Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi luka operasi hal yang paling mungkin terjadi, karena pembedahan merupakan
tindakan yang dengan sengaja membuat luka pada jaringan dan merupakan suatu tempat jalan
masuk dari bakteri, sehingga membutuhkan tingkat sterilitas yang maksimal dan juga orang-
orang yang ikut dalam operasi harus dibatasi jumlahnya.
Infeksi luka operasi terdiri dari superfisial, dalam dan organ sehingga penangannya pun
berbeda. Infeksi luka operasi disebabkan oleh beberapa bekteri, yaitu bakteri gram negatif, gram
positif, dan bakteri anaerob.
Gejala yang muncul seperti tanda-tanda inflamasi, yaitu terasa panas, nyeri, kemerahan,
bengkak, dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya cairna atau nanah dari tempat luka.
Berkembangnya infeksi tergantung dari beberapa faktor diantaranya yaitu jumlah bakteri
yang memasuki luka, tipe dan virulensi bakteri, pertahanan tubuh host dan faktor eksternal
lainnya. Juga terdapat beberapa faktor resiko yang dapat mencetuskan terjadinya infeksi luka
operasi, yaitu faktor pasien, faktor operasi, dan faktor mikrobiologi.
Penanganan dan pencegahan terjadinya infeksi luka operasi pada dasarnya adalah dengan
menjaga sterilitas, dengan melakukan teknik operasi yang baik.





2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Infeksi didefinisikan sebagai terdapatnya mikroorganisme pada jaringan tubuh atau aliran
darah, ditambah dengan adanya inflamasi sebagai respon tubuh. Pada daerah infeksi, biasanya
akan ditemukan gejala klasik seperti rubor, kalor, dolor, tumor, dan functiolaesa pada daerah
kulit atau subkutan. Infeksi pada orang normal dengan sistem pertahanan yang intak memiliki
manifestasi lokal tersebut, ditambah manifestasi sistemik seperti kenaikan suhu tubuh, kenaikan
sel darah putih, takikardia, atau takipnea. Seluruh manifestasi sistemik yang tersebut di atas
meliputi systemic inflammatory response syndrome (SIRS).
1


Gambar 1. Hubungan Infeksi dan SIRS (Schwartz)
3

2.1.1 Tanda Tanda Infeksi
2

- Calor
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab terdapat
lebih banyak darah yang disalurkan ke area terkena infeksi/ fenomena panas lokal
karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti dan hiperemia lokal
tidak menimbulkan perubahan.
- Dolor
Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion
tertentu dapat merangsang ujung saraf. pengeluaran zat kimia tertentu seperti
histamin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf nyeri, selain itu
pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal
dan menimbulkan rasa sakit.
- Rubor (Kemerahan)
Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami peradangan. Waktu
reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut
melebar, dengan demikian lebih banyak darah yang mengalir kedalam mikro sirkulasi
lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang, dengan
cepat penuh terisi darah. Keadaan ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti.
- Tumor (pembengkakan)
Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi
darah kejaringan interstisial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di daerah
peradangan disebut eksudat.
- Functiolaesa
4

Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak dan sakit disrtai
sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, sehingga organ tersebut
terganggu dalam menjalankan fungsinya secara normal. (Yudhityarasati, 2007).


Gambar 2. Kriteria SIRS (Schwartz)
Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat terjadi
diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah operasi. Infeksi
luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka yang terbuka,
dikarenakan untuk proses penyembuhannya. Dapat juga terjadi pada jaringan maupun pada
5

bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang dekat dengan kulit)
ataupun pada jaringan yang lebih dalam. Pada kasus yang serius dapat mengenai organ tubuh.
2.1.2 Klasifikasi Infeksi Operasi
4

Menurut sistem CDCs terdapat pada kriteria untuk mendefinisikan infeksi luka operasi,
yaitu :
4

1. Infeksi Superfisial, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dan
infeksi hanya mengenai pada kulit atau jaringan subkutan pada daerah bekas
insisi.
2. Infeksi Dalam, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana
tidak menggunakan alat-alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika
menggunakan alat-alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan
infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai
jaringan lunak yang dalam dari luka bekas insisi.
3. Organ atau ruang, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana
tidak menggunakan alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan
alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi
berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai salah satu dari bagian
organ tubuh, selain pada daerah insisi tapi juga selama operasi berlangsung karena
manipulasi yang terjadi.

Gambar 3. Klasifikasi Infeksi Operasi (CDC)
6

2.1.3 Klasifikasi Luka Operasi
1,2,3

Clean (class I) luka operasi yang tidak terinfeksi yang
mana tidak ada peradangan yang
ditemukan pada saluran pernafasan,
saluran pencernaan, genital, atau traktus
urinarius tidak terkena. Luka biasanya
tertutup dan jika perlu drainase dengan
closed drainage. Luka operasi diikuti
dengan trauma tumpul seharusnya
dimasukkan pada kategori ini jika masuk
dalam kriteria.
Contoh : Hernia repair, biopsi mammae
1-5,4%
Clean-contaminated (Class II) Luka operasi yang mana saluran
pencernaan, saluran pernafasan, traktus
urinarius dan genital terkena dengan
kondisi terkontrol dan tanpa kontaminasi
yang tidak biasanya.
Contoh : Cholecystectomy, operasi
saluran pencernaan elektif
Contaminated (Class III) terbuka, baru, luka tiba-tiba. Sebagai
tambahannya, pembedahan dengan
potongan besar dengan tknik yang steril
atau kebocoran besar pada saluran
pencernaan, dan sayatan yang akut,
inflamasi yang nonpurulen termasuk
dalam kategori ini.
Contoh : Trauma, luka jaringan yang luas,
enterotomy saat obstrusi usus
7

Dirty (Class IV) Luka traumatik yang lama yang tertahan
pada jaringan yang dilemahkan yang
termasuk infeksi klinis yang ada atau
visera yang perforasi. Definisi ini
menunjukkan bahwa organisme penyebab
infeksi post operasi
Contoh : Perforasi diverculitis, infeksi
nekrotik jaringan lunak 3,1-12,8%
Tabel 1. Klasifikasi Luka Operasi

2.2 PENYEBAB
Infeksi yang terjadi pada luka operasi disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri gram negatif
(E. coli), gram positif (Enterococcus) dan terkadang bakteri anaerob dapat yang berasal dari
kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk menutup luka dan operasi. Bakteri yang paling banyak
adalah Staphylococcus.
1,2


Gambar 4. Persentasi Kuman Pathogen (Schwartz)
8

Pada akhir operasi, bakteri dan mikroorganisme lain mengkontaminasi seluruh luka
operasi, tapi hanya sedikit pasien yang secara klinis menimbulkan infeksi (Fry 2003). Infeksi
tidak berkembang pada kebanyakan pasien karena pertahanan tubuhnya yang efektif untuk
menghilangkan organisme yang mengkontaminasi luka operasi. Infeksi potensial terjadi
tergantung pada beberapa faktor, diantaranya yang terpenting adalah :
3
- Jumlah bakteri yang memasuki luka
- Tipe dan virulensi bakteri
- Pertahanan tubuh host
- Faktor eksternal, seperti : berada di rumah sakit beberapa hari sebelum pembedahahn
dan operasi yang berlangsung lebih dari 4 jam.

Gambar 5. Mikroorganisme Gastrointestinal Dominan (Sabiston)
9


Gambar 6. Mikroorganisme pada ILO (Sabiston)
Selain itu juga dipengaruhi faktor lain yaitu :
3

1. Operating suite, yaitu tidak adanya batas yang jelas antara ruang untuk operasi dan
ruang untuk mempersiapkan pasien atau untuk pemulihan dan juga pakaian yang
digunakan hampir tidak ada bedanya.
2. Operating room, ruangan yang digunakan untuk operasi harus dijaga sterilitasnya.
3. Tim operasi, yaitu harus ada orang yang merawat pasien dari sebelum, saat dan
setelah operasi. Operator, asisten dan instrumen harus menjaga sterilitas karena
berhubungan langsung dengan daerah lapang operasi. Orang-orang yang tidak
ikut sebagai tim operasi harus menjauhi daerah lapang operasi dan menjauhi
daerah alat karena mereka tidak steril dan pasien bisa terinfeksi nantinya.
Faktor Pasien Faktor Operasi Faktor Mikrobiologi
Malnutrisi Pencukuran sebelum operasi Sekresi toksin
Diabetes mellitus Persiapan kulit Kapsul
10

