VENTILATOR INVASIF
Di susun oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya laporan tentang Penggunaan Alat Ventilator Invasif dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar. Kami ucapkan Terima Kasih Kepada:
Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang kami miliki
dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan, kelemahan, dan
ketidaksempurnaan, baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunan.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca
demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB II PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
1.3 Metode penulisan .................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 3
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi Ventilator................................................................. 5
2.1.1 Ventilator Bagian Depan ............................................................. 5
2.1.2 Ventilator Bagian
Belakang .................................................................................................
8
2.2 Pengertian
Ventilator ...................................................................................................... 1
1
2.3 Jenis
Ventilator ...................................................................................................... 1
2
2.4 Jalur
Pemasangan .................................................................................................. 1
3
2.5 Indikasi Pemasangan
Ventilator ...................................................................................................... 1
6
2.6 Tanda Dan
Gejala ............................................................................................................ 1
7
2.7 Komponen
Alat ............................................................................................................... 1
8
2.8 Cara Kerja
Ventilator ...................................................................................................... 1
8
ii
2.8.1 Prinsip Dasar Ventilasi
Mekanik ................................................................................................. 1
8
2.8.2 Parameter Ventilasi
Mekanik ................................................................................................. 2
0
2.8.3 Mode Ventilasi
Mekanik ................................................................................................. 3
0
2.8.4
Troubleshooting ..................................................................................... 3
6
2.8.5 Proses Penyapihan
Ventilator ............................................................................................... 3
7
2.8.6 Macam-Macam
Ventilator ............................................................................................... 3
9
2.9
Komplikasi .................................................................................................... 5
1
2.10 Diagnosa
Keperawatan ................................................................................................. 5
3
2.11 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Perawat ......................................................................................................... 5
3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 5
6
3.2 Saran ..........................................................................................................
56
Daftar
Pustaka ....................................................................................................
57
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
48
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
periode Februari hingga Maret 2020 dan dirawat di ruang intensif. Sebanyak 1287
pasien tercatat menggunakan ventilasi mekanik. Sebanyak 88% diantaranya
menggunakan ventilasi mekanik invasif dan 12 % diantaranya menggunakan
ventilasi mekanik non invasif (Grasselli et al, 2020).
2
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah ilmu
pengetahuan dalam penggunaan ventilator invasif sebagai dasar
keterampilan perawat yang bertugas di ruang ICU
1.2.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:
1) Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pernapasan
2) Mengetahui pengertian ventilasi mekanik
3) Mengetahui jenis-jenis ventilator
4) Mengetahui jalur pemasangan ventilator
5) Mengetahui indikasi pemasangan ventilator invasif
6) Mengetahui tanda dan gejala pasien yang membutuhkan ventilator
invasif
7) Mengetahui komponen dan cara kerja ventilator invasif
8) Mengetahui komplikasi dari penggunaan alat ventilator invasive
9) Mengetahui masalah keperawatan yang dapat timbul akibat
penggunaan ventilator invasif
3
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
manfaat penulisan dan sistematika penulisan
Bab II : Terdiri dari anatomi fisiologi sistem pernapasan, pengertian
ventilator, jenis-jenis ventilator, jalur pemasangan ventilator, indikasi
pemasangan ventilator invasif, tanda dan gejala pasien yang membutuhkan
ventilator invasif, komponen ventilator invasif, cara kerja ventilator invasif,
komplikasi dan diagnosa keperawatan pasien yang menggunakan ventilator
invasif.
Bab III : Terdiri dari kesimpulan dan saran.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Layar.
a. Tampilan
c. Kenop Kontrol
Tombol ini berfungsi untuk memulai audio paused selama 120 detik,
sehingga nada alarm yang aktif akan dimatikan. Jika audio paused
melebihi 120 detik, status audio paused akan berhenti secara otomatis
dan nada alarm terdengar kembali. Jika alarm baru terpicu di bawah
5
status audio paused, status audio paused akan berakhir secara otomatis
dan nada alarm terdengar dipulihkan. Dibawah status audio paused,
tekan tombol ini untuk kedua kalinya untuk menghentikan status audio
paused.
f. O2 Cell
g. Flow sensor
4. Test lung.
6
Test lung berfungsi sebagai paru-paru buatan yang digunakan sebelum
ventilator di hubungkan ke pasien.
5. Water trap.
6. Lengan penyangga.
7
c. Heat And Moisture Exchange (HME) disebut juga sistem humidifier
kering dimana udara yang dihangatkan dan dilembabkan tidak
menghasilkan kondensasi air. Sistem ini bersifat disposable.
8. Filter inspirasi.
9. Filter ekspirasi.
Filter ekspirasi berfungsi untuk menyaring gas yang keluar dari pasien.
Ventilator memiliki empat kastor dan semua kastor memiliki rem yang
berfungsi untuk mengimmobilisasi ventilator.
8
16. Modul CO2
Modul CO2 arus utama atau aliran samping untuk konfigurasi opsional.
Konektor bervariasi tergantung pada modul yang dikonfigurasi.
