopati merupakan penyakit jantung yang melemahkan dan
memperbesar otot jantung.
b. Beban tekanan berlebih pada sistolik (sistolik overload)
1) Stenosis aorta
Stenosis aorta adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pada katup aorta
2) Hipertensi
Hipertensi menyebabkan jantung bekerja lebih keras dalam memompa dan
mengedarkan darah ke seluruh tubuh, sehingga menimbulkan penebalan otot
jantung. Jika dibiarkan, otot jantung akan melemah dan jantung tidak lagi mampu
memompa darah secara efektif.
3) Koartasio aorta
Koartasio aorta adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada
aorta yang membelok ke bawah (decending aorta)

3
c. Beban volume berlebih pada diastolic (diastolik overload)
1) Insufisiensi katup mitral dan trikuspid
Insufisiensi katup adalah kebocoran aliran balik melalui katup mitral
maupun tricuspid pada saat ventrikel berkontraksi yang diakibatkan tidak
menutupnya katup secara sempurna.
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand overload)
1) Anemia
Seseorang yang menderita anemia kekurangan alat transportasi dalam darah
untuk menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Alat transportasi ini disebut
hemoglobin (Hb). Kondisi ini akan membuat jantung bekerja lebih keras untuk
mempercepat aliran darah, sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh tetap
terpenuhi. Hal inilah yang memicu terjadinya gagal jantung, akibat kelelahan pada
otot jantung.
2) Tirotoksikosis
Merupakan sindrom klinis hipermetabolisme yang disebabkan peningkatan
kadar hormon tiroid di dalam darah akan meningkatkan denyut jantung, sehingga
membuat jantung bekerja ekstra. Lama kelamaan, jantung akan menjadi lelah dan
gagal berfungsi.
2.1.3 Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai
organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal
disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan
jantung normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada
penurunan curah jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk
mempertahankan perfusi organ vital normal. Sebagai respon terhadap gagal
jantung ada tiga mekanisme respon primer yaitu meningkatnya aktivitas
adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktifitas neurohormon, dan
hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk
mempertahankan curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai
untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal
pada gagal jantung dini pada keadaan normal.

4
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas jantung
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila
curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka
volume sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah
darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
preload (jumlah darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan
kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan
ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen itu
terganggu maka curah jantung akan menurun
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot 21 21 degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis coroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu
alirannya darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan
asam laktat). Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban
kerja jantung pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung.

5
2.1.4 Pathway
Aterioskalo
sis
Stenosis
mitral

Kegagalan vebtrikel
kiri untuk
memompa darah

Penurunan
kontraktilitas
Penurunan ejeksi Peningkatan otot jantung
ventrikel preload dan
kiri after load

Penurunan
eksekresi+Na
Peningkatan EDV Penurunan stroke Peningkat Vasokonstri Penurun dan H2O
dan EDP volume an ksi an
ventrikel kiri adrenergi sistemik GFR
k
penurunan simpatis
Curah
Penurunan
jantung
cardiac
Peningkatan tekanan di
output
atrium
kiri Peningkatan reabsorbsi
Na+ dan H2O
Aktivasi
RAA
Bendungan
darah di
Pelebaran ruang paru-paru
perivaskular
Pelebaran ruang
peribronkial
Peningkatan getah
bening Cairan
Peningkatan tek. berlebih
Kapiler paru Kelebihan dalam sistem
volume Edema kaki Peningkatan vaskular
cairan (pitting), muka tekanan
Penurunan tek. dan tangan hidrostatik, tek.
tubuh
Osmotik koloid Osmotik dan
permeabilitas
membran kapiler

Gangguan Resiko
Cairan Penumpukan pertukaran Penurunan 2 penurunan Gangguan
masuk ke cairan di gas PO perfusi
suplai O2 ke jar.
interstisial alveoli jar. perifer
Perifer sianosis

Peningkatan tek. Peningkatan tek. Gangguan


hidrostatik Cairan Peningkatan hipokse Asidosis keseimbangan
interstisial dlm paru PCO2 mia respiratori Asam basa

