Anda di halaman 1dari 15

KONSEP TEORI PSORIASIS

DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


PSORIASIS

Mata Ajar Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh :
Rini Fatmawati (P07120218032)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2020
A. Definisi
1. Pengertian Psoriasis
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque,
bercak, bersisik yang dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas.
( Price, 1994).
Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada
kulit dimana produksi sel-sel epidermis terjadi 6-9 x lebih besar daripada
kecepatan sel normal dengan kecepatan(Smeltzer, Suzanne).
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit
dimana penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat.
Penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak
menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja
sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat
dengan baik(Effendy, 2005)
2. Klasifikasi Psoriasis
1) Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara
lain :
a. Psoriasis puncata : Lesi sebesar jarum pentul atau milier
b. Psoriasis folikularis : Lesi dengan skuama tipis terletak pada
muara folikel rambut.
c. Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air
d. Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam
e. Psoriasis girata: Lesi sebesar daun
f. Psoriasis anularis : Lesi melingka berbentuk seperti cincin
karena adanya involusi dibagian tengahnya
g. Psoriasis diskoidea : Lesi merupakan bercak solid yang
menetap
h. Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit yang kasar
dan tertutup lembaran-lembaran skuama mirip kulit tiram
i. Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika
2) Tipe-tipe psoriasis. Psoriasis terbagi atas :
a. Psoriasis vulgaris : bentuk ini ialah jenis yang paling umum karena itu
disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya
berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan
di atas.
b. Psoriasis gutata : diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm.
Timbulnya mendadak dan mengenai seluruh badan, umumnya setelah
infeksi di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili
(campak), terutama pada anak dan dewasa muda.
c. Psoriasis putulosa : gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai
gejala umum berupa demam, mudah capek, mual, dan nafsu makan
menurun. Kelainan kulit psoriasis yang telah ada makin merah.
Setelah beberapa jam timbul agak bengkak dan bintil-bintil bernanah
pada bercak merah tersebut. Kelainan-kelainan semacam itu akan
terus muncul dan dapat menjadi eritroderma.
d. Psoriasis eritrodermis : dapat disebabkan oleh pengobatan topikal
yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya
kelainan kulit yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena
terdapat kemerahan dan bersisik tebal yang menyeluruh. Ada kalanya
kelainan kulit psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih merah
dan kulitnya lebih meninggi.
e. Psoriasis kuku : menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku
tampak lekukan-lekukan kecil. Jenis ini termasuk yang bandel,
sehingga penderita sulit sembuh.
f. Psoriasis artritis : penyakit ini dapat pula disertai peradangan pada
sendi, sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan kaku, persis
seperti gejala rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera ditolong
agar sendi-sendinya tidak sampai keropos.
3) Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk psoriasis atipik
seperti :
a. Psoriasis digitalis atau interdigitalis.
b. Lesi verukosa terutama di tungkai bawah.
c. Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki.
d. Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah fleksor
atau lipatan-lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila, lipatan di bawah
payudara dan lainnya.
e. Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah seboreik seperti kulit
kepala, alis mata, belakang telinga dan sebagainya.

B. Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.Diduga
penyakit ini diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar
penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada beberapa penderita
dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
1) Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena
trauma, garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan
sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena
Koebner.Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma.
2) Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering
menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman
lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya
sembuh 
3) Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas,
sedangkan pada musim penghujan akan kambuh.
4) Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis
cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap
pengobatan setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa
generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron
dosis tinggi.
5) Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita
psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat
merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek
yang serupa pada beberapa penderita.
6) Metabolik
Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
7) Obat-obatan
a. Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat
memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
b. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi
dapat menimbulkan efek “withdrawal”.
c. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi
telah diakui sebagai pencetus psoriasis.
d. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
e. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron
dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
8) Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang
diperkirakan dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
a. Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada
saat gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu
sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan
kemudian digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah
tebal.
b. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik. 
c. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
d. Emosi tak terkendali.
e. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit
menjadi merah , misalnya mengandung alkohol.

C. Phatofisiologi

Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:


1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan
pembentukannya dimana pada kulit normal memerlukan waktu 26-
28 hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari sehingga gambaran klinik
tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu
pematangan sel-sel epidermis tidak sempurna.
2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang
kronik dimana terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan
serta predileksi lesinya pada tempat-tempat tertentu.
3.  Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis
meliputi:  
a.       Peningkatan replikasi DNA.
b.      Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c.       Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d.      Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari
permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju
permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan menonjol dan menimbulkan
bentukan peninggian kumpulan plak berwarna kemerahan. Warna kemerahan
tersebut berasal dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang
bersangkutan.Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih)
merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan kerokan pada permukaan
psoriasis, maka akan timbul gejala koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe
dari psoriasis, misalnya plaque, guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic
psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku bagian luar,
lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula berkembang
di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan
adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-
pembuluh darah dermis bagian atas.Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas
meningkat.Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke
bagian permukaan epidermis yang menebal.Proliferasi dan migrasi sel-sel
epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi
keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan
mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida
siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin
monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada penyakit
ini.Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi pembentukan plak
psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.
Pathway
Pertumbuhan kulit yang cepat   (3-4 hari )

Stratum granulosum tidak terbentuk

Interval keratinisasi sel-sel stratum basale memendek

Preoses pematangan dan keratinisasi stratum korneum gagal

Terjadi parakeratosis

D. Diagnosis dan Pengobatan

i. Diagnosis
Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis. Kalau
tidak khas, maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang
tergolong dermatitis eritroskuamosa. Pada diagnosis banding
hendaknya perlu diingat , bahwa pada psoriasis terdapat tanda-tanda
yang khas, yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis ,
fenomena tetesan lilin,dan fenomena auspitz serta kobner.
Diagnostik banding :
a. Dermatofitosis dengan keluhan gatal sekali dan ditemukan ada
jamur.
b. Sifilis Psoriasiformis (sifilis stadium II)
c. Dermatitis seboroik.
ii. Pengobatan
Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh
pasien dan mungkin pula keluarganya.
Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik.
1.    Terapi topical
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan
aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan
lainnya.Obat-obatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat
dan kortikosteroid.Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi
epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis).
2.    Formulasi ter
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat
menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan
psoriatik yang cepat.Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar
ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga
menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320
nanometer (nm).Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk
menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya.Pemakaian
sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion steroid dapat
digunakan untuk lesi kulit kepala.Pasien juga diajarkan untuk
menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai
sikat lunak pada waktu mandi.
3.    Anthralin
Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk
mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat
kortikosteroid atau preparat ter lainnya.
4.    Kortikosteroid
Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah
obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran
plastik oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak
yang bersisik.
5.    Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10,
Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang
terlihat nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi
lainnya.Kita harus hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik dengan
obat ini.
6.    Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel
epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang
psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi
hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang irreversible.Jadi,
pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk
memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih
berfungsi secara adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan
dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan
kerusakn hepar. Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik
janin) pada wanita hamil.
a. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi
sintesis DNA. Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-
tanda dan gejal depresi sumsum tulang.
b. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah
rejeksi organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa
keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus psoriasis yang berat dan
resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat
terbatas mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang
ditimbulkan (Stiller, 1994).
c. Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam
vitamin A) akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan
epiterial, dan dengan demikian pemakaian preparat ini memberikan
harapan yang besar dalam pengobatan pasien psoriasis yang berat.
d. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi
keadaan umum pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A
(PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat fotosensitisasi
(biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian
diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah
kadar obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme
kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika
kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet
A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan
proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai
dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan
penuaan prematur kulit.
e. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan
setelah 2 jam kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet
gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar ultraviolet
merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang mengandung
panjang gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm).
f. Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi
plak yang menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi
topikal ter batubara (terapi goeckerman). Efek sampingnya serupa
dengan efek samping pada terapi PUVA.
g. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah
derivat dari Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi
dengan sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada penderita yang sudah
bandel dengan obat obat lainnya yang terdahulu.
Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati
psoriasis adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi
penyakit psoriasis dapat lebih cepat mengalami “clearing” atau “almost
clearing” (keadaan dimana kelainan / gejala psoriasis hilang atau hampir
hilang). Keadaan ini disebut “remisi”.Masa remisi fototerapi tersebut bisa
bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan lainnya.
1. Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi
radiasi ultraviolet dan oral psoralen (PUVA), namun kelemahannya
adalah untuk jangka panjang dapat menimbulkan kanker kulit.
2. Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB
broadband dengan panjang gelombang 290-320 nm. Terapi kurang
praktis karana pasien harus masuk ke dalam light box.
3. Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer Light 308 nm (MEL
308 nm) merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling mutakhir
dengan menggunakan sinar laser narrowband UVB dengan panjang
gelombang 308 nm. Dibandingkan dengan narrowband UVB, MEL
308 nm lebih cepat dan lebih efektif dalam mengobati psoriasis yang
resisten.

E. Proses keperawatan/Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Psoriasis
A. Pengkajian
1) Pola Persepsi Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
d. Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e. Hygiene personal yang kurang.
f. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali
sehari makan.
b. Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c. Jenis makanan yang disukai.
d. Nafsu makan menurun.
e. Muntah-muntah.
f. Penurunan berat badan.
g. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa
terbakar atau perih
3) Pola Eliminasi
a. Sering berkeringat.
b. Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a. Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b. Kelemahan umum, malaise.
c. Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e. Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a. Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
b. Mimpi buruk.
6) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b. Perasaan terisolasi.
7) Pola Reproduksi Seksualitas
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b. Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
8) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a. Emosi tidak stabil
b. Ansietas, takut akan penyakitnya
c. Disorientasi, gelisah
9) Pola Sistem Kepercayaan
a. Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b. Agama yang dianut
10) Pola Persepsi Kognitif
a. Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b. Pengetahuan akan penyaki.tnya.
11) Pola Hubungan dengan Sesama
a. Hidup sendiri atau berkeluarga
b. Frekuensi interaksi berkurang
c. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

B. Analisa Data
Data-data Etiologi Masalah
Ds : - Iritasi zat kimia, Gangguan integritas
Do : Turgor kulit buruk, faktor mekanik, kulit
kering, bersisik, pecah- faktor nutrisi.
pecah, perubahan warna
kulit, terdapat bercak-
bercak, gatal-gatal, rasa
terbakar, kurangya
personal hygiene,
lingkungan tidak sehat,
mengkonsumsi makanan
berminyak dan pedas.
Ds : - Biofisik, penyakit, Gangguan body
Do : Kulit kering, bersisik, dan perseptual. image
pecah-pecah, terdapat
bercak-bercak, minder,
tidak percaya diri,
perasaan terisolasi,
interaksi berkurang.
Ds : - Perubahan status Ansietas
Do : Klien tampak gelisah, kesehatan
takut akan penyakitnya,
ragu, gangguan pola tidur,
sering berkeringat,
anoreksia, mual,
perubahan pola berkemih.
Ds : - Gejala terkait Gangguan rasa
Do : Ansietas, klien penyakit nyaman
tampak gelisah, gangguan
pola tidur, klien takut akan
penyakitnya, gatal-gatal,
kulit terasa terbakar atau
perih.
C. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
ditandai dengan adanya gatal, rasa terbakar pada kulit, ansietas, klien
tampak gelisah, dan gangguan pola tidur.
2) Gangguan  integritas kulit berhubungan dengan iritasi zat kimia,
faktor mekanik, faktor nutrisiditandai dengan kerusakan jaringan kulit
(kulit bersisik, turgor kulit buruk, pecah-pecah, bercak-bercak, gatal).
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, penyakit, dan
perseptual ditandai dengan tidak percaya diri, minder, perasaan
terisolasi, interaksi berkurang.
4) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai
dengan klien gelisah, ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat.

D. Rencana Asuhan Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan  Kaji penyebab  Sebagai dasar
nyaman tindakan selama gangguan rasa dalam
berhubungan 1x24 jam klien nyaman. menyusun
dengan gejala dapat rencana
terkait penyakit mempertahankan  Kendalikan intervensi
ditandai dengan tingkat faktor- faktor keperawatan.
adanya gatal, kenyamanan iritan.  Rasa gatal dapat
rasa terbakar selama perawatan diperburuk oleh
pada kulit, dengan  Pertahankan panas, kimia
ansietas, klien Kriteria hasil : lingkungan dan fisik.
tampak gelisah, -Klien tampak yang dingin  Kesejukan
dan gangguan tenang atau sejuk. mengurangi
pola tidur. -Gangguan tidur  Gunakan sabun gatal.
hilang ringan atau
-Klien menerima sabun khusus  Upaya ini
akan penyakitnya untuk kulit mencakup tidak
-Gatal dan perih sensitif. adanya larutan
hilang  Kolaborasi detergen, zat
dalam pewarna atau
pemberian bahan pengeras.
terapi topical  Tindakan ini
seperti yang membantu
diresepkan meredakan
dokter. gejala
2. Gangguan integr Setelah dilakukan  Kaji atau catat  Memberikan
itas kulit intervensi selama ukuran, warna, informasi
berhubungan 3x24 jam, keadaan luka / dasar tentang
dengan iritasi diharapkan kondisi sekitar penanganan
zat kimia, faktor Kerusakan luka. kulit.
mekanik, faktor integritas kulit
nutrisiditandai dapat teratasi,
dengan dengan  Lakukan  Merupakan
kerusakan Kriteria hasil : kompres basah tindakan
jaringan kulit -Turgor kulit baik dan sejuk atau protektif yang
(kulit bersisik, -Gatal hilang terapi dapat
turgor kulit -Kulit tidak rendaman. mengurangi
buruk, pecah- bersisik nyeri.
pecah, bercak- -Bercak-bercak  Lakukan  Memungkinka
bercak, gatal). hilang perawatan luka n pasien lebih
dan hygiene bebas
sesudah itu bergerak dan
keringkan kulit meningkatkan
dengan hati- kenyamanan.
hati dan taburi
bedak yang
tidak iritatif.
 Berikan  Mempercepat
prioritas untuk proses
meningkatkan rehabilitasi
kenyamanan pasien.
dan kehangatan
pasien.
 Kolaborasi  Untuk
dengan dokter mempercepat
dalam penyembuhan.
pemberian
obat-obatan
3. Gangguan citra Setelah dilakukan  Berikan  Klien
tubuh tindakan asuhan kesempatan membutuhkan
berhubungan keperawatan pada klien pengalaman
dengan biofisik, selama 1X24 jam, untuk didengarkan
penyakit, dan diharapkan tidak mengungkapka dan dipahami
perseptual terjadi gangguan n perasaan dalam proses
ditandai dengan body image. tentang peningkatan
tidak percaya Dengan perubahan citra kepercayaan
diri, minder, Kriteria hasil : tubuh. diri.
perasaan -Menyatakan  Nilai rasa  Memberikan
terisolasi, penerimaan keprihatinan kesempatan
interaksi situasi diri. dan ketakutan kepada
berkurang -Bicara dengan klien. perawat untuk
keluarga/orang menetralkan
terdekat tentang kecemasan
situasi, perubahan dan
yang terjadi. memulihkan
realitas situasi.
 Bantu klien  Kesan
dalam seseorang
mengembangk terhadap
an kemampuan dirinya sangat
untuk menilai berpengaruh
diri dan dalam
mengenali serta pengembalian
mengatasi kepercayaan
masalah. diri.
 Mendukung  Pendekatan
upaya klien dan saran yang
untuk positif dapat
memperbaiki membantu
citra diri, menguatkan
mendorong usaha dan
sosialisasi kepercayaan
dengan orang yang dilaku
lain dan
membantu
klien ke arah
penerimaan
diri.
4. Ansietas yang Setelah dilakukan  Kaji tingkat  Identifikasi
berhubungan intervensi selama ansietas dan masalah
dengan 3x24 jam, diskusikan spesifik akan
perubahan status diharapkan penyebab bila meningkatkan
kesehatan Ansietas dapat mungkin. kemampuan
ditandai dengan diminimalkan individu untuk
klien gelisah, sampai dengan menghadapiny
ketakutan, diatasi, dengan a dengan lebih
gangguan tidur, Kriteria hasil : realistis.
sering -Klien tampak  Ka kaji ulang  Sebagai
berkeringat. tenang keadaan umum indikator awal
-Klien menerima pasien dan dalam
tentang TTV. menentukan
penyakitnya intervensi
-Gangguan tidur berikutnya.
hilang  Berikan waktu  Agar pasien
-Pola berkemih pasien untuk merasa
normal mengungkapka diterima.
n masalahnya
dan dorongan
ekspresi yang
bebas,
misalnya rasa
marah, takut,
ragu.
 Jelaskan semua  Ke
prosedur dan tidaktahuan
pengobatan. dan kurangnya
pemahaman
dapat
menyebabkan
timbulnya
ansietas.
 Diskusikan  Mengurangi
perilaku koping kecemasan
alternatif dan pasien
tehnik
pemecahan
masalah

Sumber :
Nurhayatidede. 2011. Askep Psoriasis. Dikutip dari
https://www.academia.edu/11451247/ASKEPPSORIASIS. Kamis,
19 Maret 2020.
Fincesulat. 2008. Askep Dengan Psoriasis. Dikutip dari
https://www.academia.edu/12172008/ASKEP_DENGAN_PSORIAS
IS. Kamis, 19 Maret 2020.
Anjhuthe. 2012. Askep Psoriasis. Dikutip dari
http://anjhuthe.blogspot.com/2012/10/askep-psoriasis.html. Kamis, 19
Maret 2020.
Putrianindya,dkk. 2015. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Eczema
(Psoriasis). Dikutip pada Kamis, 19 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai