Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan

Herpes Zoster

HIKMATUS SANIYAH ARSABANI


P27820118051
III REGULER B
SLIDE 2
PENGKAJIAN SLIDE 3
RIWAYAT PENYAKIT RIWAYAT PSIKOSOSIAL
SEKARANG
KELUHAN UTAMA Menolak untuk menyentuh atau melihat
Klien mengalami demam, sakit kepala, salah satu bagian tubuh, Menarik diri
Alasan yang sering membawa klien
fatige, malaise, kemerahan, sensitive, dari kontak social, Kemampuan untuk
penderita herpes datang berobat adalah
sore skin ( penekanan kulit), (rasa mengurus diri berkurang.
nyeri pada daerah terdapatnya vesikel
terbakar atau tertusuk), gatal dan
berkelompok / lesi yang timbul.
kesemutan, nyeri.

RIWAYAT KESEHATAN
KELUARGA
IDENTITAS KLIEN RIWAYAT PENYAKIT
SEBELUMNYA Kemungkinan ada anggota keluarga
Dapat terjadi pada pria / wanita. dapat yang menderita penyakit yang sama
terjadi pada semua umur, tetapi yang Ada riwayat menderita penyakit cacar, dengan klien karna herpes merupakan
lebih beresiko terjadi dan immunocompromised (HIV/AIDS, penyakit menular.
pada  dewasa/lanjut usia (>50 tahun) Leukimia

Pusponegoro, E. H., Nilasari, H., & Dkk. (2014). Buku Panduan Herpes Zoster. Jakarta: FKUI.
POLA KESEHATAN SLIDE 4
Pola Persepsi & Hidup Pola Nutrisi &
Pola Eliminasi
Sehat Metabolisme
Penderita herpes tidak begitu Pada penderita herpes nafsu Pada penderita Herpes, BAB
memperhatikan kesehatan tetapi makannya terganggu karena jika pasien encer, dan terjadi nyeri saat
klien juga tidak melakukan makan penderita herpes merasa BAK
kebiasaan yang bertentangan mual.
dengan kesehatanya.

Pola Aktivitas Pola Istirahat & Tidur Pola Kognitif & Sensorik
Dengan adanya nyeri dan gatal Pada pola istirahat penderita Bicara, kemampuan membaca,
yang dirasakan, terjadi penurunan herpes terjadi gangguan susah pendengaran baik. Kemampuan
pola saat aktifitas berlebih tidur dikarenakan rasa nyeri dan berinteraksi terganggu karena
,sehingga pasien akan membatasi rasa gatal yang dideritanya penyakitnya yang menular. Penglihatan
pergerakan aktivitas. agak berkurang karena penyakit herpes
simplex yang menyerang mata.

Pusponegoro, E. H., Nilasari, H., & Dkk. (2014). Buku Panduan Herpes Zoster. Jakarta: FKUI.
POLA KESEHATAN SLIDE 5
Pola Persepsi & Konsep
Pola Peran & Hubungan Pola Reproduksi Seksual
Diri
Gangguan citra tubuh akibat dari Hubungan dengan keluarga,teman Penderita herpes merasa
penyakit kulit nya dan tetangga terganggu karena terganggu dengan pola seksual
penyakitnya yang menular reproduksinya. Karena penderita
herpes mengalami penyakit
genital herpes

Pola Koping Stress Pola Nilai Keyakinan

Biasanya timbul stress, tergantung Menjelaskan sejauh mana


pada orang lain, masalah finansial keyakinan pasien terhadap
yang berhubungan dengan kepercayaan yang dianut dan
kondisi. Yang ditandai ansietas, bagaimana dia menjalankannya.
emosi tidak stabil.

Pusponegoro, E. H., Nilasari, H., & Dkk. (2014). Buku Panduan Herpes Zoster. Jakarta: FKUI.
PEMERIKSAAN FISIK
Head to Toe SLIDE 6
Tanda-Tanda Vital KEPALA : Penderita herpes zoster MUKA : Pada sindrom rumsay hunt
terdapat nyeri kepala terdapat kelainan pada otot muka dan
Suhu : >37 C (Hipertermi), Nadi : > kelainan kulit muka
100x/menit (Takikardi), TD : systole MATA : Penderita herpes zoster
oftamikus terdapat kelainan pada mata HIDUNG : Tidak terjadi gangguan
>139 mmHg, diastole >89 mmHg, LEHER : Tidak terjadi gangguan
Pernafasan : 16 – 24x/menit TELINGA : Tidak terjadi gangguan
MULUT & FARING: Tidak terjadi
gangguan

INGUINAL, GENITAL, ANUS : Pada INTEGUMEN : Terdapat eritema,


THORAKS : Pada herpes zoster daerah
herpes zoster terjadi pembesaran kelenjar
yang paling sering terkena adalah
getah bening
gatal-gatal, vesikel yang bergerombol
thorakal dengan dasar kulit yang eritematosa
EKSTREMITAS, NEUROLOGIS : dan odema, vesikel berisi cairan
PARU : Tidak terjadi gangguan
herpes Zoster oftalmikus terdapat
JANTUNG : Tidak terjadi gangguan jernih kemudian dapat menjadi pustul
gangguan pada nervus trigeminus. Pada
sindrom rumsay hunt terdapat gangguan dan krustu
ABDOMEN : Tidak terjadi gangguan
nervus fasialis dan otikus

Wasitaatmadja,S,M. 2010 Anatomi Kulit dan Faal Kulit. ed. 6 Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
SLIDE 7
KULTUR VIRUS DETEKSI ANTIGEN UJI SEROLOGI
Cairan dari unilepuh yang baru pecah Sel dari ruam atau lesi diambil dengan
dapat di ambil dan di masukkan ke menggunakan scapel/ jarum, kemudian Uji serologi yang sering digunakan
dalam media virus untuk segera dianalisa di oleskan pada kaca dan diwarnai untuk mendeteksi herpes zoster
di laboratorium virologi. uji ini memiliki dengan antibody monoklonal yang adalah ELISA.
tingkat sensitivitas 30-70% dengan terkonjugasi dengan pewarna fluoresens.
spesifitas mencapai 100%. Uji ini akan mendeteksi glikoproten
virus.

PCR Tzanck Smear Direct fluorescent assay (DFA)


Merupakan tes yang paling sensitif Pemeriksaan ini sensitifitasnya test ini dapat menemukan antigen
dan spesifik, dengan mendeteksi sekitar 48 %, test ini tidak dapat virus varricella zoster. Pemeriksaa ini
DNA di dalam cairan dan jaringan. membedakan antara virus varicella dapat membedakan antara VVZ
sensifitasnya berkisar 97-100% zoster dengan herpes simpleks virus. dengan herpes simpleks virus.

Wasitaatmadja,S,M. 2010 Anatomi Kulit dan Faal Kulit. ed. 6 Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
TERAPI YANG DIBERIKAN
SLIDE 8
Pengobatan Topikal Pengobatan sistemik
1. Pada stadium vesikular diberi bedak salicyl 25 atau bedak 1. Drug of choice (Acyclovir) dapat menintervensi sintesis virus
kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah dan replikasinya
2. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka 2. Antiviral (Vidarabine) dapat diberika lewat infus IV atau
dengan larutan antiseptik / kompres dingin dengan larutan salep mata
burrow 3xsehari selama 20 menit 3. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon
3. Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan inflamasi
salep antibiotik (basitrasin/polysporin) untuk mencegah 4. Analgesik non narkotik dan narkotik untuk manajemen nyeri
infeksi sekunder selama 3xsehari dan antihistamin untuk menyembuhkan priritus.

Wasitaatmadja,S,M. 2010 Anatomi Kulit dan Faal Kulit. ed. 6 Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
PATHWAY SLIDE 9
Organ telah terkena
infeksi Varisela

Virus demam/laten
Faktor pencetus
di jaringan saraf
sensori

Virus aktif Sel pointer


(Reaktivasi Virus) meningkatkan suhu

Risiko Infeksi Herpes Zoster Hipertermia

Gangguan Nyeri otot pada Perubahan Fisik


Integritas Kulit tulang

Gangguan Citra
Gangguan Nyeri Kronis Tubuh
Mobilitas Fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN SLIDE 10
1. Nyeri kronis b.d gangguan imunitas (mis virus varicella-zoster) d.d mengeluh nyeri, tidak mampu menuntaskan
aktivitas (D.0078)
2. Risiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (mis. Kerusakan integritas kulit) (D.0142)
3. Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis (mis gesekan) d.d kerusakan jaringan / lapisan kulit (D.0129)
4. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d ROM menurun, nyeri saat bergerak (D.0054)
5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur / bentuk tubuh (lesi kulit) d.d menyembunyikan bagian tubuh (D.0083)
6. Hipertermia b.d proses penyakit (mis. infeksi) d.d suhu tubuh diatas normal, takikardia (D.0130)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan
INTERVENSI KEPERAWATAN SLIDE 11
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1) Nyeri kronis b.d Tujuan: 1. Identifikasi lokasi, 1. Identifikasi karakteristik nyeri
Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, dan faktor yang berhubungan
gangguan imunitas (mis merupakan suatu hal langkah
keperawatan selama 2x24 jam frekuensi, kualitas, intensitas
virus varicella-zoster) diharapkan tingkat nyeri nyeri awal yang penting untuk
d.d mengeluh nyeri, menurun 2. Identifikasi skala nyeri mengevaluasi kefektifan terapi
tidak mampu yang diberikan
Kriteria Hasil: 3. Ajarkan teknik non 2. Mengetahui tingkat nyeri
menuntaskan aktivitas 1. Keluhan nyeri menurun farmakologi untuk 3. Mengurangi rasa nyeri dengan
(D.0078) 2. Meringis menurun mengurangi rasa nyeri teknik non farmakologi lebih
3. Kemampuan menuntaskan 4. Jelaskan strategi meredakan mudah diterapkan oleh klien
(SDKI,2017) aktivitas meningkat nyeri dan dapat mengurangi rasa
4. Pola tidur membaik 5. Kolaborasi pemberian nyeri
analgetik, jika perlu 4. Menjelaskan cara meredakan
(SLKI,2018) nyeri dengan cara sendiri yang
(SIKI,2018) dilakukan klien seperti dengan
teknik relaksasi napas dalam
5. Analgesik dapat memblok
lintasan nyeri sehingga nyeri
akan berkurang

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan
INTERVENSI KEPERAWATAN SLIDE 12
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2) Risiko infeksi d.d Tujuan: 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui tanda
ketidakadekuatan Setelah dilakukan tindakan infeksi lokal dan sistemik infeksi serta perubahan
pertahanan tubuh asuhan keperawatan selama 2. Berikan perawatan kulit yang terjadi pada klien
primer (mis. Kerusakan 2x24 jam diharapkan pada area edema 2. Untuk menghindari
integritas kulit) mengurangi risiko infeksi 3. Pertahankan teknik infeksi
(D.0142) Kriteria Hasil: aseptik pada pasien 3. Untuk mencegah infeksi
1. Demam menurun berisiko tinggi nosokomial
(SDKI,2017) 2. Nafsu makan meningkat 4. Jelaskan tanda dan gejala 4. Untuk meningkatkan
infeksi pengetahuan klien
(SLKI,2018) 5. Jelaskan meningkatkan 5. Untuk menambah
asupan cairan dan nutrisi wawasan klien
(SIKI,2018)

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan
INTERVENSI KEPERAWATAN SLIDE 13
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
3) Gangguan integritas Tujuan: 1. Monitor karakteristik luka 1. Untuk mengetahui
kulit b.d faktor Setelah dilakukan asuhan (misalnya drainase, perkembangan dari
mekanis (mis gesekan) keperawatan selama 1 x 24 warna, ukuran, bau) karakteristik luka.
d.d kerusakan jaringan / jam diharapkan integritas 2. Monitor tanda-tanda 2. Untuk mengetahui
lapisan kulit (D.0129) kulit dan jaringan meningkat infeksi keadaan luka.
dengan 3. Pertahankan teknik steril 3. Mencegah risiko infeksi
(SDKI,2017) Kriteria Hasil: saat melakukan perawatan pada luka.
1. Elastisitas membaik luka 4. Mengetahui tindakan
2. Hidrasi membaik 4. Ajarkan prosedur yang dapat dilakukan
3. Nyeri menurun (skala 1 perawatan luka secara pada luka dan agar klien
atau 2 dari skala 0-10) mandiri dapat mengaplikasikan
4. Kemerahan menurun prosedur perawatan luka
5. Suhu kulit membaik (SIKI,2018) secara mandiri.
(SLKI,2018)

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan
INTERVENSI KEPERAWATAN SLIDE 14
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
4) Gangguan mobilitas Tujuan: 1. Monitor TTV sebelum 1. Penurunan TTV dapat
fisik b.d nyeri d.d ROM Setelah dilakukan asuhan memulai mobilisasi memengaruhi keseimbangan
keperawatan selama 1 x 24 2. Fasilitasi melakukan klien saat melakukan
menurun, nyeri saat
mobilisasi.
bergerak (D.0054) jam diharapkan Mobilitas mobilisasi fisik 2. Sering berlatih melakukan
Fisik meningkat dengan 3. Libatkan keluarga untuk mobilisasi fisik, baik untuk
(SDKI,2017) Kriteria Hasil: membantu pasien dalam kesembuhan klien
1. Pergerakan ekstremitas meningkatkan pergerakan 3. Dukungan dan motivasi dari
meningkat 4. Jelaskan tujuan dan keluarga mempunyai
2. Rentang gerak (ROM) prosedur mobilisasi pengaruh besar terhadap
meningkat kemauan dan kemampuan
3. Nyeri menurun (SIKI,2018) klien dalam melakukan
mobilisasi
4. Kecemasan menurun 4. Pengetahuan penting
5. Kelemahan fisik menurun disosialisasikan ke klien dan
keluarga agar klien dapat
(SLKI,2018) melakukan mobilisasi
dengan baik dan benar.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan
INTERVENSI KEPERAWATAN SLIDE 15
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
5) Gangguan citra tubuh Tujuan: 1. Identifikasi kemampuan 1. Agar klien tahu seberapa
b.d perubahan struktur / setelah dilakukan asuhan yang dimiliki kekuatan pribadinya.
keperawatan selama 1 x 24 jam 2. Monitor frekuensi 2. Untuk mengetahui seberapa
bentuk tubuh (lesi kulit)
diharapkan citra tubuh besar klien mampu
d.d menyembunyikan pernyataan kritik terhadap emenrima keadaan dirinya.
meningkat dengan diri sendiri
bagian tubuh (D.0083) Kriteria Hasil: 3. Agar klien bisa melakukan
3. Anjurkan keluarga terlibat aktifitas.
1. Verbalisasi kekhawatiran
(SDKI,2017) pada penolakan/reaksi orang untuk memotivasi pasien 4. Untuk meningkatkan rasa
lain menurun 4. Diskusikan perubahan percaya diri klien.
2. Menyembunyikan bagian tubuh dan fungsinya
tubuh secara berlebihan
menurun (SIKI,2018)
3. Klien tidak focus lagi pada
bagian tubuh
4. Hubungan social membaik.

(SLKI,2018)

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan
INTERVENSI KEPERAWATAN SLIDE 16
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
6) Hipertermia b.d proses Tujuan: 1. Identifikasi penyebab 1. Jika mengetahui
penyakit (mis. infeksi) Setelah dilakukan asuhan hipertermia penyebab, diharapkan
d.d suhu tubuh diatas keperawatan selama 1 x 24 2. Monitor suhu tubuh klien menjauhi
normal, takikardia jam diharapkan suhu tubuh 3. Longgarkan/ lepaskan penyebab tersebut
(D.0130) membaik pakaian klien 2. Untuk mengetahui
Kriteria Hasil: 4. Kolaborasi pemberian kondisi terkini klien
(SDKI,2017) 1. Kulit merah menurun cairan dan elektrolit 3. Supaya suhu tubuh klien
2. Takikardia menurun intravena segera normal
3. Suhu tubuh membaik 4. Cairan intravena
4. Tekanan darah membaik (SIKI,2018) diperlukan untuk
mengatasi kehilangan
(SLKI,2018) cairan tubuh secara
hebat

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan
SLIDE 17
IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah tahap
pelaksanaan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat
bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai EVALUASI
dengan rencana yang sudah dilakukan validasi,
teknik yang dilakukan dengan cermat dan efisien Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir
pada situasi yang tepat dengan selalu dari proses keperawatan. kegiatan Kegiatan
memperhatikan keamanan fisik dan psikologis evaluasi ini merupakan membandingkan hasil
yang telah dicapai setelah proses implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan
dalam perencanaan dan kritetia hasil evaluasi
yang telah diharapkan dapat tercapai. Proses
evaluasi dalam asuhan keperawatan di
dokumentasikan dalam SOAP (subyektif,
obyektif, assessment, planning).
Taqiyyah Burarah & Mohammad Jauhar. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jakarta:Prestasi Pustaka Jakarta
DAFTAR PUSTAKA SLIDE 18
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan
Taqiyyah Burarah & Mohammad Jauhar. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional.Jakarta:Prestasi Pustaka Jakarta
Pusponegoro, E. H., Nilasari, H., & Dkk. (2014). Buku Panduan Herpes Zoster. Jakarta: FKUI.
Wasitaatmadja,S,M. 2010 Anatomi Kulit dan Faal Kulit. ed. 6 Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai