Disusun oleh :
Nama : Rini Fatmawati
Nim : P07120218032
A. Beban Kerja
1. Definisi
Menurut Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 128 Tahun
2016 tentang Pedoman Analisis Beban Kerja di Kementerian Ketenagakerjaan beban kerja
adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Volume kerja itu sendiri
merupakan sekumpulan tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu satu (1)
tahun, sedangkan norma waktu merupakan waktu yang wajar dan nyata-nyata dipergunakan
secara efektif dengan kondisi normal oleh seorang pemangku jabatan untuk menyelesaikan
pekerjaan.
Beban kerja juga dapat diartikan sebagai kesluruhan susunan pekerjaan yang dialami
seseorang dari pekerjaan dihari itu termasuk organisasi, lingkungan, pribadi (fisik, psisologis,
dan psikologi), dan faktor situasional (Umansky & Rantanen, 2016).
2. Indikator Beban Kerja
Koesomowidjojo (2017) menjelaskan bahwa dalam dunia kerja ada beberapa
indikator untuk mengetahui seberapa besar beban kerja yang harus diemban oleh karyawan,
indikator tersebut antara lain :
1) Kondisi pekerjaan, yang dimaksud adalah bagaimana seorang karyawan
memahami pekerjaan tersebut dengan baik, sejauh mana kemampuan serta
emahaman karyawan atas pekerjaanya.
2) Penggunaan waktu kerja, dimana waktu kerja yang sesuai dengan SOP tentu akan
meminialisir beban kerja. Namun, apabila karyawan diberikan beban yang tidak
sesuai dengan waktu standar SOP maka karyawan akan membebani karyawan atas
pekerjaan yang dielegasikan kepadanya.
3) Target yang harus dicapai, yaitu target kerja yang ditetapkan untuk karyawan.
Apabila terdapat ketidakseimbangan antara waktu penyelesaian target pelaksanaan
dan volume pekerjaan yang diberikan maka akan semakin besar beban kerja yang
dirasakan oleh karyawan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Umansky & Rantanen (2016) menyatakan bahwa yang mempengaruhi beban kerja
(workload driver) antara lain :
1) Patient-to-nrse ratio, yaitu jumlah asien yang harus dtangani oleh masing-masing
perawat.
2) Activity type, yaitu jenis kegiatan yang dilakukan perawat mulai dari kegiatan
pokok yan penting seperti melakukan dokumentasi asuhan keerawatan kegiatan
tambahan yang bukan bagian dari tugas pokok seperti menyusun status pasien paa
tempatnya, hingga kegiatan tambahan yang merupakan bagaian ari tugas pokok
seperti pemberian obat.
3) Time pressure, yaitu rasio waktu yang dibutuhkan (total waktu yang digunakan
untuk mengerjakan tugas pokok) dan waktu yang tersedia harus diperhitungkan.
4) Physical expenditure, yaitu jumlah rata-rata serta standar tiap perawat berjalan
selama melaksanakan tugas.
4. Dampak Beban Kerja
Beban kerja haruslah seimbang, sebab beban kerja yang terlalu tinggi maupun terlalu
rendah akan berdampak tidak baik bagi karyawan. Beban kerja yang tinggi akan
menimbulkan stres kerja, minimnya konsentrasi karyawan, timbulnya keluhan pelanggan an
menyebabkan tingginya angka ketidakhadiran karyawan. Sedangkan beban kerja yang terlalu
rendah akan memunculkan kebosanan dan rendahnya konsentrasi terhadap pekerjaan. Baik
beban kerja yang terlampau tinggi maupun terlalu rendah pada akhirnya akan menyebabkan
renahnya produktifitas karyawan (Koesoemowidjojo, 2017).
Dalam profesi keperawatan sendiri beban kerja yang tidak sesuai dengan standar akan
menimbulkan dampak seperti munculnya kesalahan pada pelaporan status pasien, kelelahan
kerja, meninggalkan pekerjaan yang tidak selesai selama shift kerja, terganggunya alur kerja,
hingga kesalahan pemberian medikasi pada pasien (McPhee, Dahinten, & Havaei, 2017).
B. Stres Kerja
1. Definisi
Stres sebagai akibat ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang
dimiliki individu, semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi juga stress yang dialami
individu, dan akan mengancam.
Stres adalah aspek umum pengalaman pekerjaan, yang paling sering terungkap
sebagai ketidakpuasan kerja, tetapi juga terungkap dalam dalam keadaan afektif yang kuat:
kemarahan, frustrasi, permusuhan, dan kejengkelan. Respon yang lebih pasif juga umum,
misalnya kejenuhan dan rasa bosan (tedium), kelelahan jiwa (burnout), kepenatan (fatigue),
tidak berdaya, tidak ada harapan, kurang gairah, dan suasana jiwa depresi (Kaswan, 2015:
247).
Zaenal dkk (2014: 724) berpendapat stres sebagai suatu istilah payung yang
merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh,
anxiety, kemurungan dan hilang daya. Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang
menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir, dan kondisi seorang karyawan.
2. Jenis-jenis Stres
Berney dan Selye (Dewi, 2012:107) mengungkapkan ada empat jenis stres:
a. Eustres (good stres)
Merupakan stress yang menimbulkan stimulus dan kegairahan, sehingga memiliki
efek yang bermanfaat bagi individu yang mengalaminya. Contohnya Seperti: tantangan
yang muncul dari tanggung jawab yang meningkat, tekanan waktu, dan tugas berkualitas
tinggi.
b. Distress
Merupakan stres yang memunculkan efek yang membahayakan bagi individu yang
mengalaminya seperti: tuntutan yang tidak menyenangkan atau berlebihan yang menguras
energi individu sehingga membuatnya menjadi lebih mudah jatuh sakit.
c. Hyperstress
Yaitu stress yang berdampak luar biasa bagi yang mengalaminya. Meskipun dapat
bersifat positif atau negatif tetapi stress ini tetapsaja membuat individu terbatasi
kemampuan adaptasinya. Contoh adalah stres akibat serangan teroris.
d. d. Hypostress
Merupakan stress yang muncul karena kurangnya stimulasi. Contohnya, stres karena
bosan atau karena pekerjaan yang rutin.
3. Gejala-Gejala Stres kerja
Gejala stres juga diungkapkan oleh Robbins dan Timothy (2016: 434) tentang gejala
stres meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Gejala Fisiologis
Stres dapat menciptakan perubahan di dalam metabolisme, meningkatkan fungsi
jantung dan tingkat pernapasan dan tekanan darah, membawa sakit kepala, serta
menimbulkan serangan jantung.
b. Gejala Psikologis
Stres memperlihatkan dirinya sendiri dalam keadaan psikologis seperti ketegangan,
kecemasan, sifat lekas marah, kebosanan, dan penundaan.
c. Gejala Perilaku
Gejala stres yang terkait dengan perilaku meliputi penurunan dalam produktivitas,
ketidakhadiran, dan tingakt perputaran karyawan, demikian pula dengan perubahan dalam
kebiasaan makan, meningkatnya merokok atau konsumsi alkohol, pidato yang cepat dan
gelisah, dan gangguan tidur.
4. Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja
Marliani (2015: 266-267) mengutarakan faktor-faktor penyebab stress kerja yaitu:
1) Faktor lingkungan kerja, berupa kondisi lingkungan fisik, manajemen perusahaan,
ataupun lingkungan sosial di lingkungan pekerjaan.
2) Faktor pribadi sebagai pemicu stress. Secara umum, faktor pribadi dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Tidak adanya dukungan sosial, yang artinya stress akan muncul pada
karyawan yang tidak mendapat dukungan sosial. Dukungan sosial dapat
berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan (seperti dukungan dari atasan,
rekan kerja, ataupun bawahan) serta dukungan dari keluarga.
b. Tidak adanya kesempatan untuk berpartisispasi dalam pengambilan keputusan
di perusahaan atau organisasi.
c. Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik seperti suhu yang
terlalu panas atau dingin, terlalu sesak, bising, kurang cahaya, dan lainnya.
d. Manajemen yang tidak sehat. Banyak karyawan mengalami stress kerja ketika
gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yaitu seorang
pemimpin yang sangat sensitive, tidak percaya orang lain (khususnya
bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisasisuasana hati atau peristiwa
sehingga memengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja.
e. Tipe kepribadian. Karyawan dengan kepribadian tipe A cenderung mengalami
stress dibandingkan dengan kepribadian tipe B. Berapa kepribadian tipe ini
adalah sering merasa diburu-buru dalam melaksanakan pekerjaannya, tidak
sabar, konsentrasi pada lebih dari satu pekerjaan pada waktu yang sama,
cenderung tidak puas terhadap hidup, cenderung berkompetisi dengan
karyawan lain meskipun dalam situasi yang non kompetitif.
f. Peristiwa/pengalaman pribadi. Stres kerja sering disebabkan pengalaman
pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit
atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis, atau
menghadapi masalah pelanggran hukum. Banyak kasus juga menunjukkan
tingkat stress paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal mati
pasangannya, sementara stress yang paling rendah disebabkan oleh
perpindahan tempat tinggal. Selain itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
sehari-hari, kesepian, dan perasaan tidak aman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit
organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Sedangkan stres
adalah sebagai akibat ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang dimiliki
individu, semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi juga stress yang dialami
individu, dan akan mengancam.
Dari materi dan beberapa bukti penelitian antara pengaruh beban kerja terhadap stres
keja di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan dan kuat
antara beban kerja dan stres kerja, bila beban kerja yang ditanggung oleh perawat melebihi
kapasitasnya maka semakin tinggi pula kemungkinan tingkat stres kerja perawat meningkat,
yang bila itu terjadi akan berimbas kepada tingkah laku/ sikap perawat terhadap pekerjaannya
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA