OLEH:
NIM :PO530320919249
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi didalam tubuh yang
menyebabkan sakit ( potter dan perry,2005 ).Dalam kamus keperawatan disebutkan bahwa infeksi
adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan
cedera seluler setempat akibat metobolisme kompetitif,toksin,replikasi intraseluler atau reaksi antige-
antibodi munculnya infeksi. Adanaya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Infeksi luka operasi (ILO) adalah infeksi yang terjadi pada daerah pembedahan setelah dilakukan
tindakan pembedahan dan terjadi antara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari
setelah operasi. Infeksi luka operasi dapat terjadi pada luka tertutup atau luka terbuka dan juga dapat
terjadi pada jaringan superfisial atau pada jaringan yang lebih dalam. Pada kasus serius dapat mengenai
organ tubuh (Horan et al., 2008). Menurut sistem CDC terdapat kriteria pasien untuk mendefinisikan
infeksi luka operasi, yaitu:
1) Infeksi superfisial yaitu infeksi yang terjadi antara 30 hari setelah operasi dan infeksi hanya mengenai
kulit atau jaringan subkutan pada daerah bekas operasi.
2) Infeksi dalam yaitu infeksi yang terjadi antara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan alat-
alat yang ditanam pada daerah dalam. Jika menggunakan alat-alat yang ditanam maka infeksi terjadi
antara 1 tahun dan infeksi yang terjadi mengenai jaringan lunak dalam dari luka bekas insisi.
3) Organ atau ruang yaitu infeksi yang terjadi antara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan
alat yang ditanam pada daerah dalam. Jika menggunakan alat yang ditanam maka infeksi terjadi antara 1
tahun dan infeksi mengenai salah satu bagian dari organ tubuh, selain pada daerah insisi .(Horan et al.,
2008).
B. ETIOLOGI ILO
Menurut Delay 2005 faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi luka operasi adalah:
4. Faktor Umur
Luka operasi dapat terinfeksi oleh bakteri-bakteri tersebut melalui berbagai bentuk interaksi seperti :
faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang pasien mengalami infeksi luka operasi adalah:
Bakteri endogen lebih berperan penting daripada bakteri eksogen. Bakteri endogen berasal dari
traktus digestivus. Sumber dari bakteri eksogen adalah tim operasi (ahli bedah, asisten, perawat anestesi),
dan kamar operasi. Infeksi pada luka operasi sering disebabkan oleh bakteri Gram negatif (E.coli), Gram
positif (Enterococcus), dan terkadang bakteri anaerob yang berasal dari kulit, lingkungan, atau alat-alat
untuk menutup luka operasi (Horan et al., 2008)
Lingkungan terjadinya infeksi (respon lokal) Teknik operasi yang bagus dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya ILO. Operasi yang berlangsung lama dan juga penggunaan kateter pada
pembedahan memudahkan terjadinya ILO (Horan et al., 2008).
C. PATOGENESIS
Infeksi potensial terjadi tergantung pada beberapa faktor, diantaranya yang terpenting adalah
jumlah bakteri yang memasuki luka, tipe dan virulensi bakteri, pertahanan tubuh host, faktor
eksternal seperti berada di rumah sakit beberapa hari sebelum pembedahan dan operasi yang
berlangsung lebih dari 4 jam. Selain itu, juga dipengaruhi faktor lain yaitu :
1) Operating suite, yaitu tidak adanya batas yang jelas antara ruang untuk operasi dan ruang untuk
mempersiapkan pasien atau untuk pemulihan dan juga pakaian yang digunakan hampir tidak ada
bedanya.
2) Operating room, ruangan yang digunakan untuk operasi harus dijaga sterilitasnya
3) Tim operasi, yaitu harus ada orang yang merawat pasien dari sebelum, saat dan setelah operasi.
Operator, asisten dan instrumen harus menjaga sterilitas karena berhubungan langsung dengan
daerah lapang operasi. Orang-orang yang tidak ikut sebagai tim operasi harus menjauhi daerah
lapang operasi dan menjauhi daerah alat karena mereka tidak steril dan pasien bisa terinfeksi.
(Horan et al., 1999)
Faktor pasien :
1) Status nutrisi yang buruk
2) DM yang tidak terkontrol
3) Merokok
4) Kegemukan. Resiko meningkat dikarenakan sirkulasi yang berkurang pada jaringan lemak atau
kesulitan teknik operasi saat melewati lapisan lemak.
5) Kolonisasi dengan mikroorganisme
6) Perubahan respon imun (HIV/AIDS dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang).
7) Lamanya perawatan sebelum operasi
Faktor Operasi:
1) Lamanya operasi
2) Profilaksis antimikroba
3) Ventilasi ruang operasi
4) Pembersihan atatu sterilisasi instrumen
5) Teknik pembedahan
6) Hemostasis yang buruk
7) Trauma jaringan
(Burnicardi et al., 2006)
D. TANDA-TANDA INFEKSI
1. Calor ( Panas )
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya,sebab terdapat lebih
banyak darah yang disalurkan kearea terkena infeksi// fenomena panas lokal karena jaringan-
jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti dan hipertermia lokal tidakk menimbulkan
perubahan.
2. Dolor ( rasa sakit )
Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu
dapat merangsang ujung saraf.Pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia
bioaktif lainnya dapat merangsang saraf nyeri,selain itu pembengkakan jaringan yang
meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit.
3. Rubor ( kemerahan )
Merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi
peradangan mulai timbul maka anteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar, dengan
demikian lebih banyak daah yeang mengalir kedalam mikro sirkulasi lokal. Kapiler- kapiler
yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang, dengan cepat penuh terisi dengan
darah.keadaan ini yang dinamakan hipertermia atau kongesti
4. Tumor ( pembengkakan )
Pembengkakan di tiimbulkan oleh karena pengiriman cairan dari sel-sel dari sirkulasi darah
kejaringan interstisial.Campuran cairan dan sel yang tertimbun didaerahperadangan disebut
eksudat.
