Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH BEBAN KERJA YANG BERLEBIH TERHADAP

TINGKAT STRES KERJA PERAWAT (EBP)

Disusun oleh :
Nama : Rini Fatmawati
Nim : P07120218032

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMESTER VI


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 128 Tahun
2016 tentang Pedoman Analisis Beban Kerja di Kementerian Ketenagakerjaan beban
kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi
dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.
Faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu
berubah, dan jumlah rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan langsung pada pasien melebihi dari kemampuan seseorang.
Demikian juga dengan beban kerja baik secara kuantitas dimana tugas-tugas yang
harus dikerjakan terlalu banyak/sedikit maupun secara kualitas dimana tugas yang harus
dikerjakan membutuhkan keahlian. Bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan
kemampuan baik fisik, keahlian, dan waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber
stres.
Dampak negatif dari meningkatnya beban kerja adalah kemungkinan timbul emosi
perawat yang tidak sesuai dengan harapan pasien. Beban kerja yang berlebihan ini sangat
berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap
produktifitas perawat. Perawat merasakan, bahwa jumlah perawat yang ada tidak
sebanding dengan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. Kondisi ini dapat memicu
munculnya stres kerja, karena semua pasien rawat inap perlu mendapatkan pelayanan
yang efektif dan efisien sehingga permasalahan yang dihadapi pasien segera
terselesaikan.
Stres adalah aspek umum pengalaman pekerjaan, yang paling sering terungkap
sebagai ketidakpuasan kerja, tetapi juga terungkap dalam dalam keadaan afektif yang
kuat: kemarahan, frustrasi, permusuhan, dan kejengkelan. Respon yang lebih pasif juga
umum, misalnya kejenuhan dan rasa bosan (tedium), kelelahan jiwa (burnout), kepenatan
(fatigue), tidak berdaya, tidak ada harapan, kurang gairah, dan suasana jiwa depresi
(Kaswan, 2015: 247).
Stres kerja perawat dapat terjadi apabila perawat dalam bertugas mendapatkan beban
kerja yang melebihi kemampuannya sehingga perawat tersebut tidak mampu memenuhi
atau menyelesaikan tugasnya, maka perawat tersebut dikatakan mengalami stres kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari beban kerja ?
2. Apa saja indikator dari beban kerja ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruh beban kerja?
4. Apa saja dampak beban kerja yang dapat timbul ?
5. Apa pengertian dari stres ?
6. Apa saja jenis-jenis stres ?
7. Apa saja gejala-gejala dari stre kerja ?
8. Apa faktor-faktor penyebab timbulnya stres kerja ?
9. Bagaimana pengaruh beban kerja terhadap stres kerja berdasrkan EBP ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh beban kerja berlebih terhadap tingkat stres kerja perawat.
2. Tujuan khusus
a) Dapat mengetahui dan memahami apa pengertian dari beban kerja.
b) Dapat mengetahui dan memahami apa saja indikator dari beban kerja.
c) Dapat mengetahui dan memahami apa saja faktor yang mempengaruh beban kerja.
d) Dapat mengetahui dan memahami apa saja dampak beban kerja yang dapat timbul.
e) Dapat mengetahui dan memahami apa pengertian dari stres.
f) Dapat mengetahui dan memahami apa saja jenis-jenis stres.
g) Dapat mengetahui dan memahami apa saja gejala-gejala dari stre kerja.
h) Dapat mengetahui dan memahami apa faktor-faktor penyebab timbulnya stres
kerja.
i) Dapat mengetahui dan memahami bagaimana pengaruh beban kerja terhadap stres
kerja berdasarkan EBP.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Beban Kerja
1. Definisi
Menurut Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 128 Tahun
2016 tentang Pedoman Analisis Beban Kerja di Kementerian Ketenagakerjaan beban kerja
adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Volume kerja itu sendiri
merupakan sekumpulan tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu satu (1)
tahun, sedangkan norma waktu merupakan waktu yang wajar dan nyata-nyata dipergunakan
secara efektif dengan kondisi normal oleh seorang pemangku jabatan untuk menyelesaikan
pekerjaan.
Beban kerja juga dapat diartikan sebagai kesluruhan susunan pekerjaan yang dialami
seseorang dari pekerjaan dihari itu termasuk organisasi, lingkungan, pribadi (fisik, psisologis,
dan psikologi), dan faktor situasional (Umansky & Rantanen, 2016).
2. Indikator Beban Kerja
Koesomowidjojo (2017) menjelaskan bahwa dalam dunia kerja ada beberapa
indikator untuk mengetahui seberapa besar beban kerja yang harus diemban oleh karyawan,
indikator tersebut antara lain :
1) Kondisi pekerjaan, yang dimaksud adalah bagaimana seorang karyawan
memahami pekerjaan tersebut dengan baik, sejauh mana kemampuan serta
emahaman karyawan atas pekerjaanya.
2) Penggunaan waktu kerja, dimana waktu kerja yang sesuai dengan SOP tentu akan
meminialisir beban kerja. Namun, apabila karyawan diberikan beban yang tidak
sesuai dengan waktu standar SOP maka karyawan akan membebani karyawan atas
pekerjaan yang dielegasikan kepadanya.
3) Target yang harus dicapai, yaitu target kerja yang ditetapkan untuk karyawan.
Apabila terdapat ketidakseimbangan antara waktu penyelesaian target pelaksanaan
dan volume pekerjaan yang diberikan maka akan semakin besar beban kerja yang
dirasakan oleh karyawan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Umansky & Rantanen (2016) menyatakan bahwa yang mempengaruhi beban kerja
(workload driver) antara lain :
1) Patient-to-nrse ratio, yaitu jumlah asien yang harus dtangani oleh masing-masing
perawat.
2) Activity type, yaitu jenis kegiatan yang dilakukan perawat mulai dari kegiatan
pokok yan penting seperti melakukan dokumentasi asuhan keerawatan kegiatan
tambahan yang bukan bagian dari tugas pokok seperti menyusun status pasien paa
tempatnya, hingga kegiatan tambahan yang merupakan bagaian ari tugas pokok
seperti pemberian obat.
3) Time pressure, yaitu rasio waktu yang dibutuhkan (total waktu yang digunakan
untuk mengerjakan tugas pokok) dan waktu yang tersedia harus diperhitungkan.
4) Physical expenditure, yaitu jumlah rata-rata serta standar tiap perawat berjalan
selama melaksanakan tugas.
4. Dampak Beban Kerja
Beban kerja haruslah seimbang, sebab beban kerja yang terlalu tinggi maupun terlalu
rendah akan berdampak tidak baik bagi karyawan. Beban kerja yang tinggi akan
menimbulkan stres kerja, minimnya konsentrasi karyawan, timbulnya keluhan pelanggan an
menyebabkan tingginya angka ketidakhadiran karyawan. Sedangkan beban kerja yang terlalu
rendah akan memunculkan kebosanan dan rendahnya konsentrasi terhadap pekerjaan. Baik
beban kerja yang terlampau tinggi maupun terlalu rendah pada akhirnya akan menyebabkan
renahnya produktifitas karyawan (Koesoemowidjojo, 2017).
Dalam profesi keperawatan sendiri beban kerja yang tidak sesuai dengan standar akan
menimbulkan dampak seperti munculnya kesalahan pada pelaporan status pasien, kelelahan
kerja, meninggalkan pekerjaan yang tidak selesai selama shift kerja, terganggunya alur kerja,
hingga kesalahan pemberian medikasi pada pasien (McPhee, Dahinten, & Havaei, 2017).
B. Stres Kerja
1. Definisi
Stres sebagai akibat ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang
dimiliki individu, semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi juga stress yang dialami
individu, dan akan mengancam.
Stres adalah aspek umum pengalaman pekerjaan, yang paling sering terungkap
sebagai ketidakpuasan kerja, tetapi juga terungkap dalam dalam keadaan afektif yang kuat:
kemarahan, frustrasi, permusuhan, dan kejengkelan. Respon yang lebih pasif juga umum,
misalnya kejenuhan dan rasa bosan (tedium), kelelahan jiwa (burnout), kepenatan (fatigue),
tidak berdaya, tidak ada harapan, kurang gairah, dan suasana jiwa depresi (Kaswan, 2015:
247).
Zaenal dkk (2014: 724) berpendapat stres sebagai suatu istilah payung yang
merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh,
anxiety, kemurungan dan hilang daya. Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang
menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir, dan kondisi seorang karyawan.

2. Jenis-jenis Stres
Berney dan Selye (Dewi, 2012:107) mengungkapkan ada empat jenis stres:
a. Eustres (good stres)
Merupakan stress yang menimbulkan stimulus dan kegairahan, sehingga memiliki
efek yang bermanfaat bagi individu yang mengalaminya. Contohnya Seperti: tantangan
yang muncul dari tanggung jawab yang meningkat, tekanan waktu, dan tugas berkualitas
tinggi.
b. Distress
Merupakan stres yang memunculkan efek yang membahayakan bagi individu yang
mengalaminya seperti: tuntutan yang tidak menyenangkan atau berlebihan yang menguras
energi individu sehingga membuatnya menjadi lebih mudah jatuh sakit.
c. Hyperstress
Yaitu stress yang berdampak luar biasa bagi yang mengalaminya. Meskipun dapat
bersifat positif atau negatif tetapi stress ini tetapsaja membuat individu terbatasi
kemampuan adaptasinya. Contoh adalah stres akibat serangan teroris.
d. d. Hypostress
Merupakan stress yang muncul karena kurangnya stimulasi. Contohnya, stres karena
bosan atau karena pekerjaan yang rutin.
3. Gejala-Gejala Stres kerja
Gejala stres juga diungkapkan oleh Robbins dan Timothy (2016: 434) tentang gejala
stres meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Gejala Fisiologis
Stres dapat menciptakan perubahan di dalam metabolisme, meningkatkan fungsi
jantung dan tingkat pernapasan dan tekanan darah, membawa sakit kepala, serta
menimbulkan serangan jantung.
b. Gejala Psikologis
Stres memperlihatkan dirinya sendiri dalam keadaan psikologis seperti ketegangan,
kecemasan, sifat lekas marah, kebosanan, dan penundaan.
c. Gejala Perilaku
Gejala stres yang terkait dengan perilaku meliputi penurunan dalam produktivitas,
ketidakhadiran, dan tingakt perputaran karyawan, demikian pula dengan perubahan dalam
kebiasaan makan, meningkatnya merokok atau konsumsi alkohol, pidato yang cepat dan
gelisah, dan gangguan tidur.
4. Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja
Marliani (2015: 266-267) mengutarakan faktor-faktor penyebab stress kerja yaitu:
1) Faktor lingkungan kerja, berupa kondisi lingkungan fisik, manajemen perusahaan,
ataupun lingkungan sosial di lingkungan pekerjaan.
2) Faktor pribadi sebagai pemicu stress. Secara umum, faktor pribadi dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Tidak adanya dukungan sosial, yang artinya stress akan muncul pada
karyawan yang tidak mendapat dukungan sosial. Dukungan sosial dapat
berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan (seperti dukungan dari atasan,
rekan kerja, ataupun bawahan) serta dukungan dari keluarga.
b. Tidak adanya kesempatan untuk berpartisispasi dalam pengambilan keputusan
di perusahaan atau organisasi.
c. Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik seperti suhu yang
terlalu panas atau dingin, terlalu sesak, bising, kurang cahaya, dan lainnya.
d. Manajemen yang tidak sehat. Banyak karyawan mengalami stress kerja ketika
gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yaitu seorang
pemimpin yang sangat sensitive, tidak percaya orang lain (khususnya
bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisasisuasana hati atau peristiwa
sehingga memengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja.
e. Tipe kepribadian. Karyawan dengan kepribadian tipe A cenderung mengalami
stress dibandingkan dengan kepribadian tipe B. Berapa kepribadian tipe ini
adalah sering merasa diburu-buru dalam melaksanakan pekerjaannya, tidak
sabar, konsentrasi pada lebih dari satu pekerjaan pada waktu yang sama,
cenderung tidak puas terhadap hidup, cenderung berkompetisi dengan
karyawan lain meskipun dalam situasi yang non kompetitif.
f. Peristiwa/pengalaman pribadi. Stres kerja sering disebabkan pengalaman
pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit
atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis, atau
menghadapi masalah pelanggran hukum. Banyak kasus juga menunjukkan
tingkat stress paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal mati
pasangannya, sementara stress yang paling rendah disebabkan oleh
perpindahan tempat tinggal. Selain itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
sehari-hari, kesepian, dan perasaan tidak aman.

C. Pengaruh Beban kerja terhadap Stres Kerja (EBP)


1. Hasil penelitian oleh Haryanti, Faridah Aini dan Puji Purwaningsih mahasiswa
STIKES Ngudi Waluyo, Ungaran, Indonesia yang berjudul “Hubungan Antara
Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Di Instalasi Gawat Darurat Rsud
Kabupaten Semarang” didapatkan hasil bahwa beban kerja perawat sebagian besar
adalah tinggi yaitu sebanyak 27 responden (93,1%). Stres kerja perawat sebagian
besar adalah stres sedang sebanyak 24 responden (82,8%). Terdapat hubungan antara
beban kerja dengan stres kerja perawat di RSUD Kabupaten Semarang, p value 0,000
(α: 0,05).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang mengalami
beban kerja rendah, masing-masing mengalami stres kerja ringan dan sedang
sebanyak 1 responden (50%). Responden yang mengalami beban kerja tinggi
yangmengalami stres sedang sebanyak 23 responden (85,2%) dan yang mengalami
stres ringan sebanyak 4 responden (14,8%). Presentasi terbanyak perawat yang stres
berjenis kelamin perempuan. Besarnya presentasi perempuan yang menjadi responden
dikarenakan jumlah perawat IGD di RSUD Kabupaten Semarang memang mayoritas
berjenis kelamin perempuan.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Kendall Tau’s didapatkan
nilai p 0,000, artinya terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat
di RSUD Kabupaten Semarang. Nilai r sebesar 0,751 pada hasil uji memiliki arti :
1) hubungan antara beban kerja dengan stres kerja memiliki hubungan dalam
kategori kuat,
2) Arah hubungan adalah positif, artinya semakin meningkat beban kerja akan
semakin menyebabkan stres.
Jadi dapat disimpulkan dalam penellitian yang dilakukan oleh mahasiswa
STIKES Ngui Waluyo, Ungaran ini menunjukan terdapat hubungan antara beban
kerja dengan stres kerja perawat di RSUD Kabupaten Semarang (p value 0,000
dengan α= 0,05).
2. Hasil penelitian oleh Tantan Hadiansyah, Andria Pragholapati, Dhito Pemi Aprianto
dengan judul “Gambaran Stres Kerja Perawat Yang Bekerja di Unit Gawat
Darurat” didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah (61%) perawat yang bekerja di
UGD RSUD Sumedang berada pada tingkat stres kerja sedang bisa disebabkan oleh
ruang perawatan di RSUD Sumedang kurang dari jumlah pasien yang datang.
Sehingga di UGD RSUD Sumedang sebagai tempat awal masuknya pasien menjadi
overcrowding apalagi ketika terjadi kejadian luar biasa (KLB) atau saat libur
poliklinik. Hal ini dapat menyebabkan masalah seperti peningkatan waktu tunggu
pasien, lingkungan yang menjadi ramai dan tidak menyenangkan, serta meningkatkan
resiko stres kerja
Stres kerja perawat yang bekerja di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit
Al Islam (RSAI) Bandung, didapatkan simpulan 19 perawat menunjukkan bahwa
lebih dari setengah responden (52,63%) berada pada tingkat stres tinggi dan 36
perawat yang bekerja di UGD RSUD Sumedang, menunjukan lebih dari setengah
(61%) responden berada pada tingkat stres kerja sedang.
UGD RSUD Sumedang dan UGD RS Al Islam Bandung berada pada rentang
stres kerja rendah hingga tinggi, hal ini memang dapat meningkatkan kepuasan kerja
dan prestasi kerja, namun ketika stres kerja tidak mendapat manajemen yang baik
akan membuat stres kerja ke tingkat lebih rendah atau lebih tinggi. Tingkat stres kerja
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan menurunnya kepuasan dan
prestasi kerja. Sehingga diperlukan manajemen stres yang baik dalam menghadapi
tantangan kerja yang ada di UGD RSUD Sumedang dan UGD RS Al Islam Bandung.
3. Hasil penelitian oleh Rahmi Maharani dan Apri Budianto dengan judul “Pengaruh
Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Dan Kinerja Perawat Rawat Inap Dalam”
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung beban kerja terhadap stress kerja,
adapun beban kerja perawat rawat inap dalam di BLUD RSU Kota Banjar termasuk
kategori sangat tinggi dengan rata-rata nilai terendah ditunjukan oleh indikator beban
kerja fisik yang merupakan tindakan keperawatan langsung seperti mengangkat,
memindahkan, dan memandikan pasien menjadi beban kerja fisik yang berat bagi
perawat. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung yaitu
dari beban kerja ke kinerja (sebagai variabel intervening) lalu ke strees kerja, adapun
kinerja perawat ranap dalam di BLUD RSU Kota Banjar termasuk kategori rendah
dengan rata-rata nilai terendah ditunjukan oleh indikator tanggungjawab. Kemudian
untuk stress kerja perawat rawat inap dalam di BLUD RSU Kota Banjar termasuk
kategori tinggi dengan rata-rata nilai terendah ditunjukan oleh indikator beban kerja
yang sulit dan berlebihan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit
organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Sedangkan stres
adalah sebagai akibat ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang dimiliki
individu, semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi juga stress yang dialami
individu, dan akan mengancam.
Dari materi dan beberapa bukti penelitian antara pengaruh beban kerja terhadap stres
keja di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan dan kuat
antara beban kerja dan stres kerja, bila beban kerja yang ditanggung oleh perawat melebihi
kapasitasnya maka semakin tinggi pula kemungkinan tingkat stres kerja perawat meningkat,
yang bila itu terjadi akan berimbas kepada tingkah laku/ sikap perawat terhadap pekerjaannya
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 128 Tahun 2016


Budianto Apri dan Rahmi Maharani. 2019. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Kerja
Dan Kinerja Perawat Rawat Inap Dalam:Volume 3 Number 2 Page (327-332).
Dikutip dari http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview. Journal of
Management. Selasa, 19 Januari 2021.
Maharani. 2019. PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP STRES KERJA DAN
KINERJA PERAWAT RAWAT INAP DALAMVol 3, No 2. Diunduh di
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview/article/view/2614. Selasa,
19 Januari 2021.
Haryanti. 2013. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawatdi Instalasi
Gawat Darurat Rsud Kabupaten Semarang : Vol 1, No .1. diunduh di
http://103.97.100.145/index.php/JMK/article/view/949. Selasa, 19 Januari 2021
Lia, Endah Retnaningtyas. 2018. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Perawat Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Kota Madiun. Diunduh di
http://repository.stikes-bhm.ac.id/256/. Selasa, 19 Januari 2021.
Aprianto Dhito Pemi, Tantan Hadiansyah dan Andria Pragholapati. 2019. Gambaran Stres
Kerja Perawat Yang Bekerja di Unit Gawat Darurat : Vol 7 No 2. Diunduh di
http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/106. Jurnal Keperawatan
BSI. Selasa, 19 Januari 2021.
Elyani. 2018. Vol 4, No 2. Di unduh di http://jurnal.stikes-
yrsds.ac.id/index.php/JMK/article/view/59. JMK Yayasan RS.Dr.Soetomo. Selasa,
19 Januari 2021.
Tisa V. L, Paul A. T. Kawatu, Ricky C. Sondakh. 2018. Hubungan Antara Beban Kerja Dan
Kepuasan Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah
Bitung :Vol 7, No 3. Diunduh di
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/22957. Selasa, 19 Januari
2021.
Dewi Rusmalia, S.Psi, M.Si, Psikolog, Gusti Yuli Asih, S.Psi, M.Si dan Prof. Dr. Hardani
Widhiastuti, Psikolog. 2018. Stres Kerja. Semarang. Semarang University Press

Anda mungkin juga menyukai