Anda di halaman 1dari 18

Bercak Merah Bersisik di Siku dengan Rasa Gatal pada Psoriasis

Gita Puspitasari
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak
Bercak merah atau eritema merupakan kelainan pada kulit yang disebabkan oleh
pelebaran pembuluh darah kapiler yang bersifat reversibel. Skuama atau sisik adalah
lapisan dari stratum korneum yang terlepas pada kulit. Seseorang dengan keluhan bercak
merah disertai sisik dapat menjurus pada kelompok penyakit dermatosis eritoskuamosa yang
salah satunya adalah psoriasis. Psoriasis merupakan jenis dermatosis eritroskuamosa yang
bersifat kronik residif. Psoriasis dapat mengenai laki-laki dan perempuan dengan prevaleni
yang tidak juah dan dapat mengenai seluruh usia. Psoriasis adalah penyakit peradangan
umum kulit, yang etiologinya dikaitkan dengan interaksi kompleks antara predosposisi gen
dan lingkungan. Patofisiologi psoriasis ditandai dengan hiperoprolipratif epidermal,
peningkatan produksi sitokin, serta adanya angiogenesis.
Katakunci : skuama, dermatosis eritoskuamosa, psoriasis.

Scaly and Red Spots on the Elbows with Itch on Psoriasis


Gita puspitasari
Student of Faculty of Medicine, Krida Wacana Christian University
Abstrac
Red patches or erythema is a skin disorder that is caused by dilation of capillaries which
reversible. Squama or scales is a layer of the stratum corneum of the skin detached. A person
with symptoms of red spots along scales can lead to disease group dermatosis eritoskuamosa
one of which is psoriasis. Psoriasis is a common inflammatory disease of the skin . Its
etiology has been linked to complex interactions between predisposing genes and the
environment. The pathophysiology of psoriasis is characterized by epidermal
hyperproliferation, cytokine production, and angiogenesis.
Keywords: skuama, dermatosis eritoskuamosa, psoriasis.

Alamat korespondensi:
Gita Puspitasari, 102011327, Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana, Jalan Arjuna
Barat No. 6, Jakarta Barat 11510, e-mail: gita_puspitasai64@yahoo.com

Pendahuluan
Gatal adalah seseorang yang secara spontan untuk melakukan garukan. Karena
garukan dapat timbul kemerahan. Namun berbeda dengan keluhan bercak merah yang disertai

dengan rasa gatal, bercak merah dan gatal suatu hal yang global, tidak spesifik untuk
menegakan diagnosis. Maka perlu anamnesis, pemeriksaan fisik yang cermat.
Pada kali ini didapatkan skenario 7 : Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke
poliklinik dengan keluhan berupa bercak merah bersisik pada siku sejak 6 minggu yang lalu.
Bercak bersisik disertai rasa gatal. Makin lama bercak makin meluas dan sisik bertambah .
Dengan keluhan pasien seperti itu bercak merah adanya sisik pada kulit dan disertai rasa gatal
maka tertujulah pada dermatosis eritroskuamosa. Dermatosis eritroskuamosa yang terdiri dari
beberapa penyakit kulit yang digolongkan lagi di dalamnya, sesuai dengan kasus skenario
tempat predileksi pada siku yang masih diduga pada psoriais.
Psoriasis adalah suatu penyakit rada kulit kronis yang ditandai penebalan kulit disertai
timbul bercak merah, sisik putih kasar. Psoriasis bukan penyakin menular, tetapi bersifat
menurun. Psoriasis penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif. Pada
psoriasis juga dapat ditemukannya fenomena tetesan lilin, auspitz dan koebner.

Anamnesis
Sebagian besar pasien datang dengan keluhan ruam. Sebagian penderita mengeluh
gatal ringan. Terdapat keluhan timbul bercak merah di daerah predileksi psoriasis, yaitu pada
daerah scalp (kulit kepala), perbatasan dengan wajah, pada daerah siku atau lutut, sakral
gluteal, kulit kepala, telapak tangan dan kaki dengan pola distribusi bilateral, biasanya
simetris (daerah predileksi). Gejala lain diantaranya gatal, muka merah, nyeri, rambut rontok,
perubahan pada kuku dan ulserasi. Yang penting untuk ditanyakan adalah ciri-ciri spasiotemporal dari
keluhan utama :1

Kapan timbul ruam atau benjolan ?


Kemana penyebarannya ?

Pada anamnesis juga di tanyakan keluhan penyerta lainnya, misalnya apakah gatalnya
terjadi pada waktu atau musim tertentu atau akibat pemakaian bahan-bahan kosmetik tertentu,
reaksi alergi akibat obat, kontak dengan barang atau benda iritan dan sebagainya. Riwayat
penyakit dan riwayat kesehatan di keluarga juga perlu di tanyakan, karena penyakit psoriasis
ini dapat di turunkan secara genetik, adanya penyakit kronis seperti gagal ginjal kronik atau
diabetes juga perlu di tanyakan, selain itu pola kebiasaan hidup juga perlu di telusuri, karena
walaupun penyakit ini tidak menular tapi dapat berhubungan dengan sistim imun, dimana
sistim imun yang rendah, merokok, alkohol dan lain sebagainya merupakn faktor predisposisi
penyakit ini. dan perlu di ingat penyakit ini sering di temukan pada penderita dengan imun
2

yang rendah seperti penderita yang mengkonsumsi obat-obatan imonosupresan ataupun


penderita HIV AIDS.2

Pemeriksaan fisik
Gambaran umum pada psoriasis, lesi yang khas berupa plakat merah muda salmon
berbatas tegas dengan sisik keperakan, biasanya terjadi pada siku lengan, lutut, kulit kepala,
daerah lumbosakral, celah intergluleal dan glans penis. Adapula variasi-variasi anular linier,
girata dan serpiginosa. Psoriasi juga dapat timbul sebagai pembentukan sisik di seluruh
tubuh, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan
hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika,
serta transparan. Besar kelainan bervariasi : lentikular, numular, atau plakat, dapat
berkonfluensi.2
Terdapat 3 tanda psoriasis, yaitu:

Fenomena tetesan lilin


Skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang
digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat dengan gelas
alas.3

Gambar 1. Psoriasis pada kulit (sumber: sikkahoder.blogspot.com )

Fenomena Auspitz
Skuama yang berlapis-lapis dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah
skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu
dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan
yang merata. 3
3

Fenomena Kobner (isomorfik)


Trauma pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan, setelah kira-kira 3 minggu
dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis. Tanda ini tidak
khas, hanya kira-kira 47% yang positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya
liken planus dan veruka plana juvenilis. 3

Pemeriksaan Penunjang
Secara histopatologi, jelas terdapat akantosis dengan elongasirete dan mitosis di atas
lapisan basal. Startum granulosum menipis atau hilang dengan parakeratosis luas disebelah
atasnya. Epidermis diatas papila dermal menipis, pembuluh pembuluh berdilatasi didalam
papila ini yang mengakibatkan perdarahan titik (pinpoint) bila sisik diatasnya diangkat (tanda
auspitz).2-3
Agregat-agregat neutrofil di epidermis terbentuk didalam spongiotik kecil di statrum
spinosum atau didalam stratum korneum parakeratotik. Yang lebih besar, timbunan seperti
abses juga dapat terjadi pada psoriasis. 2-3

Gambar 2. Psoriasis secara histopatologi (sumber: dokterrosfanty.blogspot.com )

Gambar 2. Psoriasis secara histopatologi (sumber: sikkahoder.blogspot.com )

Diagnosis
Differential Diagnosis

1. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit kronik meradang yang diidentifikasi sejak tahun
1841 namun kemunculannya telah diketahui beberapa abad sebelumnya. Psoriasis
ditandai oleh percepatan pertukaran sel-sel epidermis sehingga terjadi proliferasi
abnormal epidermis dan dermis. Kulit menunjukan kemerahan disertai plak bersisik
yang gembung yang dapat menutupi permukaan tubuh. Psoriasis sangat dipengaruhi
oleh faktor genetis dan prevalensinya beragam berdasarkan suku dan orang kaukasia
lebih sering terkena dibandingan orang Afrika pedalaman. Kualitas hidup pasien yang
menderita penyakit ini, baik. Dalam derajat moderate atau berat menunjukan
gangguan yang ekstrem. Hal ini diperkuat dengan hasil penilitian yang menunjukan
bahwa tingkat kualitas hidup penderita menurun pada pasien emfisema dan gagal
jantung. Psoriasis biasanya dialami oleh individu berusia sekitar 20 tahunan namun
bisa juga lebih muda. 4
2. Psoriasis rosea
Berbeda degan psoriasis, pitiriasis rosea merupakan erupsi akut dan swasirna
yang sering menyerang orang dewasa muda dan remaja. Pitiriasis rosea dimulai
dengan lesi oval, bersisik yang dinamakan herald patch. Dalam waktu seminggu
timbul bercak multiple, berwarna merah muda dengan skuama halus di sekelilingnya
di daerah leher, tubuh dan ektremitas proksimal. Lesi berikutnya, timbul 4-10 hari
setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas, sama dengan lesi pertama hanya
lebih kecil, susunannya sejajar dengan costa, hingga menyerupai pohon cemara
terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau timbul dalam beberapa hari. Tempat
predileksi pada badan, tangan bagian proksimal, dan paha atas sehingga seperti
pakaian renang wanita jaman dahulu. Kecuali bentuk yang lazim berupa eritoskuama,
pitiriasis rosea dapat juga berbentuk urtika, vesikel, dan papul yang ;ebih sering
terdapat pada anak-anak. 3
Diagnosis pitiriasis

rosea

dapat ditegakakn

dengan anamnesis

dan

pemeriksaan fisisk. Dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang ntuk memastikan


diagnosis apabila sulit menegakan diagnosis pitiriasis rosea. Bioasanya pitiriasis rosea
didahuli dengan gejala prodormal seperti lemas, mual, tidak nafsu makan, demam,
5

nyeri sendi, pembesaran kelenjar limfe. Setelah itu munculn gatal dan lesi kulit.
Banyak penyekit yang memberikan gambaran seperti pitiriasis rosea seperti dermatitis
numularis, sifilis sekunder dan sebaginya. Pitiriasis rosea merupakan pen yakit yang
dapat sembuh sendiri, oleh kerena itu, pengobatan yang diberikan adalah pengobatan
supportif. Obat yang diberikan dapat berupa kortikosteroid, antivirus, dan obat topikal
untuk mengurangi pruritus.3
3. Dermatitis seborik
Dermatitis seborik biasanya menyerang kulit kepala, alis, lipatan nasolabial,
telinga dan anterior dada. Timbul bercak-bercak eritematosa berskuama yang
intermiten. Keadaan ini dapat timbul setiap saat sejak masa bayi samapai masa tua dan
dapat terasa agak gatal. Penyebabnya tidak diketahui tetapi agaknya faktor-faktor
genetik memegang peranan yang penting, belakangan ini Pityrosporum ovale
dianggap berperan dalam patogenesis dermatitis seborik. Pada bentuk yang lebih
berat, seluruh badan tertutup oleh krusta-krusta yang kotor dan berbau tidak sedap. 3
Psoriasis berbeda dengan dermatitis seborik karena terdapat skuamaskuama yang berlapis-lapis disertai tanda tetesan lilin dan auspitz. Tepat predileksinya
juga berbeda. Hanya saja psoriasis dengan dermatitis seborik akan sulit dibedakan jika
terjadi pada skalp, perbedaannya ialah skuama yang lebih tebal dan putih seperti mika,
kelainan kulit juga pada perbatasan wajah dan sklap dan tempat-tempat lain sesuai
dengan tempat predileksinya seangkan pada dermatitis seborik skuama berwarna
kekuning-kuningan berminyak ditempat predileksinya. 3
4. Neurodermatitis sirkumkripta
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumkripta, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonnjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena sebagai rangsangan pruritogenik.
Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa
likenifikasi dan prurigonodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena
adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran
empedu, limfoma hodgkin dan lain sebagainya. 5
Pada prurigo nodularis jumlah eusinofil meningkat. Eusinofil berisis protein X
dan protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel mast jumlah sel
langerhans juga bertambah banyak. Saraf yang banyak berisi CGRP ( Calcitonin Gene
Related Peptide) dan SP (Subtance P), bahan imunoreaktif, jumlahnya didermis
6

bertambah pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada neurodermatitis sirkrumkripta. SP


dan CGRP melepaskan histamin dari sel mast yang selanjutnya akan memicu pruritus.
Ekspresi faktor pertumbuhan saraf p75 pada membran sel Schwan dan sel perineurum
meningkat, mungkin ini menghasilkan hiperplasi neural. 5
Working Diagnosis : psoriasis
Diganosis tidak dapat didasarkan kepada hanya aspek histopatologi saja melainkan
memerlukan gambaran klinis secara keseluruhan. Penyakit ini berjalan kronis dan memilliki
predileksi lesi terutama bagian tubuh yang sering mengalami gesekan atau tekanan, misalnya
siku, lutut, atau punggung. Pemeriksaan cara pengamatan harus benar-benar teliti, pakailah
kaca pembesar. Gambaran klinis plak eritematosa berbatas tegas ditutupi oleh skuama putih
keperakan.6 Dalam kasus skenario bapak tersebut mengeluh pada siku kemerahan dengan
sisik, yang semakin lama bercak semakin luas dan skuama menjadi semakain menebal. Maka
diagnosis yang mendekati dapat dikatakan psoriasis.

Etiologi
Penyebab psoriasis masih menjadi bahan penilitian yang belum dapat di peahkan
keseluruhannya. Umumnya para peneliti menyatakan, bahwa psoriasi memiliki hubungan
dengan faktor keturunan, terbukti bahwa banyak kasus paoriasis yang di derita oleh yang
orang tuanya juga mengidap psoriasis, sehingga penderita psoriasis juga memiliki potensi
menurunkan kelainannya kepada keturunaannya kelak. Lebih dari ribuan gen, terutama gen
respons imun dan proliferasi diketahui berperan dalam pathogenesis dan terbentuknya
psoriasis. Factor lingkungan termasuk trauma pada kulit, infeksi virus atau bakteri, merokok
dan stress dapat memperparah penyakit. Obat tertentu seperti penghambat ACE
(Angggiotension Converting Enzim) dan litium dapat menjadi factor presipitasi atau
memperburuk perjangkitan. Terdapat kerentanan multigen, beberapa tipe HLA (Cw6)
berhubungan dengan kelainan kulit saja, namun tipe lainnya berhubungan dengan penyakit
sendi tambahan. 4

Epidemiologi
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebaban
kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat bahwa
perrjalannanya menahun dan residif. 3
Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwana. Di Eropa
dilaporkan sebanyakan 3-7%, di Amerika serikat 1-2% , sedangkan di jepang 0,6%. Pada
7

bangsa berkulit hitam misalnya di afrika, jarang dilaporkn, demikiamn pula bangsa indian di
amerika. Insidens pada pria agak lebih banyak dibandingkan wanita, psorasis terdapat pada
semua usia, tetapi umumnya mengenai orang dewasa. 3

Patogenitas
Faktor genetik berperan, bila orang tuanya tidak menderita posriasis resiko psoriasis
12%, sedangkan jika salah satu orang tuanya menderita psoriasis resiko mencapai 34-39%.
Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe: Psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat
familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal ini yang menyokong
adalah faktor genetik ialah bahwa kasus psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I
berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57 dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan dengan
HLA-B27 dan Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa berhubungan dengan HLA-B27. 3,7,8
Faktor imunologik juga berperan. Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan
pada salah satu dari tiga jenis sel yaitu limfosi T, sel penyaji antigen (dermal) atau kertinosit.
Keratinosit psoriasis membutuhkan stimulus untuk mengaktivasi. Lesi psoriasi matang
umumnya penuh dengan sebuhan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri dari limfosit T
CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya
lebih banyak didminasi oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis kurang lebih terdapat 17
sitokin yang produksinya bertambah. Sel langerhans juga berperan dalam imunopatogenesis
psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik
eksogen maupun endogen oleh sel langerhans. 3,7,8
Berbagai faktor pencetus pada psoriasis diantaranya stres psikik, infeksi fokal,
trauma, endrokin, gangguan metabolik, obat-obatan, alkohol dan merokok. Stres psikik
merupakan faktor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai hubungan erat dengan salah satu
bentuk psoriasis gutata, sedangkan hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas.
Gangguan metabolisme, contohnya hipokalsemia dan dialisis telah dilaporkan sebagai faktor
pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan residif adalah beta-andrenergic blocking
agents, litium, antimalaria, dan penghentian mendadak kortikosteroid. 3

Manisfestasi klinis
Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali psoriasis yang menjadi eritroderma.
Sebagian besar penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada daerah sklap,
perbatrasaan daerah tersebut dengan muka, ektremitas bagian ekstensor terutama siku, lutut
dan daerah lumbosacral.3
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritem yang meninggi (plak) dengan skuama
diatasnya. Eritem sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema
8

yang itengah menghilang dan hanya terdapat dipinggir. Skuama berlapi-lapis, kasar dan
berwarna putih seperti mika serta transparan. Besarnya kelainan bervariasi mulai dari
lentikular, numular, atau plakat dan dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian
lentikular gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi akut
oleh Streptococcus.3

Gambar 4. Predileksi psoriasis (sumber: inichilyati.blogspot.com )

Pada psorias terdapat fenomana tetas lilin, auzpitz dan kobner. Kedua fenomena yang
dissbeut lebih dulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tidak khas, hanya kira-kira 47%
yang positif dan di dapati pada penyakit lain, misalnnya liken planus dan veruka plana
juvenilis.3
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yangb berwarna menjadi putih pada goresan lilin
yang digores, disebakan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat dengan pinggir
gelas alas. Pada fenomena auspitz tampa serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan
oleh papilomatosis. Cara mengerjakanya demikian : skuama yang berlapis itu dikerok,
misalnya dengan pinggir gelas alas, setelah skuamanya habis maka pengerokan harus secara
perlahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan
oerdarahan yang merata. Trauma pada penderita psoriasis misalnya garukan, dapat
menyebabkan kelanan yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut fenomena kober
yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.3
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak kira-kira 50%, yang
agak khas ialah pitting nail atau nanil pit berupa lekukan-lekukan miliar. Kelainan yang tidak
khas ialah, kuku keruh, tebal, bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk
dibawahnya (hiperkeratosis sublungual) dan onikolisis.3
9

Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula
menyebabkan kelainan sendi (artritis psoriatik), terdapat pada 10-15% pasien psoriasi,
umumnya pada sendi distal interfalang. Umumnya bersifat poliartiku;ar, tempat predileksinya
pada sendi interfalangs distal, terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian
terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa jarang ditemukan dan
tidak penting untuk diagnosis.3

Bentuk klinis
1. Psoriasis vulgaris

Bentuk ini ialah lazim yang tertdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan
pula tipe plak karena lesi-lesinya berbentuk plak. Bentuk ini dicirikan oleh lesi
kemerahan, meradang dan meninggi yang ditutupi oleh skuama putih mengkilat
seperti mika, berlapis, biasanya skuama mudah lepas dalam bentuk lembaran, tetapi
dapat melekat erat dan terlepas setelah digaruk seperti ketombe. Lesi-lesinya
umumnya berbentuk plak. Predileksi di siku, lutut, kulit kepala dan punggung bawah.
Variasi ukuran psoriasis plak lebih dari 15 cm biasanya dijumpai di daerah
lumbosakral dan tungkai disebut psoriasis gajah (elephantine) dan dapat bersifat
menahun. 3,7

Gambar 5. Psoriasi vulgaris (sumber: www.patient.co.uk)

2. Psoriasis gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1cm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumnya setelah infeksi streptococcus di saluarn napas bagian atas
sehabis influenza atau mmorbili terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga
dapat timbul setelah infeksi lain, baik bakterial maupun viral.3

10

Gambar 6. Psoriasis gutata (sumber: diseasespictures.com )

3. Psoriasis inversa
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai
dengan namanya. 3

Gambar 7. Psoriasis inversa (sumber: dermatlas.med.jhmi.edu)

4. Psoriasis eksudativa
Bentuk tersebut sangat jarang, biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada
bentuk ini kelainnya berbentuk eksudatif seperti dermatitis akut.3
5. Psoriasis seborik (seboriaisis)
Gambaran klinis psoriasis seborik merupakann gabungan antara psoriasis dan
dermatitis seborik, skuama yang bisanya kering menjadi agak lunak. Selain berlokasi
yang lazim, juga terdapat pada tempat seborik. 3

Gambar 8. Psoriasis seborik (sumber: www.dermnet.com )

11

6. Psoriasis pustulosa

Terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa, lokalisata dan genealisata. Bentuk


lokalisata contohnya psoriasis pustulosa palmo-plantar (barber). Sedangkan bentuyk

generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (Von Zumbusch). 3


Psoriasis pustulosa palmoplantar (Barbe)
Bersifat kronik dan residif dan biasanya menyerang wanita berusia
pertengahan dengan riwayat perokok, atau disfungsi tiroid. Penyakit ini ditandai
dengan pustul dalam (deep-seated pustules) diatas kulit eritematosa, mengenai daerah
tenar, arkus, sampai bagian tengah, biasanya bilateral dan simetris telapak kiri dan
kanan, disertai rasa gatal. 3

Gambar 9. Psoriasi palantar (sumber: www.psorinfo.es )

Psoriasis generalisata von Zumbusch


Merupakan bentuk akut yang berat dan spesifik setelah penghentian mendadak
kortikosteroid oral atau topikal, tetapi mungkin juga akibat infeksi, terbakar matahari,
variasi perubahan iklim, menstruasi, obat-obatan topikal iritan, obat sistemik seperti
NSAID, yodium, litium. Biasanya diawali dengan demam tinggi dan letih yang
berlebihan, kemudian timbul pustul yang mengitari atau di daerah lesi plak lama yang
meradang. Pustul tersebar di daerah lipatan, tapi kemudian bergabung membentuk
lake of pustules, yang menyerang daerah yang luas di badan bila mengering dan
krusta lepas, meninggalkan lapisan merah terang. Pengelupasan berjalan terus,
sementara kelompok pustul terbentuk. Mukosa oral dan lidah dapat terkena berupa
erosi dan pustul atau geographic tongue. 3

Gambar 10. Psoriasis generalisata (sumber: www.dmz-klinik.de)

12

Impetigo herpetiformis merupakan bentuk psoriasis pustulosa generalisata


yang muncul pada trimester ketiga kehamilan, biasanya terdapat gejala konstitusi
yang sangat berat, selain demam mungkin terjadi diare, muntah, hipokalsemia yang
mengakibatkan kejang dan tetani. Kelainan berlangsung sampai kelahiran, bahkan
dapat berlangsung terus sampai kehamilan berikut. Hal ini berakibat lahir mati,
kematian neonatal dan abnormalitas fetus. 3
7. Eritroderma psoriatika
Eritroderma psoriatika dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu
kuata atau oleh peneyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas psoriasis
tidak tampak l;agi karena terdapat eritama dan skuama yang tebal universal.
Adakalnya lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan
kulitnya lebih menigggi. 3

Gambar 11. Eritroderma psoriatika (sumber : www.ttb.org.tr )

Penatalaksanaan
a. Medicamentosa
Terapi topikal
1. Preparat ter
Obat topikal yang biasa digunakan ialah preparat ter, efeknya ialah anti radang.

Menurut asalnya preparat ter dibagi 3 yakni yang berasal dari : 3


o Fosil, misalnya iktiol
o Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski
o Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis,
yang cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu, oleh karena itu hanya
kedua ter tersebut yang akan dibicarakan. Ter dari batubara lebih efektif daripada ter
13

yang berasal dari kayu, sebaliknnya kemungkinan memberikan iritasi juga lebih
besar. 3
Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari
batubara, karena ter tersebut lebih efektif daripada ter yang berasal dari kayu. Dan
pada psoriasis yang menahun kemungkinan terjadinya iritasi kecil. Sebaliknya pada
psoriasis akut dipilih ter dari kayu, karena jika dipakai ter dari batubara dikuatirkan
akan terjadi iritasi dan menjadi eritroderma. Konsentrasi yang biasa digunakan 2-5%,
dimulai dengan konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan.
Supaya lebih efektif, maka daya penetrasi harus dipertinggi dengan cara
menambahkan asam salisilat 3-5%. Sebagai vehikulum harus digunakan salep, karena
mempunyai daya penetrasi yang baik. 3
2. Kortikosteroid topikal
Memberikan hasil yang baik. Potensi dan vehikulum bergantung pada
lokasinya. Pada scalp, muka, dan daerah lipatan digunakan krim. Di tempat lain
digunakan salep. Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih potensi
sedang. Bila digunakan potensi kuat pada muka dapat memberikan efek samping
diantaranya teleangiektasis, sedangkan di lipatan berupa striae atrofikans. Pada batang
tubuh dan ekstremitas digunakan salep dengan potensi kuat atau sangat kuat
bergantung pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan, potensi dan frekuensinya
dikurangi. 3
3. Ditranol (antralin)
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya adalah mewarnaik kulit dan
pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8% dalam pasta, salep, atau
krim. Lama pemakaian hanya seperempat sampai setengah jam sehari sekali untuk
mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu. 3
4. Calcipotriol
Calcipotriol (MC 903) ialah sintetik vitamin D, preparatnya berupa salep atau
krim 50 mg/g, efeknya antiproliferasi. Perbaikan setelah 1 minggu. Efektivitas salep
ini sedikit lebih baik daripada salep betametason 17/ valerat. Efek sampingnya pada
4-20% penderita berupa iritasi yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula terlihat
eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan menghilang setelah beberapa hari sesudah
obat dihentikan. 3
5. Tazaroten
Obat ini merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat
proliferasi dan normalisasi petanda diferensiasi keratinosit dan penghambat petanda
14

proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tazaroten tersedia dalam
bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0,05% dan 0,01%. Bila dikombinasikan
kortikosteroid potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan
mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan
eritema pada 30% kasus, juga bersifat fotosensitif. 3
6. Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh (selain
lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan dasar
vaselin. Fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meningginya daya penetrasi
bahan aktif. Emolien yang lain ialah lanolin dan minyak mineral. Jadi emolien sendiri
tidak mempunyai efek anti psoriasis. 3
7. Pengobatan fototerapi
Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek mengambat mitosis,
sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah
penyinaran secara alamiah, tetapi saying tidak dapat diukur dan jika berlebihan malah
akan memperparah psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet artificial,
diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan sendiri
atau kombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA,
atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal dengan pengobatan cara
Goeckerman. 3
UVB juga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis vulgaris, gutata,
pustulosa, dan eritroderma. Pada psoriasis vulgaris dan gutata dikombinasi dengan
salep likuor karbonis deterjen 5-7% yang dioleskan sehari 2 kali. Sebelum disinar
dicuci dahulu. Dosis UVB pertama 12-13 mJ menurut tipe kulit, kemudian dinaikka
berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan sebagai 15% dari dosis sebelumnya, diberikan
seminggu 3 kali. 3
Terapi sistemik
1. Kortikosteroid
Dapat mengontrol psoriasis, dosisnya kira-kira ekuivalen dengan prednisone
30 mg/hari. Setelah membaik dosis diturunkan perlahan-lahan. Kemudian diberi dosis
pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan
dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata. 3
2. Obat sitostatik
Obat sitostatik yang biasanya digunakan ialah metotreksat. Indikasinya ialah
untuk psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis dengan lesi kulit, dan ertritroderma

15

karena psoriasis yang sukar terkontrol dengan obat standard.Cara penggunaannya


ialah mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg.os untuk mengetahui apakah ada
gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika tidak terjadi efek yang tidak dikehendaki
diberikan dosis 3x2,5 mg, dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total
7,5 mg. 3
Jika tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5-5 mg per minggu. Biasanya
dengan dosis 3x5 mg per minggu telah tampak perbaikan. Cara lain ialah diberikan
i.m 7,5-25 mg dosis tunggal setiap minggu. Setiap 2 minggu diperiksa Hb, jumlah
leukosit, hitung jenis, jumlah trombosit, dan urin lengkap. Setiap bulan diperiksa
fungsi ginjal dan hati. Bila jumlah leukosit kurang dari 3.500, hentikan obat ini. Jika
fungsi hepar normal, biopsi hepar dilakukan setiap dosis total mencapai 1,5 g. Kalau
fungsi hepar abnormal, biopsi tersebut dikerjakan setiap dosis total mencapai 1 g. 3
3. Levodopa
Menurut uji coba, obat ini berhasil menyembuhkan kira-kira sejumlah 40%
kasus psoriasis. Dosisnya antara 2x250 mg 3x500 mg, efek sampingnya berupa
mual, muntah, anoreksia, hipotensi, gangguan psikik, dan pada jantung. 3
4. DDS (Diaminodifenilsulfon)
Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa tipe Barber dengan dosis 2x100
mg sehari. Efek sampingnya ialah anemia hemolitik, methemoglobinemia, dan
agranulositosis. 3
5. Etretinat
Etretinat merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi psoriasis yang sukar
disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Cara kerjanya belum
diketahui pasti. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada
lesi psoriasis dan kulit normal. 3
Dosisnya bervariasi, pada bulan pertama diberikan 1mg/kgBB, jika belum
terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1,5mb/kgBB. Efek sampingnya kulit
menipis, selaput lendir pada mulut, mata dan hidung kering. Peninggian lipid darah,
gangguan fungsi hepar, hyperostosis dan teratogenik.Kehamilan hendaknya tidak
terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan. 3
6. Siklosporin
Efeknya

adalah imunosupresif.

Dosisnya

6mg/kgBB sehari. bersifat

nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah
obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan. 3
b. Non medicamentosa

16

Meskipun tindakan merawat tidak akan menyembuhkan psoriasis, tetapi dapat


membantu memperbaiki penampilan dan nuansa kulit rusak. Langkah-langkah ini
dapat

bermanfaat

untuk mencegah

terjadinya

psoriasis

atau

mencegah

memperburuk penyakit psoriasis pada penderita :


a. Mandi setiap hari
b. Gunakan pelembab
c. Paparkan seminim mungkin sinar matahari ke kulit
d. Gunakan obat krim atau salep
e. Hindari minum alcohol

Prognosis
Psoriasis merupakan keadaan penyakit seumur hidup namun dapat dikendalikan dengan
pengobatan. Psoriasis dapat hilang tetapi suatu saat akan kembali. Dapat terkontrol baik
dengan pengobatan, setidaknya dalam jangka pendek.9

Komplikasi
Komplikasi infeksis kulit yang parah dapat terjadi Artitis deformans yang mirip artitis
rheumatoid disebut artitis psoriatika timbul pada sekiat 30-40% pasien psoriasis. Bila berat
psoriasis dapat menjadi penyakit yang melemahkan. Berdampak pada penurunan harga diri
pasien menimbulkan stres psikoloiogis,ansietas deperesi dan marah.4
Kesimpulan
Dari skenario yang didapat masih belum dapat dipastikan, tetapi diduga yang paling
mendkati adalah psoriasis. Dengan adanya bercak merah bersisik disertai rasa galat pada
tempat predileksi psoriasis yang pada skenario dikeluhkan pada sikunya. Psoriais merupakan
penyakit autoimun yang bersifat kronik dan residif. Psoriaisis lebih dominan pada pria
dewasa dan berkulit putih bila dibandingkat dengan kulit berwarna prevalensinya lebih
rendah.

Penyabeb psoriasis masih belum diketahui secara pasti, namun dapat diakatan

dfaktor genetik berperan didalamnya. Manisfestasi klinik pada psoriasis adanya eritma
disertai skuama yang tebal dan berwarna putih dan terjadi pada predileksi diantaranya sklap,
siku, lutut, lumbosacral. Psoriasis tidak menyebabkan kematian, hanya saja dengan dapat
menghilang sejenak yang nantinya dapat timbul kembali tetapi dapat dikendalikan dengan
pengobatan.

Daftar Pustaka
1. At a Glance. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga; 2005.h. 58-9.
17

2. Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. Buku saku dasar patologi penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC; 2005.h.714-3.
3. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.
Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam. Jakarta: FKUI;2013.h.189-200.
4. Corwin EJ. Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009.h. 111-3.
5. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam. Jakarta: FKUI;2013.h.147-8.
6. Dharmojono. Teknik hebat penyembuhan dengan akupuntur dan moksibasi. Cetakan
1. Yogyakarta: Media pressindo; 2009.h. 191.
7. Sterry W, Paus R, Bugrdorf W. Dermatology. Germany: Theime; 2006.h. 262-79.
8. Lowes MA, Bowcock A, Krueger JG. Pathogenesis ans therapy of psoriasis. Nature.
2007; 445: 866-7.
9. Williams HC. Evidence based dermatology. Singapore: Utopia press pte ltd; 2008.h.
172.

18

Anda mungkin juga menyukai