Merokok Lama operasi
Obesitas Profilaksis
Topis infeksi Ventilasi
Immunocompromised Instrumentasi
Lamanya perawatan Drain
Teknik pembedahan :
-Dead space
-Hemostasis

Tabel 2. Faktor Lain Yang Mempengaruhi
2.3 GEJALA DAN TANDA
1,2

Pasien merasakan beberapa gejala yang dirasakan saat terjadi infeksi pada luka operasi :
- Nyeri
- Hipotermi atau hipertermi
- Tekanan darah rendah
- Palpitasi
- Keluar cairan dari luka operasi, bisa berupa darah ataupun nanah (bisa berwarna dan
berbau)
- Bengkak (pasien merasa nyeri, sekitar daerah yang membengkak terasa hangat dan
berwarna merah)
2.4 DIAGNOSIS
5

Untuk mendiagnosa apakah itu suatu infeksi luka operasi dapat dengan cara :
1. Pemeriksaan fisik, dengan memeriksa apakah ada pembengkakan, cairan atau
sekret yang keluar. Harus diperhatikan juga apakah ada penyebaran dari infeksi.
11

2. Tes darah, darah dapat mengetahui bagaimana keadaan tubuh kita dan bakteri apa
yang terdapat dan yang menginfeksi.
3. Tes pencitraan, termasuk x-ray,MRI, scan tulang.
4. Kultur dari luka dan biopsi jaringan, untuk mengidentifikasikan bakteri apa yang
terdapat pada luka, jenis infeksi dan pengobatan apa yang tepat.
Faktor luka lokal dihubungkan dengan fakta bahwa pembedahan merusak mekanisme
benteng pertahanan seperti kulit dan mukosa saluran pencernaan selam dilakukan pembedahan.
Teknik pembedahan yang baik adalah jalan terbaik untuk mencegah infeksi luka operasi.
2.5 PENATALAKSANAAN
6

- Pembersihan luka
Hal ini bisa dilakukan dengan mencuci luka dengan air steril. Hal ini bisa
dilakukan dengan menggunakan tekanan tinggi dengan jarum atau kateter dan alat
penyemprot yang besar. Solusi pembunuhan kuman dapat digunakan unuk
membersihkan luka.
- Debridement
Hal ini dilakukan untuk membersihkan dan membuang objek, atau kulit mati dan
jaringan dari daerah luka. Dokter dapat membatasi area yang rusak pada luka atau
sekitar luka. Pembalut basah bisa ditempatkan pada luka dan dibiarkan mengering.
Dokter juga bisa mengeringkan luka untuk membersihkan pus.
- Penutup luka
Hal ini juga disebut pembalut luka. Pembalut digunakan untuk melindungi luka
dari kerusakan lebih lanjut dan infeksi. Hal ini juga menolong menyediakan tekanan
untuk mengurangi pembengkakan. Pembalut bisa berbagai bentuk. Pembalut bisa
mengandung beberapa substansi untuk menlong mempercepat penyembuhan.
12

- Obat-obatan
Kemungkinan dalam memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Pasien juga
mungkin diberikan obat-obatan untuk mengurangi sakit, pembengkakan, atau demam.

13

14


15

- Terapi oksigen hyperbaric
Juga disebut HBO. HBO digunakan untuk memperoleh oksigen lebih banyak ke
dalam tubuh. Oksigen diberikan dibawah tekanan untuk menolong oksigen supaya
sampai ke jaringan dan darah. Pasien dimasukkan ke ruangan yang berbentuk seperti
tabung yang disebut ruangan hiperbarik atau ruangan tekanan. Pasien bisa melihat
dokter dan berbicara dengan mereka melalui pengeras suara. Pasien mungkin
mebutuhkan terapi ini lebih dari sekali.
- Terapi tekanan negatif
Juga sisebut vacuum-assisted closure (VAC). Pembalut berbentuk spesial dengan
melekat pada sebuah tabung diletakkan didalam kavitas luka dan ditutup dengan
ketat. Tabung berhubungan ke sebuah pompa yang akan menolong menyedot keluar
cairan berlebih dan kotoran dari luka. VAC juga mungkin menolong untuk
meningkatkan aliran darah dan mengurangi jumlah bakteri di luka.
- Pengobatan lain
Mengontrol atau mengobati kondisi medis yang menyebabkan penyembuhan luka
yang buruk menolong mengobati infeksi pada luka. Pasien mungkin perlu minum
obat untuk mengontrol penyakit seperti diabetes atau tekanan darah tinggi. Dokter
mungkin memberikan pasien supplemen atau menyarankan diet spesial untuk
meningkatkan nutrisi dan kesehatan pasien. Pembedahan mungkin dilakukan untuk
meningkatkan aliran darah jika pasien mempunyai masalah dengan pembuluh darah.
2.6 PENCEGAHAN
7

Prinsip pencegahan ILO adalah dengan mengurangi resiko infeksi dari pasien, dan
mencegah transmisi mikroorganisme dari petugas, lingkungan, instrument dan pasien itu
sendiri. Kedua hal di atas dapat dilakukan pada tahap pra operatif, intra operatif, ataupun
paska operatif. Berdasarkan karakteristik pasien, resiko ILO dapat diturunkan terutama pada
operasi terencana dengan cara memperhatikan karakteristik umur, adanya diabetes,
16

kebiasaan merokok, obsesitas, adanya infeksi pada bagian tubuh yang lain, adanya
kolonisasi bakteri, penurunan daya tahan tubuh, dan lamanya prosedur operasi.
2.6.1 Preoperative
7

1. Persiapan pasien
o Kapanpun jika memungkinkan, identifikasi dan obati semua infeksi yang
terlokalisir di daerah operasi sebelum operasi elektif dan operasi elektif yang
tertunda pada pasien dengan dearah infeksi pada luka sampai infeksi terobati.
o Jangan mencukur rambut sebelum operasi kecuali jika rambut tersebut atau
sekitar daerah insisi akan mengganggu operai.
o Jika rambut dicukur, cukur secepatnya sebelum operasi, lebih baik dengan
pemotong elektrik.
o Kontrol tingkat glukosa darah serum secara adekuat pada semua pasien diabetes
dan selalu hindari hiperglikemi sebelum operasi.
o Sarankan penghentian merokok. Minimal instruksikan pasien untuk tidak
merokok kretek, tembakau, atau bentuk konsumsi tembakau lain selama paling
tidak 30 hari sebelum operasi elektif.
o Jangan menahan darah pasien yang di operasi untuk mencegah infeksi luka
operasi.
o Minta pasien untuk mandi dengan cairan atiseptik pada paling tidak malam
sebelum operasi dilaksanakan.
o Cuci dan bersihkan dengan benar sekitar daerah insisi untuk membuang
kontaminasi sebelum menyiapkan antiseptik kulit.
o Gunakan antiseptik yang tepat.
o Oleskan antiseptik secara lingkaran yang dimulai dari tengah bergerak menuju
pinggir. Daerah yang dipersiapkan harus cukup besar untuk memperpanjang
sayatan atau membuat sayatan baru jika diperlukan.
o Usahakan pre operasi pasien di rumah sakit sesingkat mungkin.
o Tidak direkomendasikan untuk menurunkan atau menghentikan penggunaan
steroid sistemik sebelum operasi selektif.
17

o Tidak direkomendasikan untuk hanya meningkatkan support nutrisi untuk pasien
operasi yang dimaksudkan untuk mencegah infeksi luka operasi.
o Tidak direkomendasikan untuk menggunakan mupicorin ke hidung untuk
mencegah infeksi luka operasi.
2. Antiseptik tangan/ lengan bawah untuk anggota tim bedah.
o Potong pendek kuku dan jangan memakai kuku palsu.
o Lakukan pencucian tangan sebelum operasi paling tidak 2 sampai 5 menit
menggunakan antiseptik yang tepat. Cuci tangan dan lengan bawah sampai ke
siku.
o Setelah mencuci tangan, jaga tangan di atas dan tidak bersentuhan dengan tubuh
(siku pada posisi fleksi) sehingga air bergerak dari ujung jari menuju siku.
Keringkan tangan dengn handuk steril dan pakai baju operasi steril dan sarung
tangan steril.
o Bersihkan bawah tiap kuku sebelum mencuci tangan pertamakali.
o Jangan menggunakan perhiasan.
o Tidak direkomendasikan menggunakan cat kuku.
3. Penanganan personel bedah yang terinfeksi
o Edukasi dan sarankan personel bedah yang memiliki gejala dan tpasien penyakit
infeksi yang menular agar melaporkan keadan mereka dengan segera kepada
supervisor dan personel kesehatan kerja.
o Membuat kebijakan yang baik mengenai tanggungjawab perawatan pasien ketika
personal potensial berada pada kondisi infeksius yang menular. Kebijakan-
kebijakan ini seharusnya mengatur : (a) Tanggungjawab personel dalam
menggunakan pelayanan kesehatan dan melaporkan penyakit, (b) pembatasan
kerja, dan (c) ijin untuk kembali bekerja setelah menderita penyakit yang
membutuhkan pembatasan kerja. Kebijakan-kebijakan tersebut seharusnya
mengidentifikasi individu yang memiliki kekuasaan untuk mengistirahatkan
personel dari kerja mereka.
18

o Menghentikan dari tugas operasi personel yang mempunyai lesi kulit yang telah
mengering sampai infeksi hilang atau personel tersebut telah menerima terapi
adekuat dan infeksi telah sembuh.
4. Profilaksis antimicrobial

Gambar 8. Antibiotik Profilaksis (Schwartz)

Gambar 9. Dosis Harian Sefalosporin (Sabiston)
o Berikan antimikroba profilaksis hanya ketika diindikasikan, dan dipilih
berdasarkan patogen yang paling umum menyebabkan infeksi luka operasi untuk
operasi spesifik dan rekomendasi yang dipublikasikan.
19

o Berikan dosis inisial antimikroba profilaktik secara intravena, dihitung seperti
konsentrasi bakterisidal obat yang ada dalam serum dan jaringan ketika insisi
dilakukan. Pertahankan tingkat terapeutik agen dalam serum dan jaringan selama
operasi dan sampai, kebanyakan, beberapa jam setelah insisi ditutup di kamar
operasi.
o Sebelum operasi elektif kolorektal sebagai tambahan d2 diatas, persiapkan kolon
secara mekanik dengan menggunakan enema dan agen katartik. Berikan agen
antimikroba nonabsorbel dalam dosis terbagi sehari sebelum operasi.
o Untuk seksio sesaria risiko tinggi, berikan agen antimikroba profilaktik segera
setelah tali pusat diklem.
o Jangan gunakan vankomisin sebagai anti mikroba profilaksis.
2.6.2 Intra Operatif
- Ventilasi
o Pertahankan ventilasi tekanan positif di kamar operasi dengan memperhatikan
koridor dan area yang berdekatan.
o Pertahankan minimal pergantian udara 15 kali perjam, yang mana paling tidak 3
sebaiknya udara segar.
o Saring semua udara, disirkulasi ulang dan segar, melalui filter yang baik sesuai
rekomendasi institut arsitek Amerika.
o Memasukkan semua udara di langit-langit, dan alat pembuangan uap dekat lantai.
o Tetap tutup pintu ruang operasi kecuali dibutuhkan untuk jalan peralatan, personel
dan pasien.
o Pertimbangkan melakukan operasi implan ortopedik dimana tesedia udara sangat
bersih.
o Batasi jumlah personel yang memasuki ruang operasi sesuai yang dibutuhkan.
- Sterilisasi peralatan bedah
o Sterilisasi instrumen operasi sesuai dengan panduan yang dipublikasikan.
o Lakukan sterilisasi cepat hanya pada item peralatan perawatan penyakit yang akan
digunakan segera. Jangan gunakan sterilisasi cepat untuk alasan kenyamanan,
20

seperti sebuah alternatif membeli peralatan tambahan, atau untuk menghemat
waktu.
- Asepsi dan teknik operasi
o Mengikuti prinsip asepsis ketika menempatkan peralatan intravascular, kateter
anesthesia spinal atau epidural, atau ketika memberikan obat secara intravena.
o Susun peralatan steril dan obat cair sebelum digunakan.
o Perlakukan jaringan dengan lembut, pertahankan hemotasis efektif, minimalkan
jaringan lemah dan benda asing dan eradikasi ruang mati di tepat operasi.
o Lakukan penutupan tunda kulit primer atau biarkan sebuah sayatan terbuka agar
sembuh kemudian jika ahli bedah memperkirakan daerah operasi terkontaminasi
berat.
- Perawatan insisi setelah operasi
o Lindungi dengan penutup steril untuk 24 sampai 48 jam setelah operasi, sebuah
sayatan yang telah tertutup secara primer.
o Cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti penutup dan setelah kontak dengan
tempat operasi.
o Ketika penutup sayatan harus diganti, gunakan teknik yang steril.
o Edukasi pasien dan keluarga menyangkut perawatan sayatan yang baik, gejala
infeksiluka operasi, dan perlunya melapor segera.
o Tidak ada rekomendasi untuk menutupi sayatan yang tertutup secara primer
melebihi 48 jam.






21

BAB III
KESIMPULAN
Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat terjadi
diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah operasi. Infeksi
luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka yang terbuka,
dikarenakan untuk proses penyembuhannya. Dapat juga terjadi pada jaringan maupun pada
bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang dekat dengan kulit)
ataupun pada jaringan yang lebih dalam. Menurut sistem CDCs terdapat standarisasi pada
kriteria untuk mendefinisikan infeksi luka operasi, yaitu : 1. Insisi Superfisial; 2. Insisi Dalam; 3.
Organ atau ruang.
Terdapat beberapa klasifikasi luka operasi, yaitu : clean, clean-contaminated,
contaminated, dirty. Patogenesis terjadinya infeksi luka pada operasi tergantung dari beberapa
faktor, yaitu : faktor pasien, faktor terjadinya infeksi, faktor operasi, faktor mikrobiologi.
Luka yang di buat pada saat operasi merupakan tempat jalan masuk dari bakteri, karena itu
diperlukan penatalaksanaan dalam pencegahan terjadinya infeksi luka operasi. Pencegahan agar
tidak terjadi infeksi luka operasi adalah pada saat preoperatif dan intraoperatif.








22

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Burnicardi F C, Anderson D K, Bizliar T R, Durin D L, Hunter J G, Pollock M E. 2006.
Schwartzs manual of surgery Eight edition. MacGrawhill; New York. P. 90-96
2. Townsend C M, Beauchamp R D, Evers B M, Mattox K L. 2004. Sabiston Textbook of
Surgery.The Biological Basis of Modern Surgical Practice17th edition. Elsevier
Saunders; Philadelphia. P 258-263.
3. Mangram A J, Horan T C, Pearson M L,Silver L C, Jarvis W R.1999. Guidline for
prevention of Surgical Site of Infection. Columbia University School of Nursing;New
York.
4. Steven M. Gordon.2001. New Surgical Techniques and Surgical Site
Infections.http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol7no2/gordon.htm, 24 Feb 2009.
5. Bonnie Barnard, MPH, CIC.2003.http://www.theific.org/basiconcepts/11.pdf , 24
Februari 2009
6. Joint commission Resource.2008.http://www.jcrinc.com/Surgical-Site-Infections/, 24
Februari 2009
7. Colleges Committee on Operating Room Environment (CORE) .1999.
http://www.facs.org/about/committees/cpc/ssiguide0700.pdf, 24 Februari 2009

Anda mungkin juga menyukai