9
Ventilator adalah suatu sistem alat bantu hidup yang dirancang untuk
menunjang fungsi pernapasan yang normal dengan mengembangkan paru-paru
dan memberikan oksigen sehingga dapat mempertahankan fungsi paru-paru
(Tabrani, 2010). Ventilator memegang peranan penting bagi dunia keperawatan
kritis, dimana perannya sebagai pengganti bagi fungsi respiratori (Sundana,2014).
Penggunaan ventilasi mekanik dibagi dalam dua cara, yaitu dengan
menggunakan tube atau selang dalam trakea untuk menghantarkan proses ventilasi
yang disebut ventilasi mekanik invasif dan dengan menggunakan mask atau
sungkup muka yang disebut ventilasi mekanik non invasif (Kelompok Kerja
Keperawatan Intensif PP HIPERCCI, 2021). Dalam makalah ini, penulis akan
membahas terkait ventilasi mekanik invasif.
10
bila dibandingkan dengan ventilasi tekanan positif yang menggunakan sungkup
muka (mask) adalah penderita masih dapat berbicara, batuk, menelan dan makan
selama penggunaan ventilator. Jalan napas yang bebas pada ventilasi tekanan
negative memungkinkan untuk dilakukan penghisapan jalan napas dan tindakan
diagnostic maupun terapi dengan menggunakan bronkoskop serat optik
(Suwardianto dan Astuti, 2020).
11
(nasotrakeal), dan mulut (orotrakeal)
b. Trakeostomi
12
6. Ketidakmampuan mempertahankan jalan napas
7. Copious/ sekresi, sekresi jalan napas yang tidak terkontrol
8. Luka bakar pada wajah/trauma/bedah wajah atau jalan napas atas
13
Gambar 2.1 Macam-macam sungkup ventilator non invasif
14
koma, ataustroke.
2) Gangguan paru-paru berat, seperti gagal napas, ARDS (Acute
Respiratory Distress Syndrome), asma berat, pneumonia, PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronis), dan pembengkakan paru (edema
paru).
3) Gangguan pada jantung, seperti gagal jantung, serangan jantung, atau
henti jantung.
6) Cedera berat, misalnya luka bakar luas dan cedera kepala berat.
7) Syok berat.
15
a. Sumber listrik
b. Udara tekan (Air compress) dan Oksigen sebagai sumber gas dari
ventilator, bias menggunakan Tabung dan Kompressor.
c. Humidifier
Sistem yang digunakan untuk menghangatkan dan melembabkan gas
yang dialirkan ke pasien yang menggunakan ventilator.
d. Circuit patient (neonatus/pediatric dan adult)
e. Test Lung
f. Y piece
g. Water trap dan bakteri filter gas supply
h. Bakteri filter inhalation (inspirasi dan ekspirasi)
i. Battery unit backup power supply
j. Audible sound atau alarm indicator
k. Grafik display dengan monitor atau pressure graph
l. O2 cell dan exhalasi flow sensor
m. exhalasi valve adapter (inspirasi/ekspirasi)
16
Volume cycle merupakan siklus ventilator yang paling sering
digunakan di ruangan unit perawatan kritis. Prinsip dasar ventilator ini
menggunakan volume sebagai siklus kerjanya. Mesin akan berhenti bekerja
dan ekspirasi akan terjadi bila volume yang telah ditentukan tercapai.
Keuntungan volume cycle ventilator adalah tetap memberikan volume tidal
yang konsisten meskipun terjadi perubahan pada komplain paru pasien.
Jenis ventilator ini banyak digunakan pada pasien dewasa dengan
gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi
pasien dengan gangguan pernapasan yang diakibatkan penyempitan lapang
paru (atelektasis dan edema paru). Hal ini dikarenakan pada volume cycle,
tekanan yang diberikan padaparu-paru tidak dapat dikontrol, sehingga hal
ini dapat menyebabkan terjadinya tekanan yang berlebih pada paru dan
menyebabkan volume trauma. Penggunaan volume cycle pada bayi j u g a
tidak dianjurkan, karena alveoli bayi masih sangat rentan terhadap tekanan,
sehingga memiliki risiko tinggi untuk terjadi volume trauma.
3) Time Cycle
Pada time cycle, inspirasi akan berakhir bila waktu yang telah
ditetapkan telah tercapai. Dengan mode ini, tidal volume pasien konstan dan
tidak tergantung pada kondisi paru. Walaupun dapat memberikan tidal
volume yang konstan, diperlukan tiga integrasi komponen berikut ini yaitu
inspiratory flow rate, inspirasi time, inspirasi expirasi rasio.
4) Flow cycle
Pada prinsip kerja flow cycle, inspirasi akan berakhir bila flow rate yang
telah ditetapkan sudah tercapai. Flow cycle bekerja dengan menghantarkan
oksigen (inspirasi) berdasarkan kecepatan aliran yang telah diatur
sedangkan fase ekspirasinya akan terjadi secara pasif. Pengaturan ini sering
disebut sebagai expiratory trigger sensitivity (ETS) atau inspiratory cycling
off. Misalnya pengaturan ETS 40% artinya bila flow mencapai 40% dari
peak flow maka akan terjadi cycling, pengaturannya biasanya 25%.
17
2.8.2 Parameter ventilasi mekanik
Menurut Temple, dkk (2010) pengaturan ventilator umumnya berbeda-beda
dan tergantung pasien. Semua ventilator didesain untuk memonitor sistem respirasi
pasien dengan adanya parameter ventilator. Beberapa alarm dan parameter dapat
diatur untuk mengingatkan perawat/dokter mengenai ketidaksesuaian antara pasien
dengan parameter yang diatur atau menunjukkan keadaan yang berbahaya terhadap
pasien.
1. Respiratory Rate (RR)
18
Jumlah volumenya tergantung dari compliance, resistance, dan jenis
kelainan paru. Pasien dewasa dengan paru-paru normal toleransi terhadap
tidal volume 5-10 ml/kgBB. Sedangkan untuk pasien PPOK dan asma
dengan tahanan dan obstruksi jalan napas yang tinggi, pengaturan awal tidal
volume 8-10ml/kgBB. Untuk pasien ARDS memakai konsep permissive
hipercapnea (membiarkan PaCO2 tinggi > 45mmHg, asal PaO2 normal,
dengan cara menurunkan tidal volume yaitu 4-6ml/kgBB). Tidal volume
rendah ini dimaksudkan agar terhindar dari barotrauma. Parameter alarm
tidal volume diatur diatas dan dibawah nilai yang diinginkan. Monitoring
tidal volume sangat perlu jika pasien memakai Pressure Cycle.
19
umum digunakan adalah 1:2, dimana waktu ekspirasi lebih lama daripada
inspirasi. Namun dalam beberapa kasus, diperlukan fase inspirasi yang sama
atau lebih lama dibandingkan fase ekspirasi untuk menaikkan PaO2 seperti
pada ARDS, berkisar 1:1 sampai 4:1. Satu siklus napas terdiri atas inspirasi,
pause time dan ekspirasi. Inspirasi time terdiri 25% dari respirasi time,
pause time terdiri dari 10% dari respirasi time sehingga total waktu yang
diperlukan untuk inspirasi dan pause time adalah 35% dari waktu respirasi,
sedangkan ekspirasi time adalah 65% dari waktu respirasi.
Contoh :
RR = 20 dan I : E = 1 : 4
Jawab:
RR 20 = 60 / 20 = 3 detik
Keterangan :
a. Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan
volume tidal atau mempertahankan tekanan.
b. Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan
ekspirasi.
c. Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan
untuk mengeluarkan udara pernapasan.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai
normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang
diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan
ekspirasi untuk menaikkan PaO2.
20
5. Pressure Limit /pressure Inspirasi
Pressure limit merupakan batasan untuk mengatur jumlah tekanan dari
volume cycled ventilator, karena jika tekanan melebihi batas dapat
menyebabkan barotrauma, tekanan yang direkomendasikan adalah peak
pressure tidak boleh melebihi 35 cmH2O. Jika limit ini dicapai maka secara
otomatis ventilator akan menghentikan hantarannya, dan alarm akan
berbunyi menandakan limit telah tercapai. Pressure limit yang tercapai ini
biasanya disebabkan adanya sumbatan/obstruksi jalan napas, retensi sputum
di ETT atau penguapan air di sirkuit ventilator. Biasanya akan normal lagi
setelah suctioning. Peningkatan pressure ini juga dapat terjadi karena pasien
batuk, ETT digigit, fighting terhadap ventilator atau kinking pada tubing
ventilator, pneumotoraks, penurunan komplians paru dan batas limit
pressure terlalu rendah
7. Sensitivity/ Trigger
21
Sensitivity menentukan jumlah upaya napas pasien yang diperlukan
untuk memulai/ mentrigger inspirasi dari ventilator. Semakin tinggi nilainya
atau semakin positif nilainya maka semakin mudah mesin memberikan
bantuan ventilasi. Sebaliknya, semakin rendah akan semakin sulit dalam
memberikan bantuan ventilasi. Penentuan nilai pressure trigger berkisar
antara -2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow trigger berkisar antara
2-20 L/menit. Nilai trigger diset pada angka dibawah PEEP. Semakin tinggi
selisih trigger dengan PEEP akan semakin tinggi usaha nafas pasien agar
dapat memicu ventilator untuk membaca napas spontan pasien.
22
setiap usaha napas pasien tidak akan dibantu oleh ventilator. Pada keadaan
ini perlu diberikan sedasi dan pelumpuh otot karena pasien akan merasa
tidak nyaman sewaktu bangun. Namun, jika memakai mode assited atau
SIMV atau spontan/PS/ASB, trigger harus dibuat sessitive.
23
membantu perpindahan cairan dari alveolus ke ektrasel. Namun perlu
dipantau juga nilai PIP (Peak Inspiratory Pressure). Jika nilai PaO2 arteri
sudah tercapai (80-100 mmHg) sebaiknya PEEP diturunkan secara bertahap
mendekati optimal. Fungsi dari PEEP adalah redistribusi ekstravaskular
paru-paru, meningkatkan volume alveoli, mengembangkan alveoli yang
kolaps (Morton & Fontaine, 2009).
9. Humidifikasi
1) Perangkat pasif
24
udara sejuk melewati udara melalui elemen HME dan dihangatkan dan
dilembabkan, bertindak sebagai ‘artificial nose’.
HME sebaiknya dihindari saat:
a. Volume tidal kecil (saat HME ditambahkan ruang mati dapat
menyebabkan kenaikan PaCO2).
d. Saat suhu tubuh <32°C (saat itu gagal bekerja secara efektif).
2) Perangkat aktif
25
pengiriman.
26
pressure ini juga dapat terjadi karena pasien batuk, ETT digigit, fighting
terhadap ventilator, atau kinking pada tubing ventilator.
2.8.3 Mode ventilasi mekanik menurut Burden And Stacy Lough (2010) terdiri
dari:
1) Mode Control
27
Pernapasan pasien diatur sepenuhnya oleh ventilator, tergantung
frekuensi yang ditetapkan. Semua pernapasan, baik berupa pernapasan
volume atau pressure semua diatur (mandatory). Pasien tidak dapat memicu
pernapasan sendiri. Pada beberapa ventilator, perbedaan antara kontrol dan
assit/kontrol hanya pada pengaturan sensitivitasnya. Ventilasi terkontrol
hanya dapat diterapkan pada pasien yang tidak memiliki usaha napas sendiri
atau pada ventilasi ini diberikan, pasien harus dikontrol seluruhnya dengan
memberikan muscle relaksan atau sedasi. Namun tidak dapat dianjurkan
untuk tetap mempertahankan mode ventilasi ini tanpa membuat pasien
mempunyai usaha napas sendiri. Ventilasi terkontrol cocok diterapkan pada
pasien-pasien yang tidak sadar karena pengaruh obat, gangguan fungsi
serebral, cedera saraf spinaldan frenikus serta pasien dengan kelumpuhan
saraf motorik yang menyebabkanhilangnya usaha napas volunter.
28
c. Cycled bisa volume ataupun time/preessure (bila volume atau pressure
sudah tercapai seperti yang ditentukan, inspirasi berhenti menjadi
ekspirasi)
c. Pasien yang sama sekali tidak ada trigger napas (cidera kepala berat)
2) Assisted mode
29
Gambar 2.3 Assisted mode ventilator
a. Trigger oleh usaha napas pasien yaitu penurunan tekanan jalan napas
atau perubahan aliran (flow)
d. RR lebih dari yang ditetapkan karena setiap usaha napas dibantu oleh
ventilator
a. Proses weaning
30
Mode ini mengkombinasikan periode ventilasi assist-control dengan
periode pernapasan spontan pasien, dimana ventilator memberikan napas
kontrol namun membiarkan pasien bernapas spontan di antara napas control
tersebut.
Contoh :
Jika setting SIMV rate 6, berarti siklus SIMV = 60 : 6 = 10 detik
Jika RR pasien 20, maka Ttotal pasien (periode SIMV ) = 60 : 20 = 3 detik.
Periode SIMV dibuat sama dengan pola napas pasien, dengan cara
menghitung dahulu pola napas pasien.
31
Metode ini digunakan untuk memperkuat pernapasan spontan, tidak
untuk memberikan bantuan napas secara keseluruhan, disamping itu PSV
ini dapat juga mengatasi resistensi pernapasan melalui sirkuit ventilator,
tujuannya adalah untuk mengurangi kerja napas selama proses penyapihan
(weaning) dariventilator.
Tujuan Pressure Support ini bukan untuk memperkuat volume tidal,
namun untuk memberikan tekanan yang cukup untuk mengatasi resistensi
yang dihasilkan pipa endotrakeal dan sirkuit ventilator. Tekanan inflasi
antara 5 sampai 10 cmH2O cukup baik untuk keperluan ini (Marino, 2007).
32
Ventilator memberikan bantuan tekanan positif yang kontinyu
sepanjang siklus respirasi, volume tidal dan frekuensi napas ditentukan oleh
pasien. Pada mode ventilasi ini, pasien tidak perlu menghasilkan tekanan
negatif untuk menerima gas yang diinhalasi. Hal ini dimungkinkan oleh
katup inhalasi khusus untuk membuka bila tekanan udara di atas tekanan
atmosfir. CPAP harus dibedakan dengan PEEP spontan. Pada PEEP
spontan, tekanan negative jalan napas dibutuhkan untuk inhalasi. PEEP
spontan telah digantikan oleh CPAP karena dapat menurunkan kerja napas.
CPAP dapat meningkatkan FRC dan memperbaiki oksigenasi. Dalam mode
ini diterapkan selama inspirasi dan ekspirasi (Marino, 2007).
