Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN SEMINAR AKHIR STASE KEPERAWATAN

GERONTIK PADA KLIEN “Ny. W” DENGAN


DIAGNOSE MEDIS “HIPERTENSI”
DI UPTD URUSAN PUKESMAS
KAWATUNA PALU

SATASE KEPERAWATAN GERONTIK

Di Susun Oleh

Kelompok VII
Indah Kususmawati, S.Kep 2019032038
Rahmad Dunggio, S.Kep 2019032075
Muhlis R Miu, S.Kep 2019032054
Nilasari Lakoro, S.Kep 2019032060
Rahayu Ningsih, S.Kep 2019032074
Sultina, S.Kep 2019032094
Aa Putu Mahyani, S.Kep 20190320
Dewi Kuntuamas, S.Kep 20190320

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN SEMINAR AKHIR STASE KEPERAWATAN
GERONTIK PADA KLIEN “Ny. W” DENGAN
DIAGNOSE MEDIS “HIPERTENSI”
DI UPTD URUSAN PUKESMAS
KAWATUNA PALU

SATASE KEPERAWATAN GERONTIK

Telah disahkan
Pada Tanggal 10 September 2020

Mengetahui

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Sitti Sarini, S.Kep Hasnidar, S.Kep., Ns., Mm.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt.  Karena dengan rahmat dan

hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan seminar kasus ini dalam

bentuk maupun isinya yang sederhana. Maksud dan tujuan dibuat laporan seminar

kasus ini adalah agar lebih memahami materi mengenai hipertensi yang akan kami

bahas dalam laporan seminar kasus ini.

            laporan seminar kasus ini dibuat berdasarkan beberapa sumber yang

bersangkutan dengan materi. Dalam penyusunan laporan seminar kasus ini, tentulah

kami banyak menemukan berbagai hambatan dan kendala karena keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan yang kami punya. Kami menyadari bahwa laporan

seminar kasus ini jauh dari sempurna baik secara penyajian ataupun kelengkapannya.

Oleh karena itu, kami siap menerima segala kritik dan saran demi sempurnanya

makalah-makalah yang lainnya.

Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang

telah membantu dalam penyusunan laporan seminar kasus ini.

            Semoga laporan seminar kasus ini bermanfaat bagi semua pihak di bidang

keperawatan dan bidang kesehatan pada umumnya.

Palu, 10 September 2020

KELOMPOK VII
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Identifikasi Masalah ......................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................
D. Manfaat Penulisan .........................................................................................
E. Metode Penulisan...........................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................
1. KONSEP MEDIS.................................................................................................
A. Definisi ..........................................................................................................
B. Anatomi Fisiologi...........................................................................................
C. Etiologi ..........................................................................................................
D. Patofisiologi...................................................................................................
E. Manifestasi Klinik..........................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................
G. Penatalaksanaan.............................................................................................
H. Komplikasi.....................................................................................................
2. KONSEP KEPERAWATAN..............................................................................
A. Pengkajian......................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................
C. Intervensi Keperawatan..................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................................
A. Pengkajian .....................................................................................................
B. Pathway Kasus ..............................................................................................
C. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................
D. Intervensi Keperawatan..................................................................................
E. Implementasi Keperawatan............................................................................
F. Evaluasi Keperawatan....................................................................................

BAB IV PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. sedangkan

menurut Wijaya, (2017) hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi

peningkatan tekanan darah secara abnormal dan berulang dalam pemeriksaan

tekanan darah yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam

mempertahankan tekanan darah di keadaan normal. Hipertensi atau yang biasa

dikenal di masyarakat sebagai tekanan darah tinggi terjadi akibat adanya

peningkatan tekanan darah pada pembuluh arteri yang mengalirkan darah dari

jantung ke seluruh tubuh selama terus menerus dari satu periode (Irianto,

2014).

Hipertensi tahap 1 apabila tekanan darah sistolik dalam rentan 140-159

mmHg dan tekanan darah diastolik dalam rentan 90-99 mmHg, seseorang

memiliki tekanan darah dalam rentan tersebut maka orang tersebut dapat

dikatakan hipertensi ( Kim et al, 2013). Data World Health Organization

(WHO) tahun 2013, menyatakan bahwa orang yang menderita hipertensi

mengalami peningkatan dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 milyar pada

tahun 2008. Orang dewasa dengan hipertensi diperkirakan akan terus

meningkat sekitar 1,56 miliar pada tahun 2020 (Karim et al, 2018). Sedangkan

menurut Jaszcz et al, 2016 hipertensi termasuk penyakit yang umum, dewasa
mempunyai prevelansi 26% pada tahun 2000 dan diperkirakan akan

bertambah menjadi 29,2% pada tahun 2025 di seluruhdunia. Dari data Riset

Kesehatan Dasar (2013) angka terjadinya hipertensi di indonesia yang

diperoleh melalui pengukuran pada populasi kelompok umur ≥ 18 tahun

sebanyak 25,8% dari populasi atau sekitar 65 juta orang yang menderita

hipertensi. Daerah Bangka Belitung menjadi daerah dengan angka kejadian

hipertensi terbesar yaitu sebanyak

30,9% dan angka kejadian terendah yaitu sebanyak 16,8% terdapat di daerah

Papua (Bisnu, 2017).

Perlu perhatian pada kasus ini karena hipertensi dapat menimbulkan

komplikasi yang memunculkan masalah baru, yaitu stroke. Penderita dengan

penyakit apapun relatif memiliki masalah pada fisiologis, sosial dan spiritual.

Penyakit kronis memiliki ikatan dengan masalah psikologis (Widakdo &

Besral 2013). Dan banyak penderita penyakit kronis memiliki perasaan cemas,

tertekan, stress, dan mengalami masalah gangguan tidur (Satrianegara, 2014).

Penyakit keronis dan masalah psikologis mampu mempengaruhi kualitas

hidup seseorang. Konsep kualitas hidup merupakan multidimensi,

mencangkup bidang dasar kehidupan: fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan

ekonomi.
B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pengkajian pada klien ny. W Dengan kasus hipertensi ?

2. Bagaimana diagnosa pada klien ny. W Dengan kasus hipertensi ?

3. Bagaimana intervensi pada klien ny. W Dengan kasus hipertensi ?

4. Bagaimana implementasi pada klien ny. W Dengan kasus hipertensi ?

5. Bagaimana evaluasi pada klien ny. W dengan kasus hipertensi?

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini adalah untuk menerapakan asuhan

keperawatan pada klien Ny W dengan diagnose mendis hipertensi dengan

menggunakan proses keperawatan.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan penulisan ini adalah :

a. Agar perawat memahami dalam melakukan intervensi pada klien ny.

