NOMOR :
TENTANG
ANGGARAN DASAR
Menimbang :
2. Bahwa Karang Taruna merupakan salah satu organisasi sosial kemasyarakatan yang
diakui keberadaannya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana
tercantum dalam Pasal 38 ayat (2) huruf d, Bab VII tentang Peran Masyarakat dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
Mengingat :
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
6. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2010 tentang Pedoman
Dasar Karang Taruna;
DEWAN PEMBINA,
Dan
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana
pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar
kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama
generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak dibidang usaha
kesejahteraan sosial;
2. Anggota Karang Taruna yang selanjutnya disebut Warga Karang Taruna adalah setiap
anggota masyarakat yang berusia 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 45 (empat
puluh lima) tahun yang berada di desa;
4. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
BAB II
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
BAB III
Pasal 5
Pasal 6
5. Mendorong setiap warganya dan warga masyrakat pada umumnya untuk mampu
menjaga dan melestarikan toleransi dalam kehidupan kemasyarakatan dan
keberagamaan serta menjadi perekat persatuan dalam perbedaan dan keberagaman
yang tinggi;
Pasal 7
Karang Taruna DHARMA BHAKTI adalah organisasi sosial generasi muda yang
bersifat keswadayaan, kebersamaan, dan berdiri sendiri serta merupakan salah satu
pilar partisipasi masyarakat di bidang kesejahteraan sosial.
Pasal 8
Karang Taruna DHARMA BHAKTI memiliki tugas pokok secara bersama-sama dengan
Pemerintah Desa, Pemerintah di tingkat atasnya dan masyarakat lainnya
menyelenggarakan pembinaan generasi muda dan kesejahteraan sosial.
Pasal 9
BAB V
KEORGANISASIAN, KEANGGOTAAN DAN KEPENGURUSAN
Bagian Pertama
Keorganisasian
Pasal 10
Bagian Kedua
Keanggotaan
Pasal 11
1. Keanggotaan Karang Taruna DHARMA BHAKTI menganut sistim stelsel pasif, yang
berarti seluruh generasi muda di Desa GIRIMUKTI yang berusia 13 tahun sampai 45
tahun, selanjutnya disebut sebagai warga Karang Taruna;
2. Setiap generasi muda Desa GIRIMUKTI dalam kedudukannya sebagai warga Karang
Taruna DHARMA BHAKTI mempunyai hak dan kewajiban yang sama tanpa
membedakan asal keturunan, golongan, suku dan budaya, jenis kelamin, kedudukan
sosial, pendirian politik dan agama;
3. Pengaturan lebih lanjut mengenai Keanggotaan Karang Taruna DHARMA BHAKTI,
akan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna DHARMA BHAKTI
Desa GIRIMUKTI.
Bagian Ketiga
Kepengurusan
Pasal 12
1. Pengurus Karang Taruna DHARMA BHAKTI dipilih secara musyawarah dan mufakat
oleh Warga Karang Taruna DHARMA BHAKTI dalam Temu Karya Desa;
e. Memiliki i’tikad baik dan siap mengabdi untuk membangun Desa GIRIMUKTI;
BAB VI
LEMBAGA-LEMBAGA LAIN
Pasal 13
Karang Taruna DHARMA BHAKTI dapat membentuk wadah penghimpun mantan
pengurus Karang Taruna DHARMA BHAKTI dan tokoh masyarakat lain yang berjasa
dan bermanfaat bagi kemajuan Karang Taruna.
Pasal 14
Karang Taruna DHARMA BHAKTI dapat membentuk Unit Teknis sesuai kebutuhan
pengembangan organisasi yang bertanggung jawab kepada pengurus Karang Taruna
yang membentuknya.
BAB VII
MEKANISME KERJA
Pasal 15
Pasal 16
1. Hubungan kerja antara Karang Taruna DHARMA BHAKTI dengan Kepala Desa
GIRIMUKTI bersifat pembinaan, dikarenakan Kepala Desa GIRIMUKTI selaku Pembina
Umum Karang Taruna DHARMA BHAKTI;
2. Hubungan kerja antara Karang Taruna DHARMA BHAKTI dengan Kepala Urusan
Kesejahteraan Rakyat (Kaur Kesra) Desa GIRIMUKTI bersifat pembinaan, dikarenakan
Kaur Kesra selaku Pembina Fungsional Karang Taruna DHARMA BHAKTI;
Pasal 17
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembina Karang Taruna DHARMA BHAKTI, akan
ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna DHARMA BHAKTI.
BAB IX
PROGRAM KERJA
Pasal 18
Karang Taruna DHARMA BHAKTI bertanggung jawab untuk menetapkan program kerja
berdasarkan mekanisme, potensi, sumber, kemampuan dan kebutuhan Karang Taruna
DHARMA BHAKTI.
Pasal 19
1. Program Kerja Karang Taruna DHARMA BHAKTI terdiri dari pembinaan dan
pengembangan generasi muda, penguatan organisasi, peningkatan usaha
kesejahteraan sosial, usaha ekonomi produktif, rekreasi olahraga dan kesenian,
kemitraan dan lain-lain sesuai kebutuhan;
2. Program kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sebagai hasil
musyawarah/mufakat berdasarkan rencana jangka pendek, menengah dan panjang;
3. Untuk melaksanakan program kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2),
Karang Taruna DHARMA BHAKTI dapat membentuk Unit Teknis.
BAB X
Pasal 20
2. Tanggung jawab dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Menteri Sosial, Gubernur, dan Bupati/Walikota;
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab dan Wewenang, akan ditetapkan
dalam Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna DHARMA BHAKTI.
BAB XI
Pasal 21
1. Bentuk–bentuk forum pertemuan dalam Karang Taruna DHARMA BHAKTI terdiri dari:
a. Temu Karya;
b. Rapat Kerja;
c. Rapat Pimpinan;
f. Rapat Konsultasi;
2. Ketentuan mengenai mekanisme forum pertemuan tersebut di atas, selanjutnya diatur
dalam Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna DHARMA BHAKTI.
BAB XII
Pasal 22
BAB XIII
Pasal 23
1. Pengukuhan Pengurus Karang Taruna DHARMA BHAKTI dilakukan oleh Kepala Desa
GIRIMUKTI dengan Keputusan Kepala Desa GIRIMUKTI;
2. Pelantikan Pengurus Karang Taruna DHARMA BHAKTI dilakukan oleh Kepala Desa
GIRIMUKTI.
BAB XIV
KEUANGAN
Pasal 24
Pasal 25
BAB XV
Pasal 26
1. Karang Taruna wajib memiliki identitas lambang bendera, panji, dan lagu mars serta
hymne;
2. Identitas Karang Taruna DHARMA BHAKTI terdiri atas bendera, pakaian dinas, topi
dan atribut Karang Taruna;
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Identitas Karang Taruna DHARMA BHAKTI, diatur
lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna DHARMA BHAKTI.
BAB XVI
Pasal 27
Perubahan Anggaran Dasar Karang Taruna DHARMA BHAKTI hanya dapat dilakukan
dalam Temu Karya Desa Karang Taruna DHARMA BHAKTI, setelah memperoleh
persetujuan sekurang–kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah peserta (pengurus)
yang hadir, kemudian diusulkan untuk disahkan oleh Ketua Umum Karang Taruna
DHARMA BHAKTI.
BAB XVII
ATURAN PERALIHAN
Pasal 28
Peraturan–peraturan dan yang ada, tetap berlaku selama belum diadakan perubahan
dan keberadaannya tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Karang Taruna
DHARMA BHAKTI ini.
BAB XVIII
PENUTUP
Pasal 29
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, selanjutnya akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna DHARMA BHAKTI;
2. Anggaran Dasar Karang Taruna DHARMA BHAKTI ini, mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
KETUA,
SURAT KEPUTUSAN
NOMOR :
TENTANG
2. Bahwa Karang Taruna merupakan salah satu organisasi sosial kemasyarakatan yang
diakui keberadaannya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana
tercantum dalam Pasal 38 ayat (2) huruf d, Bab VII tentang Peran Masyarakat dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
Mengingat :
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
6. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2010 tentang Pedoman
Dasar Karang Taruna;
DEWAN PEMBINA,
Dan
MEMUTUSKAN :
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Anggota Karang Taruna DHARMA BHAKTI terdiri dari Anggota Aktif dan Pasif
Pasal 2
1. Anggota Aktif adalah keanggotaan yang bersifat kader, berusia 13 s/d 45 tahun karena
potensi, bakat, dan produktivitasnya untuk mendukung pengembangan organisasi
Karang Taruna DHARMA BHAKTI dan program-programnya;
Pasal 3
Kriteria Keanggotaan
1. Anggota Aktif adalah generasi muda di Desa GIRIMUKTI yang telah mengikuti secara
aktif sekurang-kurangnya 6 (Enam) Bulan berturut-turut kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Karang Taruna DHARMA BHAKTI;
2. Anggota Pasif adalah generasi muda di Desa GIRIMUKTI yang menjadi kelompok
sasaran khusus dalam pengembangan program-program Karang Taruna DHARMA
BHAKTI.
Pasal 4
a. Mematuhi Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna DHARMA
BHAKTI serta ketentuan-ketentuan organisasi lainnya;
b. Menyampaikan pendapat, pertanyaan, kritik dan saran baik secara lisan maupun
tertulis kepada Pengurus;
c. Untuk menjadi Pengurus Karang Taruna DHARMA BHAKTI bagi setiap Anggota Aktif
yang memenuhi persyaratan tertentu;
d. Memilih dan dipilih bagi setiap Anggota Aktif sesuai dengan mekanisme organisasi;
dan
Pasal 5
Pemberhentian Keanggotaan
a. Meninggal dunia;
BAB II
KEPENGURUSAN
Pasal 6
1. Kepengurusan dibentuk melalui Temu Karya Desa Karang Taruna DHARMA BHAKTI;
3. Pengurus Pleno adalah semua pengurus yang secara definitif dikukuhkan dalam Temu
Karya Desa Karang Taruna DHARMA BHAKTI;
4. Pengurus Harian adalah pengurus yang hanya terdiri dari unsur Ketua, Para Wakil
Ketua, Para Sekretaris dan Bendahara.
Pasal 7
1. Secara umum, untuk menjadi pengurus Karang Taruna DHARMA BHAKTI, seseorang
harus memmenuhi kriteria sebagai berikut :
e. Bertanggung jawab, berkelakuan baik, dan mampu bekerja dengan timnya maupun
dengan berbagai pihak;
j. Pernah duduk sebagai pengurus Karang Taruna minimal 2 (Dua) tingkat dibawahnya;
Pasal 8
Pembentukan Kepengurusan
2. Untuk ketentuan dalam butir b dan c ayat (1) diatas, maka pengurus satu tingkat di
atasnya berkewajiban memfasilitasi dengan terlebih dahulu membentuk caretaker
kepengurusan;
3. Untuk ketentuan dalam butir a ayat (1) di atas, pengurus satu tingkat di atasnya
berkewajiban memfasilitasi dengan terlebih dahulu membentuk caretaker apabila masa
jabatan/bhakti kepengurusan telah habis namun belum juga dilakukan Temu Karya;
4. Tata cara pembentukan dan pemilihan pengurus, diatur tersendiri dalam ketentuan lain
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Rumah Tangga Karang
Taruna DHARMA BHAKTI ini;
Pasal 9
Janji Pengurus
Setelah diangkat dan disahkan, pengurus Karang Taruna DHARMA BHAKTI
mengucapkan janji sebagai berikut :
1. Akan melaksanakan tugas dan kewajiban saya sebagai pengurus Karang Taruna
DHARMA BHAKTI Desa GIRIMUKTI dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya;
2. Taat pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna
DHARMA BHAKTI serta ketentuan-ketentuan organisasi lainnya;
3. Setia dan teguh pada amanah Temu Karya Desa;
4. Memegang teguh janji jabatan dan bersedia mempertanggung jawabkan jabatan
saya tersebut secara moral maupun organisasional.”
Pasal 10
2. Jumlah kepengurusan Karang Taruna DHARMA BHAKTI pada dasarnya diatur dalam
Temu Karya Desa, akan tetapi ada batasan minimalnya, yaitu sejumlah 35 (Tiga Puluh
Lima) Orang.
Pasal 11
a. Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna DHARMA
BHAKTI dan ketentuan-ketentuan organisasi lainnya;
e. Menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan jabatan atau bidangnya masing-masing.
2. Setiap Pengurus Karang Taruna DHARMA BHAKTI memiliki hak :
b. Mendapatkan fasilitas yang sama baik berupa identitas, seragam maupun kesempatan;
c. Menyampaikan pendapat, pertanyaan, tanggapan, kritik dan saran dalam TKS dan
RPP;
Pasal 12
1. Ketua
a. Tugas
8) Mengoptimalkan fungsi dan peran Ketua Harian agar tercapainya efisiensi dan
efektivitas kerja organisasi;
9) Dalam kondisi darurat, Ketua berhak mengambil kebijakan sesuai Anggaran Dasar.
b. Wewenang
c. Tanggung Jawab
2. Wakil Ketua
a. Tugas
2) Mewakili Ketua apabila berhalangan untuk setiap aktifitas dalam roda organisasi;
b. Wewenang
c. Tanggung Jawab
3. Sekretaris
a. Tugas
9) Membuat risalah dalam setiap pertemuan / rapat-rapat organisasi baik RPP maupun
rapat pengurus harian (RPH);
b. Wewenang
c. Tanggung Jawab
4. Bendahara
a. Tugas
1) Mewakili Ketua terutama untuk setiap aktivitas di bidang pengelolahan kekayaan dan
keuangan organisasi;
2) Bersama Ketua dan Sekretaris merupakan Tim Kerja Keuangan (TKK) atau otorisator
keuangan di tubuh pengurus;
3) Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan organisasi di bidang pengelolahan
kekayaan dan keuangan organisasi untuk menjadi kebijakan organisasi;
b. Wewenang
c. Tanggung Jawab
a. Tugas
3) Mendata dan menginventarisir aktifitas pendidikan dan pelatihan yang sudah ada untuk
diteliti, dikaji dan dikembangkan;
4) Mendata dan mengusulkan sumber daya manusia (kader) potensial yang diproyeksikan
untuk mengikuti pelatihan sesuai dengan kebutuhan;
b. Wewenang
Menyelenggarakan segala aktifilas yang terkait dengan pendidikan dan pelatihan mulai
dari perencanaan hingga pelaporan.
c. Tanggung Jawab
a. Tugas
b. Kewenangan
Menyelenggarakan segala aktifitas Usaha Kesejahteraan Sosial yang terkait dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi Karang Taruna dalam Pelayanan Sosial kepada para
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) mulai dari perencanaan hingga
pelaporan.
c. Tanggung Jawab
a. Tugas
3) Mendata dan menginventarisir aktivitas Kelompok Usaha Bersama yang sudah ada
untuk diteliti dan dikaji menjadi bahan pengembangan lebih lanjut;
b. Kewenangan
c. Tanggung Jawab
Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh penyelenggaraan aktivitas
program kerja dan pelaksanaan kebijakan organisasi dalam Seksi Kelompok Usaha
Bersama serta mempertanggung jawabkannya kepada Wakil Ketua II.
a. Tugas
b. Kewenangan
c. Tanggung Jawab
b. Wewenang
c. Tanggung Jawab
a. Tugas
b. Wewenang
c. Tanggung Jawab
a. Tugas
b. Wewenang
c. Tanggung Jawab
Pasal 13
a. Meninggal Dunia;
2. Apabila seseorang telah dinyatakan berhenti sebagai pengurus, maka Rapat Pengurus
Pleno (RPP) berwenang mencarikan penggantinya selama masa bakti berjalan
(Penggantian Antar Waktu/PAW) dengan cara:
Pasal 14
Evaluasi Kepengurusan
1. Pada dasarnya tingkat keaktifan dan pelanggaran (etika dan prosedur) keorganisasian
bagi pengurus diukur berdasarkan kriteria apabila dalam kurun waktu sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan :
Pasal 15
f. Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna DHARMA
BHAKTI dan ketentuan-ketentuan organisasi lainnya;
j. Menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan jabatan atau bidangnya masing-masing.
f. Mendapatkan fasilitas yang sama baik berupa identitas, seragam maupun kesempatan;
g. Menyampaikan pendapat, pertanyaan, tanggapan, kritik dan saran dalam TKS dan
RPP;
BAB III
PIMPINAN ORGANISASI
Pasal 16
Ketua
1. Karang Taruna DHARMA BHAKTI Desa GIRIMUKTI dipimpin oleh seorang Ketua;
2. Ketua Umum yang bersangkutan dapat dipilih kembali untuk dua kali masa jabatan
(periode) berturut-turut;
3. Tata cara pemilihan Ketua diatur tersendiri dalam ketentuan lain yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna DHARMA
BHAKTI ini.
Pasal 17
1. Secara Umum, seorang Calon Ketua Karang Taruna DHARMA BHAKTI Desa
GIRIMUKTI harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
f. Bertanggung jawab, berakhlak baik, dan mampu bekerja dengan timnya maupun
dengan berbagai pihak;
h. Memiliki i’tikad baik dan siap mengabdi untuk membesarkan Karang Taruna DHARMA
BHAKTI dan membangun Desa GIRIMUKTI;
l. Memiliki kemampuan mengembangkan hubungan secara lebih aktif dengan pihak lain;
n. Tidak sedang tersangkut perkara melanggar hukum dengan ancaman hukuman pidana
lebih dari 5 (lima) tahun;
2. Secara rinci dan spesifik, kriteria Calon Ketua dapat dirumuskan dan ditetapkan dalam
Temu Karya Desa.
Pasal 18
1. Ketua Karang Taruna DHARMA BHAKTI Desa GIRIMUKTI dinyatakan berhenti jika :
a. Meninggal Dunia;
b. Karena habis masa baktinya dan disahkan (demisioner) dalam forum Temu Karya
Desa setelah menyampaikan pertanggung jawabannya;
c. Meletakkan jabatan (mengundurkan diri) karena satu dan lain hal yang tidak
memungkinkan untuk menjabat lagi;
e. Diberhentikan oleh RPP jika ternyata yang bersangkutan terbukti bersalah di depan
pengadilan dalam kasus pidana yang merusak nama baik organisasi dan dirinya
sendiri;
2. Untuk kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a, c, e, dan f pasal ini, apabila
terjadi dalam masa bakti berjalan, maka RPP dan RPP Diperluas untuk soal butir f
mengeluarkan keputusan untuk menunjuk atau memberikan mandat kepada seorang
Pelaksana Ketua yang bertugas mempersiapkan pelaksanaan Temu Karya Luar Biasa
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak penunjukannya;
3. Untuk kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir d pasal ini, apabila terjadi
dalam masa bakti berjalan, maka RPP mengeluarkan keputusan untuk menunjuk atau
memberi mandat kepada seorang Pejabat Sementara (Pjs) Ketua hingga Ketua yang
bersangkutan memperoleh keputusan hukum tetap;
BAB IV
Pasal 19
1. Ketua;
2. Wakil Ketua 1;
3. Wakil Ketua 2;
4. Wakil Ketua 3;
5. Wakil Ketua 4;
6. Sekretrais 1;
7. Sekretaris 2;
8. Bendahara;
Pasal 20
Kualifikasi Organisasi
3. Berdasarkan kriteria penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, maka
ditetapkan Karang Taruna di desa dengan kualifikasi sebagai berikut :
Pasal 21
1. Penilaian dan penetapan kualifikasi Karang Taruna diselenggarakan oleh pengurus
Karang Taruna di tingkat kecamatan hingga tingkat nasional, yang mekanismenya
disusun dalam ketentuan organisasi secara tersendiri;
2. Penilaian dan penetapan kualifikasi Karang Taruna berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga)
tahun, untuk kemudian dilakukan penilaian dan penetapan kembali;
3. Unsur-unsur yang melakukan penilaian terdiri dari pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan, Pembina Fungsional, Pembina Wilayah, Pakar Pengembangan
Masyarakat, Organisasi Masyarakat, LSM, dan unsur masyarakat langsung melalui
mekanisme polling.
BAB V
Pasal 22
Pengertian
Pasal 23
Fungsi
5. Memberikan dukungan moral dan material bagi Karang Taruna DHARMA BHAKTI;
Pasal 24
1. Karang Taruna DHARMA BHAKTI dapat membentuk MPKT pada Temu Karya Desa
sebagai forum tertinggi yang kemudian dikukuhkan oleh forum tersebut;
2. MPKT dipimpin oleh seorang Ketua merangkap anggota, beberapa orang Wakil Ketua
(sesuai kebutuhan) merangkap anggota, seorang sekretaris dan beberapa orang Wakil
Sekretaris (sesuai kebutuhan) merangkap anggota, dan para anggota yang jumlahnya
ditentukan sesuai dengan jumlah mantan aktivis Karang Taruna DHARMA BHAKTI
ditambah beberapa tokoh yang dianggap layak, apabila memungkinkan.
BAB VI
Pasal 25
3. Unit Teknis disahkan dan dilantik oleh Karang Taruna yang membentuknya dan harus
berkoordinasi serta mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada Karang Taruna yang
membentuknya.
BAB VII
Pasal 26
1. Temu Karya Desa (TKS) merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi Karang
Taruna DHARMA BHAKTI dan diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun;
Pasal 27
3. Menyepakati paket usulan di bidang program kerja maupun keorganisasian yang akan
dibawa dan diajukan pada Temu Karya Daerah/Temu Karya Nasional ditingkat yang
lebih tinggi;
4. Memilih dan mengangkat Ketua serta menyusun dan menetapkan Pengurus Karang
Taruna DHARMA BHAKTI;
Pasal 28
Rapat Kerja
1. Rapat Kerja (Raker) adalah forum yang dilaksanakan oleh Karang Taruna DHARMA
BHAKTI dalam rangka menjabarkan lebih lanjut hasil Temu Karya Desa;
3. Raker dihadiri oleh pengurus Karang Taruna DHARMA BHAKTI dan pengurus satu
tingkat dibawahnya sebagai utusan serta pengurus satu tingkat diatasnya dan MPKT
tingkat yang bersangkutan sebagai peninjau.
Pasal 29
Pasal 30
Rapat Pimpinan
1. Rapat Pimpinan (Rapim) adalah forum yang dapat dilaksanakan oleh Karang Taruna
DHARMA BHAKTI dalam rangka memutuskan agenda-agenda strategis yang bersifat
mendesak dan memerlukan penyelesaian segera, baik internal maupun eksternal;
2. Rapim dilaksanakan atas inisiatif dan panggilan dari pengurus Karang Taruna
DHARMA BHAKTI atau atas usulan lebih dari setengah pimpinan pengurus Karang
Taruna satu tingkat dibawahnya;
3. Rapim dihadiri oleh pengurus Karang Taruna DHARMA BHAKTI dan ketua pengurus
satu tingkat di bawahnya;
Pasal 31
Pasal 32
Rapat Konsultasi
1. Rapat Konsultasi (Rakon) adalah forum yang dilaksanakan bersama para mitra kerja
dalam rangka memantapkan program-program kerja dan mengkonsolidasikan kinerja
organisasi;
2. Rakon dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali dan dikaitkan dengan pelaksanaan
Bulan Bhakti Karang Taruna (BBKT) dalam rangka memperingati hari ulang tahun
Karang Taruna pada tanggal 26 September;
3. Rakon membahas hal-hal yang bersifat strategis dan priorotas dalam kurun waktu
setahun;
4. Rakon dihadiri oleh pengurus Karang Taruna DHARMA BHAKTI, pengurus satu tingkat
diatasnya, pengurus satu tingkat dibawahnya, MPKT, dan para mitra baik instansi
pemerintah, maupun sektor kemasyarakatan lainnya.
Pasal 33
1. Rapat Pengurus Pleno (RPP) adalah forum yang dilaksanakan oleh pengurus Karang
Taruna DHARMA BHAKTI secara periodik;
3. RPP membahas evaluasi hasil kerja pengurus dan hal-hal lain sesuai dengan
kebutuhan;
4. Untuk kebutuhan tertentu, RPP dapat bersifat diperluas dalam arti mengundang
Pimpinan Karang Taruna satu tingkat dibawahnya dan unsur lain yang memiliki kaitan
dengan pembahasan agendanya.
Pasal 34
1. Rapat Pengurus Harian (RPH) adalah forum yang dilaksanakan oleh pengurus Karang
Taruna DHARMA BHAKTI yang lebih bersifat teknis kebijakan dan operasionalisasinya;
3. RPH membahas materi yang akan diputuskan dalam RPP dan membahas langkah dan
tindak lanjut keputusan RPP;
4. Untuk kebutuhan tertentu, RPH dapat dilaksanakan dan juga dapat bersifat diperluas
dalam arti mengundang pimpinan bagian dan/atau unsur lain yang memiliki kaitan
dengan pembahasan agendanya.
BAB VIII
Pasal 35
1. Karang Taruna memiliki struktur organisasi antar tingkatan yang bersifat vertikal
berjenjang;
2. Karang Taruna tingkat Nasional dibentuk oleh Karang Taruna tingkat Provinsi, tingkat
Provinsi dibentuk oleh tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Kabupaten/Kota dibentuk oleh
tingkat Kecamatan, tingkat Kecamatan dibentuk oleh tingkat Desa/Kelurahan, tingkat
Desa/Kelurahan dibentuk oleh warga Karang Taruna setempat.
Pasal 36
d. Otonomi untuk mengatur urusan/tatanan internal dan menjalankan program yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam Temu Karya.
a. Melakukan kontrol terhadap kepengurusan dan pelaksanaan dari Karang Taruna yang
dibentuknya;
c. Mengusulkan perubahan kepengurusan dan tata kerja karena sebab tertentu yang
dapat dipertanggungjawabkan baik dalam bentuk PAW maupun dalam bentuk Temu
Karya Luar Biasa;
Pasal 37
a. Usulan perubahan Pedoman dasar dan Pedoman Rumah Tangga dan beberapa
peraturan organisasi lainnya;
2. Karang Taruna di tingkat lain yang jauh lebih rendah dapat pula mengajukan usul
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini tetapi tetap melalui Karang Taruna
setingkat diatasnya, yang mekanismenya kemudian diatur secara tersendiri;
3. Karang Taruna tingkat Nasional dapat meminta kepada Karang Taruna
Kabupaten/Kota melalui tingkat Provinsi, berupa:
5. Karang Taruna pada tingkat lain mulai dari Provinsi hingga Desa/Kelurahan dapat
mengajukan permintaan yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini
melalui fungsi koordinatifnya kepada tingkatan yang ada dibawahnya.
Pasal 38
1. Karang Taruna pada satu tingkatan (setingkat) dapat melakukan kerjasama dalam hal :
2. Dalam hal antar 2 (dua) atau lebih Karang Taruna tingkat Provinsi akan melakukan
kerjasama maka wajib menyampaikan pemberitahuan kepada Karang Taruna tingkat
Nasional, demikian pula jika kerjasama dilakukan pada tingkatan dibawahnya secara
derivatif;
3. Mekanisme seperti tersebut dalam ayat (2) Pasal ini berlaku pula untuk kerjasama
yang dilakukan pada semua tingkatan;
4. Pemberitahuan melakukan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini
bertujuan untuk pengagendaan program kegiatan ditingkat Nasional dan untuk
kepentingan koordinasi Karang Taruna tingkat Nasional;
Pasal 39
1. Pada prinsipnya, hubungan Karang Taruna ditingkat manapun dengan organisasi atau
lembaga lain diluar organisasi dapat dilaksanakan sepanjang merupakan hubungan
kerjasama yang bersifat kemitraan yang saling menguntungkan;
Pasal 40
1. Hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak lain diluar Pemerintah dibangun dalam
kerangka menjalankan dan mengembangkan program-program Karang Taruna dengan
tetap memperhatikan prinsip saling menguntungkan, profesional visi dan misi serta
relevansi;
3. Hubungan kerjasama kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini harus
dilandasi oleh rasa saling pengertian yang tinggi, bukti, dan dokumen yang dapat
dipertanggungjawabkan serta kesepakatan bersama untuk menanggulangi setiap
permasalahan dan akibat yang timbul sesuai dengan Hak dan Kewajiban masing-
masing pihak.
BAB IX
IDENTITAS ORGANISASI
Pasal 41
Lambang
a. Sekuntum bunga Teratai yang mulai mekar yang melambangkan insan remaja yang
dijiwai semangat kemasyarakatan (sosial);
b. Empat helai daun bunga dibagian bawah melambangkan keempat fungsi Karang
Taruna;
c. Dua helai pita yang terpampang dibagian atas dan bawah. Pita dibagian atas terdapat
tulisan “ADITYA KARYA MAHATVA YODHA” (“ADITYA” berarti cerdas dan penuh
pengetahuan; “KARYA” berarti pekerjaan; “MAHATVA” berarti terhormat dan berbudi
luhur; dan “YODHA” berarti pejuang atau patriot). Jadi secara keseluruhan berarti
Pejuang yang berkepribadian, berpengetahuan, dan terampil. Pita dibagian bawah
bertuliskan “KARANG TARUNA” (“KARANG” berarti pekarangan, halaman, atau
tempat; “TARUNA” berarti remaja; jadi, “KARANG TARUNA” berarti tempat atau wadah
pengembangan remaja Indonesia;
d. Sebuah lingkaran dngan bunga Teratai mekar dengan tujuh helai daun bunga sebagai
latar belakang, yang melambangkan Tujuh Unsur Kepribadian yang harus dimiliki warga
Karang Taruna :
g. Lingkaran yang terdiri dari simbol Rantai, Gerigi Mesin serta Padi dan Kapas
mengandung arti sebagai berikut :
2) Merah : Keberanian, sabar, tenang, dapat mengendalikan diri dan tekad pantang
mundur;
3) Kuning : Keagungan dan keluhuran budi pekerti;
4) KARYA : Kerja
Pasal 42
Bendera
Bentuk, ukuran dan penggunaan bendera Karang Taruna DHARMA BHAKTI Desa
GIRIMUKTI diatur sebagai berikut :
2. Warna dasar adalah biru benhur dengan pinggiran berwarna kuning emas yang
melingkari warna dasar tanpa rumbai-rumbai;
3. Digunakan pada saat kegiatan Karang Taruna berlangsung baik didalam maupun
diluar ruangan.
Pasal 43
Panji
Bentuk dan penggunaan panji Karang Taruna DHARMA BHAKTI diatur sebagai berikut:
2. Panjang 180 cm dan lebar 120 cm, ditengah-tengahnya terdapat lambang Karang
Taruna DHARMA BHAKTI yang bergaris tengah 60 cm;
3. Di ketiga sisinya (yang tidak melekat pada tiang) diberi rumbai warna kuning emas
dengan panjang 6 cm;
4. Panji diikatkan pada tiang dengan tiga buah tali pengikat, tinggi tiang 3 meter
berbentuk bulat dan bergaris tengah 4 cm;
5. Pada puncak tiang panji diberi kepala tiang (mustika) berbentuk Teratai yang mulai
mekar dengan tinggi 20 cm, bergaris tengah 10 cm dan terbuat dari logam;
6. Penggunaan panji:
b. Diletakkan berdampingan dengan bendera nasional pada setiap kegiatan dalam ruang
tertutup (rapat, seminar, upacara, dan sebagainya);
Pasal 44
1. Mars dan Hymne dinyanyikan dalam keadaan bediri dengan sikap hormat, pada setiap
acara upacara resmi dan kebesaran yang diselenggarakan oleh Karang Taruna;
4. Bentuk Mars dan Hymne secara lengkap sesuai dengan naskah sebagaiman terlampir
pada Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna ini.
Pasal 45
Seragam Resmi
Pasal 46
Pasal 47
Seragam Operasional
Seragam operasional Karang Taruna adalah seragam yang dipergunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang bersifat lapangan/operasional terutama dalam pelaksanaan
program-program kegiatan di masyarakat.
Pasal 48
2. Jaket lengan pendek berwarna biru benhur, terdapat lidah pada kedua pundaknya,
bertuliskan nama KARANG TARUNA pada dada sebelah kiri, nama pemakai pada dada
sebelah kanan, dan mengenakan lambang Karang Taruna pada sisi bahu sebelah kiri,
serta nama tingkatan Karang Taruna pada sisi bahu sebelah kanan;
5. Topi Karang Taruna berwarna biru dongker dengan lambang Karang Taruna
didepannya, nama Karang Taruna disamping kiri dan pemakai disamping kanan.
Pasal 49
Seragam Tambahan
Seragam tambahan adalah seragam di luar ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal
43, 44, 45, dan 46 Bab ini, yang merupakan kelengkapan dari seragam operasional
untuk menunjukkan adanya identitas kegiatan tertentu seragam panitia/peserta
kegiatan tersebut.
Pasal 50
3. Seragam tambahan lain dapat ditetapkan dalam bentuk seragarn loreng dan rompi
untuk kepentingan gugus tugas tertentu, yang pengaturannya lebih lanjut ditetapkan
dalam ketentuan tersendiri.
BAB X
Pasal 51
Perubahan Anggaran Rumah Tangga Karang Taruna DHARMA BHAKTI hanya dapat
dilakukan dalam Temu Karya Desa Karang Taruna DHARMA BHAKTI, setelah
memperoleh persetujuan sekurang–kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah peserta
(pengurus) yang hadir, kemudian diusulkan untuk disahkan oleh Ketua Karang Taruna
DHARMA BHAKTI.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 52
1. Segala sesuatu yang dalam Anggaran Rumah Tangga ini menimbulkan perbedaan
penafsiran, dimusyawarahkan dalam Rapat Pleno;
2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur
dalam Peraturan dan Kebijakan Organisasi lainnya.
BAB XII
PENUTUP
Pasal 53
1. Anggaran Rumah Tangga DHARMA BHAKTI ini merupakan bagian tak terpisahkan
dari Anggaran Dasar Karang Taruna DHARMA BHAKTI;
2. Anggaran Rumah Tangga DHARMA BHAKTI ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
KETUA,
LUKMAN HADI