6
2.2 Edema Paru
Acute Lung Oedem (ALO) atau edema paru akut merupakan salah satu
komplikasi yang sering terjadi dari penyakit gagal ginjal kronik. Edema paru akut
ini umum terjadi pada pasien dengan gagal ginjal kornik maupun akut yang
biasanya menimbulkan manifestasi klinis berupa sesak nafas dikarenakan hipoksia
yang disebabkan oleh adanya penumpukan cairan di alveoli sehingga hal tersebut
mengganggu proses penukaran oksigen dan karbondioksida (Margaretta Rehatta
& dkk, 2019). Sedangkan, penumpukan cairan di alveoli tersebut diakibatkan oleh
adanya penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan protein yang normalnya
dieksresikan ke dalam urine tertimbun dalam darah (Margaretta Rehatta & dkk,
2019).
Menurut Mery Baradero.2008 Oedema Paru Akut adalah dimana suatu
keadaan darurat medis yang diakibatkan oleh kegagalan berat dari ventrikel kiri
dalam memompa. Selain dari kegagalan berat ventrikel kiri dalam memompa,
edema paru akut dapat pula diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai
berikut:
a) Inhalasi gas yang memberi rangsangan, seperti karbon monoksida
b) Overdosis obat barbiturat atau opiat
c) Pemberian cairan infus, plasma, transfusi darah yang terlalu cepat
Edema paru yang disebabkan oleh kegagalan jantung(edema paru
kardiogenik) menimbulkan peningkatan tekanan pada vena kapiler-kapiler
pulmonal. Peningkatan tekanan pulmonal ini melebihi tekanan intravaskular
osmotik. Oleh karena itu, cairan plasma dari kapiler dan venula dapat masuk ke
dalam alveoli melalui membran alveolar-kapilar. Dari alveoli, cairan dapat dengan
cepat memasuki bronkiale, dan bronki pasien dapat tenggelam dalam cairan ini.
2.2.1 Etiologi dan Faktor Pencetus
Menurut karya ilmiah yang disusun oleh Huldani, 2014 menyebutkan bahwa
penyebab terjadinya ALO dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Edema paru kardiogenik
Yaitu edema paru yang disebabkan karena gangguan pada jantung atau
sistem kardiovaskuler.

7
1) Penyakit pada arteri koronaria
Arteri yang bertugas menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit
karena adanya penimbunana lemak (plaques). Serangan jantung terjadi jika
terbentuknya gumpalan darah pada arteri dan menghambat aliran darah serta
merusak otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut
2) Kardiomiopati
Menurut beberapa ahli diyakini penyebab terbanyak terjadinya
kardiomiopati dapat disebabkan oleh terjadinya infeksi pada miokard jantung
(miokarditis), pemakaian dan penyalahgunaan alkohol dan efek racun dari obat-
obatan seperti kokain dan obat kemoterapi. Kardiomiopati menyebabkan ventrikel
kiri menjadi lemah sehingga tidak mampu berkontraksi secara baik yang
menyebabkan suatu keadaan dimana kebutuhan jantung memompa darah lebih
berat karena berada pada keadaan infeksi.
3) Gangguan katup jantung
Pada kasus gangguan katup mitral atau aorta, katup yang berfungsi untuk
mengatur aliran darah tidak mampu membuka secara adekuat (stenosis) atau tidak
mampu menutup dengan sempurna (insufisiensi). Hal ini menyebabkan darah
mengalir kembali melalui katub menuju paru-paru.
4) Hipertensi
Hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya penebalan pada
otot ventrikel kiri dan dapat disertai dengan penyakit arteri koronaria.
b. Edema paru non kardiogenik
Yaitu edema paru yang terjadi bukan disebabkan karena kelainan pada
jantung tetapi paru itu sendiri. Pada non-kardiogenik, ALO dapat disebabkan
oleh:
1. Infeksi pada paru
2. Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark paru.
3. Paparan toxic
4. Acute respiratory distress syndrome (ards)

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-
masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Arif Muttaqin, 2009). Terdiri dari :
a. Biodata Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa
medis, nomor MR dan alamat. Identitas penanggung jawab meliputi : nama,
umur, pekerjaan, agama, pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan
klien.
b. Pengkajian Secondary Survey
1) Status kesehatan saat ini/ alasan masuk
Klien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau
batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak. Kesadaran kadang sudah
menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada trauma. Berbagai etiologi yang
mendasar dengan masing-masik tanda klinik mungkin menyertai klien
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Predileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik seperti sepsis,
pancreatitis, Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan serta
penyakit ginjal mungkin ditemui pada klien
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit jantung bawaan bisa dialami penderita karna keturunan dari
anggota keluarganya yang mengalami penyakit jantung. Penyakit hipertensi/
hipotensi juga bisa dialami seseorang karna ada anggota keluarga yang
mengalami riwayat penyakit yang sama yang bisa merupakan pemicu terjadinya
komplikasi penyakit jantung dan stroke.

9
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Kegiatan dalam pekerjaan : kegiatan yang biasa dilakukan klien dalam
melakukan kegiatan sehari-hari di dalam pekerjaannya
b) Olahraga Jenis olahraga yang biasa dilakukan oleh kliendalam kehidupan
sehari-hari Frekuensi : berapa kali dan lamanyaa waktu klien melakukan
olahraga
c) Kegiatan di waktu luang : kegiatan yang dilakukan klien pada saat waktu luang
d) Kesulitan/ keluhan : kelusitan/ keluhan yang dirasakan klien dalam melakukan
aktifitasnya
5) Data Psikososial
a) Pola pikir dan persepsi
- Alat bantu yang digunakan
Apakah klien menggunkan alat bantu seperti: kacamata, alat pendengar,
tongkat, kursi roda dalam beraktifitas
- Kesulitan yang dialami
Kesulitan yang dialami oleh klien dalam dalam melakukan sesuatu
b) Persepsi Diri
- Hal yang dipirkan saat ini sesuatu yang dipikirkan klien saat berada di ruangan
rawat yang membuat perasaan klien tidak tenang
- Harapan setelah menjalani perawatan
Harapan positif yang diinginkan klien selama menjalan perawata di rumah
sakit
- Perubahan yang dirasa setelah sakit
Jenis perubahan yang dialami tubuh klien setelah sakit dan dirawat di rumah
sakit
c) Suasana hati
Bagaimana suasana hati klien selama menjalani rawatan di rumah sakit
d) Hubungan / Komunikasi
- Bicara
Bahasa utama : bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi dengan orang
lain yang baru dikenal
Bahasa daerah : bahasa yang digunakan dalam kehidupannya sehari-hari

10
- Kehidupan keluarga
Adat istiadat yang dianut
Keputusan dalam keluarga: Hasil keputusan diambil oleh siapa dan cara
menyelesaikan suatu masalah
e) Pertahanan koping
- Yang disukai dalam diri : Menggali aspek positif pada diri klien
- Yang ingin dirubah dari kehidupan: Suatu usaha yang dilakukan klien dalam
menjaga kesehatannya selama dirumah
- Yang dilakukan saat stress
f) Sistem nilai kepercayaan
- Siapa/ apa sumber kekuatan: Berdasarkan agama yang dianutnya apakah tuhan/
kepercayaan penting
- Kegiatan agama yang diikuti: Jenis kegiatan agama yang diikuti ketika
dirumah
- Kegiatan di RS: Kegiatan yang dilakukan klien selama dirawat di rumah sakit
6) Pemeriksaan Fisik Head Toe To
a) Kepala
Bentuk kepala simetris, penyebaran rambut merata, rambut bersih, tidak ada
lesi, rambut beruban,tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan pembengkakan.
b) Mata
Bentuk simetris, sclera ikterik -/-, konjungtiva anemis +/+, reflek cahaya
+/+, pupil isokor, tidak ada nyeri tekan.
c) Wajah
Bentuk simetris dan tampak pucat.
d) Hidung
Septum nasi simetris, sekret -/-, sumbatan -/-, PCH (-), terpasang O2 via
nasal canule 4 lpm tidak ada nyeri tekan.
e) Telinga
Telinga simetris, jejus (-), lesi (-), rhinorea (-), nyeri tekan tidak ada.
f) Mulut
Mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, sianosis (-), tonsil tidak
kemerahan, gigi dan lidah bersih.

11
g) Tenggorokan
Tidak ada nyeri tekan.
h) Leher
Trachea simetris, rigiditas (-), pembesaran vena jugularis } 3 cm, nyeri
tekan pada kelenjar limfe.
i) Thoraks
• Paru-paru
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, retraksi otot dada
(+), tidak ada lesi, penggunaan otot bantu pernapasan
P : Nyeri tekan (+), vocal vremitu teraba,
P : Terdengar hipersonor pada lapang paru kanan dan kiri,
A : Ronkhi
• Jantung
Tidak terlihat pulsasi ictus cordis, Nyeri tekan (-), ictus cordis teraba di ICS
V mid klavikula kiri } 2 cm, terdengar dullness pada ICS IV sternum dekstra dan
sinistra, ICS V mid clavicula line sinistra, ICS V di anterior axial line, sinistra ICS
V mid axial line sinistra, BJ I dan II tunggal.
• Abdomen
Bentuk flat, jejas (-), BU (+), 10x/menit, distensi abdomen (-), asites (-),
tidak ada pembesaran pada hepar dan lien, nyeri tekan (-), timpani
a) Ekstremitas
Edema, akral hangat, terpasang IVFD Nacl 0,9% 10 tts/mnt, kekuatan
otot,reflek tidak terkaji, jejas (-), nyeri tekan (+), CRT > 3 detik
b) Genetalia
Terpasang dolver kateter terhubung urobag, memakai pampers. PU
(+)400 cc/4 jam berwarna kuning jernih, anus tidak terkaji
c) Integument
Turgor kulit normal, akral hangat, tidak ada kelainan kulit, jejas (-),
(Ningrum, 2009)

12
3.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, klien,
tentang masalah kesehatan aktual, potensial dan resiko sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat (Herman & Kamitsuru, 2015).
a. Penurunan curah jantung
b. Perfusi jaringan perifer
c. Gangguan pertukaran gas
3.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan
dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi, 2012).
Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. D.0008 L.02008 Perawatan Jantung
Penurunan Setelah dilakukan Observasi:
Curah Jantung Tindakan keperawatan  Identifikasi tanda/gejala
b.d perubahan selama …x 24 jam primer penurunan curah
frekuensi diharapkan curah jantung
jantung jantung meningkat  Identifikasi tanda/gejala
dengan kriteria hasil: sekunder penurunan curah
1. Kekuatan nadi perifer jantung
meningkat  Monitor tekanan darah
2. Ejection fraction (EJ)  Monitor intake dan output
meningkat cairan
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada
 Monitor EKG 12 Sandapan
Terapeutik:
 Posisikan pasien semi fowler
atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
 Berikan diet jantung yang
sesuai
 Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk memotivasi gaya hidup
sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
 Berian dukungan emosional
dan spiritual

13
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan
 Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
2 Perfusi Perawatan sirkulasi (I.02079)
jaringan perifer Observasi
 Periksa sirkulasi perifer(mis.
Nadi perifer, edema,
pengisian kalpiler, warna,
suhu, angkle brachial index)
 Identifikasi faktor resiko
gangguan sirkulasi (mis.
Diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar
kolesterol tinggi)
 Monitor panas, kemerahan,
nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik
 Hindari pemasangan infus
atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas pada
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet pada
area yang cidera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan
kuku
 Lakukan hidrasi

14
Edukasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit
terbakar
 Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
 Anjurkan minum obat
pengontrol tekakan darah
secara teratur
 Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat beta
 Ajurkan melahkukan
perawatan kulit yang tepat
(mis. Melembabkan kulit
kering pada kaki)
 Anjurkan program rehabilitasi
vaskuler
 Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi( mis.
Rendah lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
 Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus
dilaporkan( mis. Rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
3 Gangguan L.01003 Pemantauan Respirasi
pertukaran gas Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan  Monitor pola nafas, monitor
diharapkan gangguan saturasi oksigen
prtukaran gas  Monitor frekuensi, irama,
meningkat dengan kedalaman dan upaya napas
kriteria hasil :  Monitor adanya sumbatan
 Dispneu menurun jalan nafas
 Bunyi napas Terapeutik
tambahan menurun  Atur Interval pemantauan
 PC02 membaik respirasi sesuai kondisi pasien
 PO2 membaik Edukasi
 Takikardi membaik  Jelaskan tujuan dan prosedur
 Ph arteri membaik pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

15
Terapi Oksigen
Observasi:
 Monitor kecepatan aliran
oksigen
 Monitor posisi alat terapi
oksigen
 Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
 Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik:
 Bersihkan sekret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan
napas
 Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
 Ajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di rumah
Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen

16
Metode
(Desain,
Author, Sampling,
No Judul Hasil Penelitian Database
Tahun, Variabel,
Volum Instrumen,
Analisis)
1 Coping Mekanis D:sistematis Berdasarkan google scholer,
Mechanism me review hasil penelitian THE
in Heart koping S : Jumlah kepada 162 CANADIAN
Failure pada sampel dalam responden, JOURNAL OF
Patients pasien penelitian ini didapatkan NEUROLOGIC
Redha gagal 162 orang hasil bahwa AL SCIENCES
Apriliya jantung sampling. mekanisme
Rusli1 V: Mekanisme koping pada
; Devi koping pada pasien gagal
Darliana2 pasien gagal jantung di
; Anda jantung Rumah Sakit
Kamal2 Umum Daerah
1Mahasisw I : Investigasi dr. Zainoel
a Program yang diterapkan Abidin Banda
Studi Ilmu dalam Aceh
Keperawata penelitian ini adaptif
n, Fakultas Pengambilan berjumlah 98
Keperawata sampel responden
n dilakukan (60,5%),
Universitas dengan sedangkan
Syiah teknik responden
Kuala consecutive dengan
Banda sampling. mekanisme
Aceh Analisa data koping
2Bagian menggunakan maladaptif
Keilmuan analisa univariat berjumlah 64
Keperawata responden
n Medikal A: Berdasarkan (39,5%).
Bedah tinjauan
Fakultas sistematis ini,
Keperawata sebagian besar Diharapkan
n kasus kepada perawat
Universitas Gagal jantung poliklinik
Syiah Pasien gagal jantung
Kuala jantung harus Rumah Sakit
Banda berobat secara Umum Daerah
Aceh teratur untuk dr. Zainoel
meringankan Abidin
Email: gejala, Banda Aceh
redha1998 meningkatkan bisa
@mhs.unsy kualitas hidup mempertahanka
iah.ac.id;de dan status n atau lebih
vi.darliana fungsional serta meningkatkan
@unsyiah.a memperpanjang kualitas
c.id;anda@ kelangsungan pelayanan serta
unsyiah.ac.i hidup dengan memberikan

17
d cara mencegah informasi yang
JIM FKep kekambuhan lengkap terkait
Volume V dan perburukan penyakit dan
No. 1 2021 kondisi pengobatan
pasien yang dijalani
(Johnson, 2010 pasien
dalam Jorsal et. dengan
al., 2018). menggunakan
bahasa yang
mudah
dipahami.

BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Jantung merupakan sebuah organ dalam tubuh manusia yang termasuk
dalam sistem sirkulasi. Jantung bertindak sebagai pompa sentral yang memompa
darah untuk menghantarkan bahan-bahan metabolisme yang diperlukan ke seluruh
jaringan tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari
tubuh. Di dalam gagal jantung ini, kemampuan jantung dalam memompa darah
tidak dapat berkerja dengan aktif. Sehingga dapat terjadi peningkatan tekanan dan
penumpukan cairan. Hal itu dapat berakibat salah satunya mengganggu kerja
paru-paru sehingga terjadi edema paru.Sedangkan organ utama kedua adalah
paru-paru. Paru-paru sebagai organ yang bekerja dalam sistem respirasi dalam
tubuh terganggu kerjanya. Ini karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang
intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke
darah.
Edema paru bisa menjadi komplikasi yang bahaya dari penyakit gagal
jantung yang begitu menakutkan.Gagal jantung adalah ketidakmampuan jaringan
untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi jaringan. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung
adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak nafas
(saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung.

4.2 Saran

18
Setelah terselesaikanya makalah ini kami sebagai penyusun memberikan
saran jagalah kesehatan jantung kita karena jantung merupakan organ terpenting
dalam tubuh, yakni sebagai pemompa darah untuk kelangsuan hidup.

19
DAFTAR PUSTAKA

Marulam M. Panggabean. 2014. Penyakit Jantung Hipertensi : Aru W. Sudoyo.,


Bambang S., Idrus A. Editors: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Vol II).
Jakarta: Interna Publishing. Hal 1777 – 1778.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 12. Jakarta: EGC.
Soemantri. 2011. Cardiogenic Pulmonary Edema. Naskah lengkap PKB XXVI
Ilmu Penyakit Dalam. FKUNAIR-RSUD. DR. Soetomo Surabaya.

20

Anda mungkin juga menyukai