E.PATWAY
F. MANIFESTASI KLINIK ILO
SSI diklasifikasikan sebagai infeksi yang dimulai di lokasi luka bedah kurang dari 30 hari setelah sayatan
dibuat. Gejala infeksi luka setelah operasi meliputi:
- Kemerahan
- Demam
- IDO yang hanya memengaruhi lapisan kulit tempat jahitan yang disebut infeksi superfisial.
- Nyeri
Pada pengidap infeksi luka operasi, akan muncul gejala berikut pada daerah luka bekas dilakukannya
prosedur operasi.
Gejala meliputi:
Gejala lain bisa saja muncul dari luka bekas operasi. Jadi, jika luka bekas operasi yang kamu lakukan
menimbulkan gejala-gejala aneh setelah 30 hari, segera diskusikan dengan dokter, ya!
E. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang paling penting bagi infeksi luka operasi adalah membuka kembali sayatan
bedah untuk membersihkan material yang terinfeksi (jaringan mati dan benda asing). Kasa
pembalut yang digunakan pada luka harus diganti beberapa kali sehari. Hal ini memungkinkan
infeksi untuk sembuh dengan tindakan lanjutan.
Kondisi ini akan membuat luka yang terbuka pulih dari bawah ke atas dengan membuat jaringan
baru. Antibiotik dapat diberikan pada saat luka dibersihkan dan selama beberapa hari setelahnya.
Pengobatan dapat diperpanjang jika ada tanda-tanda bahwa infeksi dapat menyebar dan terutama
jika terjadi demam.
Tujuan pengobatan infeksi luka operasi adalah untuk meredakan gejala serta mengatasi infeksi
pada luka. Ada beberapa penanganan yang dapat dilakukan untuk mengobati infeksi luka
operasi, yaitu:
Obat-obatan
Obat yang dapat diberikan dokter untuk mengatasi infeksi luka operasi akibat bakteri adalah
antibiotik. Obat ini dapat mengatasi infeksi pada luka dan menghentikan penyebarannya.Jika
luka atau area infeksi kecil dan dangkal, antibiotik yang digunakan bisa berbentuk krim, seperti
fusidic acid. Akan tetapi, jika luka atau area infeksi besar dan sudah tergolong parah, antibiotik
yang akan diberikan dapat berbentuk suntikan atau tablet. Beberapa jenis antibiotik yang paling
umum dipakai adalah:
- Co-amoxiclav
- Clarithromycin
- Erythromycin
- Metronidazole
Luka yang terinfeksi oleh bakteri methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) lebih
kebal terhadap antibiotik yang umum digunakan. Oleh karena itu, akan memberikan antibiotik
khusus untuk mengatasinya.
Operasi
Jika diperlukan, dokter bedah akan melakukan operasi kembali untuk membersihkan luka.
Tindakan yang umumnya dilakukan adalah:
Perawatan mandiri
Setelah diizinkan untuk meninggalkan rumah sakit, pasien perlu melakukan perawatan mandiri
di rumah dengan mengganti perban secara berkala dan rutin membersihkan luka. Hal tersebut
bertujuan untuk mencegah infeksi memburuk dan mempercepat penyembuhan infeksi luka
operasi.
Jika infeksi luka operasi tidak segera diobati, infeksi tersebut bisa menyebar dan menimbulkan
komplikasi berupa:
- Selulitis
- Infeksi kulit lain, seperti impetigo
- Sepsis
- Abses
- Tetanus
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi luka operasi,
yaitu:
- Sebelum operasi, mandi dengan air yang terjamin kebersihannya dan sabun antibakteri.
- Lepas seluruh perhiasan sebelum operasi.
- Jaga agar luka selalu tertutup dan pastikan area di sekitar luka tetap bersih.
- Periksakan kondisi luka operasi secara berkala ke dokter.
- Jangan merokok.
F. PROGNOSIS
Dalam penelitian ini diharapkan mampu memperoleh data ilmiah sebagai berikut:
1. Bakteri penyebab infeksi pada pasien luka operasi di RSUD Dr.Moewardi periode Januari-Juli 2015.
2. Antibiotik yang masih poten pada uji sensitivitas penderita infeksi luka operasi di RSUD Dr. Moewardi
periode Januari-Juli 2015.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status perkawinan,
ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan
masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d. Data Riwayat penyakit
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat
ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya
apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
d) Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai
riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
a) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan
darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau
refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari
kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
c) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung
kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
f) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g) Keamanan
h) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
i) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat
trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
b. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi, kelemahan, penurunan sirkulasi
c. Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
d. Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasi.
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi.
f. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan pembedahan
3.Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah fase proses keperawatan yang penuh pertimbangan yang sistematis dan
mecakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam perencanaan, perawat
merujuk pada data pengkajian klien dan pernyataan diagnosis sebagai petunjuk dalam
merumuskan tujuan klien dan merancang intervensi keperawatan yang diperlukan untuk
mencegah, mengurangi, atau menghilangkan masalah kesehatan klien (Kozier et al., 2010)
6.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008). Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan,
berkelanjutan, dan terarah ketika 20 klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien
menuju pencapaian tujuan atau hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi
adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah (Kozier et al.,
2010). Berdasarkan kriteria hasil dalam perencanaan keperawatan diatas adalah sebagai berikut:
a. Post Sectio seasarea tidak menyimpang dari rentang normal .
DAFTAR PUSTAKA