KRISIS HIPERTENSI
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis
kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1) Atas : pembuluh darah besar
2) Bawah : diafragma
3) Setiap sisi : paru
4) Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang
terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri
yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang
disampaikan pada suatu organ). Arteri merupakan struktur berdinding tebal
yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar
25mm(1 inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi
menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran
4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai
diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan
darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai
dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan
yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan
darah dan terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang
sifatnya elastic dan termasuk otot polos
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari
jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri
(Syaifuddin, 2006)
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal.
Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi
diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada
jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan
meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan
langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil
yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya
terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya
mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di ginjal,
menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara
pembuluh darah arteri dan vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid
tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi
dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah
mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi
melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali
cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat
di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk
oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan
secara sempurna satu sama lain. (Gibson, John. 2002)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau
alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti
vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih
kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena
membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding tipis,
mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
3. Klasifikasi Krisis Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg
dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg\
b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang
mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada
penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai
oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau
telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan
pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat
naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD
mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di
perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu
menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang
bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam
hitungan jam sampai hari).
4. Etiologi Krisis Hipertensi
Ketidakteraturan meminum obat antihipertensi, stress, mengkonsumsi kontrasepsi oral, obesitas, merokok dan minum alkohol
Krisis Hipertensi
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Ruptur pembuluh
darah otak Vasokonstriksi
Afterload Penyempitan
pembuluh darah ginjal
ventrikel kiri ↑ arteri kroner
Edema cerebral,
peningkatan TIK Suplai O2 ke ginjal Suplai O2 ke
Hipertropi
menurun ventrikel kiri jantung menurun
Iskemia – hipoksia
jaringan cerebral Risiko ketidakefektifan Akut Miokard
Gagal jantung kiri Infark
perfusi ginjal
Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak Cardiac output Penurunan
menurun curah jantung
Metabolisme anaerob ↑
Back failure Ketidakefektifan
pola napas
Asam laktat ↑
Tekanan vena
pulmonalis ↑
Penurunan
Nyeri Akut
ekspansi paru
Tekanan
kapiler paru ↑
Edema paru
8. Pemeriksaan Diagnostik Krisis Hipertensi
Ensefalopati hipertensif
Batas rendah autoregulasi otak pada normotensi adalah 60-70 mmHg, pada
hipertensi adalah 120 mmHg. Batas tertinggi autoregulasi otak pada
normotensi adalah 150 mmHg. Sedangkan pada hipertensi adalah 200
mmHg. Dengan mengetahui batas tersebut maka penurunan tekanan darah
secara drastis harus dihindari agar perfusi di otak tetap baik. Dari segi
patologi anatomi dijumpai adanya edema, bercak perdarahan maupun infark
kecil dan nekrosis arterioler.
b. Perdarahan intra serebral
Terjadi karena pecahnya sistem vaskularisasi intra serebral yang disebabkan
terjadinya perubahan degeneratif pembuluh darah, berlanjut menjadi
aneurisma oleh sebab lain misalnya arterosklerosis. Mekanisme lain dapat
terjadi oleh karena nekrosis pembuluh darah otak, trombosis multipel atau
spasme pembuluh darah sebagai reaksi meningkatnya tekanan darah secara
tiba – tiba. Gejala klinis berupa sakit kepala hebat mendadak disertai
penurunan kesadaran. Dengan pemeriksaan CT scan dapat diketahui dengan
pasti lokasi dan luas jaringan otak yang terkena.
a. Identitas Pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama, bangsa.
b. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji :
a) Bersihan jalan nafas
b) Distres pernafasan
c) Tanda – tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji :
a) Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
b) Suara nafas melalui hidung atau mulut
c) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
d) Kelainan dinding thoraks
3) Circulation
Kaji :
a) Denyut nadi karotis
b) Tekanan darah
c) Warna kulit, kelembapan kulit
d) Tanda – tanda perdarahan eksternal dan internal
e) Suhu akral perifer dan CRT
4) Disability
Kaji :
a) Tingkat kesadaran
b) Gerakan ekstremitas
c) GCS (Glasgow Coma Scale)
d) Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
e) Refleks fisiologis dan patologis
f) Kekuatan otot
5) Eksposure
Kaji : Tanda-tanda trauma yang ada
c. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat kesehatan
Kaji apakah ada riwayat penyakit serupa sebelumnya baik dari pasien
maupun keluarga. Kaji juga riwayat penyakit yang menjadi pencetus
krisis hipertensi pada pasien
2) Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh (head to toe) dengan
focus pengkajian pada :
a) Mata : lihat adanya papil edema, pendarahan dan eksudat,
penyempitan yang hebat arteriol.
b) Jantung : palpasi adanya pergeseran apeks, dengarkan adanya bunyi
jantung S3 dan S4 serta adanya murmur.
c) Paru : perhatikan adanya ronki basah yang mengindikasikan CHF.
d) Status neurologic : pendekatan pada status mental dan perhatikan
adanya defisit neurologik fokal. Periksa tingkat kesadarannya dan
refleks fisiologis dan patologis.
2. Diagnosa Keperawatan
2. Intervensi Keperawatan
Monitor Tekanan
1. Monitor kualit
2. Monitor tekan
3. Monitor status
4. Monitor suhu
5. Periksa pasien
6. Letakkan kepa
hindari fleksi p
7. Sesuaikan kep
perfusi serebra
8. Berikan agen
TIK dalam jan
2 Penurunan curah jantung Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Cardiac Care
b.d perubahan ….. x …. jam, diharapkan masalah 1. Evaluasi adany
kontraktilitas penurunan curah jantung dapat teratasi durasi, serta
dengan kriteria hasil : meringankan g
Cardiac Pump Effectiveness 2. Monitor EKG
1. Terjadi penurunan tekanan darah sistolik 3. Lakukan penil
dan diastolik (Cek nadi p
2. Heart rate dalam batas normal temperatur eks
3. Tekanan vena sentral (Central venous 4. Monitor tanda
pressure) dalam batas normal 5. Monitor status
4. Gejala angina berkurang 6. Monitor disritm
5. Edema perifer berkurang 7. Catat tanda da
6. Tidak mengeluh dispnea saat istirahat 8. Monitor statu
7. Tidak terjadi sianosis jantung
9. Monitor abdom
Circulation Status 10. Monitor nilai l
1. PaO2 dalam batas normal (60-80 mmHg) 11. Sediakan te
2. PaCO2 dalam batas normal (35-45 mmHg) kebijaksanaan
3. Saturasi O2 dalam batas normal (> 95%) cardioverion, d
4. Capillary Refill Time (CRT) dalam batas 12. Monitor dispn
normal (< 3 detik)
Cardiac Care : A
1. Monitor kecep
2. Auskultasi bun
3. Auskultasi par
tambahan lain
4. Monitor fakt
oksigen (PaO
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, Made, Ketut Suastika. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC
Devicaesaria, A. 2014. Hipertensi Krisis. Leading Jurnal
Gunawan, Lany. 2005. Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hani, Sharon EF, Colgan R. 2010. Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care
Clin Office Pract 2010.
Khatib, Oussama M.N. 2005. Clinical Guidelines for the Management of
Hypertension.WHO
Price, SA. & Wilson, LM. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Syarif, Amir. 2003. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI
Vaidya CK, Ouellette CK. 2009. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital
Physician 2009.
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn. H
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Bugis / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Alamat : Desa Baito
No. RM : 068309
Diagnosa medis : Hipertensi
Tanggal masuk RS : 7 Jnuari 2021
Tanggal pengkajian : 8 Januari 2021
Sumber informasi : Pasien dan Keluarga
2. Keluhan utama
Mengeluh kepalanya pusing
3. Riwayat kesehatan sekarang
Sebelum dibawa ke Rumah Sakit pasien mengeluhkan kepalanya terasa pusing,
perut terasa mual,muntah bercampur darah, dan tangan terasa kesemutan.
Kemudian oleh keluarga Tn. H langsung di bawa ke Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta agar segera mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Klien tampak lemas, mata sulit dibuka, Pasien mengatakan makan hanya habis
½ porsi tenggorokanya sakit saat menelan, berat badan 75 kg sebelum sakit,
tinggi badan 170 cm. Biochemical Data: Hb 14,6 g/dl., Hematokrit 42,7,
Trombosit 285.000, GDS 152 mg/dl.
4. Riwayat kesehatan dahulu
9 tahun yang lalu Tn. H pernah di rawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta karena kecelakan.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang sama seperti klien.
6. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Kurang baik
Kesadaran : Kesadaran CM
TTV
Tekanan Darah :170/110 mmHg
Frekuensi Nadi : 92x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36,8oC
a) Kepala
Inspeksi : Distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris
b) Mata
Inspeksi : Anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris.
c) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot-
otot pernapasan
d) Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris
e) Mulut
Inspeksi : Bentuk simetris, sianosis, serta keluarnya darah segar dan lender,
mukosa bibir kering.
f) Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak
dicurigai fraktur cervikal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan
g) Toraks
Inspeksi : Bentuk tidak simetris, tidak ada jejas, pergerakan
dinding dada simetris, tidak ada otot bantu pernapasan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Bunyi napas ronchi, frekuensi napas 24x/menit
h) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Bising usus normal 12x/menit
Perkusi : Tympani
i) Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blase
j) Ekstremitas Atas
Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan terpasang infus ditangan kiri,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
k) Eksremitas Bawah
Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Klasifikasi data
Ds:
1. Pasien mengeluhkan kepalanya terasa pusing
2. Perut terasa mual,muntah bercampur darah, dan tangan terasa kesemutan.
3. Pasien mengatakan makan hanya habis ½ porsi tenggorokanya sakit saat menelan.
Ds:
1. Klien tampak lemas, mata sulit dibuka
2. Mukosa bibir kering
3. Berat badan 75 kg sebelum sakit
4. Tinggi badan 170 cm
5. Biochemical Data: Hb 14,6 g/dl.
6. Hematokrit 42,7
7. Trombosit 285.000
8. GDS 152 mg/dl.
Tujuan dan
Tanggal Diagnosa Intervensi Paraf
Kriteria Hasil
9 Mei 2012 1 Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah
tindakan keperawatan 2. Pertahankan tirah baring
selama 1 x 24 jam selama fase akut
tidak terjadi 3. Ajari teknik relaksasi
kerusakan organ, Beri tindakan
dengan kriteria nonfarmakologis untuk
hasil ; tekanan darah menghilangkan rasa sakit
dalam batas normal( misal; kompres dingin pada
130/90 mmHg – dahi, pijat punggung atau
140/95 mmHg ) leher
4. Anjurkan pasien untuk
meminimalkan aktivitas
yang dapat menyebabkan
kepala pusing misal ;
mengejan saat buang air
besar, batuk panjang,
membungkuk
5. Bantu pasien dalam
ambulasi sesuai kebutuhan
6. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
terapi
9 Mei 2012 2 Setelah dilakukan 1. Beri makanan dalam porsi
tindakan sedikit tapi sering
keperawatan 1 X 2. Motivasi pasien untuk
24 jam kebutuhan menghabiskan
nutrisi pasien dapat makanannya
terpenuhi, dengan 3. Beri higien oral sebelum
kriteria hasil ; dan sesudah makan
mukosa bibir lembab, 4. Awasi pemasukan diit
diit dari rumah sakit 5. Kaji ulang pola makan
bisa habis 2/3 porsi 6. Berikan diet,makanan
ringan tambahan yang
disukai pasien
7. Kolaborasi dengan ahli
gizi
Implementasi Dan Evaluasi
Tanggal No Implemmentasi Evaluasi Paraf
Dx. 1. Memantau tekanan darah S: Keluarga mengatakan
2. Mempertahankan tirah
1 kepalah pasien sudah
baring selama fase akut
3. Mengajarkan teknik relaksasi tidak pusing lagi
Beri tindakan
O : Pasien terlihat rilex
nonfarmakologis untuk
menghilangkan rasa sakit A : Masalah teratasi
misal; kompres dingin pada
P : Intervensi Dihentikan
dahi, pijat punggung atau
leher
4. Menganjurkan pasien untuk
meminimalkan aktivitas yang
dapat menyebabkan kepala
pusing misal ; mengejan saat
buang air besar, batuk
panjang, membungkuk
5. Membantu pasien dalam
ambulasi sesuai kebutuhan
6. Mengkolaborasikan dengan
tim dokter dalam pemberian
terapi