2.8.4 Troubleshooting
Permasalahan yang mungkin terjadi saat penggunaan alat ventilator dan cara
mengatasainya yaitu:
33
Gambar 2.7 Troubleshooting
34
1) Metode weaning
a) CMV weaning
b) SIMV weaning
c) Pressure Support Ventilation weaning
d) CPAP weaning
e) T-piece trial
2) Kriteria kesiapan proses weaning
a. Pasien bangun dan sadar
d. FiO2 ≤ 40%
e. PEEP ≤ 5cmH2O
f. RR 15-25x/ menit
l. Hematokrit >25%
m. Temperatur36-38ºC
35
q. Tidak ada distensi abdomen
36
(6) Buka penutup unit ventilator
(7) Set mode ventilator pada stanby dan pastikan suara alarm
terdengar dan semua item menyala kuning dalam beberapa detik
(8) Pastikan lampu kuning dan merah menyala pada alarm dan pesan
yangdi tampilkan dalam beberapa saat
(9) Alarm akan berbunyi termasuk bila terjadi: katup ekspirasi
tertutupvalve terikat
(10) Mengetes kebocoran dengan cara set mode preassure kontrol,
tutupdan tahan pada ekspirasi dan pastikan:
(a) End expiration akan terlihat dan tidak akan turun dari
100cmH2O selama fase penahanan selama 30 detik
(b) Dilayar akan terlihat pada “Airway Preassure” nilai kurang
lebih sama 5 cmH2O, bila tidak tercapai maka kalibrasi ulang.
Lampu akan terlihat pada mesin. Setting batas PEEP dan bila
terjadi kebocoran cek persambungan gas.
(c) Lepaskan tekanan pada test lung
(11) Set PEEP pada 0 cmH2O
37
yang diset lebih atau kurang 6+1%. Set O2 pada konsentrasi 40%.
(19) Set minute volume pada angka 7.5 Breath/min. Pada angka
inspiration time 25, pause time 10, working preassure 60.
(20) Blok Y piece, pastikan bahwa airway preassure sama dengan
working preassure. Pada saat Inspirasi Airway Preassure tidak akan
turun pada saat ekspirasi menunjukkan angka Nol.
(21) Set mode selector pada Volume Kontrol, blok Y piece.
(22) Set Upper Press limit dan pastikan alarm aktif pada saat inspirasi
kurang lebih pada angka 40 cmH2O
(23) Set Breath pada angka 20
(28) Set parameter selector konsentrasi oksigen pada angka 40% akan
terbaca di display sesuai yang di setting, set parameter pada
angka maka pada layar monitor atau display akan terlihat angka
sesuai yang di setel
(29) Putar Upper alarm limit diantara 36-40%, pastikan alarm berbunyi
danlampau menyala, kembalikan Upper alarm ke angka 100, putar
lower alarm limit diantara 36-44% pastikan alarm berbunyi dan
lampu menyala, kembalikan lower alarm limit pada angka 18.
(30) Set trigger sensitivity pada angka minus 10, set mode selector pada
preassure support, pastikan alarm akan aktif pada saat 15 detik.
(31) Set mode pada “PRESS CONTOR”, set Lower respiratory rate set
38
PEEPpada angka positif 10, set Inspiration Press pada angka positif
10,
(32) Pastikan Airway Pressure selama inspirasi menunjukkan angka
positif 20 (kurang lebih 2 cmH2O)
(33) Set PEEP dan Inspiration Press Level pada angka Nol.
(7) Lap selang oksigen, selang udara, serta kabel ventilator dan
mesinhumidifier, rapikan
(8) Kalibrasi alat dilakukan pada saat pengesetan awal (setelah
ventilator) baik dipakai atau tidak dilakukan oleh dua orang perawat
(9) Kalibrasi dilakukan kembali pada saat mesin ventilator akan
dipakaipada pasien dilakukan oleh dua orang perawat
(10) Exchange set diganti setiap 1000 jam dan dilakukan kalibrasi ulang
oleh bagian maintenance
(11) Oksegen cell diganti bila parameter tang diset tidak sesuai
dengan display atau monitor yang ada. Overhaul ventilator
dilakukan oleh perusahaan pemegang kontrak service, dibawah
39
pengawasan maintenance sesuai jadwal
2) Ventilator Hamilton
40
(3) Perhatikan layar hingga tanda “START” muncul
(4) Gunakan C knob. Tekan“START” untuk untuk mengaktifkan.
biarkan selama lima menit untuk pemanasan
(5) Gunakan C knob untuk pilihan mode dan kalibrasi
(6) Kalibrasi Flow sensor: Ventilator harus dilengkapi dengan
BreathingSirkuit “Flow Sensor, Expiration Membran and Cover”
(7) Pilih menu KALIBRASI, tekan dan active “FLOW SENSOR”
(8) Jika di layar bertuliskan “DISCONECT PATIENT”, sirkuit kea rah
pasien jangan ditutup. Di monitor akan nada massage “TURN
FLOW SENSOR”, balikkan posisi flow sensor tube biru
disambungkan dengan Y-Piece
(9) Ketika di layar muncul tulisan “TURN FLOW SENSOR”,
balikkan flow sensor tube biru ke posisi normal, jauh dari Y-Piece
(10) Jika ingin mengakhirikalibrasi, tutup menu “KALIBRASI”.
(11) Jika kalibrasi gagal dapat diulangi seperti di atas
(12) Select dan aktifkan “TIGHTNESS TEST”
(13) Setelah pesan “DISCONNECT PASIEN”, jangan sambungkan
Breathing Circuit pasien ke flow sensor.
41
(21) Pemilihan Mode: Volume Mode (S) CMV, SIMV, Pressure Mode
(PCMV, PSIMV, Spontan), Adaptive Mode (ASV, PCMV/APV,
PSMV/APV, DUOPAP, ASV % MV: 100%).
ASV = %MV = 100%
(a) Body weigh-Set berat badan sesuai dengan berta badan idel
ataubuku parameter
(b) PEEP: 3-5 cmH2O (fisiologis)
(c) Oksigen: 30-100%
(d) Trigger: 2-5 cmH2O
DUOPAP
(1) P High: 14-18 cmH2O
(2) High: 1,3 s(adult), 0,8 s(ped), 0,7 s(infant)
(3) Rate: 10-12 x/m
(4) P ramp: 50ms, Ets:25%
(5) PEEP/CPAP: 3-5 cmH2O
(6) P Trigger: 2-5 cmH2O
(22) Alarm terbagi 3 jenis: Pressure (Upper/Lower), Expiration Menit
Volume (Upper/Lower), Air Trapping
3) Ventilator Drager
42
a) Fasilitas dan peralatan
(1) Tubing ventilator disposable
(2) Test lung kalibrasi
(3) Ventilator
(4) HME atau humidifier
(5) Water for injection
b) Cara penggunaan (Q-pulse, 2013)
(1) Setelah tubing ventilator terpasang, pasang sensor CO2
(bila di perlukan)
(2) Pastikan semua indicator lampu alarm menyala pada fungsi
masing – masing
(3) Setelah ventilator posisi ON, ‘SETTING NEW PATIENT’ pilih
modedewasa, anak, bayi lalu masukan berat badan pasien sesuai
instruksi dokter
43
‘CONFIRM’, pada layar akan tertulis CO2 zero OK. Bila tidak
monitor CO2 di OFF
(9) Setting mode ventilator: IPPV/CMV, dan SIMV, ASSIST
(PCV
+),SIMV,CPAP, BIPAP, PSV + ASSIST, CPAP sesuai instruksi
dokter.
(10) Bila setting IPPV/CMV dan SIMV auto flow selalu ON,
dengan cara klik ‘ ADDITIONAL SETTING’, klik
‘AUTOFLOW’, lalu klik ON, tujuannya adalah walaupun
pasien melawan ventilator tetapi udara tetap masuk.
(11) Setting tidal volume, respiratory rate, FiO2 sesuai advis
dokter.
(12) Setting I:E ratio 1:2, PEEP minimal 5 cmH2O (atau sesuai
instruksidokter)
(13) Setting alarm limit, minute volume maksimal dan minimal
masing – masing diatas dan dibawah 20% dari nilai pada display.
(14) Setting batas PAW (Peak Airway) pressure 35 – 40 cmH2O
44
2.11 Ventilator vella vyasis
45
‘ACCEPT’.
(4) Setting parameter minute volume 6 liter, tidal volume 500ml,
I:E Ratio 1:6, breath 12x/m, PIP sejajar dengan display
manometer kurang lebih 5 cmH2O, inspiration time 0,68 detik
(5) Hidupkan humidifier pada posisi ON untuk humidifikasi aktif
atau pada suhu 37°C
(6) Untuk pola ventilasi, tekan tombol ‘MODE INDIKATOR’
diatas kiri dari layar, kemudian akan muncul pilihan-pilihan
pola ventilasi yang merupakan kombinasi dari tipe napas dan
pola pemberian ventilasi (apakah volume atau pressure). Polah
yang dipilih melalui tombol ‘ACCEPT’.
(7) ‘ANPEA MODE’ akan muncul dilayar pada pola ventilasi
APRV/BIPAP, CPAP/PSV atau NPPV/CPAP/PSV. ‘APNEA
BACKUP’ akan aktif pada pola PSV atau CPAP Pengetesan
yang dilakukan meliputi ‘breath rate’ (rate), tidal volume
(volume), inspiratory pressure (insp. Press), inspiratory time (I-
time), peak flow, inspiratory pause (ins.pause), PEEP,
inspiratory flow trigger (flow trigger), % O2, Pressure high
(press high): hanya terdapat pada pola napas APRV/BIPAP,
time high, hanya terdapat pada pola APRV/BIPAP, demikian
juga dengan time low dan pressure low.
46
2.12 ventilator mindray SV300
47
Fitur Ventilator SV 300 Mindray (Shenzhen mindray bio,2018).
1) Adaptif
Berkat fitur standar yang lengkap, termasuk mode terbaru ventilasi,
SV300 sangat sesuai untuk semua tingkat kebutuhan dan dalam semua
lingkungan perawatan, dari lokasi pasien, pemindahan, hingga point of
care lain.
2) Lengkap
Dengan fungsi yang umumnya terdapat pada ventilator perawatan
intensif, SV300 memiliki mode ventilasi yang lengkap. Fitur uniknya
membuat alat ini menjadi ventilator terbaik. Fitur tersebut adalah
pengukuran CO2 volumetrik, indikator penyapihan, terapi O2, Intelli
cycle.
3) Mudah Digunakan
Berkat desain UI SV300 yang intuitif, setiap fungsi diatur dalam
susunan yang logis sehingga dokter tidak perlu menelusuri panduan
pengguna yang rumit. Selain itu, sensor katup dan aliran mendukung
autoclaving.
2.9 Komplikasi
Menurut Hudak & Gullo (2010) komplikasi ventilasi mekanik invasive
yaitu:
1) Barotrauma
Hal ini disebabkan tekanan alveolar maksimal yang tinggi, volume tidal
yang besar dan shear injuri. Shear Injury disebabkan karena peristiwa
“kolaps dan ekspansi kembali alveoli” yang terjadi berulang-ulang dan
adanya ketegangan pada interfase antara alveoli yang kolaps dan
mengembang. Hal ini mengakibatkan pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumoperikardium, surgical emphysema dan
acute lung injury. Puncak tekanan alveolar ditentukan oleh volume tidal
dan PEEP.
2) Gas traping
48
Terjadi apabila tidak tersedia waktu yang cukup bagi alveoli untuk
mengosongkan diri sebelum napas berikutnya dimulai, dengan
demikian hal tersebut lebih mungkin terjadi pada pasien dengan
peningkatan resistensi aliranudara (asma, PPOK), pada kondisi dimana
waktu untuk inspirasi memanjang (dan karena itu waktu ekspirasi
relative lebih singkat) atau saat frekuensi pernapasan tinggi (waktu
ekspirasi absolut lebih pendek). Gas trapping menyebabkan hiperinflasi
progersif dari alveoli dan kenaikan progresif tekanan akhir ekspiras
(dikenal sebagai PEEP intrinsik).
3) Toksisitas oksigen
Manusia dengan paru normal kemudian diberi ventilasi dengan dengan
oksigenkonsentrasi tinggi akan mengalami Acute Lung Injury. Hal ini
disebabkan efek toksik oksigen konsentrasi tinggi. Meskipun paparan
yang berkepanjangan parumanusia dengan oksigen konsentrasi tinggi
(Fio2 > 0,5) seharusnya dihindari, bila memungkinkan.
4) Efek kardiovaskular
(a) Preload
Tekanan positif intrathorak yang tinggi mengurangi aliran balik
vena (venous return). Efek ini diperparah oleh tekanan inspirasi
yang tinggi waktu inspirasi yang panjang dan PEEP.
(b) Afterload
49
dengan penurunan kontraktilitas.
5) Konsumsi oksigen miokardial
Hal ini akan berkurang dengan ventilasi tekanan positif
6) Infeksi
Pneumonia nosokomial adalah komplikasi umum pada ventilasi
mekanik. Upaya keras penting untuk mencegah kontaminasi dari pipa
endorakeal, kateter penghisap dan sirkuit ventilator.
7) Airway: edema laring, trauma mukosa trakea, kontaminasi saluran
napas bawah hilangnya fungsi kelembaban pada saluran napas atas.
8) Gastrointestinal dan nutrisi : perdarahan gastrointestinal, malnutrisi
9) Peningkatan tekanan intracranial
10) Keseimbangan asam dan basa: asidosis repiratorik, alkalosis repiratorik.
50
ventilasi mekanik harus ditambahkan humidifikasi dengan temperatur
yang terkontrol sehingga udara dapat dihangatkan karena sistem
pelembab alamiah dari hidung tidak berfungsi.
4) Selang sirkuit ventilator harus selalu dijaga dari kemungkinan terlepas,
tertekuk, bocor atau tersumbat. Kadang dalam waktu lama selang dapat
berisi cairan yang akan mengganggu aliran udara.
5) Endotrakeal tube, selalu evaluasi tekanan balon ETT dari kebocoran.
Perhatikan plester agar ETT tidak tergeser atau terlepas karena pasien
yang berkeringat, plester basah atau penderita yang selalu bergerak
mengakibatkan ETT mudah berpindah. Hindari tergigitnya ETT
dengan memasang pipa orofaring (guedel). Ganti ETT tiap 1- 2
minggu. Pembilasan ETT dapat dilakukan dengan memasukan NaCl
0,9% di dalam ETT untuk mengencerkan lendir/slem, sehingga lebih
mudah untuk dikeluarkan, ganti sirkuit alat setiap 1-3 hari, jaga
kebersihan mulut penderita dengan membersihkan gigi dan rongga
mulut tiap pagi dengan cairan antiseptik khusus dimulut.
6) Pencegahan pneumonia karena pemakaian ventilator > 48 jam dengan
cara:
a) Elevasi bagian kepala tempat tidur pasien (30˚-45˚)
b) Pengurangan dosis pemberian sedasi dan kaji kesiapan untuk
ekstubasi
c) Pemberian obat pencegah ulkus lambung
d) Pemberian obat pencegah DVT (Deep Vena Thrombus)
e) Perawatan kebersihan mulut setiap hari.
51
sebelum digunakan kepada pasien sehingga keselamatan dan keamanan
pasien dapat dijaga. Pada umumnya kalibrasi dilakukan sebelum alat
digunakan. Adapun cara kalibrasi setiap ventilator berbeda-beda
tergantung jenis ventilatornya dan komponen-komponen yang ada pada
ventilator. Beberapa ventilator di lengkapi dengan kompressor sehingga
tidak membutuhkan medical air, tapi ada juga ventilator yang tidak
dilengkapi dengan kompressor sehingga harus terhubung dengan
medical air pada saat di operasikan.
Kalibrasi oksigen sensor adalah kalibrasi alat untuk mengukur
apakah kadar oksigen yang diberikan mesin sudah sesuai dengan yang
disetting. Kalibrasi flow sensor adalah kalibrasi alat untuk mengukur
aliran flow yang dialirkan mesin sudah sesuai yang di setting. Kalibrasi
test kebocoran adalah kalibrasi yang dilakukan alat untuk melihat
apakah ada kebocoran disepanjang sirkuit atau selang mulai dari masin
sampai kepada pasien. Ketika semua kalibrasi sudah dilakukan maka
ventilator dapat digunakan. Kalibrasi dilakukan ketika:
Keadaan Test / kalibrasi
Sebelum memasang ventilator pada Pre operasional check
pasien baru
Setelah mengganti perubahan menu / Flow sensor kalibrasi
kelompok usia pasien
Sesudah memasang/ mengganti Tighness test.
breathing sirkuit baru Flow sensor kalibrasi
Sesudah install flow sensor baru Flow sensor kalibrasi
Sesudah install oksigen cell yang Oksigen cell kalibrasi
baru
Sebelum memindahkan pasien ke RS Test batteray , check cillinder
lain. gas contens
52
53
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ventilator adalah suatu sistem alat bantu hidup yang dirancang untuk
menunjang fungsi pernapasan yang normaldengan mengembangkan paru dan
memberikan oksigen sehingga dapat mempertahankan fungsi paru (Tabrani, 2010).
Ventilasi mekanik (Ventilator) memegang peranan penting bagi dunia keperawatan
kritis, dimana perannya sebagai pengganti bagi fungsi respiratori (Sundana,2014).
3.2 Saran
54
DAFTAR PUSTAKA
American Thoracic Society. (2020). Man agingThe Intensive Care Unit (ICU)
Experience: A Proactive Guide for Patients and Families. Diakses dari
https://www.thoracic.org/patients/resources/managing-the-icu-
experience.pdf pada 01 Mei 2021
Burden, L. D., Stacy, K.M., Lough, M.E. et al. (2010). Critical Care Nursing. USA,
Mosby Elsevier
Carles, G. Jr. (2010). Traceostomy: Why, when, how. Journal Respirator Care.
Chulay, M & Burn, SM. (2010). AACN Essential Of Critical Care Nursing (2ⁿd ed).
Hudak C.M. & Gallo B.M. (2010). Critical Care Nursing: A Holistic Approach.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Kurdani, R.,(2017). Konsep Dasar Ventilasi Mekanik. Diakses tanggal 1 mei
2021 dari
https://www.academia.edu/37854492/RESUME_KONSEP_DASAR_VE
NTILASI_MEKANIK
55
Marino, P.L. (2007). The ICU Book. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins.
Marshall et al. (2017). What is an intensive care unit? A report of the task force of
the World Federation of Societies of Intensive and Critical Care Medicine.
Diakses dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27612678/ pada 01 Mei
2021
Morton, P.G. & Fontaine, D.K. (2009). Critical Care Nursing: A Holistic
Approach. Philadelphia, Lippincott William & Wilkin. Volume 1.
Parli. (2018). Analisis praktik klinik keperawatan pada pasien Stroke haemoragik
terpasang ventilator mekanik Dengan intervensi inovasi humidifikasi dan
manajemen Cuff terhadap perubahan status hemodinamik di ruang cu
rsud abdul wahab sjahranie samarinda. Diakses dari
https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/875/KIAN.pdf?sequ
ence=1 pada 29 Mei 2021
Peate, I., dan Nair, M. 2011. Fundamentals of Anatomy and Physiology For Student
Nurses. UK: Blackwell Publishing Ltd.
Sabiston, David. (2011). Buku Ajar Bedah Sabiston (alih bahasa : Andrianto P
56
&Timan I.S) , 2011. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. (2008). Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia,
Lippincott Williams & Wilkins
Tabrani, R., (2010). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Trans Info Media
Temple, Jean S. dan Johnson, Joyce Y. (2010). Buku saku prosedur klinis
keperawatan. Alih bahasa: Esty Wahyuningsih, dan Devi Yulianti. Edisi
5. Jakarta: EGC
Tortora, G.J., & Derrickson, B. (2014). Principles of Anatomy and Physiology (14th
ed). USA: Wiley.s Vol.55 No.8, Agustus 2010
57