Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI LUKA OPERASI ( SC )

OLEH:

NAMA : YODI WIRANI BEAS

NIM :PO530320919249

KELAS :TK. III PPN

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK

Dr.Ina Debora Ratu Ludji S.Kp,M.Kes Ester Rau.Amd.Keb

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI SERJANA TERAPAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. DEFINISI ILO

Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi didalam tubuh yang
menyebabkan sakit ( potter dan perry,2005 ).Dalam kamus keperawatan disebutkan bahwa infeksi
adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan
cedera seluler setempat akibat metobolisme kompetitif,toksin,replikasi intraseluler atau reaksi antige-
antibodi munculnya infeksi. Adanaya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.

Infeksi luka operasi (ILO) adalah infeksi yang terjadi pada daerah pembedahan setelah dilakukan
tindakan pembedahan dan terjadi antara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari
setelah operasi. Infeksi luka operasi dapat terjadi pada luka tertutup atau luka terbuka dan juga dapat
terjadi pada jaringan superfisial atau pada jaringan yang lebih dalam. Pada kasus serius dapat mengenai
organ tubuh (Horan et al., 2008). Menurut sistem CDC terdapat kriteria pasien untuk mendefinisikan
infeksi luka operasi, yaitu:
1) Infeksi superfisial yaitu infeksi yang terjadi antara 30 hari setelah operasi dan infeksi hanya mengenai
kulit atau jaringan subkutan pada daerah bekas operasi.
2) Infeksi dalam yaitu infeksi yang terjadi antara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan alat-
alat yang ditanam pada daerah dalam. Jika menggunakan alat-alat yang ditanam maka infeksi terjadi
antara 1 tahun dan infeksi yang terjadi mengenai jaringan lunak dalam dari luka bekas insisi.

3) Organ atau ruang yaitu infeksi yang terjadi antara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan
alat yang ditanam pada daerah dalam. Jika menggunakan alat yang ditanam maka infeksi terjadi antara 1
tahun dan infeksi mengenai salah satu bagian dari organ tubuh, selain pada daerah insisi .(Horan et al.,
2008).

B. ETIOLOGI ILO
Menurut Delay 2005 faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi luka operasi adalah:

1. Lamanya waktu tunggu pre operasi dirumah sakit

2. Teknik septik antiseptik

3. Ventilasi ruang operasi

4. Faktor Umur

5. Bakteri stapyolococcus,Streptococcu,dan psegaiudonomas.

Luka operasi dapat terinfeksi oleh bakteri-bakteri tersebut melalui berbagai bentuk interaksi seperti :

- Interaksi antara luka operasi dengan kuman yang ada dikulit


- Interaksi dengan kuman yang tersebar diudara
- Interaksi dengan kuman yang telah ada di dalam tubuh

faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang pasien mengalami infeksi luka operasi adalah:

- Menjalani prosedur operasi yang membutuhkan waktu lebih dari 2 jam


- Menjalani operasi di bagian perut
- Menjalani operasi darurat (cito)
- Berusia lanjut
- Menderita diabetes
- Menderita kanker
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah
- Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
- Merokok

Bakteri endogen lebih berperan penting daripada bakteri eksogen. Bakteri endogen berasal dari
traktus digestivus. Sumber dari bakteri eksogen adalah tim operasi (ahli bedah, asisten, perawat anestesi),
dan kamar operasi. Infeksi pada luka operasi sering disebabkan oleh bakteri Gram negatif (E.coli), Gram
positif (Enterococcus), dan terkadang bakteri anaerob yang berasal dari kulit, lingkungan, atau alat-alat
untuk menutup luka operasi (Horan et al., 2008)

Lingkungan terjadinya infeksi (respon lokal) Teknik operasi yang bagus dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya ILO. Operasi yang berlangsung lama dan juga penggunaan kateter pada
pembedahan memudahkan terjadinya ILO (Horan et al., 2008).

Mekanisme pertahanan tubuh,Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mekanisme


pertahanan tubuh ialah penyakit bedah, penyakit penyerta, serta tindakan pembedahan. Diabetes,
usia tua, pemberian transfusi, penggunaan obat steroid atau immunosupresan termasuk
kemoterapi juga dapat meningkatkan terjadinya ILO sehingga kondisi tersebut perlu pemberian
antibiotik profilaksis pada saat pembedahan (Horan et al., 2008).

C. PATOGENESIS
Infeksi potensial terjadi tergantung pada beberapa faktor, diantaranya yang terpenting adalah
jumlah bakteri yang memasuki luka, tipe dan virulensi bakteri, pertahanan tubuh host, faktor
eksternal seperti berada di rumah sakit beberapa hari sebelum pembedahan dan operasi yang
berlangsung lebih dari 4 jam. Selain itu, juga dipengaruhi faktor lain yaitu :
1) Operating suite, yaitu tidak adanya batas yang jelas antara ruang untuk operasi dan ruang untuk
mempersiapkan pasien atau untuk pemulihan dan juga pakaian yang digunakan hampir tidak ada
bedanya.
2) Operating room, ruangan yang digunakan untuk operasi harus dijaga sterilitasnya
3) Tim operasi, yaitu harus ada orang yang merawat pasien dari sebelum, saat dan setelah operasi.
Operator, asisten dan instrumen harus menjaga sterilitas karena berhubungan langsung dengan
daerah lapang operasi. Orang-orang yang tidak ikut sebagai tim operasi harus menjauhi daerah
lapang operasi dan menjauhi daerah alat karena mereka tidak steril dan pasien bisa terinfeksi.
(Horan et al., 1999)

Faktor pasien :
1) Status nutrisi yang buruk
2) DM yang tidak terkontrol
3) Merokok
4) Kegemukan. Resiko meningkat dikarenakan sirkulasi yang berkurang pada jaringan lemak atau
kesulitan teknik operasi saat melewati lapisan lemak.
5) Kolonisasi dengan mikroorganisme
6) Perubahan respon imun (HIV/AIDS dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang).
7) Lamanya perawatan sebelum operasi

Faktor Operasi:

1) Lamanya operasi
2) Profilaksis antimikroba
3) Ventilasi ruang operasi
4) Pembersihan atatu sterilisasi instrumen
5) Teknik pembedahan
6) Hemostasis yang buruk
7) Trauma jaringan
(Burnicardi et al., 2006)

D. TANDA-TANDA INFEKSI
1. Calor ( Panas )
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya,sebab terdapat lebih
banyak darah yang disalurkan kearea terkena infeksi// fenomena panas lokal karena jaringan-
jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti dan hipertermia lokal tidakk menimbulkan
perubahan.
2. Dolor ( rasa sakit )
Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu
dapat merangsang ujung saraf.Pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia
bioaktif lainnya dapat merangsang saraf nyeri,selain itu pembengkakan jaringan yang
meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit.
3. Rubor ( kemerahan )
Merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi
peradangan mulai timbul maka anteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar, dengan
demikian lebih banyak daah yeang mengalir kedalam mikro sirkulasi lokal. Kapiler- kapiler
yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang, dengan cepat penuh terisi dengan
darah.keadaan ini yang dinamakan hipertermia atau kongesti
4. Tumor ( pembengkakan )

Pembengkakan di tiimbulkan oleh karena pengiriman cairan dari sel-sel dari sirkulasi darah
kejaringan interstisial.Campuran cairan dan sel yang tertimbun didaerahperadangan disebut
eksudat.
E.PATWAY
F. MANIFESTASI KLINIK ILO
SSI diklasifikasikan sebagai infeksi yang dimulai di lokasi luka bedah kurang dari 30 hari setelah sayatan
dibuat. Gejala infeksi luka setelah operasi meliputi:

- Kemerahan

- Bengkak di tempat sayatan

- Drainase nanah kuning atau keruh dari tempat sayatan

- Demam

- Infeksi kulit setelah operasi

- IDO yang hanya memengaruhi lapisan kulit tempat jahitan yang disebut infeksi superfisial.

- Nyeri

Pada pengidap infeksi luka operasi, akan muncul gejala berikut pada daerah luka bekas dilakukannya
prosedur operasi.

Gejala meliputi:

- Luka akan terasa nyeri ketika disentuh.


- Bekas luka operasi mengeluarkan nanah.
- Adanya pembengkakan pada daerah luka sayatan.
- Luka terasa panas dan perih.
- Proses penyembuhan luka memakan waktu yang cukup lama.
- Luka bekas operasi mengeluarkan bau yang tidak enak.

Gejala lain bisa saja muncul dari luka bekas operasi. Jadi, jika luka bekas operasi yang kamu lakukan
menimbulkan gejala-gejala aneh setelah 30 hari, segera diskusikan dengan dokter, ya!

E. PENATALAKSANAAN

Pengobatan yang paling penting bagi infeksi luka operasi adalah membuka kembali sayatan
bedah untuk membersihkan material yang terinfeksi (jaringan mati dan benda asing). Kasa
pembalut yang digunakan pada luka harus diganti beberapa kali sehari. Hal ini memungkinkan
infeksi untuk sembuh dengan tindakan lanjutan.

Kondisi ini akan membuat luka yang terbuka pulih dari bawah ke atas dengan membuat jaringan
baru. Antibiotik dapat diberikan pada saat luka dibersihkan dan selama beberapa hari setelahnya.
Pengobatan dapat diperpanjang jika ada tanda-tanda bahwa infeksi dapat menyebar dan terutama
jika terjadi demam.
Tujuan pengobatan infeksi luka operasi adalah untuk meredakan gejala serta mengatasi infeksi
pada luka. Ada beberapa penanganan yang dapat dilakukan untuk mengobati infeksi luka
operasi, yaitu:

Obat-obatan

Obat yang dapat diberikan dokter untuk mengatasi infeksi luka operasi akibat bakteri adalah
antibiotik. Obat ini dapat mengatasi infeksi pada luka dan menghentikan penyebarannya.Jika
luka atau area infeksi kecil dan dangkal, antibiotik yang digunakan bisa berbentuk krim, seperti
fusidic acid. Akan tetapi, jika luka atau area infeksi besar dan sudah tergolong parah, antibiotik
yang akan diberikan dapat berbentuk suntikan atau tablet. Beberapa jenis antibiotik yang paling
umum dipakai adalah:

- Co-amoxiclav
- Clarithromycin
- Erythromycin
- Metronidazole

Luka yang terinfeksi oleh bakteri methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) lebih
kebal terhadap antibiotik yang umum digunakan. Oleh karena itu, akan memberikan antibiotik
khusus untuk mengatasinya.

Operasi

Jika diperlukan, dokter bedah akan melakukan operasi kembali untuk membersihkan luka.
Tindakan yang umumnya dilakukan adalah:

- Membuka luka operasi dengan melepas jahitan


- Melakukan pemeriksaan pada kulit dan jaringan untuk mendeteksi jika ada infeksi,
sekaligus menentukan jenis antibiotik apa yang dapat digunakan
- Membersihkan luka dengan menghilangkan jaringan mati atau jaringan yang terinfeksi
(debridement)
- Membersihkan luka dengan larutan garam atau cairan saline
- Mengeluarkan nanah (jika ada)
- Menutup luka (jika berlubang) dengan kasa steril yang dibasahi oleh cairan saline

Perawatan mandiri

Setelah diizinkan untuk meninggalkan rumah sakit, pasien perlu melakukan perawatan mandiri
di rumah dengan mengganti perban secara berkala dan rutin membersihkan luka. Hal tersebut
bertujuan untuk mencegah infeksi memburuk dan mempercepat penyembuhan infeksi luka
operasi.

Komplikasi Infeksi Luka Operasi

Jika infeksi luka operasi tidak segera diobati, infeksi tersebut bisa menyebar dan menimbulkan
komplikasi berupa:

- Selulitis
- Infeksi kulit lain, seperti impetigo
- Sepsis
- Abses
- Tetanus

Pencegahan Infeksi Luka Operasi

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi luka operasi,
yaitu:

- Sebelum operasi, mandi dengan air yang terjamin kebersihannya dan sabun antibakteri.
- Lepas seluruh perhiasan sebelum operasi.
- Jaga agar luka selalu tertutup dan pastikan area di sekitar luka tetap bersih.
- Periksakan kondisi luka operasi secara berkala ke dokter.
- Jangan merokok.

F. PROGNOSIS

Dalam penelitian ini diharapkan mampu memperoleh data ilmiah sebagai berikut:
1. Bakteri penyebab infeksi pada pasien luka operasi di RSUD Dr.Moewardi periode Januari-Juli 2015.
2. Antibiotik yang masih poten pada uji sensitivitas penderita infeksi luka operasi di RSUD Dr. Moewardi
periode Januari-Juli 2015.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.    Pengkajian
a.     Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status perkawinan,
ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan
masuk, keadaan umum tanda vital.
b.     Keluhan utama
c.      Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d.     Data Riwayat penyakit
a)     Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat
ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
b)     Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya
apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).
c)     Riwayat Kesehatan Keluarga
d)    Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai
riwayat persalinan plasenta previa.
e.       Keadaan klien meliputi :
a)    Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan
darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b)    Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau
refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari
kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
c)     Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d)     Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e)     Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung
kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
f)      Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g)     Keamanan
h)    Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
i)      Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.
2.    Diagnosa Keperawatan
a.    Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin) akibat
trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
b.    Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi, kelemahan, penurunan sirkulasi
c.     Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
d.    Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasi.
e.   Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi.
f.     Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan pembedahan
3.Intervensi Keperawatan

Perencanaan adalah fase proses keperawatan yang penuh pertimbangan yang sistematis dan
mecakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam perencanaan, perawat
merujuk pada data pengkajian klien dan pernyataan diagnosis sebagai petunjuk dalam
merumuskan tujuan klien dan merancang intervensi keperawatan yang diperlukan untuk
mencegah, mengurangi, atau menghilangkan masalah kesehatan klien (Kozier et al., 2010)

N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


O Hasil
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajement Nyeri Observasi
dengan pelepasan mediator tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
nyeri(histamin,prostaglandi selama 1x24 diharapkan karakteristik, durasi,
n) . akibat trauma jaringan tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas
dalam pembedahan Kriteria Hasil : nyeri
 Tingkat nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun Terapeutik
 Kontrol nyeri 1. Berikan teknik
meningkat nonfarmakologis untuk
 Penyembuhan luka mengurangi nyeri

membaik 2. Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri
Edukasi
3. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
1. Kalaborasi pemberian
analgetik Pemberian
Analgesik Observasi
1. Identifikasi riwayat alergi
obat
2. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
Terapeutik
3. Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respons klien
Edukasi
4. Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat Kalaborasi
5. Kalaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik sesuai
indikasi 58 Pemantauan Nyeri
Observasi
1. Identifikasi faktor pencetus
dan pereda nyeri
2. Monitor lokasi dan
penyebaran nyeri Terapeutik
3. Dokumentasi hasil
pemantauan Edukasi

2    Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan TERAPI AKTIVITAS


(I.05186)
tindakan anestesi, kelemahan, tindakan keperawatan
penurunan sirkulasi selama 1x24 diharapkan 1. Observasi
 Identifikasi deficit
Intoleransi aktivitas
tingkat aktivitas
membaik:  Identifikasi
kemampuan
- Tindakan
berpartisipasi dalam
anestesi aktivotas tertentu
membaik  Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
- Penurunan
yang diinginkan
sirkulasi  Identifikasi strategi
meningkatkan
membaik
partisipasi dalam
- Tidak ada aktivitas
 Identifikasi makna
kelemahan
aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu
luang
 Monitor respon
emosional, fisik,
social, dan spiritual
terhadap aktivitas
2. Terapeutik
 Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan
deficit yang dialami
 Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi danrentang
aktivitas
 Fasilitasi memilih
aktivitas dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan
social
 Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
 Fasilitasi makna
aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi transportasi
untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
 Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasikan
aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas
fisik rutin (mis.
ambulansi,
mobilisasi, dan
perawatan diri),
sesuai kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan waktu,
energy, atau gerak
 Fasilitasi akvitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif

3 Gangguan Integritas Kulit b.d Setelah dilakukan Observasi


tindakan pembedahan
tindakan keperawatan
 Identifikasi
selama 1x24 diharapkan penyebab gangguan
integritas kulit (mis.
gangguan integritas
Perubahan sirkulasi,
kulit membaik perubahan status
nutrisi, peneurunan
Dengan kriteria hasil:
kelembaban, suhu
- Integritas kulit lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
bekas luka
2. Terapeutik
pembedahan  Ubah posisi setiap 2
jam jika tirah baring
membaik
 Lakukan pemijatan
pada area penonjolan
tulang, jika perlu
 Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama
periode diare
 Gunakan produk
berbahan petrolium
atau minyak pada
kulit kering
 Gunakan produk
berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitif
 Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
3. Edukasi
 Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis.
Lotin, serum)
 Anjurkan minum air
yang cukup
 Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkat
asupan buah dan
sayur
 Anjurkan
menghindari terpapar
suhu ektrime
 Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal
30 saat berada diluar
rumah

4 Infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Observasi


trauma jaringan / luka tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala
kering bekas operasi. selama 1x24 diharapkan infeksi lokal dan sistemik
kemerahan dan tingkat 2. Terapeutik
infeksi menurun 1. Cuci tangan sebelum
Kriteria Hasil : dan sesudah kontak
 Tingkat infeksi dengan pasien dan
menurun lingkungan pasien
 Integritas kulit dan 2. Pertahankan teknik
jaringan membaik aseptik pada pasien
 Status imun membaik beresiko infeksi
Edukasi
2. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi 3. Ajarkan
cara memeriksa kondisi
luka dan luka operasi
4. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
Perawatan Luka Observasi
1. Monitor karakteristik
luka 2. Monitor tanda -
tanda infeksi Terapeutik
1. Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik
2. Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi 2. Ajarkan
prosedurperawatan luka
secara mandiri
Kalaborasi 1. Kalaborasi
pemberian antibiotik
5 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan Reduksi Ansietas Observasi
kurangnya informasi tentang
tindakan keperawatan 1. Identifikasi saat ansietas
prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan selama 1x24 diharapkan berubah
post operasi.
tingkat kecemasan 2. Monitor tanda-tanda
menurun Kriteria Hasil : ansietas (verbal dan non
 Tingkat ansietas verbal)
menurun Terapeutik
 Proses informasi 1. Ciptakan suasana terapeutik
meningkat untuk menumbuhkan
 Tingkat pengetahuan kepercayaan
meningkat 2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan 3.
Pahami situasi yang membuat
ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
Edukasi
1. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
2. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Kalaborasi
1. Kalaborasi pemberian obat
antiansietas (jika perlu) Terapi
Relaksasi Observasi
1. Identifikasi teknik relaksasi
yang pernah efektif digunakan
2. Monitor respon terhadap
terapi reksasi Terapeutik
1. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindkan medis
lainnya
6 Defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri
kelemahan fisik akibat tindakan
tindakan keperawatan Observasi
anestesi dan pembedahan
selama 1x24 diharapkan 1. Monitor tingkat
kemampuan prilaku kemandirian
meningkatan kesehatan 2. Identifikasi kebutuhan alat
meningkat Kriteria bantu kebersihan diri
Hasil :  Perawatan diri Terapeutik
meningkat 1. Sediakan lingkungan yang
 Mobilitas fisik terapeutik
meningkat 2. Dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri Edukasi
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
Perawatan Rambut
Observasi
1. Identifikasi kondisi rambut
klien
2. Monitor kerontokan rambut
klien
Terapeutik
1. Siapkan peralatan fasilitas
yang ada
2. Edukasi
3. 1. Jelaskan prosedur dan
tujuan perawatan rambut
5. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.


Implementasi terdiri dari melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melakukan intervensi (atau program
keperawatan). Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan yaitu intervensi Post Sc, kemudian mengakhiri
tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan
tersebut (Kozier et al., 2010).

6.Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008). Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan,
berkelanjutan, dan terarah ketika 20 klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien
menuju pencapaian tujuan atau hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi
adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah (Kozier et al.,
2010). Berdasarkan kriteria hasil dalam perencanaan keperawatan diatas adalah sebagai berikut:
a. Post Sectio seasarea tidak menyimpang dari rentang normal .
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC


Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter
Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi

Anda mungkin juga menyukai