W dengan kasus hipertensi.

b. Agar perawat memahami dalam melakukan implementasi pada klien

ny W dengan kasus hipertensi.

c. Agar perawat memahami dalam melakukan evaluasi pada klien ny.

W dengan kasus hipertensi.


D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan ini adalah :

1. Untuk kelompok sendiri, hasil karya tulis ini dapat digunakan sebagai

pengalaman yang nyata dalam memberikan keperawatan pada Ny. W

dengan kasus hipertensi.

2. Untuk institusi pendidikan kesehatan, sebagai referensi dan tambahan

informasi dalam peningkatan dan mutu pendidikan dimasa yang akan

dating tentang asuhan keperawatan Ny. W dengan kasusu hipertensi.

3. Untuk uptd urusan pukesmas kawatuna palu, hasil karya tulis ini

diharapkan menjadi informasi, saran, dan evaluasi untuk peningkatan

mutu pelayanan yang lebih kepada UPTD Urusan Pukesmas Kawatuna

Palu yang akan datang

E. Metode Penulisan

Tehnik pengumpulan data :

1. Wawancara/anamnesa

Tehnik pengumpulan data dengan wawancara adalah dengan melakukan

anamnesa atau wawancara secara langsung kepada klien lansia Ny. W dan

keluarga unruk mendapatkan data yang berhubungan dengan kasus

hipertensi.

2. Pemeriksaan fisisk
Tehnik pengumpulan data dengan cara pemeriksaan fisisk adalah

memeriksa seluruh bagian tubuh dengan metode per sistem dengan tujuan

mencari kelainan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.


BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Medis
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara
terus menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani 2015).
B. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Sistem kardiovaskuler adalah system transport (peredaran) yang
membawa gas -gas pernafasan , nutrisi, hormon - hormon dan zat lain ke
dari dan jaringan tubuh. Sistem kardiovaskuler di bangun oleh :
1) Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot
jantung meupakan jaringan istimewa karena di lihat dari bentuk dan
susunanya sama dengan otot lintang, tetapi cara kerjanya sama otot
polos yaitu di luar kemauan kita ( dipengaruhi oleh susunan saraf
otonom) . Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya
tumpul (pangkal jantung) dan di sebut basis kordis. Di sebelah bawah
agak runcing yang disebut apeks kordis.
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan ( kavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga
dada, d atas diafragma , dan pangkalnya terdapat di belakang kiri
antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempat
ini teraba adanya jantung yang di sebut iktus kordis. Ukuran jantung
kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira – kira
250 – 300 gram.
a) Lapisan jantung
Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di
sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput
lender yang melapisi rongga endotel atau selaput lender yang
melapisi permukaan rongga jantung. Miokardium merupakan
lapisan inti dari jantung terdiri dari otot – otot jantung, otot
jantung ini membentk bundalan – bundalan otot yaitu:
 Bundalan otot atria , yang terdapat di bagian kiri/ kanan dan
basis kordis yang membentuk serambi atau aurikula kordis.
 Bundalan otot ventrikel , yang membentuk bilik jantung, di
ualai dari cincin atrioventrikular sampai di apeks jantung.
 Bundalan dari otot ventrikuler merupakan dinding pemisah
antara ruang serambi dan bilik jantung.
b) Katup – katup jantung
Di dalam jantung terdapat katup – katup yang sangat penting
artinya dalam susunan perdaran darah dan pergerakan jantung
manusia.
 Valvula biskuspidalis , terdapat antara atrium dextra dengan
ventrikel dextra terdiri dari 3 katup.
 vena biskuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan
ventrikel sinistra terediri 2 katup.
 vulva semilunaris artei pulmonalis, terletak antara ventrikel
dextra dengan arteri pulmonali , tempat darah mengalir menuju
ke paru – paru.
 vena semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sisnistra
dengan aorta tepat darah mengalir menuju keseluruh tubuh.
2) Pembuluh darah
a) pembuluh darah arteri
Arteri merupakan Jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung
yang membawa darah ke seluruh dari ventrikel sinistra di sebut
aorta. Arteri mempunyai 3 lapisan yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic dan trdiri dari 3 lapisan.
 Tunika intima / interna. Lapisa paling dalam sekali
behubungan dengan darah dan terdiri dari jaringn endotel.
 Tunika media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot
yang terdiri dari jaringan otot yang polos.
 Tunika eksterna / adventesia. Lapisan yang palng luar sekali
trdiri dari jaringan ikat lembur yang menguatkan dinding
arteri.
b) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari
bawah mikroskop. Kapiler pembentuk anyaman di seluruh
jaringan tubuh. Kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain
menjadi darah yang lebih besar disebut vena
c) Vena ( pembuluh darah balik )
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung Beberapa vena
yang penting :
 Vena cava superior Vena balik yang memasuki atrium kanan
membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax dan
ektremitas atas.
 Vena cava inferor Vena yang mengembalikan darah kotor ke
jantung dari semua organ tubuh bagian bawah.
 Vena cava jugularis Vena yang mengembalikan darah kotor
dari otak ke jantung
khusus sistem pengantar atrium ke ventrikel terdapat perlambatan 1/10
detik antara jalan implus jantung dan atrium ke dalam ventrikel. Hal ini
memungkinkan atrium berkontraksi mendahului ventrikel , atrium bekerja
sebagai pompa primer bagi ventrikel dan ventrikel kemudian menyediakan
sumber tenaga utama bagi pergerakan darah melalui sistem vaskular.
C. Klasifikasi Hipertensi
Menurut (WHO 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan
darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang
dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Ke Atas

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal <130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99

Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109

Stadium 3 (berat) 180-209 110-119

Stadium 4 ( sangat berat) ≥210 ≥120


Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan
hipertensi sekunder (Aspiani 2015). Hipertensi primer adalah peningkatan
tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi
merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat
badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena
suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan
tiroid. Dari 10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor
pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi
oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar dan stres (Aspiani
2015).
D. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
(Aspiani 2015) :
1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :
(Aspiani 2015)
a) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat
dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan
darah tinggi.
b) Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah
meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–
laki lebih tinggi dari pada perempuan.
c) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi
berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan
cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.
Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume
darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang
menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan
tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan
tekanan darah meningkat.
d) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
e) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup
sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok,
dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam
waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama
merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol
yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan
tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi
pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien
dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar
dari komplikasi yang bisa terjadi.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat stenosi
arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.
Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjalsehingga terjadi
pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan
pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung meningkatkan
tekanan darahdan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron
dan reabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan perbaikan pada stenosis,atau
apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah akan kembalike normal
(Aspiani 2015).
E. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh
dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan
tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah
antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem
renin angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti 2015).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah (Padila 2016).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila 2016). Meski etiologi hipertensi
masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis
hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal,
jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan
air (Aspiani 2015).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila 2016).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan
keadaan hipertensi (Padila 2016).
Pathway

umur jenis kelamin gaya hidup obesitas

stimulasi baroreseptor dari sinus karotis & arkus aorta

saraf simpatis ( pelepasan kolekolamin)

aktivitas epineprin dan norepineprin

vasokontriksi

peningkatan tekanan darah

gangguan sirkulasi

otak retina pembuluh darah

spasme artriole sistemik


resistensi
pembuluh vasokontriksi
darah otak diplopia
afterload meningkat
aliran darah Resiko Injuri
ke otak akan
Penurunan
terganggu
Curah Jantung

suplai O2 sinkop fatique


CO2
Gangguan Intoleransi
Terjadi metabolisme Perfusi Jaringan Aktivitas
anaerob Otak

asam laktat

menstimulasi peka Nyeri


nyeri kapiler pada muncul sensasi nyeri
Kronis
otak
Gangguan Pola
Tidur
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani 2015) menyebutkan
gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara
umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth 2017) klien hipertensi mengalami
nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat
dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan
vasculer cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe
tengkuk pada klien hipertensi.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah. Untuk memeriksa kadar kalium, glukosa, kreatinin,
sodium, kolestrol, trigliserida, dan nitrogen urea (BUN) dalam darah.
2. Pemeriksaan urine. Untuk memeriksa adanya kondisi kesehatan lain yang
memicu naiknya tekanan darah.
3. Ultrasonografi. Untuk mendapatkan gambaran ginjal dan arterinya
menggunakan gelombang suara.
4. Elektrokardiogram. Untuk memeriksa fungsi jantung, apabila ada kecurigaan
bahwa gangguan jantung merupakan penyebab hipertensi.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara
memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu : (Aspiani
2015)
1) Pengaturan Diet
a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga sangata
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat
pada dinding vaskular.
c. Diet kaya buah sayur.
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
2) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi
beban kerja jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa studi
menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan
hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs
angat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1
kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karenan
umumnya obat penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas
mengandung simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan
terjadinya eksaserbasi aritmia.
3) Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung..
olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30
menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang
dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
4) Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi
efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan
aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung
d. Obat-obatan :
Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic
bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan
mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik
(tiazid) juga dapat menurunkan TPR. Penghambat enzim mengubah angiostensin
II atau inhibitor ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostenin I menjadi
angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan
menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunakan sekresi
aldosterne, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium.
I. Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam
jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ
yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani
2015)
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak
dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan
tekanan darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12
trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah.
Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor
dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak
mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat
menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
d. Ginjal, tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak
sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat
yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan dalam tubuh.
2. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Fokus pengkajian menurut Wijayaningsih (2016) asuhan keperawatan pada
pasien hipertensi dilaksanakan melalui proses keperawatan yang terdiri dari :
a) Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton, frekuensi jantung
meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b) Integritas ego
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
c) Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur)
gula- gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori. Mual, muntah.
Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
d) Nyeri atau ketidak nyamanan
Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung), nyeri hilang timbul
pada tungkai, sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya, nyeri abdomen.
e) Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal.
f) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan,
orientasi pola atau isi bicara efek proses pikir atau memori (ingatan),
respon motorik (penurunan kekuatan genggaman tangan), perubahan
retina optik.
g) Pernapasan
Dispnea, takipnea, dispnea nocturnal paroksimal, riwayat merokok, batuk
atau dengan tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot
aksesori pernapasan.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
vasokontriksi
c. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun
d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
sirkulasi darah yang kurang ke otak
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kondisi fisik
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Kronis berhubungan dengan agen cedera biologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan rasa nyeri dapat berkurang, dengan
Kriteria Hasil :
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang
2) Ekspresi wajah pasien rileks
Intervensi :
a) Monitor tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien
b) Kaji tingkat nyeri
Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
c) Berikan posisi yang nyaman
Rasional : membantu pasien untuk rileks
d) Ajarkan pasien tehnik relaksasi dan distraksi
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
vasokontriksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan tekanan darah dalam rentang normal, dengan
Kriteria Hasil :
1) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
2) Tidak ada edema perifer
3) Tidak ada penurunan kesadaran
4) TD dalam rentang normal
Intervensi :
a) Pantau tekanan darah
Rasional : untuk mengetahui derajat hipertensi
b) Amati warna kulit, kelembaban dan suhu
Rasional : adanya pucat, dingin, kulit lembab mungkin berkaitan
dengan vasokontriksi/mencerminkan penurunan COP
c) Berikan lingkungan tenang dan nyaman
Rasional : membantu menurunkan rangsangan simpatis,
meningkatkan relaksasi
d) Pertahankan pembatasan aktivitas
Rasional : menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi
tekanan darah
e) Anjurkan tehnik relaksasi
Rasional : mengontrol tekanan darah
f) Kolaborasi pemberian obat anti hipertensi
Rasional : menurunkan resiko injuri
c. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan resiko injuri berkurang dengan
Kriteria Hasil :
1) Pasien merasa tenang
2) Pasien tidak takut jatuh
Intervensi :
a) Atur posis pasien agar aman
Rasional : mengetahui respon fisiologis terhadap stress aktivitas
b) Batasi aktivitas
Rasional : mengurangi penggunaan energi juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

c) Bantu dalam ambulasi


Rasional : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba
d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
sirkulasi darah yang kurang ke otak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan tidak terjadi, dengan
Kriteria Hasil :
1) Kesadaran baik
2) Tanda-tanda vital stabil
3) Nyeri kepala berkurang
Intervensi :
a) Bedrest dengan posisi kepala terlentang atau elevasi 15-45 derajat
sesuai indikasi
Rasional : mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage
vena dan memperbaiki sirkulasi serebral
b) Monitor tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada pasien
secara dini untuk penetapan tindakan yang tepat
c) Monitor status cairan
Rasional : pembatasan cairan dapat menurunkan edema serebral
d) Hindari fleksi leher
Rasional : untuk menghindari ketegangan otot
e) Kolaborasi pemberian obat anti hipertensi
Rasional : untuk menurunkan tekanan darah
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kondisi fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan pola tidur dapat tercukupi, dengan
Kriteria Hasil:
1) Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
2) Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
3) Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur
Intervensi :
a) Kaji pola tidur dan istirahat pasien
Rasional : mengetahui gangguan istirahat atau tidur pasien
b) Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional : lingkungan yang nyaman dapat memberikan ketenangan
untuk tidur dan istirahat
c) Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
Rasional : istirahat yang cukup dapat memberi rasa segar pada pasien
dan mempercepat proses penyembuhan
d) Batasi pengunjung
Rasional : agar pasien dapat tidur dengan nyaman
e) Anjurkan pasien, keluarga untuk menjaga kebersihan
Rasional : menciptakan suasana yang nyaman
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri, dengan
Kriteria Hasil :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
a) Monitor tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien
b) Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat beraktivitas
Rasional : merencanakan intervensi dengan tepat
c) Beri dorongan untuk melakukan aktivitas secara bertahap
Rasional : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung secara tiba-tiba
d) Anjurkan pasien menghentikan aktivitas yang menyebabkan sesak,
pusing, kelelahan
Rasional : mencegah timbulnya masalah yang berkelanjutan
e) Tempatkan barang-barang kebutuhan pasien pada tempat yang mudah
dijangkau
Rasional : barang yang tempatnya mudah dijangkau akan mengurangi
energi yang digunakan
f) Kaji faktor yang menyebabkan keletihan
Rasional : untuk mengetahui penyebab keletihan
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Data Biografi
Nama : Ny. W
Tempat & Tanggal Lahir : Sibowi 9 Agustus 1969
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Perkawinan : Cerai Hidup
TB/BB : 148 cm/58,5 kg
Gol. Darah : AB
Alamat : JL. Cendrawasih
Orang yang dekat dihubungi : Ny. W
Hubungan dengan lansia : Menantu
Alamat : JL. Cendrawasih
2. Riwayat Keluarga
a. Susunan Anggota Keluarga
N NAMA L/P HUBUNGAN PENDIDIKAN PEKERJAAN Ke
o. KELUARGA t
1 Tn. S L Anak SMA Pegawai Honor
Tn. A L Anak SMA Pelajar

2 Tn. A L Anak SMA Wiraswasta


Ny.W P Anak SD IRT
By. A P Menantu - -
Cucu
b. Genogram

X X

Keterangan:
A : orang tua ibu pasien : laki-laki
B : orang tua ayah pasien : Perempuan
C : ibu pasien bersaudara : meninggal
D : ayah pasien bersaudara : pasien
E : pasien bersaudara
3. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : pasien mengatakan padat karya
Alamat pekerjaan : pasien mengatakan tidak menentu
Berapa jarak dari rumah : pasien mengatakan tidak menentu
Alat transportasi : pasien mengatakan motor
Pekerjaan sebelumnya : IRT
Sumber pendapatan dan kecukupan : pasien mengatakan dari hasil kerja
Terhadap kebutuhan sendiri untuk kecukupan kebutuhannya
Dan anaknya yang masih pelajar.
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal : rumah milik sendiri
Jumlah kamar : tiga kamar
Jumlah tongkat dikamar : tidak ada
Kondisi tempat tinggal : rumah dan lingkungan tampak bersih
Jumlah orang yang tinggal : 3 laki-laki dan 3 perempuan
Tetangga terdekat : Nn. A
Alamat : JL. Cendrawasih
5. Riwayat Rekreasi
Hobby : pasien mengatakan bermain dengan cucu
Organisasi : pasien mengatakan ikut pengajian dan kelompok lansia
Liburan perjalanan : pasien mengatakan setiap liburan atau ada waktu luang
Pasien dan keluarga pergi berlibur ke pantai.
6. Sistem Pendukung
No Nama Obat Dosis Keterangan
1 Amlodipin 10 mg 1x1/oral Bekerja dengan cara
melemaskan dinding
pembuluh darah dan akan
memperlancar aliran darah
menuju jantung dan
mengurangi tekanan darah.

2 Captopril 25 mg 1x1/oral Berfungsi untuk mengurangi


hipertensi dan gagal jantung

7. Diskripsi Kekhususan
 Kebiasaan ritual
Pasien mengatakan tidak ada kebiasaan ritual yang biasa ia lakukan
kecuali sholat 5 waktu, berzikir, dan membaca al-qur’an.
8. Status Kesehatan
a. Status kesehatan umum setahun yang lalu
Pasien mengatakan setahun yang lalu tidak pernah dirawat di RS,
pasien mengatakan hanya mengontrol kesehatannya di puskesmas. Pasien
mengatakan sudah mengalami hipertensi 2 tahun yang lalu.
b. Status kesehatan umum 5 tahun yang lalu
Pasien mengatakan tidak ada.
9. Keluhan Utama
Sakit kepala
Pasien mengatakan penyebab nyerinya jika terlalu banyak pikiran dan pada
saat tekanan darahnya tinggi. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti
berdenyut-denyut dan tegang pada leher belakang. Pasien juga mengatakan
nyeri pada kepala dan menyebar hingga ke leher belakang. Pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan berada diskala 5 (nyeri sedang). Pasien
juga mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul, nyeri mulai muncul
pada saat pasien banyak pikuran dan pada saat tekanan darahnya naik, dan
hilang pada saat pasien tidur dan minum obat. Selain itu pasien mengatakan
mudah lelah pada saat beraktivitas.
10. Alergi
Obat-obatan : pasien mengatakan tidak ada alergi pada obat-obatan
Makanan : pasien mengatakan tidak ada alergi makanan
Faktor lingkungan :pasien mengatakan tidak ada alergi
11. Penyakit Yang Di Derita
Hipertensi dan Asam Urat
12. Aktivitas Hidup Sehari-Hari
a. Indeks katz
Pasien masuk kriteria A karena pasien masih mampu dalam hal makan,
kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi secara
mandiri.
b. Oksigenasi
RR : 22 x/menit dan CRT <2 detik
c. Cairan dan Elektrolit
Pasien mengatakan sebelum sakit dan saat sakit pasien tetap minum air
putih 6-7 gelas setiap hari.
d. Nutrisi
- Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari
Nasi : Nasi putih
Lauk : Tahu, tempe, telur, dan ikan
Sayur : Semua jenis sayur
- Pasien mengatakan saat sakit makan 3x sehari
Nasi : Nasi putih
Lauk : Ikan dan telur
Sayur : Wortel dan labu siam
e. Eliminasi
- pasien mengatakan sebelum sakit
BAB
Jumlah : 2x sehari
Warna : Kecoklatan
Bau : Khas
Konsistensi : Lunak
BAK
Jumlah : 4-5x sehari
Warna : kuning
Bau : amoniak
- pasien mengatakan saat sakit
BAB
Jumlah : 1x sehari
Warna : kecoklatan
Bau : khas
Konsistensi : keras
BAK
Jumlah : 4-5x sehari
Warna : kuning
Bau : amoniak
f. Aktivitas Istirahat Dan Tidur
- pasien mengatakan sebelum sakit
siang : 11.30-13.00
malam : 21.30-05.00
- pasien mengatakan saat sakit
siang : pasien mengatakan jarang tidur siang dan pada saat
kunjungan rumah pasien didapatkan tidak pernah
tidur siang.
malam : 23.00-03.00 dan pasien mengatakan bangun sholat
tahajud sampai pagi tidak bisa tidur lagi.
g. Personal Hygiene
- Pasien mengatakan sebelum sakit
Frekuensi mandi : 2x sehari
Frekuensi cuci rambut : 3x seminggu
Frekuensi gosok gigi : 2x sehari
Keadaan kuku : pendek dan bersih
- Pasien mengatakan saat sakit
Frekuensi mandi : 2x sehari
Frekuensi cuci rambut: 2x seminggu
Frekuensi gosok gigi : 2x sehari
Keadaan kuku : pendek dan bersih
h. Rekreasi
Pasien mengatakan setiap liburan atau ada waktu luang pasien dan
keluarga berlibur ke pantai.
i. Psikologis
Pasien mengatakan merasa bersyukur karena disaat umurnya yang
sekarang pasien masih bisa berkumpul dengan anak, susu dan
menantunya.
j. Persepsi Pasien
Pasien mengatakan pasien menyadari bahwa dirinya sudah tua, sehingga
harus lebih banyak beribadah dan berikhtiar.
k. Konsep Diri
Pasien pengatakan pasien menyadari bahwa dirinya sudah tua, dan
perubahan fisik yang pasien alami saat ini adalah hal yang wajar serta
pasien menerima dengan keadaannya sekarang.
l. Emosi
Emosi baik, pasien selalu tersenyum dan ramah pada semua orang yang
berinteraksi dengannya.
m. Adaptasi
Pasien mengatakan masih mampu mengingat apapun, mampu beradaptasi
dengan keadaan perubahan fisik yang ia alami sekarang dan mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
n. Mekanisme Pertahanan Diri
Pasien mampu melawa semua stresnya dalam keadaan apapun dan pasien
selalu ikhlas dengan semua keadaan yang pasien hadapi.
o. Keadaan umum
Keadaan umum pasien baik, ekspresi wajah tampak sesekali meringis,
tingkat kesadaran composmentis dengan nilai GCS E4V5M6=15.
p. Tanda-Tanda Vital
TD : 180/100 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36 oC
TB : 148 cm
BB : 58,5 kg
13. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada pembesan jantung, ictus cordis tidak tampak pada ICS 5
midclavikula, ictus cordis teraba pada ICS 5 midclavikula sinistra, tidak
tampak adanya pembesaran vena jugularis, CRT < 2 detik, TD 180/100,
HR 88 x/menit.
b. Sistem pernapasan
Tidak ada pembengkokkan pada tulang hidung, tidak ada perdarahan,
tidak ada peradangan, tidak ada sekret yang menghalangi penciuman,
posis septum nasi baik tidak ada pembengkokan, tidak ada polip, bentuk
dada normal chest, bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, tidak ada
retraksi dada, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada lesi pada
dada, tidak ada pembengkakan pada dada kiri dan kanan, vocal
vremitus/getaran antara kiri dan kanan teraba sama, pengembangan
dinding dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi, suara napas vesikuler,
tidak ada suara napas tambahan seperti wheezing, ronchi, stridor, RR 22
x/menit.
c. Sistem integumen
Kulit tampak keriput, warna kulit sawo matang, tidak ada jaringan parut,
tidak tampak adanya luka, tidak tampak adanya edema, S 36oC.
d. Sistem perkemihan
Pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam berkemih. Pasien
mengatakan BAK 4-5 x/menit.
e. Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas dan bawah simetris kiri dan kanan, jumlah jari-jari
lengkap, tidak tampak adanya edema, tidak tampak adanya deformitas,
tidak tampak adanya luka, pasien mengatakan tidak sulit bergerak tetapi
jika nyerinya muncul lututnya muncul pasien susah beraktivitas, refleks
positif, kekuatan otot T1 5 5 T2
K1 5 5 K2
Keterangan :
T1 : tangan kiri dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan
maksimal
K1: kaki kiri dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan
maksimal
T2 : tangan kanan dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan
maksimal
K2: kaki kanan dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan
Maksimal
f. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
g. Sistem gastrointestinal
Pergerakan dinding abdomen simetris, tidak tampak adanya luka, tidak
tampak adanya pembengkakan, BAB 1x sehari, peristaltik usus 5 x/menit.
h. Sistem reproduksi
Tidak dilakukan pemeriksaan, namun pasien saat ini sudah mengalami
menopause.
i. Sistem persarafan
Tidak dilakukan pemeriksaan pada 12 saraf cranial
j. Sistem penglihatan
Kedua mata lengkap dan simetris antara kiri dan kanan, tidak tampak
adanya eksoftalmus, tidak tampak adanya endofthalmus, tidak tampak
adanya edema pada palpebra, tidak tampak adanya ptosis, tidak ada
peradangan, bulu mata tidak rontok, konjungtiva ananemis, sclera
berwarna putih, warna iris coklat, reaksi pupil terhadap cahaya miosis,
pupil kiri dan kanan isokor, tidak tampak adanya nightasmus, tidak
tampak adanya strabismus, pasien mengatakan saat tensinya naik
penglihatannya kabur, VOD 5/60, VOS 5/60.
k. Sistem pendengaran
Kedua daun telinga simetris, kedua daun telinga bersih, tidak tampak
adanya luka, tidak ada peradangan, tidak tampak adanya pengeluaran
cairan dari telinga, pasien masih mendengar dengan baik, tidak ada nyeri
tekan pada area telinga.
l. Sistem pengecapan
Warna lidah merah mudah, tidak ada kelainan kongenital, tidak ada lesi,
terdapat karies gigi, dan fungsi pengecapan baik.
m. Sistem penciuman
Tidak ada kelainan dan fungsi penciuman baik
n. Tactil respon
Pasien masih dapat menerima respon, tactil vremitus kiri dan kanan
teraba sama.
14. Data Penunjang
Laboratorium
Asam urat 7,7 mg/dl (N : 2,4-6,0)
15. Terapi
a. Diclofenac 2x1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit, peradangan,
dan kekakuan sendi yang disebabkan oleh artritis, asam urat, sakit gigi,
dan sebagainya,
b. Amlodipin 10 mg 1x1 berfungsi melemaskan dinding pembuluh darah
dan memperlancarkan aliran darah menuju jantung dan mengurangi
tekanan darah.
c. Allopurinol 1x1 berfungsi untuk menurunkan kadar asam urat dalam
darah.
d. Captopril 25 mg 1x1 berfungsi untuk menangani hipertensi dan gagal
jantung.
PENGUMPULAN DATA

1. Pasien mengatakan sudah mengalami hipertensi 2 tahun yang lalu


2. Pasien mengatakan sakit kepala
3. Pasien mengatakan penyebab nyerinya jika terlalu banyak pikiran dan pada saat
tekanan darahnya tinggi
4. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti berdenyut-denyut dan tegang
pada leher belakang
5. pasien mengatakan nyeri pada kepala dan nyeri menyebar hingga ke leher
belakang
6. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berada diskala 5 (nyeri sedang)
7. Pasien juga mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul
8. Pasien mengatakan mudah lelah saat beraktivitas
9. Pasien mengatakan jarang tidur siang, tidur malam hanya 4 jam
10. Saat kunjungan rumah pasien didapatkan tidak pernah tidur siang
11. Pasien mengatakan jika bangun sholat tahajud sampai pagi tidak bisa tidur lagi
12. Ekspresi wajah tampak sesekali meringis
13. Tanda-tada vital
TD : 180/100 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36 oC
KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


1. Pasien mengatakan sudah mengalami 1. Saat kunjungan rumah pasien
hipertensi 2 tahun yang lalu didapatkan tidak pernah tidur siang
2. Pasien mengatakan sakit kepala 2. Ekspresi wajah tampak sesekali
3. Pasien mengatakan penyebab meringis
nyerinya jika terlalu banyak pikiran 3. Tanda-tada vital
dan pada saat tekanan darahnya TD: 180/100 mmHg
tinggi N : 88 x/menit
4. Pasien mengatakan nyeri yang RR: 22 x/menit
dirasakan seperti berdenyut-denyut S: 36 oC
dan tegang pada leher belakang
5. pasien mengatakan nyeri pada kepala
dan nyeri menyebar hingga ke leher
belakang
6. Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan berada diskala 5 (nyeri
sedang)
7. Pasien juga mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang timbul
8. Pasien mengatakan mudah lelah saat
beraktivitas
9. Pasien mengatakan jarang tidur
siang, tidur malam hanya 4 jam
10. Pasien mengatakan jika bangun
sholat tahajud sampai pagi tidak bisa
tidur lagi
ANALISIS DATA
NO Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS: Umur, jenis kelamin, gaya Nyeri Kronis
hidup, obesitas
- Pasien mengatakan sakit kepala
- Pasien mengatakan penyebab Stimulasi baroreseptor dari
sinus karotis & arkus aorta
nyerinya jika terlalu banyak pikiran
Saraf simpatis ( pelepasan
dan pada saat tekanan darahnya kolekolamin)
tinggi
Aktivitas epineprin dan
- Pasien mengatakan nyeri dirasakan norepineprin
seperti berdenyut-denyut dan tegang
vasokontriksi
pada leher belakang
peningkatan tekanan darah
- Pasien mengatakan nyeri pada
kepala dan menyebar hinga ke leher gangguan sirkulasi otak
belakang retensi pembuluh darah otak
- Pasien mengatakan nyeri
yang aliran darah ke otak akan
dirasakan berada diskala 5 (nyeri terganggu
sedang) sulpai O2 dan CO2
- Pasien mengatakan nyeri yang peningkatan asam laktat
dirasakan hilang timbul
menstimulasi peka nyeri
DO: kapiler pada otak
- Ekspresi wajah tampak sesekali
muncul sensasi nyeri
meringis
- Tanda-tanda vital
TD : 180/100 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36 oC
2 DS: Peningkatan tekanan darah Gangguan Pola
- Pasien mengatakan jarang tidur Gangguan sirkulasi otak Tidur
siang, tidur malam hanya 4 jam
Retensi pembuluh darah otak
- Pasien mengatakan jika bangun
sholat tahajud sampai pagi tidak bisa Aliran darah ke otak akan
terganggu
tidur lagi
Suplai O2 dan CO2
DO:
- Saat kunjungan rumah pasien Terjadi metabolisme anaerob
didapatkan tidak pernah tidur siang Peningkatan asam laktat
- Tanda-tanda vital
Menstimulasi peka nyeri
TD : 180/100 mmHg kapiler pada otak

N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36 oC

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri Kronis Berhubungan Dengan Agen Cedera Biologis
b. Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Perjalanan Penyakit
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Perencanaan Rasional
1 Nyeri Kronis Berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan
Dengan Agen Cedera keperawatan selama 3x ±3jam umum pasien
Biologis diharapkan nyeri dapat berkurang 2. Kaji nyeri secara 2. Mengetahui
dengan kriteria hasil : komprehensif perkembangan nyeri dan
a. Mampu mengontrol nyeri dapat menentukan
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang intervensi selanjutnya
3. Ajarkan tehnik non
dengan skala 1-3 (nyeri ringan) 3. Tehnik non farmakologi
farmakologi
c. Tanda-tanda vital dalam batas dapat merilekskan otot-
normal otot dan mengurangi rasa
TD : 130/80 mmHg nyeri
4. Anjurkan pasien dan
N : 60-100 x/menit 4. Agar pasien dan keluarga
keluarga untuk
RR : 18-24 x/menit dapat memperhatikan pola
menghindari makanan
S : 36,5-37,2 oC makan pasien sehingga
yang dapat meningkatkan
tidak memperberat
tekanan darah
penyakitnya

5. Anjurkan pasien untuk


5. Pembatasan aktivitas
istirahat yang cukup
6. Anjurkan pasien untuk untuk mengontrol nyeri
minum obat sesuai 6. Mengurangi nyeri secara
instruksi dokter farmakokinetik
2 Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan
Berhubungan Dengan keperawatan selama 3x±3jam umum pasien
Perjalanan Penyakit diharapkan gangguan pola tidur dapat 2. Catat kebutuhan tidur 2. Untuk mengetahui
teratasi dengan kriteria hasil : pasien setiap hari dan jam perkembangan pola tidur
a. Jumlah jam tidurdalam batas normal tidur pasien
6-8 jam 3. Jelaskan pentingnya tidur 3. Memberikan informasi
b. Perasaan segar sesudah bangun tidur adekuat kepada pasien dan
keluarga pasien
4. Anjurkan pasien
4. Mengurangi gangguan
menggunakan aroma
tidur
terapi

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari / Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Respon Pasien / Hasil Paraf
Jum’at Nyeri kronis 1. Mengukur tanda-tanda vital 1. TD : 180/100 mmHg
28 agustus 20 berhubungan dengan N :88 x/menit
agen cedera biologis RR : 22 x/menit
2. Mengkaji nyeri secara S : 36,5 oC
komprehensif 2. Pasien mengatakan penyebab nyerinya
jika terlalu banyak pikiran dan pada
saat tekanan darahnya tinggi. Pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan
seperti berdenyut-denyut dan tegang
pada leher belakang. Pasien juga
mengatakan nyeri pada kepala dan
meenyebar hingga ke leher belakang.
Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan berada di skala 5 (nyeri
sedang), serta nyeri yang dirasakan
3. Mengajarkan tehnik non hilang timbul.
farmakologi 3. Pasien diajarkan menggunakan tehnik
relaksasi napas dalam. Caranya
letakkan kedua tangan pada uluhati,
kemudian tarik napas dalam melalui
hidung secara perlahan dan tahan
selama 3-5 detik kemudian keluarkan
melalui mulut dengan menguncupkan
bibir. Ulangi 5-10 kali, dilakukan sehari
3-4 kali. Dengan hasil pasien mengerti
dan dapat mempraktekkannya.
4. Menganjurkan pasien dan 4. Pasien dan keluarga diberi penjelasan
keluarga untuk menghindari tentang pantangan atau makanan yang
makanan yang dapat dapat meningkatkan tekanan darah
meningkatkan tekanan darah seperti mengkonsumsi garam
berlebihan, makan gorengan dan
makanan yang bersantan dan lain
sebagainya. Pasien dan keluarga
mengerti semua makanan yang harus
dihindari.
5. Menganjurkan pasien untuk 5. Pasien mengatakan susah tidur tidur
istirahat yang cukup pada malam hari dan tidur siang pun
jarang.
6. Anjurkan pasien untuk minum 6. Pada saat pasien memeriksakan
obat sesuai instruksi dokter kesehatannya di UPTD Puskesmas
Kawatuna, dokter memberikan obat
amlodipin 10 mg 1x1 dan captopril 25
mg 1x1. Pasien mengatakan minum
obat sesuai anjuran dokter.
Jum’at Gangguan pola tidur 1. Mengukur tanda-tanda vital 1. TD : 180/100 mmHg
28 agustus 20 berhubungan dengan N : 88 x/menit
perjalanan penyakit RR : 22 x/menit
S : 36 oC
2. Mencatat kebutuhan tidur pasien 2. Siang : pasien mengatakan jarang tidur
setiap hari dan jam tidur siang
Malam : pasien mengatakan tidur mulai
jam 23.00-03.00 (4 jam)

3. Menjelaskan pentingnya tidur 3. Pasien dijelaskan bahwa tidur yang


adekut cukup bagi lansia dapat memperbaiki
fungsi kognitif, mempertajam ingatan,
membuat nafsu makan meningkat dan
memperkuat sistem kekebalan tubuh
serta terhindar dari berbagai penyakit.
Pasien mengerti dengan penjelasan
yang diberikan tentang pentingnya
4. Menganjurkan pasien istirahat tidur yang cukup.
menggunakan aroma terapi 4. Pasien baru merencanakan
menggunakan aroma terapi (freshcare).

E. EVALUASI
Hari / Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf
Jum’at, Nyeri kronis berhubungan S :
28 agustus 2020 dengan agen cedera - Pasien mengatakan sakit kepala
biologis - Pasien mengatakan penyebab nyerinya jika terlalu banyak
pikiran dan pada saat tekanan darahnya tinggi
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti berdenyut-
denyut dan tegang di leher belakang
- Pasien mengatakan nyeri pada kepala dan menyebar ke leher
belakang
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berada diskala 5
(nyeri sedang)
- Pasien mengatakan nyeri di rasakan hilang timbul
O:
- Ekspresi wajah tampak sesekali meringis
- Tanda-tanda vital
TD : 180/100 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36 oC
A : Masalah Nyeri Belum Teratasi
P : Pertahankan Intervensi
1. Ukur tanda-tanda vital
2. Kaji nyeri secara komprehensif
3. Ajarkan tehnik nonfarmakologi
4. Anjurkan pasien dan keluarga untuk menghindari
makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah
5. Anjurkan untuk istirahat yang cukup
6. Anjurkan pasien untuk minum obat sesuai instruksi
dokter
Jum’at Gangguan pola tidur S :
28 agustus 2020 berhubungan dengan - Pasien mengatakan jarang tidur siang, tidur malam hanya 4
perjalanan penyakit jam
- Pasien mengatakan jika bangun sholat tahajud sampai pagi
tidak bisa tidur lagi
O:
- Saat kunjungan rumah pasien didapatkan tidak pernah tidur
siang
- Tanda-tanda vital
TD : 180/100 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36 oC
A : Masalah Gangguan Pola Tidur Belum Teratasi
P : Pertahankan Intervensi
1. Ukur tanda-tanda vital
2. Catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam tidur
3. Jelaskan pentingnya tidur adekuat
4. Anjurkan pasien menggunakan aroma terapi

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf


Sabtu Nyeri kronis berhubungan S :
29 agustus 2020 dengan agen cedera - Pasien mengatakan masih sakit kepala
biologis - Pasien mengatakan penyebab nyerinya jika terlalu banyak
pikiran dan pada saat tekanan darahnya tinggi
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti berdenyut-
denyut dan tegang di leher belakang
- Pasien mengatakan nyeri pada kepala dan menyebar ke leher
belakang
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berada diskala 4
(nyeri sedang)
- Pasien mengatakan nyeri di rasakan hilang timbul
O:
- Ekspresi wajah masih tampak sesekali meringis
- Tanda-tanda vital
TD : 150/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,2oC
A : Masalah Nyeri Belum Teratasi
P : Pertahankan Intervensi
1. Ukur tanda-tanda vital
2. Kaji nyeri secara komprehensif
4 Anjurkan pasien untuk minum obat sesuai instruksi
dokter
Sabtu Gangguan pola tidur S :
29 agustus 2020 berhubungan dengan - Pasien mengatakan sudah tidur siang 1 jam, tidur malam
perjalanan penyakit masih 4 jam
O:
- Saat kunjungan rumah pasien didapatkan baru bangun tidur
- Tanda-tanda vital
TD : 150/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,2 oC
A : Masalah Gangguan Pola Tidur Belum Teratasi
P : Pertahankan Intervensi
1. Ukur tanda-tanda vital
2. Catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam tidur
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf


Senin Nyeri kronis berhubungan S :
31 agustus 2020 dengan agen cedera - Pasien mengatakan sudah tidak sakit kepala
biologis - Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah berada diskala
3 (nyeri ringan)
O:
- Ekspresi wajah tampak rileks
- Tanda-tanda vital
TD : 140/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36oC
A : Masalah Nyeri Teratasi
P : Hentikan Intervensi

Senin Gangguan pola tidur S :


31 agustus 2020 berhubungan dengan - Pasien mengatakan sudah tidur siang 2 jam, tidur malam 6
perjalanan penyakit jam
O:
- Saat kunjungan rumah pasien didapatkan baru bangun tidur
- Tanda-tanda vital
TD : 140/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36oC
A : Masalah Gangguan Pola Tidur Teratasi
P : hentikan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian didapatkan keluhan yang dirasakan klien semenjak
pasien memeriksakan kesehatannya di pukesmas yaitu keluhan utamanya sakit
kepala, kemudian dilanjutkan pengkajian di rumah pasien dengan cara
melakukan home visite atau kunjungan rumah, didapatkan data pasien atau
keluhan lainnya yaitu sering pusing, tegang bagian belakang leher dan sussah
tidur. Didukung dengan data dari keluarga pasien.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada teori didapatkan banyak diagnose keperawatan yang muncul dari
kasus hipertensi yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
vasokontriksi
3. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
sirkulasi darah yang kurang ke otak
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kondisi fisik
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
Pada laporan kasus diagnose keperawatan yang didapatkan sesuai dengan
keadaan pasien dengan kasus hipertensi adalah:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perjalanan penyakit

C. PERENCANAAN
Pada laporan kasus HIPERTENSI di pukesmas kawatuna diangkat 2
diagnosa keperawatan, dari kedua diagnosa keperawatan selanjutnya dibuat
rencana asuhan keperawatan sebagai tindakan pemecahan masalah
keperawatan dimana kelompok membuat rencana keperawatan berdasarkan
diagnose keperawatan kemudian menetapkan tujuan , selanjutnya menetapkan
tindakan yang tepat. Pada perencanaan ini tidak jauh berbeda antara tinjauan
teori dan tinjauan kasus yan dilaksanakan atas dasar teori yang dimuat pada
Bab II sebelumnya.

D. PELAKSANAAN
Semua tindakan yang dilaksanakan selalu berorientasi pada rencana yang
telah dibuat terdahulu dengan mengantisipasi seluruh tanda-tanda yang timbul
sehingga tindakan keperawatan dapat tercapai pada asuhan keperawatan yang
dilaksankan dengan menerapkan komunikasi terapeutik. Pada kasus ini tidak
jauh beda dengan teori –teori yang ada dalam rencana keperawatan.
Pelaksanaan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera biologis: Lakukan
pengkajian nyeri yang kompherensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasiya,
Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan, Observasi tanda-tanda
vital, Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
akan berlangsung atau antisipasi ketidak nyamanan akibat prosedur,
Ajarkan teknik non farmakologi.
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan perjalanan penyakit: lakukan
pengukuran tanda tanda vital, catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan
jam tidur, jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, dan anjurkan pasien
menggunakan aroma terapy. Di lakukan sesuai prosedur.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, evaluasi
meliputi hasil dan proses dari asuhan keperawatan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada tujuan pada laporan kasus hipertensi pada Ny. W maka dapat
disimpulkan beberapa hal antara lain :
1. Pengkajian pada pasien hipertensi terfokus pada pengkajian nyeri, nutrisi,
dan aktivitas pasien. Semua pengkajian diperoleh lansung dari pasien dan
keluarga pasien dengan metode wawancara dan pemeriksaan fisik.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Ny. W ada 2 yaitu:
- Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera fisik
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan perjalanan penyakit
B. Saran

Berdasrkan kasus yang diambil oleh kelompok dengan judul asuhan keperawatan
Pada Pasien “Ny. W” Dengan Diagnose Medis “Hipertensi” Di Uptd Urusan
Pukesmas Kawatuna Palu. Demi kebaikan selanjutnya maka kelompok
menyarankan kepada:
1. Instasi pelayanan kesehatan mampu meningkatkan kinerja perawat dan tenaga
medis yang lain sehingga mampu meningkatkan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus hipertensi.
2. Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan untuk melanjutkan asuhan
keperawatan yang sudah dibuat oleh kelompok yang bertujuan untuk
pemulihan kesehatan pasien dengan kasus hipertensi sehingga dapat
melakukan aktifitas sehari-hari seperti orang sehat pada umumnya.
3. Pasien dan keluarga pasien diharpkan mampu mengenali atau mengetahui
bagaimana tindak lanjut perawatan pada kasus hipertensi dan terapi yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani R Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Brunner dan Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Padila. 2016. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Udjianti W J. 2015. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

World Health Organization (WHO). 2018. Data Hipertensi Global. Asia Tenggara:
WHO

Wijayaningsih K S. 2016. Standar Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Trans Info


Media

Anda mungkin juga menyukai