Anda di halaman 1dari 38

TUGAS II.

KMB 1

PENYAKIT DHF

Nama Dosen : Ns.Sri Yulianti, S.Kep., M.Kep.

Nama Kelas : II B Keperawatan

Disusun Oleh : Kelompok VII

Ari Efendi

Wijra Ramadani

Valen Pawakang

PROGRAM STUDI S1 NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan LAPORAN DAN ASKEP DHF ini dengan tepat
waktu dan tanpa halangan yang berarti.

Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB 1
serta sebagai penambah pengetahuan dan wawasan bagi penyusun dan para pembaca
khususnya mengenai DHF. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak yaitu bagi penyusun maupun pembaca. Penyusun menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya
kritik maupun saran sebagai perbaikan dalam penyusunan selanjutnya.
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Tujuan Penulisan............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................


A. Konsep Medis ................................................................................................
1. Anatomi Dan Fisiologi............................................................................
2. Definisi....................................................................................................
3. Aspek Epidemologi.................................................................................
4. Penyebab/Eiologi....................................................................................
5. Patofisiologi ...........................................................................................
6. Pathway ..................................................................................................
7. Manefestasi Klinis ..................................................................................
8. Klasifikasi ...............................................................................................
9. Pencegahan .............................................................................................
10. Penatalaksanaan .....................................................................................
11. Komplikasi .............................................................................................
B. Proses Keperawatan.......................................................................................
1. Pengkajian................................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................
3. Intervensi Dan Rasional...........................................................................
C. Terapi komplementer.....................................................................................
D. Evidence Based-Pratice Terkait.....................................................................
E. Hasil Penelitian...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Demam berdarah dengue (DBD) atau DHF (Dengue Haemoragic
Fever) adalah penyakit yang di sebabkan oleh virus dengue yang tergolong
Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DHF
ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti
(infodatin, 2016). Penyakit DHF muncul sepanjang tahun dan menyerang
seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (kemenkes RI, 2016).
Menurut Soedarto (2012) indonesia adalah daerah edemis DHF dan
mengalami epidemic sekitar dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan dengan
banyaknya genangan air bersih dan menjadi sarang nyamuk, mobilitas
penduduk yang tinggi dan cepatnya tranfortasi antar daerah, menyebabkan
sering terjadinya DHF. Indonesia termasuk dalam satu negara yang edemic
DHF dengan jumlah penderitanya yang terus menerus bertambah dan
penyebarannya semakin luas.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi DHF
2. Untuk mengetahui definisi DHF
3. Untuk mengetahui aspek epidemiologi DHF
4. Untuk megetahui etiologi DHF
5. Untuk mengetahui patofisiologi DHF
6. Untuk mengetahui patway DHF
7. Untuk mengetahui manifestasi klinik DHF
8. Untuk mengetahui klasifikasi DHF
9. Untuk mengetahui pencegahan DHF
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan DHF
11. Untuk mengetahui komplikasi DHF
12. Untuk mengetahui proses keperawatan DHF
13. Untuk mengetahui terapi komplementer DHF
14. Untuk mengetahui evidence based pratice terkait DHF
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. Anatomi Fisiologi

Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit dhf


adalah seistem sirkulasi. System sirkulasi adalah sarana untuk
menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dari paru-paru
ke sela-sela tubuh. Selain itu, system sirkulasi merupakan sarana untuk
membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ginjal, paru-paru dan
kulit yang merupakan tempat ekskresi pembulu darah.
a. Jantung

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot


jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari
bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara
bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya
tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis cordis. Disebelah
bawah agaak runcing yang disebut apeks cordis. Letak jantung
didalam rongga dada sebelah depan, sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, diatas diagfragma dan pangkalnya
terdapat dibelakan kiri atas antara kosa V dan VI dua jari dibawah
papilla mamae.
b. Pembuluh darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu:
1) Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung
yang membawa darah keseluruh bagian dan alat tubuh.
Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari
ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding
yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan terdiri dari 3
lapisan

Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan


arteri pulmonalis, garis tengahnya kira-kira 1-3 cm. arteri ini
mempunyai cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut
arteriola yang ahirnya akan menjadi pembulu darah rambut
(kapiler), arteri mendapat darah dari darah yang mengalir
didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima. Sedangkan untuk
lapisan lainya mendapat darah dari pembuluh darah yang
disebut vasa vasorum.
2) Vena
Vena (pembulu darah balik) merupakan pembuluh darah
yang membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk
kedalam jantung. Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan
pembuluh darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri.
Katup-katup pada vena kebanyakan terdiri dari dua kelompok
yang gunanya untuk mencegah darah agar tidak kembali lagi.
Vena-vena yang ukurannya besar diantaranya vena kava dan
vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih
kecil yang disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
3) Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh
darah yang sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm.
dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Bagian tubuh
yang tidak terdapat kapiler yaitu; rambut, kuku, dan tulang
rawan. Pembuluh cdarah rambut/kapiler pada umumnya
meliputi sel-sel jaringan. Oleh karena itu dindingnya sangat
tipis maka plasma dan zat makanan mudah merembes kecairan
jaringan antar sel.
c. Darah

Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: cair
disebut plasma dan bagian padat disebut bagian sel darah. Warna
merah pada darah keadaanya tidak tetap bergantung pada
bahayanya oksigen dan karbondioksida didalamnya. Darah yang
banyak mengandung karbondioksida warna nya merah tua.
Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernapas dan
zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran/metabolism
didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat
darah sebanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau kira-kira 4
sampai 5 liter. Keadaan jumblah tersebut pada tiap-tiap orang
tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung
atau pembuluh darah.
Fungsi darah antara lain sabagai alat pengangkut, sebagai
pertahaanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibody zat-zat anti racun
serta mengatur panas keseluruh tubuh. Adapun proses
pembentukan sel darah terdapat tiga tempat yaitu sum-sum tulang,
hepar, dan limpa.

2. Definisi
Demam dangue (DF) dari demam berdarah dangue (DBD) (dangue
haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dangue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan
diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokosentrasi (peningkatan hematocrit) atau penumpukan cairan
di rongga tubuh.

3. Aspek epideomologi
Demam Berdarah Dangue Terbesar Diwilayah Asia Tengah Pasifik
Barat Dan Karibia. Indonesia Merupakan Wilayah Endemis Dengan
Sebaran Disuluruh Wilayah Tanag Air. Insiden Dbd Di Indonesia Antara
6 Hingga 15/100.000 Penduduk (1989 Hingga 1995); Dan Pernah
Meningkat Pada Tajam Saat Kejadian Luar Biasa Hingga 35/100.000
Penduduk Pada Tahun 1998, Sedangkan Mortalitas Dbd Cenderung
Menurun Hingga Mencapai 2% Pada Tahun 1999.
Penularan Infeksi Virus Dengue Terjadi Melalui Vector Nyamuk
Genus Aedes (Terutama A. Aegypti Dan A. Albopictus). Peninggkatan
Kasus Setiap Tahunya Berkaitan Dengan Sanitasi Lingkungan Dengan
Tersedianya Tempat Perindukan Bagi Nyamuk Betina Yaitu Bejana Yang
Berisi Air Jerni (Bak Mandi, Kaleng Bekas, Dan Tempat Penampungan
Air Lainya).
Beberapa Faktor Diketahui Berkaitan Dengan Peningkatan Transmisi
Biakan Virus Dengue Yaitu;
a. Vector; Perkembangbiakan Vector, Kebiasaan Mengigit, Kepadatan
Vector Dilingukan, Transportasi Vector Dar Satu Tempat Ketempat
Lain;
b. Pejamu; Terdapatnya Penderita Dilingkungan/Keluarga, Mobilisasi
Dan Paparan Terhadap Nyamuk, Usia Dan Jenis Kelamin;
c. Lingkungan; Curah Hujan, Suhu, Sanitasi, Dan Kepadatan Penduduk.

4. Penyebab/Etiologi
Demam Dengue Dan Demam Berdarah Dengue Di Sebabkan Oleh
Virus Dengue,Yang Termasuk Dalam Genus Flavivirus Keluarga
Flaviviridae.Flavivirus Merupakan Virus Dengan Diameter 30 Nm Terdiri
Dari Asam Ribonukleat Rantai Tunggal Denganberat Molekul 4x106.
Terdapat 4 Serotipe Virus Yaitu Den-1,Den-2, Den-3,Dan Den-4 Yang
Semuanya Dapat Menyebabkan Demam Berdarah Dengue. Keempat
Serotype Ditemukan Di Indonesia Dengan Den-3 Merupakan Serotype
Terbanyak. Terdapat Reaksi Silang Antara Serotype Dengue Dengan
Flavivirus Lain Seperti Yellow Fever,Japanese Icephalitis Dan West Nile
Virus.
Dalam Rabolatorium Virus Dangue Dapat Bereplikasi Pada Hewan
Mamalia Seperti Tikus,Kelinci,Anjing,Kelelawar Dan Perimata. Survey
Epidemilogi Pada Hewan Yang Yang Ditetapkan Antibody Terhadap
Virus Dengue Pada Hewan Kuda Sapi Dan Babi, Penelitian Pada
Artropoda Yang Menunjukan Virus Dengue Dapat Bereplikasi Pada
Nyamuk Atau Aedes.
5. Patofisiologi
Virus Dengue Yang Telah Masuk Ketubuh Penderita Akan
Menimbulkan Viremia. Hal Tersebut Akan Menimbulkan Reaksi Oleh
Pusat Pengatur Suhu Di Hipotalamus Sehingga Menyebabkan ( Pelepasan
Zat Bradikinin, Serotinin, Trombin, Histamin) Terjadinya: Peningkatan
Suhu. Selain Itu Viremia Menyebabkan Pelebaran Pada Dinding
Pembuluh Darah Yang Menyebabkan Perpindahan Cairan Dan Plasma
Dari Intravascular Ke Intersisiel Yang Menyebabkan Hipovolemia.
Trombositopenia Dapat Terjadi Akibat Dari, Penurunan Produksi
Trombosit Sebagai Reaksi Dari Antibodi Melawan Virus (Murwani,
2011).

Pada Pasien Dengan Trombositopenia Terdapat Adanya Perdarahan


Baik Kulit Seperti Petekia Atau Perdarahan Mukosa Di Mulut. Hal Ini
Mengakibatkan Adanya Kehilangan Kemampuan Tubuh Untuk
Melakukan Mekanisme Hemostatis Secara Normal. Hal Tersebut Dapat
Menimbulkan Perdarahan Dan Jika Tidak Tertangani Maka Akan
Menimbulkan Syok. Masa Virus Dengue Inkubasi 3-15 Hari, Rata-Rata 5-
8 Hari (Soegijanto, 2006).

Menurut Ngastiyah (2005) Virus Akan Masuk Ke Dalam Tubuh


Melalui Gigitan Nyamuk Aedes Aeygypty. Pertama Tama Yang Terjadi
Adalah Viremia Yang Mengakibatkan Penderita Menalami Demam, Sakit
Kepala, Mual, Nyeri Otot Pegal Pegal Di Seluruh Tubuh, Ruam Atau
Bintik Bintik Merah Pada Kulit, Hiperemia Tenggorokan Dan Hal Lain
Yang Mungkin Terjadi Pembesaran Kelenjar Getah Bening, Pembesaran
Hati (Hepatomegali).

Kemudian Virus Bereaksi Dengan Antibodi Dan Terbentuklah


Kompleks Virus Antibodi. Dalam Sirkulasi Dan Akan Mengativasi Sistem
Komplemen. Akibat Aktivasi C3 Dan C5 Akan Akan Di Lepas C3a Dan
C5a Dua Peptida Yang Berdaya Untuk Melepaskan Histamin Dan
Merupakan Mediator Kuat Sebagai Faktor Meningkatnya Permeabilitas
Dinding Kapiler Pembuluh Darah Yang Mengakibtkan Terjadinya
Pembesaran Plasma Ke Ruang Ekstraseluler. Pembesaran Plasma Ke
Ruang Eksta Seluler Mengakibatkan Kekurangan Volume Plasma, Terjadi
Hipotensi, Hemokonsentrasi Dan Hipoproteinemia Serta Efusi Dan
Renjatan (Syok). Hemokonsentrasi (Peningatan Hematokrit >20%)
Menunjukan Atau Menggambarkan Adanya Kebocoran (Perembesan)
Sehingga Nilai Hematokrit Menjadi Penting Untuk Patokan Pemberian
Cairan Intravena (Noersalam, 2005).

Adanya Kebocoran Plasma Ke Daerah Ekstra Vaskuler Di Buktikan


Dengan Ditemukan Cairan Yang Tertimbun Dalam Rongga Serosa Yaitu
Rongga Peritonium, Pleura, Dan Pericardium Yang Pada Otopsi Ternyata
Melebihi Cairan Yang Diberikan Melalui Infus. Setelah Pemberian Cairan
Intravena, Peningkatan Jumlah Trombosit Menunjukan Kebocoran Plasma
Telah Teratasi, Sehingga Pemberian Cairan Intravena Harus Di Kurangi
Kecepatan Dan Jumlahnya Untuk Mencegah Terjadi Edema Paru Dan
Gagal Jantung, Sebaliknya Jika Tidak Mendapat Cairan Yang Cukup,
Penderita Akan Mengalami Kekurangan Cairan Yang Akan
Mengakibatkan Kondisi Yang Buruk Bahkan Bisa Mengalami Renjatan.
Jika Renjatan Atau Hipovolemik Berlangsung Lama Akan Timbul
Anoksia Jaringan, Metabolik Asidosis Dan Kematian Apabila Tidak
Segera Diatasi Dengan Baik (Murwani, 2011).
6. Patway

Virus Dengue

Viremia

Hipertermi Hepatomegal Depresi Permebilitas


Sumsum tulang kapiler meningkat

Anoreksia
muntah
Manifestasi Permebilitas
pendarahan kapiler menigkat

kehilangan
Perubahan nutrisi
kurang dari
kenutuhan hipovolemia Resiko Efusi
perdarahan pleura
ascites
Resiko syok hemok
hipovolemia
Retensi kekurangan Perubahan
volume cairan perfusi jaringan
perifer
syok

kamatian
7. Manifestasi Klinis
Penyakit Ini Di Tunjukkan Melalui Munculnya Demam Secara Tiba-
Tiba, Disertai Sakit Kepala Berat, Sakit Pada Sendi Dan Otot (Myalgia
Dan Arthralgia) Dan Ruam-Ruyam Demam Berdarah Yang Mempunyai
Ciri-Ciri Merah Terang, Petekia Dan Biasanya Muncul Dulu Pada Bagian
Bawah Badan Pada Beberapa Pasien, Yang Menyebar Hingga
Menyelimuti Hamper Seluruh Tubuh. Selain Itu, Radang Perut Bisa Juga
Muncul Dengan Kombinasi Sakit Diperut, Rasa Mual, Muntah-Muntah,
Atau Diare, Pilek Ringan Disertai Batuk-Batuk.
Demam Berdarah Umumnya Lamanya Sekitar 6 Atau 7hari Dengan
Puncak Demam Yang Lebih Kecil Terjadi Pada Ahir Masa Demam.
Secara Klinis, Jumlah Platelet Akan Jatuh Hingga Pasien Dianggap
Apbril. Sesudah Masa Tunas/Inkubasi Selama 3 Sampai 15 Hari Orang
Yang Tertular Dapat Mengalami/Menderita Penyakit Ini Dalam Salah
Satu Dari Empat Bentuk Berikut Ini:
a. Bentuk Abortif, Penderita Tidak Merasakan Suatu Gejala Apapun.
b. Dengue Klasis, Penderita Mengalami Demam Tinggi Selama 4 Sampai
7 Hari, Nyeri-Nyeri Pada Tulang, Diikuti Dengan Munculnya Bintik-
Bintik Atau Bercak-Bercak Perdarahan Di Bawah Kulit.
c. Dengue Haemorrhafic Fever (Demam Berdarah Derngue/Dbd)
Gejalanya Sama Dengan Dengue Klasik Ditambah Dengan Perdarahan
Dari Hidung (Epistaksis/Mimisan), Mulut, Dubur, Dan Sebagainya.
d. Dengue Sindrom, Gejalanya Sama Dengan Dbd Ditambah Dengan
Syok Presyok. Bentuk Ini Sering Berujung Pada Kematian.

Gejala Utama Demam Berdarah :

a. Demam
Penyakit Didahului Oleh Demam Tinggi Yang Mendadak Terus-
Menerus Berlangsung 2 Sampai 7 Hari, Naik Turun Tidak Mampan
Dengan Obat Antiseptic.
1) Kadang Suhu Tubuh Sangat Tinggi Sampai 40*C Dan Dapat
Terjadi Kejang Demam
2) Pada Fase Demam Mulai Cenderung Dan Klien Tampak Seakan
Sembuh Penyakitnya Tetapi Juga Sebagai Awal Kejadian Syok,
Biasanya Pada Hari Ketiga Dari Demam
3) Hari Ke-3, 4, Dan 5 Adalah Fase Kritis Yang Harus Dicermati
Dan Pada Hari Ke-6 Dapat Terjadi Syok, Kemungkinan Terjadi
Perdarahan Dan Kadar Trombosit Sangat Rendah
b. Tanda-Tanda Perdarahan
Penyebab Perdarahan Pada Dbd Adalah Trombositopenia Dan
Gangguan Fungsi Trombosit Serta Koagulasi Intravaskuler Yang
Menyeluruh . Jenis Perdarahan Terbanyak Adalah Perdarahan Kulit
Seperti Uji Tourniuquet Positif, Petechial, Purpura Ekimasis, Dan
Perdarahan Konjuctiva. Petechial Merupakaan Tanda Khas Perdarahan
Yang Sering Ditemukan.Tanda Ini Dapat Di Temukan Pada Epistaksis
Perdarahan Gusi, Melena Dan Hematemesis Dan Dapat Perdarahan
Subkonjungtiva Atau Hematuria.
c. Hepatomegali
Ditemukan Pada Permulaan Penyakit,Bervariasidan Hanya
Sekedar Dapat Diraba Sampai 2 Cm Dibawah Lengkungan Iga Kanan.
Derajat Pembesar Hati Tidak Sejajar Dengan Beratnya Penyakit,Namun
Nyeritekan Pada Daerah Tepi Hati, Berhubungan Dengan Adanya
Perdarahan, Pada Sebagian Kecil Kasus Dapat Dijumpai Icterus.
d. Syok
Pada Kasus Ringan Dan Sedang, Semua Dan Tanda Gejala Klinis
Menghilang Setelah Demam Turun. Demam Turun Disertai Dengan
Keringat, Perubahan Denyut Nadi Dan Tekanan Darah, Ujung
Ekstremitas Teraba Dingin, Disertai Kongesti Kulit. Perubahan Ini
Memperlihatkn Gejala Gangguan Sirkulasi Sebagai Akibat Dari
Perembesa Plasma Beberapa Saat Setelah Suhu Turun Antara Hari Ke
3-7 Terdapat Kegagalan Sirkulasi.
1) Kulit Teraba Kasar Dan Lembab Terutama Di Ujung Jari Dankaki.
2) Sianosis Disekitar Mulut
3) Klien Menjadi Gelisah
4) Nadi Cepat, Lemah Kecil Sampai Tak Teraba
5) Pada Saat Akan Syok Beberapa Klien Tampak Sangat Lemah,
Gelisah Dan Sakit Perut.

Syok Dapat Terjadi Dalam Waktu Yang Sangat Singkat, Klien


Dapat Meninggal Dalam Waktu 12-24 Jam Atau Cepat Sembuh Setelah
Pengantian Cairan. Apabila Syok Tidak Dapat Diatasi Akan Terjadi
Komplikasi Asidosis Metabolik.

1) Perdarahan Saluran Cerna Hebat.


2) Kejang Dan Koma Pada Klien Dengan Perdarahan Intraserebral.
Gejala Tambahan Pada Demam Berdarah
3) Perdarahan
4) Masa Inkubasi Dengue Antara 3-15 Hari, Rata-Rata 5-8 Hari
5) Peningkatan Suhu Secara Tiba-Tiba
6) Sakit Kepala Dapat Menyeluruh Atau Berpusat Pada Supra Orbital
Dan Tetra Orbital.
7) Nyeri Hebat Pada Otot Dan Tulang Bila Tendon Dan Otot Perut Di
Tekan
8) Mual Muntah
9) Batuk Ringan
10) Pada Masa Ditemukan Pembembengkakan, Infeksi Konjungtiva
Lakrimasi Dan Fotofobia Dan Otot-Otot Sekitar Mata Terasa Pegal
11) Ekstorm Muncul Pada Awal Demam, Terlihat Pada Muka Dan
Dada Yang Berlangsung Pada Beberapa Jam Kemudian Muncul
Kembali Pada Hari 3-6
12) Bercak Ditanga Dan Kaki Lalu Seluruh Tubuh
13) Pada Hari Ke-4 Dan Ke-5, Nadi Cepat Kemudian Normal/Lebih
Lambat
14) Bradikardi Menetap Pada Masa Penyembuhan
15) Lidah Kotor Dan Konstipasi
16) Hari Ke-3 Dan Ke-5 Muncul Petechial, Purpura Komosis,
Hematemesis, Melena, Dan Epistaksis
17) Hati Membesar Dan Nyeri Tekan (+)
18) Gejala Syok
19) Sianosis Verifier Terutama Pada Ujung Hidung, Jari-Jari Tangan
Dan Kaki

8. Klasifikasi
Klasifikasi Demam Berdarah. Who (1986) Mengklasifikasikan Dhf
Menurut Derajat Penyakitnya Menjadi Empat Golongan, Yaitu :
a. Derajat I
Demam Disertai Gejala Klinis Lain, Tanpa Perdarahan Sppontan.
Panas 2-7 Hari, Uji Tourniquet Positif, Trombositopenia, Dan
Hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Sama Dengan Derajat I, Ditambah Dengan Gejala-Gejala
Perdarahan Spontan Seperti Petekie,Ekimosis,Hematemesis, Melena,
Perdarahan Gusi.
c. Derajat III
Ditandai Oleh Gejala Perdarahan Darah Seperti Nadi Lemah Dan
Cepat (>120x/Mnt) Tekanan Nadi Sempit (120 Mmhg), Tekanan
Darah Menurun (120/80, 120/100, 120/110, 90/70/, 80/0, 0/0)
d. Derajat IV
Nadi Tak Teraba, Tekanan Darah Tidak Teratur (Denyut Jantung,
140/Mnt) Anggota Gerak Teraba Dingin, Berkeringan Dan Kulit
Tanpak Biru

9. Pencegahan
Pengembagan Vaksin Untuk Penyakit Dbd Masih Sulit, Karena
Proteksi Terhadap 1-2 Virus Dengue Akan Meningkatkan Resiko Penyakit
Dbd Menjadi Lebih Berat (Who, 2008). Halstead Pada Tahun 1973
Mengajukan Hipotesis Yang Menyatakan Bahwa Dhf Terjadi Bila
Seseorang Terinfeksi Ulang Virus Dengue Dengan Tipe Yang Berbeda.
Re-Ifeksi Menyebabkan Reaksi Anmmestic Antibody Sehingga
Mengakibatkan Konsentrasi Kompleks Imun Yang Tinggi (Suhendro,
Et.Al., 2006). 0leh Karena Itulah, Maka Pencegahan Dan Penanggulangan
Penyakit Dbd Dilakukan Secara Promotif Dan Preventif, Dengsn
Pemberatasan Nyamuk Vector (Hewsn Persntsrs Penularan).
a. Pencegahan Primer
Pencegahan Primer Adalah Tahap Awal Dari Ketiga Tahap
Pencegahan Suatu Penyakit. Pada Tahap Ini Dilakukan Penyuluhan
Dan Proteksi Spesifik Untuk Mengendalikan Penyakit Yang
Bersangkutan.

Indonesia Adalah Negara Yang Mempunyai Program Tersendiri


Untuk Mengendalikan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Program
Itu Bernama Gerttak Psn (Gerakan Seretak Pembasmian Sarang
Nyamuk). Mengingat Keterbatasan Dana Dan Sarana Yang Dimiliki
Oleh Negara, Maka Kegiatan Penyuluhan Dan Penggerakkan
Masyarakat Dalam Psn Demam Berdarah Dengue Dilaksanakan
Melalui Kerja Sama Lintas Sektor Serta Lintas Program, Termasuk
Lsm Yang Terkait Penyuluhan, Bimbingan Dan Motivasi Kepada
Masyarakat. Kegiatan Ini Bertujuan Untuk Mewujudkan Kemandirian
Masyarakat Dalam Mencegah Penyakit Demam Berdarah Dengue.
Dalam Rangka Peningkatan Penggerakkan Masyarakat Dalam Psn
Demam Berdarah Dengue Secara Intensif, Pemerintah Juga Melakukan
Pembinaan Dan Pemantapan Terhadap Pokjanal/Pokja Demarn
Berdarah Dengue Melalui Orientasi Secara Berjenjang, Dengan
Memperioritaskan Kecamatan Endemis Demam Berdarah Dengue.
Tidak Hanya Psn, Pemerintah Melalui Dinas Kesehatan Juga
Mempunyai Tim Khusus Dalam Bidang Surveilans Dbd. Tim Dengan
Lambing Sepatu Bolong Ini Akan Selalu Siap Untuk Turun Ke
Lapangan Untuk Memperoleh Data Yang Diinginkan. Surveilans
Untuk Nyamuk Aedes Aegypti Ini Sangat Penting Untuk Menentukan
Distribusi, Kepadatan Populasi, Habitat Utama Larva, Faktor Resiko
Berdasarkan Waktu Dan Tempat Yang Berkaitan Dengan Penyebaran
Dengue, Dan Tingkat Kerentanan Atau Kekebalan Insektisida Yang
Dipakai Untuk Memprioritaskan Wilayah Dan Musim Untuk
Pelaksanaan Pengendalian Vektor. Data Tersebut Akan Memudahkan
Pemilihan Dan Penggunaan Sebagian Besar Peralatan Pengendalian
Vektor, Dan Dapat Dipakai Untuk Memantau Keefektifannya. Salah
Satu Kegiatan Yang Dilakukan Adalah Survei Jentik.
Selain Penyuluhan Dan Surveilans, Pemerintah Juga Mempunyai
Satu Program Yang Diberi Nama Fogging. Fogging Atau Pengasapan
Ini Dilakukan Untuk Memberantas Nyamuk Dewasa. Penyemprotan
Ini Dilakukan Dengan Manggunakan Zat Kimia Berupa Pestisida.
Untuk Membasmi Penularan Virus Dengue, Penyemprotan Dilakukan
2 Siklus Dengan Interval 1 Minggu. Pada Penyemprotan Siklus
Pertama, Semua Nyamuk Yang Mengandung Virus Dengue Dan
Nyamuknyamuk Lainnya Akan Mati. Tetapi Akan Segera Muncul
Nyamuk-Nyamuk Baru Yang Diantaranya Akan Menghisap Darah
Pada Penderita Viremia (Pasien Yang Positif Terinfeksi Dbd) Yang
Masih Dapat Menimbulkan Terjadinya Penularan Kembali, Oleh
Karena Itu Perlu Dilakukan Penyemprotan Yang Kedua Agar Nyamuk
Baru Yang Infektif Tersebut Akan Terbasmi Sebelum Sempat
Menularkan Pada Orang Lain. Tindakan Penyemprotan Dapat
Membasmi Penularan Akan Tetapi Tindakan Ini Harus Diikuti Dengan
Pemberantasan Terhadap Jentiknya Agar Populasi Nyamuk Penular
Dapat Diminimalisir.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan Tingkat Kedua Ini Murupakan Upaya Manusia Untuk
Mencegah Orang Yang Sakit Agar Sembuh, Menghambat Progresifitas
Penyakit, Menghindarkan Komplikasi Dan Mengurangi
Ketidakmampuan. Pencegahan Sekunder Dapat Dilakukan Dengan
Cara Mendeteksi Penyakit Secara Dini Dan Pengadaan Pengobatan
Yang Cepat Dan Tepat. Penemuan, Pertolongan, Dan Pelaporan
Penderita Dbd Dilaksanakan Oleh Petugas Kesehatan Dan Masyarakat
Dengan Cara :
1) Bila Dalam Keluarga Ada Yang Menunjukkan Gejala Penyakit
Dbd, Berikan Pertolongan Pertama Dengan Banyak Minum,
Kompres Dingin Dan Berikan Obat Penurun Panas Yang Tidak
Mengandung Asam Salisilat Serta Segera Bawa Ke Dokter Atau
Unit Pelayanan Kesehatan.
2) Dokter Atau Unit Kesehatan Setelah Melakukan
Pemeriksaan/Diagnosa Dan Pengobatan Segaera Melaporkan
Penemuan Penderita Atau Tersangka Dbd Tersebut Kepada
Puskesmas, Kemudian Pihak Puskesmas Yang Menerima Laporan
Segera Melakukan Penyelidikan Epidemiologi Dan Pengamatan
Penyakit Dilokasi Penderita Dan Rumah Disekitarnya Untuk
Mencegah Kemungkinan Adanya Penularan Lebih Lanjut.
3) Kepala Puskesmas Melaporkan Hasil Penyelidikan Epidemiologi
Dan Kejadianluar Biasa (Klb) Kepada Camat, Dan Dinas
Kesehatan Kota/Kabupaten, Disertai Dengan Cara
Penanggulangan Seperlunya Diagnosis Laboratorium.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan Ini Dimaksudkan Untuk Mengurangi
Ketidakmampuan Dan Mengadakan Rehabilitasi. Upaya Pencegahan
Ini Dapat Dilakukan Dengan :
1) Transfusi Darah Penderita Yang Menunjukkan Gejala Perdarahan
Seperti Hematemesis Dan Malena Diindikasikan Untuk
Mendapatkan Transfusi Darah Secepatnya.
2) Stratifikasi Daerah Rawan Dbd Menurut Kemenkes Ri, Adapun
Jenis Kegiatan Yang Dilakukan Disesuaikan Dengan Stratifikasi
Daerah Rawan Seperti:
(a) Endemis Yaitu Kecamatan, Kelurahan, Yang Dalam 3 Tahun
Terakhir Selalu Ada Kasus Dbd. Kegiatan Yang Dilakukan
Adalah Fogging Sebelum Musim Penularan (Smp), Abatisasi
Selektif, Dan Penyuluhan Kesehatan Kepada Masyarakat.
(b) Sporadis Yaitu Kecamatan, Kelurahan, Yang Dalam 3 Tahun
Terakhir Ada Kasus Dbd. Kegiatan Yang Dilakukan Adalah
Pemeriksaan Jentik Berkala (Pjb), Psn (Pemberantasan Sarang
Nyamuk) Dan 3m, Penyuluhan Tetap Dilakukan.
(c) Potensial Yaitu Kecamatan, Kelurahan, Yang Dalam 3 Tahun
Terakhir Tidak Ada Kasus Dbd. Tetapi Penduduknya Padat,
Mempunyai Hubungan Transportasi Dengan Wilayah Lain
Dan Persentase Rumah Yang Ditemukan Jentik > 5%.
Kegiatan Yang Dilakukan Adalah Pjb, Psn, 3m Dan
Penyuluhan.
(d) Bebas Yaitu Kecamatan, Kelurahan Yang Tidak Pernah Ada
Kasus Dbd. Ketinggian Dari Permukaan Air Laut > 1000
Meter Dan Persentase Rumah Yang Ditemukan Jentik ≤ 5%.
Kegiatan Yang Dilakukan Adalah Pjb, Psn, 3m Dan
Penyuluhan.

10. Penatalaksanaan
Indikasi Rawat Tinggal Pada Pada Dugaan Infeksi Virus Dengue:
a. Panas 1-2 Hari Disertai Dehidrasi (Karena Panas, Muntah ,Masukan
Kurang ) Atau Kejang-Kejang.
b. Panas 3-5 Hari Disertai Nyeri Perut, Pembesaran Hati Uji Tourniquet
Positif/Negative,Kesan Sakit Keras (Tidak Mau Bermain )Hb Dan Pcv
Meningkat
c. Panas Disertai Perdarahan
d. Panas Disertai Renjatan.
Sebelum Atau Tanpa Renjatan
a. Grade 1 Dan 2:
1) Oral Atau.
2) Infus Cairan Ringer Laktat Dengan Dosis 75 Ml/Kg Bb/ Hari
Untuk Anak Dengan Bb <10 Kg Atau 50 Ml/Kg Bb/Hari Untuk
Anak Dengan Bb <10 Kg Bersama-Sama Diberikan Minuman
Oralit,Air Buah Atau Susu Secukupnya. Untuk Kasus Yang
Menunjukkan Gejala Dehidrasi Disarankan Minum Banyak –
Banyaknya Dan Sesering Mungkin.
Apabila Anak Tidak Suka Minum Sama Sekali Sebaiknya
Jumlah Cairan Infus Yang Harus Diberikan Sesuai Dengan
Kebutuhan Cairan Penderitaan Dalam Kurun Waktu 24 Jam Yang
Diestimasikan Sebagai Berikut:
a) 100 Ml/Kg Bb/24 Jam Untuk Anak Dengan Bb <25 Kg
b) 75 Ml/Kg Bb/24 Jam Untuk Anak Dengan Berat 26-30 Kg.
c) 60 Ml/Kg Bb/24 Jam Untuk Anak Dengan Bb 31-40 Kg.
d) 50 Ml/Kg Bb/24 Jam Untuk Anak Dengan Bb 41-50 Kg.
e) Obat-Obatan Lain: Antibiotika Apabila Ada Infeksi Lain,
Antipiretik Untuk Anti Panas, Darah 15 Cc/Kgbb/ Hari
Perdarahan Hebat.
b. Grade 3
a) Berikan Infus Ringer Laktat 20 Ml/Kgbb/1 Jam. Apabila
Menunjukkan Perbaikan ( Tensi Terukur Lebih Dari 80 Mmhg
Dan Nadi Teraba Dengan Frekuensi Kurang Dari 120/Mnt Dan
Akral Hangat) Lanjutkan Dengan Ringer Laktat 10 Ml/Kgbb/1
Jam. Jika Nadi Dan Tensi Stabil Lanjutkan Infus Tersebut
Dengan Jumlah Cairan Dihitung Berdasarkan Kebutuhan
Cairan Dalam Kurun Waktu 24 Jam Dikurangi Cairan Yang
Sudah Masuk Dibagi Dengan Sisa Waktu (24 Jam Dikurangi
Waktu Yang Dipakai Untuk Mengatasi Renjatan). Perhitungan
Kebutuhan Cairan Dalam 24 Jam Diperihitungkan Sebagai
Berikut:
b) 100 Ml/Kg Bb/24 Jam Untuk Anak Dengan Bb<25 Kg
c) 75 Ml/Kg Bb/24 Jam Untuk Anak Dengan Berat Badan 26-30
Kg.
d) 60 Ml/Kg Bb/24 Jam Untuk Anak Dengan Bb 31-40 Kg.
e) 50 Ml/Kg Bb/24 Jam Untuk Dengan Bb 41-50 Kg.
c. Apabila Satu Jam Setelah Pemakaian Cairan Rl 20 Ml/Kg Bb/1
Jam Keadaan Tensi Masih Terukur Kurang Dari 80 Mmhg Dan
Andi Cepat Lemah, Akral Dingin Maka Penderita Tersebut
Memperoleh Plasma Atau Plasma Ekspander (Dextran L Atau
Yang Lainnya ) Sebanyak 10 Ml/Kg Bb/1 Jam Dan Dapat Diulang
Maksimal 30 Ml/Kg Bb Dalam Kurun Waktu 24 Jam. Jika
Keadaan Umum Membai Dilanjutkan Cairan Rl Sebanyak
Kebutuhan Cairan Selama 24 Jam Dikurangi Cairan Yang Sudah
Masuk Dibagi Sisa Waktu Setelah Dapat Mengatasi Renjatan.
d. Apabila Satu Jam Setelah Pemberian Cairan Ringer Laktat 10
Ml/Kg Bb/1 Jam Keadaan Tensi Menurun Lagi, Tetapi Masih
Terukur Kurang 80 Mmhg Dan Nadi Cepat Lemah, Akral Dingin
Maka Penderita Tersebut Harus Memperoleh Plasma Atau Plasma
Ekspander (Dextran L Atau Lainnya ) Sebanyak 10 Ml/Kg Bb/1
Jam. Dan Dapat Diulang Maksimal 30 Mg/Kg Bb Dalam
Kurunwaktu 24 Jam.

11. Komplikasi
a. Perdarahan Luas
Infeksi Virus Dengue Menyebabkan Terbentuknya Antigen –
Antibodi Yang Dapat Mengaktivasi Sistem Kompelem, Juga
Menyebabkan Agregasi, Trombosit Dan Mengaktivasi Sistem
Kongulasi Melalu Kerusakan Sel Endotel Pembuluh Darah.Kedua
Faktor Tersebut Menyebabkan Perdarahan Pada Dbd. Agresi
Terombosit Terjadi Sebagai Akibat Dari Porlekatan Kompleks
Antigen –Antibodi Pada Memberan Trembosit Mengeluarkan Adt. Hal
Ini Menyebabkan Trembosit Akan Di Hancurkan Oleh Res, Sehingga
Terjadi Trombositopenia. Agresi Trombosit Ini Akan Menyebabkan
Pengeluaran Platelet Faktor 3 Mengakibatkan Koagulopati Konsumtif,
Ditandai Dengan Peningkatan Fdt, Sehingga Terjadi Penurunan Faktor
Pembekuan.Agregasi Trombosit Ini Juga Mengakibatkan Gangguan
Fungsi Trombosit Sehingga Walaupun Jumlah Trombosit Cukup
Banyak, Namun Tidak Berfungsi Dengan Baik. Aktivasi Koagulasi
Akan Menyebabkan Aktivasi Faktor Hageman Sehingga Terjadi
Aktivasi Faktor Hageman Masa Sistem Kinin Teraktivasi Yang
Memicu Peningkatan Premeabilitas Kapiler Yang Mempercepat
Terjadinya Syok. Jadi Perdarahan Massif Pada Dbd Diakibatkan Oleh
Trombosit Openia, Penurunan Faktor Pembekuan, Kelainan Fungsi
Trombosit Dan Kerusakan Dinding Endotel Kapiler. Disseminated
Intrasvascular Coagulation (Dic) Merupakan Suatu Perdarahan Yang
Terjadi Pada Klien Dbd Terjadi Karena Trombositopenia,
Menurunnya Fungsi Trombosit Dan Menurunnya Faktor
Koagulasi(Protombin, Faktor ,5,7,9 10 Dan Fibrinogen). Gangguan
Pembekuan Dapat Terjadi Karena Antikoagulasi Yang Beredar Di
Darah Yang Menyebabkan Dic.
b. Syok
Inveksi Sekunder Oleh Virus Dengue Akan Menyebabkan
Respon Antibody Anamnestic Yamng Akan Terjadi Dalam Waktu
Beberapa Hari Mengakibatkan Poliverasi Dan Transformasi Limfosit
Dengan Menghasilkan Titer Tinggi Antibody Igg Abti Dengue.
Disamping Itu, Replikasi Virus Dengue Terjadi Juga Dalam Limfosit
Yang Bertransformasi Dengan Akibat Terdapatnya Virus Dalam
Jumlah Banyak. Kemudian Terbentuklah Sistem Komplementer,
Pelepasan C3a C5a Akibat Aktivasi C3 Dan C5, Menyebabkan
Peningkata Permeabilitas Dinding Pembuluh Darah Dan
Merembesnya Plasma Dari Ruang Intravaskuler Ke Ruang Ekstra
Vaskuler. Pada Klien Dengan Syok B Erat, Volume Plasma Dapat
Berkurang Sampai Lebih Dari 30% Dan Berlangsung Selama 24-28
Jam. Perembesan Plasma Ini Terbukti Dengan Adanya Peningkatan
Kadar Hematocrit, Penurunan Kadar Natrium Dan Terdapatnya Cairan
Didalam Rongga Srose (Efusi Pleura,Ascites).
c. Ensefalopati Dengue
Pada Umumnya, Ensefalopati Terjadi Sebagai Komplikasi
Syok Yang Berkepanjangan Dengan Perdarahan. Gangguan Metabolic
Seperti Hipoksemia, Hiponatremia, Atau Perdarahan, Dapat Menjadi
Penyebabterjadinya Ensefalopati. Melihat Ensefalopati Dbd
Sementara, Maka Kemungkinan Dapat Juga Disebabkan Oleh
Trombosit Pembuluh-Darah-Otak, Sementara Sebagai Akibat Dari
Koagulasi Intravaskuler Yang Menyeluruh.
d. Kelainan Ginjal
Gagal Ginjal Akut Pada Umumnya Terjadi Pada Fase
Terminal, Aebagai Akibat Dari Syok Yang Tisak Teratasi Dengan
Baik. Oleh Karena Syok Belum Teratasi Dengan Baik, Sedangkan
Volume Cairan Telah Dikurangi Dapat Terjadi Syok Berulang. Pada
Keadaan Syok Berat Sering Kali Dijumpai Acute Tubular Necrosis,
Ditandai Dengan Penurunan Jumlah Urine Dan Peningkatan Kadar
Ureum Dan Keratin.
e. Oedema Paru
Oedema Paru Adalah Komplikasi Yang Mungkin Terjadi
Sebagai Akibat Pemberian Cairan Yang Berlebihan. Pemberian Caira
Pada Hari Sakit Ketiga Sampai Kelima Harus Sesuai Panduan Yang
Diberikan, Biasanya Tidak Akan Menyebabkan Oedema Paru Oleh
Karena Perembesanplasma Yang Masih Terjadi. Tetapi Pada Saat
Terjadi Reabsorpsi Plasma Dari Ruang Ekstravaskuler, Apabila Cairan
Diberikan Berlebihan, Pasien Akan Mengalami Distress Pernafasan,
Disertai Sembab Pada Kelopak Mata, Dan Ditunjang Dengan
Gambaran Udem Paru Pada Foto Rontgen Dada.
f. Penurunan Kesadaran
Saat Terjadi Infeksi Virus Dengue Kemudian Mengalami
Replikasi Maka Terbentuk Kompleks Virus Antibody Yang
Menyebabkan Efek Salah Satunya Permeabilitas Kapiler Yang
Mengikat Sehingga Terjadi Penurunan Transportasi O2 Ke Otak,
Sehingga Terjadi Penurunan Kesadaran.
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Dhf Merupakan Penyakit Daerah Tropis Yang Sering Menyebabkan
Kematian Anak, Remaja, Dan Dewasa.
b. Keluhan Utama
Pasien Mengeluh Panas, Sakit Kepala, Lemah, Nyeri Ulu Hati, Mual
Dan Nafsu Makan Menurun.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Kesehatan Menunjukan Adanya Sakit Kepala, Nyeri Otot,
Pegal Seluruh Tubuh, Sakit Pada Saat Menelan, Lemah, Panas, Mual,
Dan Nafsu Makan Menurut.
d. Riwayat Penyakit Terdahulu
Tidak Ada Penyakit Diderita Secara Spesifik
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Adanya Penyakit Dhf Pada Anggota Keluarga Yang Lain
Sangat Menentukan, Karena Penyakit Dhf Adalah Penyakit Yang Bisa
Ditularkan Melalui Gigitan Nyamuk Aides Aygepty
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya Lingungkan Kurang Bersih, Banyak Genangan Air Seperti
Kaleng Bekas, Ban Bekas, Tempat Air Minum Burung Yang Jarang
Diganti Airnya, Bak Mandi Jarangdibersihkan.
g. Pengkajian Persistem
1) Sistem Pernafasan
Sesak, Perdarahan Melalui Hidung, Pernafasan Dangkal,
Epistaksis, Pergerakan Dada Simetris, Perkusi Sonor, Pada
Auskultasi Terdengar Ronchi, Krakles.
2) Sistem Persyarafan
Pada Grade Iii Pasien Gelisah Dan Terjadi Penurunan Kesadaran
Serta Pada Grade Iv Dapat Terjadi Dss
3) Sistem Cardiovaskuler
Pada Grade I Dapat Terjadi Homekonsentrasi, Uji Tourniquet
Positif, Trombositipeni, Pada Grade Iii Dapat Terjadi Kegagalan
Sirkulasi, Nadi Cepat, Lemah, Hipotensi, Cyanosis Sakit Mulut,
Hidung Dan Jari-Jari, Pada Grade Iv Nadi Tidak Teraba Dan
Tekanan Darah Tak Dapat Di Ukur.
4) Sistem Pencernaan
Selaput Mukosa Kering, Kesulitan Menelan, Nyeri Tekan Pada
Epigastrik, Pembesaran Limpa, Nyeri Saat Menelan, Dapat
Hematemesis, Melena.
5) Sistem Perkemihan
Produksi Urine Menurun, Kadang Kurang Dari 30 Cc/Jam, Akan
Mengunggkapkan Nyeri Saat Kencing, Kencing Berwarna Merah.
6) Sistem Integument
Terjadi Peningkatan Suhu Tubuh, Kulit Kering, Pada Grade I
Terdapat Positif Pada Uji Tourniquet, Terjadi Pethike, Pada Grade
Iii Dapat Terjadi Perdarahan Spontan Pada Kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi Berhubungan Dengan Proses Infeksi Virus Dengue
b. Resiko Defisit Cairan Berhubungan Dengan Pindahnya Cairan
Intravaskuler Ke Ekstravaskuler
c. Resiko Syok Hypovolemic Berhubungan Dengan Perdarahan Yang
Berlebihan, Pindahnya Cairan Intravaskuler Ke Ekstravaskuler
d. Resiko Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Berhubungan Dengan Intake Nutrisi Yang Tidak
Adekuat Akibat Mual Dan Nafsu Makan Yang Menurun
e. Resiko Terjadi Perdarahan Berhubungan Dengan Penurunan Faktor-
Faktor Pembekuan Darah (Trombositopeni)
f. Kecemasan Berhubungan Dengan Kondisiklien Yang Memburuk
g. Kurang Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurangnya Informasi
3. Intervensi Dan Rasional

No Diagnosa Intervensi Rasional


1. Hipertermi 1) Beri Kompres Air Dingin 1) Kompres Dingin Akan
Berhubungan Terjadi Pemindahan Panas
Dengan Proses 2) Berikan/Anjurkan Pasien Secara Konduksi
Infeksi Virus Untuk Banyak
Dengue Minum1500-2000cc/Hari 2) Untuk Menganti Cairan
(Sesuai Toleransi) Tubuh Yang Hilang Akibat
Evaporasi
3) Anjurkan Pasien Untuk
Menggunakan Pakaian 3) Memberikan Rasa Nyaman
Yang Tipis Dan Mudah Dan Pakaian Yang Tipis
Menyerap Keringat Dan Mudah Menyerap Keringat
Tidak Merangsang Dan Tidak Merangsang
Peningkatan Suhu Tubuh Peningkatan Suhu Tubuh

4) Observasi Pemasukan 4) Mendeteksi Dini


Dan Pengeluaran Cairan, Kekurangan Cairan Serta
Tanda Vital (Suhu, Nadi, Mengetahui Keseimbangan
Tekanan Darah) Tiap 3 Cairan Dan Elektrolit
Jam Sekali Atau Lebih Dalam Tubuh. Tanda Vital
Sering Merupakan Acuan Untuk
Mengetahui Keadaan
5) Pemberian Cairan Umum
Intavena Dan Pemberian
Obat Sesuai Program. 5) Pemberian Cairan Sangat
Penting Bagi Pasien
Dengan Suhu Tubuh Yang
Tinggi. Obat Khususnya
Untuk Menurunkan Suhu
Tubuh Pasien

2 Resiko Difisit 1) Awasi Vital Sign Tiap 3 1) Vital Sign Membantu


Volume Cairan Jam/Lebih Sering Mengidentifikasi Fluktuasi
Berhubungan Cairan Intravaskuler
Dengan 2) Observasi Capillary Refill
Pindahnya 2) Indikasi Keadekuatan
Cairan 3) Intake Dan Output. Catat Sirkulasi Perifer
Intravaskuler Ke Warna Urine/Konsentrasi,
Ekstravaskuler Bj 3) Penurunan Haluaran Urine
Pekat Dengan Peningkatan
4) Anjurkan Untuk Minum Bj Diduga Dehidrasi
1500-200 Ml/Hari (Sesuai
Toleransi) 4) Untuk Memenuhi Cairan
Tubuh Peroral
5) Pemberian Cairan
Intravena 5) Dapat Meningkatkan
Cairan Tubuh, Untuk
Mencegah Terjadinya
Hypovolemic Syok
3 Resiko Syok 1) Monitor Keadaan Umum 1) Untuk Memonitor Kondisi
Hypolemik Pasien Pasien Selama Perawatan
Berhubungan Terutama Saat Terjadi
Dengan Dengan 2) Observasi Vital Sign Perdarahan. Perawat Segera
Perdarahan Yang Setiap 3 Jam Atau Lebih Mengetahui Tanda-Tanda
Berlebihan, Persyok/Syok
Pindahnya 3) Jelaskan Pada Pasien Dan
Cairan Keluarga Tanda 2) Perawat Harus Terus
Intravaskuler Ke Perdarahan, Dan Segera Mengobservasi Vital Sing
Ekstravaskuler Laporkan Jika Terjadi Untuk Memastikan Tidak
Perdarahan Terjadi Persyok/Syok

4) Pemberian Cairan 3) Dengan Melibatkan Pasien


Intravena Dan Keluarga Maka Tanda-
Tanda Perdarahan Dapat
5) Pemberian Hb, Pcv, Segera Diketahui Dan
Trombo Tindakan Yang Cepat
Segera Diberikan

4) Cairan Intavena Diperlukan


Untuk Mengatasi
Kehilangan Cairan Tubuh
Secara Hebat

5) Untuk Mengetahui Tingkat


Kebocoran Pembulu Darah
Yang Dialami Pasien Dan
Untuk Acuan Melakukan
Tindakan Lebih Lanjut

4 Resiko 1) Kaji Riwayat Nutrisi, 1) Menidentifikasi Defisiensi,


Gangguan Termasuk Makanan Yang Menduga Kemingkinan
Pemenuhan Disukai Intyervensi
Kebutuhan
Nutrisi Kurang 2) Observasi Dan Catat 2) Mengawasi Masukan
Dari Kebutuhan Masukan Makanan Pasien Kalori/Kualitas
Tubuh 3) Timbang Bb Tiap Hari Kekurangan Konsumsi
Berhubungan (Bila Memungkinkan) Makanan
Dengan Intake
Nutrisi Yang 4) Berikan Makanan Sedikit 3) Mengawasi Penurunan
Tidak Adekuat Namun Sering Dan Atau Bb/Mengawasi Efektifitas
Akibat Mual Dan Makan Diantara Waktu Intervensi
Nafsu Makan Makan
Yang Menurun 4) Makanan Sedikit Dapat
5) Berikan Dan Bantu Oral Menurunkan Kelemahan
Hygine Dan Meningkatkan
Masukan Juga Mencegah
Distensi Gaster

5) Meningkatkan Nafsu
Makan Dan Masukan
Peroral
5 Resiko Terjadi 1) Monitor Tanda-Tanda 1) Penurunan Trombosit
Perdarahan Penurunan Trombosit Merupakan Tanda Adanya
Berhubungan Yang Disertai Tanda Kebocoran Pembuluh
Dengan Klinis Darah Yang Pada Tahap
Penurunan Tertentu Dapat
Faktor-Faktor 2) Monitor Trombosit Tiap Menimbulkan Tanda-Tanda
Pembekuan Hari Klinis Seperti Epistaksis,
Darah Ptike
(Trombositopeni 3) Anjurkan Pasien Untuk
) Banyak Istirahat (Bedrest) 2) Dengan Trombosit Yang
Dipantau Tiap Hari, Dapat
4) Berikan Penjelasan Pada Diketahui Tingkat
Pasien Dan Keluarga Kebocoran Pembuluh
Untuk Melaporkan Jika Darah Dan Kemungkinan
Ada Tanda Perdarahan, Perdarahan Yang Dialami
Seperti Hematemesis, Pasien
Melena, Epistaksis
3) Aktivitas Pasien Yang
Tidak Terkontrol Dapat
Menyebabkan Terjadinya
Perdarahan

4) Keterlibatan Pasien Dan


Keluarga Dapat Membantu
Untuk Penanganan Dini
Bila Terjadi Perdarahan

C. TERAPI KOMPLEMENTER
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental invitrodengan
rancangan pre test and post test with control group design melalui
pemeriksaan kadar trombosit darah Pre dan Post hari ke-3 pada kelompok
perlakuan dan kelompok control setelah pemberian jus kurma. menilai
seberapa besar kenaikan angka trombosit setelah pemberian jus kurma pada
hari ke-3 pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (yang tidak
diberikan jus kurma) pada pasien DBD di Rumah Sakit Umum Bunda.
Pengambilan sampel dengan cara random sampling yang berjumlah 60 orang
yang terdiri dari 30 orang kelompok perlakuan dan 30 orang kelompok
kontrol. Variabel bebas adalah pemberian jus kurma pada pasien DBD dan
variabel terikat trombosit dalam darah Analisis yang digunakan adalah
deskriptif dengan uji paired t-test dan t-test 2nd independent.

Pemberian jus kurma dapat meningkatkan kadar trombosit darah


dibandingkan hanya diberikan asupan nutrisi dari rumah sakit saja pada pasien
DBD yang memiliki selisih 22900.00/ul, walaupun keduanya memberikan
efek yang sama terhadap peningkatan kadar trombosit darah (Deiana, 2007).
Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirup, susu,
disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari
(Kawthalkar, 2006). Bahanbahan utama yang diperlukan untuk pembentukan
darah adalah Asam folat, vitamin B12, besi, kobalt, magnesium, Cu, Zn,
Asam amino, vitamin C, B kompleks, dan lain-lain. Untuk itu pemberian jus
kurma dapat meningkatkan kadar trombosit darah Menurut Rakhmawan
(2006) buah kurma yang mengandung zatzat gula (campuran glukosa,
sukrosa, dan fruktosa), protein, lemak, serat, vitamin A, B1, B2, B12, C,
potasium, kalsium, besi, klorin, tembaga, magnesium, sulfur, fosfor, dan
beberapa enzim yang cukup lengkap nutrisinya dan mudah di metabolisme
oleh tubuh.
Asupan nutrisi dan energi selama di rumah sakit merupakan faktor
penting dalam penatalaksanaan pengobatan di rumah sakit. Jus kurma dan diit
rumah sakit merupakan makanan yang mampu meningkatkan status nutrisi
pasien yang mengalami kekurangan kadar trombosit darah (Duma,
Darmawansyah & Arsin, 2007). Dukungan gizi yang tidak adekuat selama di
rumah sakit akan mengakibatkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas
serta memperpanjang lama rawat inap (Keele, Neil & Joels, 2004).
Kurma mengandung nutrisi yang berguna bagi tubuh dan kandungan
glukosanya lebih besar dari buah buahan lainnya (Handita, 2010). Kandungan
zat besinya yang tinggi membantu pembentukan haemoglobin yang dapat
membantu mengangkut oksigen lebih besar sehingga membantu mempercepat
metabolisme dalam sel. Peningkatan metabolism ini akan meningkatkan
produksi energi yang berguna untuk memperhankan sel agar tidak rusak dan
membangun kembali sel yang rusak (Cahyo, 2010).

D. EVIDENCE BASED-PRACT
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. Upaya pencegahan selama ini yang banyak di lakukan adalah
pemberian obat-obatan dan cairan infus. Metode ini farmakologis dan berupa
pemberian jus jambu biji dan angkak masih jarang di lakukan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian jus jambu biji dan angkak
dalam peningkatan kadar trombosit pada demam berdarah dengue dirumah
sakit PKU. Analisis statistik menggunakan uji-T(T-TEST) dengan cara
membandingkan nilai rata-rata kadar trombosit sebelum dan sesudah
intervensi. Hasil analisis statistik dengan uji-T, didapatkan hasil T hitung >
tabel, dimana a= 0,000 (0,05) sehingga Ho di tolak yang berarti terjadi
peningkatan yang signifikan dari kadar trombosit pada penderita DBD setelah
terapi pemberian jus jambu biji dan angkak.

E. HASIL PENELITIAN
1. Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan: nilai rata-rata kadar trombosit darah pre
pada kelompok perlakuan adalah lebih kecil dengan rata-rata kadar
trombosit darah pre pada kelompok control, nilai rata – rata kadar
trombosit darah pre pada kelompok perlakuan lebih kecil dari kadar
trombosit darah post 3 hari, nilai rata – rata kadar trombosit darah pre
kelompok kontrol lebih kecil dari nilai rata-rata kadar trombosit darah
post 3 hari dan Pemberian jus kurma efektif dalam meningkatkan
trombosit darah pasien DBD pada kelompok perlakuan dengan kelompok
kontrol (p=0,039).
Pemberian jus kurma merupakan salah satu tambahan diet alternatif
dalam meningkatkan kadar trombosit darah pasien Demam Berdarah.
Pasien berhak mengetahui dan mendapatkan alternative diit yang relatif
tidak mahal yang dapat meningkatkan kadar trombosit darah. Hasil
penelitian ini dapat dikembangkan sebagai wawasan ilmu pengetahuan di
lingkungan akademis dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien,
sehingga menjadi acuan sebagai alternatif untuk meningkatkan status
nutrisi pasien yang mengalami penyakit DBD. Hasil penelitian ini dapat
dikembangkan lebih lanjut untuk membuktikan keefektifan jus kurma
dengan diit yang diberikan dari rumah sakit dengan cara menilai asupan
makanan dari pasien dengan metode food recall atau dengan metode
Comstock sehingga dapat meminimalkan faktor bias penelitian. Perlu
dilakukan penelitian kadar gizi pada berbagai jenis kurma sehingga bisa
menentukan kurmajenis aa yang lebih tepat untuk meningkatkan trombosit
pada pasien Demam Berdarah Dengue.

2. Kelebihan Dari Penelitian


a. Peneliti memilih bahan yang Mudah Didapatkan
b. Peneliti memilih judul yang tepat dan sesuai terhadap fenomena
peningkatan penyakit yang cukup sering terjadi
c. Dalam analisis data dari karakteristik peneliti mengangkat hal yang
cukup umum untuk dijadikan bahan pengobatan sehingga sangat besar
pengaruhnya dalam hal kesehatan dan dapat memberikan informasi
yang jelas
3. Kekurangan Dari Penelitian
a. Peneliti tidak menjelaskan jenis kurma apa yang lebih tepat untuk
meningkatkan trombosit pada pasien demam berdarah dengue
b. Diperlukan Upaya Promosi Dan Edukasi Yang Lebih Baik Untuk
Penggunaan Suplemen Bahan Alam Bagi Penderita

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (arthr
opodborn virus) dan dituarkan melalui gigitan nyamuk Aedes( Aedes
Albopictus dan Aegepty) nyamuk aedes aegepty.
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever(DHF) atau demam
berdarah adalah virus dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup
flaviviridae yang dikenal ada 4 serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3,
dengue 4, yang ditularkan melalui vektor nyamuk aedes aegepty. Infeksi
dengan salah satu serotype akan menimbulan antibodi seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotype lain. (Wijaya,2013).

B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah
ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang
pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi
mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua.

DAFTAR PUSTAKA

Djunaedi.D.
(2006).DemamBerdarahdengue[DBD]Epidemiologi,imunopatologi,patogenesis
,diagnosis dan penatalaksanaan. UMM Press. Malang
Departemen Kesehatan Republic Indonesia.(2005). Pencegahan Dan Pemberantasan
Demam Berdarah Dengue Di Indonesia Dep.Kes.RI.Jakarta

HanditaLK.(2010).manfaat kurma

Anda mungkin juga menyukai