Anda di halaman 1dari 12

RESUME KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PSORIASIS PUSTULOSA GENERALISATA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Advance

Disusun oleh:
RISNA YULIANI
NPM ; 1219021

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


INSTITUT KEPERAWATAN RAJAWALI BANDUNG
2020
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak,
bersisik yang dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas. Psoriasis
adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana
produksi sel-sel epidermis terjadi  6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel
normal dengan kecepatan (Smeltzer, Suzanne).
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat.
Penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular
tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga
dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik.

B. Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.Diduga penyakit
ini diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita
psoriasis timbul secara spontan, namun pada beberapa penderita dijumpai
adanya faktor pencetus antara lain:
1) Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena
trauma, garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan
sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena
Koebner.Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya
trauma.
2) Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering
menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi
kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah
infeksinya sembuh 
3) Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan
pada musim penghujan akan kambuh.
4) Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis
cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten
terhadap pengobatan setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis
pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah
pengobatan progesteron dosis tinggi.
5) Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita
psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat
dapat merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia
mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita.
6) Metabolik
Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
7) Obat-obatan
a. Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat
memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
b. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi
dapat menimbulkan efek “withdrawal”.
c. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi
telah diakui sebagai pencetus psoriasis.
d. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
e. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan
progesteron dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
8) Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang
diperkirakan dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
a. Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada
saat gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu
sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan
kemudian digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit
bertambah tebal.
b. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik. 
c. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
d. Emosi tak terkendali.
e. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan
kulit menjadi merah , misalnya mengandung alkohol.

C. Klasifikasi
1) Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis
antara lain :
a. Psoriasis puncata :Lesi sebesar jarum pentul atau milier
b. Psoriasis folikularis :Lesi dengan skuama tipis terletak pada
muara folikel rambut.
c. Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air
d. Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam
e. Psoriasis girata : Lesi sebesar daun
f. Psoriasis anularis : Lesi melingka berbentuk seperti cincin
karena adanya involusi dibagian tengahnya
g. Psoriasis diskoidea : Lesi merupakan bercak solid yang menetap
h. Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan
tertutup lembaran-lembaran skuama mirip kulit tiram
i. Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika
2) Tipe-tipe psoriasis. Psoriasis terbagi atas :
a. Psoriasis vulgaris : Bentuk ini ialah jenis yang paling umum
karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-
lesinya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah
diterangkan di atas.
b. Psoriasis gutata : Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm.
Timbulnya mendadak dan mengenai seluruh badan, umumnya
setelah infeksi di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau
morbili (campak), terutama pada anak dan dewasa muda.
c. Psoriasis putulosa : Gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai
gejala umum berupa demam, mudah capek, mual, dan nafsu
makan menurun. Kelainan kulit psoriasis yang telah ada makin
merah. Setelah beberapa jam timbul agak bengkak dan bintil-
bintil bernanah pada bercak merah tersebut. Kelainan-kelainan
semacam itu akan terus muncul dan dapat menjadi eritroderma.
d. Psoriasis eritrodermis : dapat disebabkan oleh pengobatan topikal
yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas.
Biasanya kelainan kulit yang khas untuk psoriasis tidak tampak
lagi karena terdapat kemerahan dan bersisik tebal yang
menyeluruh. Ada kalanya kelainan kulit psoriasis masih tampak
samar-samar, yakni lebih merah dan kulitnya lebih meninggi.
e. Psoriasis kuku : menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku
tampak lekukan-lekukan kecil. Jenis ini termasuk yang bandel,
sehingga penderita sulit sembuh.
f. Psoriasis artritis : penyakit ini dapat pula disertai peradangan pada
sendi, sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan kaku, persis
seperti gejala rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera
ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai keropos.
3) Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk psoriasis atipik
seperti:
a. Psoriasis digitalis atau interdigitalis.
b. Lesi verukosa terutama di tungkai bawah.
c. Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki.
d. Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah
fleksor atau lipatan-lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila,
lipatan di bawah payudara dan lainnya.
e. Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah seboreik seperti
kulit kepala, alis mata, belakang telinga dan sebagainya.

D. Manifestasi Klinis
Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-
tempat predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut
dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut,
dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak
eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema
berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna
putih seperti mika, serta transparan. Pada psoriasis terdapat fenomena
tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya
menjadi putih pada goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena
Auspitz serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan karena
papilomatosis. Trauma pada kulit , misalnya garukan , dapat
menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan
disebut kobner.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas
yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.
Gejala dari psoriasis antara lain :
1) Mengeluh gatal ringan
2) Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
3) Terdapat fenomena tetesan lilin
4) Menyebabkan kelainan kuku

E. Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena :
1)Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan
pembentukannya dimana pada kulit normal memerlukan waktu 26-
28 hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari sehingga gambaran klinik
tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu
pematangan sel-sel epidermis tidak sempurna.
2)Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang
kronik dimana terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan
serta predileksi lesinya pada tempat-tempat tertentu.
3)Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis
meliputi:  
a. Peningkatan replikasi DNA.
b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d. Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian
terlepas dari permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit akan
matur dan menuju permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan
menonjol dan menimbulkan bentukan peninggian kumpulan plak
berwarna kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal dari
peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang
bersangkutan.Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik
putih) merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan
kerokan pada permukaan psoriasis, maka akan timbul gejala koebner
phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya plaque,
guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic psoriasis. Umumnya
psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku bagian luar, lutut, maupun
daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula berkembang di
daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis
menunjukkan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan
pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas.Jumlah sel-
sel basal yang bermitosis jelas meningkat.Sel-sel yang membelah
dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan
epidermis yang menebal.Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang
cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin
yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan
mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar
nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat
(AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan
poliamin juga abnormal pada penyakit ini.Peranan setiap kelainan
tersebut dalam mempengaruhi pembentukan plak psoriatik belum
dapat dimengerti secara jelas.

F. Pathway

Pertumbuhan kulit yang cepat   (3-4 hari )



Stratum granulosum tidak terbentuk

Interval keratinisasi sel-sel stratum basale memendek

Preoses pematangan dan keratinisasi stratum korneum gagal

Terjadi parakeratosis

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong
diagnosis psoriasis tidak banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari
penyakit yang menyertai psoriasis perlu dilakukan, seperti
pemeriksaan darah rutin, mencari penyakit infeksi, pemeriksaan gula
darah, kolesterol untuk penyakit diabetes mellitus.
Pemeriksaan Histopatologi
Kelainan histopatologi yang dapat dijumpai pada lesi psoriasis
ialah hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis dan hilangnya stratum
granulosum. Papilomatosis ini dapat memberi beberapa variasi bentuk
seperti gambaran pemukul bola kasti atau pemukul bola golf.
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga
pematangan keratinisasi terlalu cepat dan stratum korneum tampak
menebal. Di dalam sel-sel tanduk ini masih dapat ditemukan inti-inti
sel yang disebut parakeratosis. Di dalam stratum korneum dapat
ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan sel radang
polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses Munro. Pada
puncak papil dermis didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang
disertai oleh sebukan sel-sel radang limfosit dan monosit.

H. Komplikasi
Menurut  corwin (2009) komplikasi dari psoriasis diantaranya adalah :
1) Infeksi kulit yang parah dapat terjadi
2) Artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid,
disebut   psoriatika, timbul pada sekitar 30-40% pasien psoriasis.
bila psioriasis dapat menjadi penyakit yang melemahkan.
3) Berdampak pada penurunan harga diri pasien yang
menimbulkan   psikologis,ansietas,depresi,dan marah.
  
I. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian
epidermis, meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan
penyakit tersebut. Pendekatan terapeutik harus berupa pendekatan
yang dapat dipahami oleh pasien, pendekatan ini harus bisa diterima
secara kosmetik dan tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi
psoriasis akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh pasien dan
mungkin pula keluarganya.
Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik :
1) Terapi topical
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk
melambatkan aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa
mempengaruhi jaringan lainnya.Obat-obatannya mencakup
preparat ter, anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid. Terapi
dengan preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis
(pembentukan sel-sel epidermis).
2) Formulasi ter
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter
dapat menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan
jaringan psoriatik yang cepat. Terapi ter dapat dikombinasikan
dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat
sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara
280 dan 320 nanometer (nm). Selama fase terapi ini pasien
dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan
melindungi matanya. Pemakaian sampo ter setiap hari yang
diikuti dengan pengolesan losion steroid dapat digunakan untuk
lesi kulit kepala. Pasien juga diajarkan untuk menghilangkan sisik
yang berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat lunak pada
waktu mandi.
3) Anthralin
Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Creme, Lasan) yang berguna
untuk mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap
preparat kortikosteroid atau preparat ter lainnya.
4) Kortikosteroid
Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi.
Setelah obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup
dengan kasa lembaran plastik oklusif untuk menggalakkan
penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.
5) Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort,
Kenalog-10, Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam berck-
bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang terisolasi dan
resisten terhadap bentuk terapi lainnya. Kita harus hati-hati agar
kulit yang normal tidak disuntuik dengan obat ini.
6) Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA
dalam sel epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian
epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat
toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan
yang irreversible.Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan
laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem
hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara
adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama
menjalani pengobatan dengan metotreksat karena preparat ini
akan memperbesar kemungkinan kerusakn hepar. Metotreksat
bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita
hamil.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek M. Gloria., Butcher K. Howard., Dochterman M. Joanne., Wagner M.


Cheryl. 2013. Nursing Intervention Clasification. Edisi Keenam. Elsevier :
Canada
Djuanda, A. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin ed.5. Penerbit FK UI. Jakarta
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA diagnosa keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi editor 10. Jakarta : EGC
Price, Wilson. “Patofisiologi”, Edisi 4, EGC: Jakarta. Smeltzer, Suzanne. (2002).
“Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Volume 3, EGC:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai