Disusun Oleh :
Rini Fatmawati (P07120218032)
B. Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.Diduga
penyakit ini diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar
penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada beberapa penderita
dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
1) Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena
trauma, garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan
sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena
Koebner.Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma.
2) Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering
menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman
lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya
sembuh
3) Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas,
sedangkan pada musim penghujan akan kambuh.
4) Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis
cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap
pengobatan setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa
generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron
dosis tinggi.
5) Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita
psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat
merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek
yang serupa pada beberapa penderita.
6) Metabolik
Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
7) Obat-obatan
a. Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat
memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
b. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi
dapat menimbulkan efek “withdrawal”.
c. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi
telah diakui sebagai pencetus psoriasis.
d. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
e. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron
dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
8) Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang
diperkirakan dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
a. Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada
saat gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu
sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan
kemudian digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah
tebal.
b. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
c. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
d. Emosi tak terkendali.
e. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit
menjadi merah , misalnya mengandung alkohol.
C. Phatofisiologi
i. Diagnosis
Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis. Kalau
tidak khas, maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang
tergolong dermatitis eritroskuamosa. Pada diagnosis banding
hendaknya perlu diingat , bahwa pada psoriasis terdapat tanda-tanda
yang khas, yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis ,
fenomena tetesan lilin,dan fenomena auspitz serta kobner.
Diagnostik banding :
a. Dermatofitosis dengan keluhan gatal sekali dan ditemukan ada
jamur.
b. Sifilis Psoriasiformis (sifilis stadium II)
c. Dermatitis seboroik.
ii. Pengobatan
Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh
pasien dan mungkin pula keluarganya.
Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik.
1. Terapi topical
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan
aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan
lainnya.Obat-obatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat
dan kortikosteroid.Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi
epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis).
2. Formulasi ter
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat
menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan
psoriatik yang cepat.Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar
ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga
menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320
nanometer (nm).Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk
menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya.Pemakaian
sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion steroid dapat
digunakan untuk lesi kulit kepala.Pasien juga diajarkan untuk
menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai
sikat lunak pada waktu mandi.
3. Anthralin
Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk
mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat
kortikosteroid atau preparat ter lainnya.
4. Kortikosteroid
Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah
obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran
plastik oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak
yang bersisik.
5. Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10,
Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang
terlihat nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi
lainnya.Kita harus hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik dengan
obat ini.
6. Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel
epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang
psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi
hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang irreversible.Jadi,
pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk
memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih
berfungsi secara adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan
dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan
kerusakn hepar. Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik
janin) pada wanita hamil.
a. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi
sintesis DNA. Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-
tanda dan gejal depresi sumsum tulang.
b. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah
rejeksi organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa
keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus psoriasis yang berat dan
resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat
terbatas mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang
ditimbulkan (Stiller, 1994).
c. Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam
vitamin A) akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan
epiterial, dan dengan demikian pemakaian preparat ini memberikan
harapan yang besar dalam pengobatan pasien psoriasis yang berat.
d. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi
keadaan umum pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A
(PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat fotosensitisasi
(biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian
diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah
kadar obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme
kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika
kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet
A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan
proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai
dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan
penuaan prematur kulit.
e. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan
setelah 2 jam kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet
gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar ultraviolet
merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang mengandung
panjang gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm).
f. Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi
plak yang menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi
topikal ter batubara (terapi goeckerman). Efek sampingnya serupa
dengan efek samping pada terapi PUVA.
g. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah
derivat dari Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi
dengan sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada penderita yang sudah
bandel dengan obat obat lainnya yang terdahulu.
Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati
psoriasis adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi
penyakit psoriasis dapat lebih cepat mengalami “clearing” atau “almost
clearing” (keadaan dimana kelainan / gejala psoriasis hilang atau hampir
hilang). Keadaan ini disebut “remisi”.Masa remisi fototerapi tersebut bisa
bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan lainnya.
1. Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi
radiasi ultraviolet dan oral psoralen (PUVA), namun kelemahannya
adalah untuk jangka panjang dapat menimbulkan kanker kulit.
2. Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB
broadband dengan panjang gelombang 290-320 nm. Terapi kurang
praktis karana pasien harus masuk ke dalam light box.
3. Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer Light 308 nm (MEL
308 nm) merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling mutakhir
dengan menggunakan sinar laser narrowband UVB dengan panjang
gelombang 308 nm. Dibandingkan dengan narrowband UVB, MEL
308 nm lebih cepat dan lebih efektif dalam mengobati psoriasis yang
resisten.
B. Analisa Data
Data-data Etiologi Masalah
Ds : - Iritasi zat kimia, Gangguan integritas
Do : Turgor kulit buruk, faktor mekanik, kulit
kering, bersisik, pecah- faktor nutrisi.
pecah, perubahan warna
kulit, terdapat bercak-
bercak, gatal-gatal, rasa
terbakar, kurangya
personal hygiene,
lingkungan tidak sehat,
mengkonsumsi makanan
berminyak dan pedas.
Ds : - Biofisik, penyakit, Gangguan body
Do : Kulit kering, bersisik, dan perseptual. image
pecah-pecah, terdapat
bercak-bercak, minder,
tidak percaya diri,
perasaan terisolasi,
interaksi berkurang.
Ds : - Perubahan status Ansietas
Do : Klien tampak gelisah, kesehatan
takut akan penyakitnya,
ragu, gangguan pola tidur,
sering berkeringat,
anoreksia, mual,
perubahan pola berkemih.
Ds : - Gejala terkait Gangguan rasa
Do : Ansietas, klien penyakit nyaman
tampak gelisah, gangguan
pola tidur, klien takut akan
penyakitnya, gatal-gatal,
kulit terasa terbakar atau
perih.
C. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
ditandai dengan adanya gatal, rasa terbakar pada kulit, ansietas, klien
tampak gelisah, dan gangguan pola tidur.
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi zat kimia,
faktor mekanik, faktor nutrisiditandai dengan kerusakan jaringan kulit
(kulit bersisik, turgor kulit buruk, pecah-pecah, bercak-bercak, gatal).
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, penyakit, dan
perseptual ditandai dengan tidak percaya diri, minder, perasaan
terisolasi, interaksi berkurang.
4) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai
dengan klien gelisah, ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat.
Sumber :
Nurhayatidede. 2011. Askep Psoriasis. Dikutip dari
https://www.academia.edu/11451247/ASKEPPSORIASIS. Kamis,
19 Maret 2020.
Fincesulat. 2008. Askep Dengan Psoriasis. Dikutip dari
https://www.academia.edu/12172008/ASKEP_DENGAN_PSORIAS
IS. Kamis, 19 Maret 2020.
Anjhuthe. 2012. Askep Psoriasis. Dikutip dari
http://anjhuthe.blogspot.com/2012/10/askep-psoriasis.html. Kamis, 19
Maret 2020.
Putrianindya,dkk. 2015. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Eczema
(Psoriasis). Dikutip pada Kamis, 19 Maret 2020.