PEMBIMBING
OLEH KELOMPOK 2:
1. YOSEPHINA B.PUGEL
2. HILDAGARDIS NABU
3. YODI BEAS
KELAS: TK 3 PPN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat-Nya yang berlimpah maka kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
melengkapi pengambilan nilai mata kuliah keperawatan gawat darurat (GADAR).
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan trima kasih kepada dosen mata
kuliah Keperawatan gawat darurat (GADAR) yang telah memberikan tugas ini
kepada kami yang berjudul “gagal nafas ”sebagai upaya untuk menjadikan kami
manusia yang berilmu dan berpengetahuan. Keberhasilan kami dalam
menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak.Untuk itu, kami menyampaikan trima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
1.2 Tujuan 5
2.9 Evaluasi Keperawatan..................................................................................24
3.1 Kesimpulan 28
3.2 Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal napas yang disebabkan oleh karena adanya obstruksi pada saluran
pernapasan bisa diatasi, dengan salah satu tindakan yang biasa dilakukan dan
dijumpai di pelayanan intensif yaitu pelaksanaan pemberian tindakan suction
(Widiyanto & Hudijono, 2013).
1. AIRWAY
2. BREATHING
1. Pendarahan
Pada pasien gagal napas, tanda-tanda adanya kehilangan
cairan (darah) dapat diketahui dari pemeriksaan sederhana
seperti nadi, tekanan darah, respirasi.
2. Denyut nadi
Pada pasien gagal napas dilakukan pengecekan denyut nadi
dengan cara mempalpasi denyut nadi untuk mengecek laju,
kualitas, ritme dan frekuensi. Raba nadi
radialis,brakialis ,femoralis dan karotis,cek denyutan jantung
3. Perfusi
Tanda-tanda penurunan perfusi pada pasien gagal napas
adalah keadaan pucat,akral dingin,nadi lemah atau tidak
terabah,perubahan tingkat kesadaran,takikardi dan disritmia
4. DISABILITY
5. EXPOSURE
B. Pengkajian sekunder
Keluhan Utama
Riwayat pekerjaan
1. Observasi umum
Kaji penampilan umum,postur dan posisi tubuh pasien: tanyakan
keluhan umum yang dirasakan oleh pasien.kaji perilaku apakah
pasien tampak tenang,ketakutan,cemas,serta kaji kemampuan
melakukan aktivitas secara mandiri
Tanda-tanda Vital
2. Kepala dan wajah
Inspeksi dan palpasi tulang wajah,kaji ukuran pupil dan reakasi
terhadap cahaya,kaji adanya darah atau drainage dari telinga mata
hidung atau mulut.Observasi sianosis pada bibir,telinga dan ujung
kuku,cek adanya gigi tanggal.inspeksi lidah dan mukosa oral
terhadap trauma
3. Leher
Periksa adanya pembengkakan leher,periksa adanya deviasi
trakea,observasi distensi vena jugularis
4. Dada
Periksa kedalaman ,kualitas pernapasan,catat adanya fail chest,cek
adanya fraktur iga dengan melakukan penekanan pada tulang iga
posisi leteral,anterior dan posterior jika ada fraktur pasien akan
merasa nyeri saat dilakukan penekanan,auskultasi bunyi paru.catat
jika adanya sesak napas
⮚ Diagnose primer
⮚ Diagnose sekunder
3 Bersihan jalan napas Dalam jangka waktu 1 jam pasien Manajemen Jalan Napas
tidak efektif b/d sekresi
akan terbebas dari bersihan jalan (I.01011)
yang tertahan (D.0001)
napas dengan kriteria hasil Tindakan: Observasi
1. Batuk efektif meningkat (5) Monitor pola napas
2. Produksi sputum menurum (frekuensi,
(5) kedalaman, usaha
3. Wheezing menurun (5) napas)
4. Dispnea menurun (5) Monitor bunyi
5. Gelisah menurun (5) napas tambahan
6. Frekuensi napas membaik (mis. gurgling,
(5) mengi, wheezing,
7. Pola napas membaik (5) ronchi kering)
Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik:
Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan
headtilt dan chin-
lift (jawthrust jika
curiga trauma
Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15
detik
Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
Berikan oksigen,
jika perlu?????????
Terapeutik
Ganti linen
setiap hari
atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat
berlebih)
Edukasi
Anjurkan
tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi
cairan dan
elektrolit
intravena,
jika perlu
3 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan Tindakan
b/d gejala penyakit
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
(.0074)
diharapkan gangguan rasa nyaman Identifikasi
membaik dengan kriteria hasil penurunan tingkat
energi,
Status Kenyamanan (L. 08064) ketidakmampuan
1. keluhan tidak nyaman berkonsentrasi, atau
menurun gejala lain yang
2. Gelisah menurun mengganggu
3. Kebisingan menurun kemampuan kognitif
4. Keluhan sulit tidur menurun
5. Keluhan kedinginan Identifikasiteknik
menurun relaksai yang pernah
6. Gatal menurun efektif digunakan
7. Mual menurun Identifikasi
8. Lelah menurun kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
Monitor respon
terhadap terapi
relaksai
Terapeutik
Ciptakan lingkungan
yang tenag dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang nyaman,
jika memungkinkan
Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
Gunakan pakaian
longgar
Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
nalgesik atau
tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi
Jelaskan tujuan
manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis.
musik, meditasi,
napas dalam,
relaksasi otot
progresif)
Anjurkan rileks dan
merasakan sensai
relaksasi
Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam,
peregangan, atau
imajinasi
terbimbing)
⮚ Listen (Dengar)
Suara nafas, suara
tambahan
⮚ Feel(Rasakan)Udara
nafas keluar hidung- ⮚ Feel(Rasakan)Udar
mulut a nafas keluar
3. Perawat memeriksa nadi dan Posisi kepala head tilt hidung-mulut
pernapasan maksimal 10 detik cin
4. Bila nadi teraba dan pernafasan
tidak ada maka lakukan bantuan
nafas menggunakan ambubag
5. Atur posisi kepala yaitu head tilt
chin lift bila tidak ada trauma Posisi kepala jaw thrust ⮚ Bila nadi teraba
leher. Bila ada trauma leher manuver. dan pernafasan
dengan cara jaw thrust manuver. tidak ada maka
6. Meletakkan masker menutup lakukan bantuan
mulut dan hidung pasien nafas
7. Ibu jari dan jari telunjuk menggunakan
membentuk huruf C sedangkan Meletakkan masker ambubag
jari-jari lainnya memegang menutup mulut dan ⮚ Posisi head tilt cin
rahang bawah sekaligus hidung pasien Posisikan telapak
membuka jalan napas dengan tangan pada dahi
membentuk huruf E sambil mendorong
8. Memompa udara dengan cara dahi ke belakang,
tangan satu memegang bag pada waktu
sambil memompa udara dan bersamaan ujung
yang satunya memegang dan jari tangan yang
memfiksasi masker pada saat lain mengangkat
memegang masker dagu. Ibu jari dan
9. Pada dewasa berikan nafas telunjuk harus
sebanyak 10-12 kali/menit bebas agar dapat
dengan jeda setiap pompa 3 digunakan menutup
detik hidung,
10. Pada bayi berikan nafas
⮚ Pada pasien dengan
sebanyak 20 kali/menit dengan
dugaan cedera
jeda setiap pompa 3 detik
leher dan kepala,
11. Setelah 1 menit, evaluasi
hanya dilakukan
pernafasan. Apabila nafas tidak
maneuver jaw
ada lakukan bantuan nafas posisi recovery
thrust dengan hati-
sesuai langkah sebelumnya,
hati dan mencegah
namun bila ada nafas maka
gerakan leher.
berika posisi recovery (sesuai
kondisi)
12. Bila sudah selesai buka
handscoon
13. Rapikan pasien dan alat
14. Perawat cuci tangan gunakan
handsrub
15. Dokumentasi
⮚ Pastikan pernapasan
pasien tetap stabil
⮚ Observasi pasien, bila
terjadi henti nafas dan
⮚ Posisi recovery
henti jantung dilakukan
akan menjaga agar
resusitasi.
jalan napas korban
tetap terbuka.
Posisi ini juga
memungkinkan
muntahan tidak
masuk ke jalan
napas bila korban
muntah. Namun
harap diingat
bahwa sebelum
memindahkan
korban ke posisi
recovery, Anda
harus memastikan
korban tidak
mengalami cedera
tulang punggung
⮚ Dokumentasi
● Pastikan
pernapasan
pasien tetap
stabil
● Observasi
pasien, bila
terjadi henti
nafas dan
henti
jantung
dilakukan
resusitasii
1. Menjalin
Prosedur 1. Perawat memperkenalkan hubungan baik
diri dan mengucapkan salam. kepada klien dan
sebagai tahap awal
sebelum melakuka
n tindakan
2. Untuk memastikan
identitas dan status
2. Perawat melakukan
pasirn
identifikasi pasien.
3. Mencegah
terjadinya infeksi
3. Perawat mencuci tangan silang
4. Untuk menjaga
4. Perawat menjaga privasi privasi pasien
pasien.
5. Perawat melakukan
5. Untuk memonitor
pemantauan kondisi pasien
b. Melakukan suction
sesuai dengan indikasi.
c. Memberikan oksigen
100% (tekan menu
suction pada
ventilator) saat akan
melakukan suction.
d. Memantau air way dan
tidal volume pasien
setiap jam.
e. Memberikan nebulizer
sesuai order dokter
yang tertulis di daftar
obat
f. Memantau saturasi O2
dan CO2 di dalam
monitor setiap jam
g. Melakukan
pemeriksaan analisa
gas darah setiap pagi
dan atau sesuai
indikasi.
h. Mengkaji keefektifan
ventilator dan pola
nafas pasien setiap jam
i. Mencatat kedalaman
endotracheal pada
posisi batas bibir setiap
shift
j. Mengembangkan cuff
dengan cuff inflator
dan berikan tekanan
< 25 mmHg setelah
intubasi
k. Melakukan thorax foto
untuk mengevaluasi
posisi tube
endotrakheal setelah
intubasi dan 3 – 5 hari
atau setelah pasang
ventilator/sesuai
indikasi.
l. Melakukan chest
fisioterapi dan
clapping punggung
bila tidak ada kontra
indikasi 3 kali sehari
2.9 Evaluasi keperawatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegagalan napas adalah kondisi yang sering terjadi pada pasien
sakit kritis yang dikaitkan dengan angka kematian yang paling
tinggi,terutama bila ventilasi mekanis invasive diperlukan.kegagalan napas
yang parah dapat menyebabkan terjadinya infeksi paru-paru (Dinda Nur
Rohmah,2020). Gagal napas merupakan fase lanjutan dari gangguan
pernafasan yang menyebabkan kegagalan paru untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan mengeluarkan Karbondioksida (baktiar,2013). Tanda-tanda
gagal nafas yaitu adanya takipnea dan pernapasan dangkal tanpa retraksi
dan tanda dan gejala tambahan berupa gagal napas dapat diamati,
tergantung pada tingkat hipoksemia dan hiperkapnia. Dikatakan gagal
napas jika memenuhi salah satu keriteria yaitu PaO2 arteri 45 mmHg,
kecuali peningkatan yang terjadi kompensasi alkalosis metabolik
(Arifputra, 2014). Mekanisme gagal napas menggambarkan ketidak
mampuan tubuh untuk melakukan oksigenasi dan/atau ventilasi dengan
adekuat yang ditandai oleh ketidakmampuan sistem respirasi untuk
memasok oksigen yang cukup atau membuang karbon dioksida. Pada
gagal napas terjadi peningkatan tekanan parsial karbon dioksida arteri
(PaCO2) lebih besar dari 50 mmHg, tekanan parsial oksigen arteri (PaO2)
kurang dari 60 mmHg, atau kedua-duanya. Hiperkarbia dan hipoksia
mempunyai konsekuensi yang berbeda. Peningkatan PaCO2 tidak
mempengaruhi metabolisme normal kecuali bila sudah mencapai kadar
ekstrim (>90 mm Hg). Diatas kadar tersebut, hiperkapnia dapat
menyebabkan depresi susunan saraf pusat dan henti napas. Untuk pasien
dengan kadar PaCO2 rendah, konsekuensi yang lebih berbahaya adalah
gagal napas baik akut maupun kronis. Prinsip tatalaksana darurat gagal
nafas adalah mempertahankan jalan nafas tetap terbuka, baik dengan
pengaturan posisi kepala pasien (sniffing position), pembersihan lendir
atau kotoran dari jalan nafas atau pemasangan pipa endotracheal tube,
penggunaan alat penyangga oropharingeal airway (gueded), penyangga
nasopharingeal airway, pipa endotrakhea, trakheostomi. Jika saluran
benar-benar terjamin terbuka, maka selanjutnya dilakukan pemberian
oksigen untuk meniadakan hipoksemia (Bakthiar.(2013)).
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas jauh dari kesempurnaan kami akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman kepada banyak sumber
yang dapat di pertanggungjawabkan. Maka dari itu saya mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA