Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya
mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan
penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang.
Berbeda dengan pergantian kulit pada manusia normal yang biasanya
berlangsung selama tiga sampai empat minggu, proses pergantian kulit
pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat yaitu sekitar 2–4 hari,
(bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang banyak dan
menebal.
Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka
kesakitan (insidens rate) yang berbeda. Segiumur, Psoriasis dapat
mengenai semua usia, termasuk pada anak-anak, namun biasanya lebih
kerap dijumpai pada dewasa.
Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen
penduduk. Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum
diketahui. Namun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama tahun
2000 sampai 2001, insiden psoriasis mencapai 2,3 persen. Penyakit ini
tidak mengenal usia, semua umur dapat terkena. Tapi puncak insidensinya
di usia dua puluhan dan lima puluhan.
Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini lebih dominan
menyerang salah satu jenis kelamin. Pria maupun wanita memiliki peluang
yang sama untuk terserang penyakit ini.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian psoriasis?
2. Apa etiologi psoriasis?
3. Apa saja klasifikasi dari psoriasis?

1
4. Apa saja tanda dan gejala dari psoriasis?
5. Bagaimana patofisiologi dari psoriasis?
6. Apa saja komplikasi dari psoriasis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pasien psoriasis?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk pasien psoriasis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan pada pasien
psoriasis?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian psoriasis
2. Untuk mengetahui etiologi psoriasis
3. Untuk mengetahui klasifikasi psoriasis
4. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala dari psoriasis
5. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari psoriasis
6. Untuk mengetahui komplikasi dari psoriasis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk pasien psoriasis
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan untuk pasien psoriasis
9. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang harus
diberikan pada pasien psoriasis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Beberapa pengertian menurut para ahli :
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque,
bercak, bersisik yang dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas
(Price, 1994).
Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada
kulit dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan kurang
lebih 6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel normal (Smeltzer, 2002).
Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat.
Penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak
menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja
sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat
dengan baik (Effendy, 2005).
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas
berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas ditutupi oleh skuama tebal
berlapis-lapis berwarna putih mengkilat (Siregar, 2005).
Psoriasis adalah suatu penyakit radang kulit yang kronis. Penyakit ini
ditandai dengan bercak-bercak merah dengan sisik kasar dan tebal,
merupakan masalah kulit di mana bagian kulit menjadi radang dan ditutupi
sisik berwarna perak atau kelabu pada siku, lutut dan kulit kepala.
Penyakit tersebut dianggap sebagai suatu penyakit gangguan kekebalan
tubuh, yang dipengaruhi terutama oleh sel T (salah satu jenis sel darah
putih). Sel T yang teraktivasi akan berinteraksi dengan sel kulit (terutama
keratinosit) dan mengakibatkan pembentukan kulit yang tebal dan bersisik.
Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit kronis yang tidak menular, sering
kambuh, yang disebabkan oleh proses autoimun dan kadang-kadang dapat
diturunkan.

3
B. Etiologi
Psoriasis dikatakan sebagai penyakit multifaktorial dan multi
sistem, karena melibatkan banyak sistem dan organ, semua faktor tersebut
saling terkait. Pada kulit normal, sel basal di stratum basalis
membelah diri, bergerak keatas secara teratur sampai menjadi stratum
korneum sekitar 28 hari, kemudian lapisan keratin dipermukaan kulit
dilepaskan serta digantikan yang baru. Namun pada psoriasis, proses
tersebut hanya berlangsung beberapa hari sehingga terbentuk skuama
tebal, berlapis-lapis serta berwarna keperakan.
Penyebab yang pasti psoriasis belum diketahui dengan pasti,
namun, banyak faktor predisposisi yang memegang peran penting
seperti predisposisi genetik dan kelainan imunologis. Walaupun
etiopatogenesis psoriasis tidak diketahui dengan pasti, namun banyak
faktor yang diduga sebagai pemicu timbulnya psoriasis seperti: infeksi
bakterial, trauma fisik, stress psikologis dan gangguan metabolisme.
Bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa psoriasis merupakan tanda
adanya sindroma metabolik banyak penelitian yang menyatakan adanya

4
hubungan antara psoriasis dengan sindroma metabolik (Mallbris et al
2006; Nestle et al 2009; Sanchez 2010).
Pada sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan, namun
pada beberapa penderita juga dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
1. Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena
trauma, garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya.
Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner.
Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma.
2. Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering
menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi
kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah
infeksinya sembuh.
3. Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas,
sedangkan pada musim penghujan akan kambuh.
4. Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita
psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat
dapat merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia
mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita.
5. Obat-obatan
a. Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat
memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
b. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis
tinggi dapat menimbulkan efek “withdrawal”.
c. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan
progesteron dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
6. Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang
diperkirakan dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :

5
a. Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada
saat gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu
sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan
kemudian digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit
bertambah tebal.
b. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
c. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
d. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan
kulit menjadi merah, misalnya mengandung alcohol.

C. Klasifikasi
1. Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara
lain:
a. Psoriasis puncata : Lesi sebesar jarum pentul atau milier
b. Psoriasis folikularis : Lesi dengan skuama tipis terletak pada
muara folikel rambut.
c. Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air
d. Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam
e. Psoriasis girata : Lesi sebesar daun
f. Psoriasis anularis : Lesi melingka berbentuk seperti cincin
karena adanya involusi dibagian tengahnya
g. Psoriasis diskoidea : Lesi merupakan bercak solid yang menetap
h. Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan
tertutup lembaran-lembaran skuama mirip kulit tiram
i. Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika

2. Tipe-tipe psoriasis terbagi atas:


a. Psoriasis vulgaris: Merupakan bentuk yang paling umum dari
psoriasis dan sering ditemukan (80%). Psoriasis ini tampak berupa
plak yang berbentuk sirkumskrip. Jumlah lesi pada psoriasis
vulgaris dapat bervariasi dari satu hingga beberapa dengan ukuran

6
mulai 0,5 cm hingga 30 cm atau lebih. Lokasi psoriasis
vulgaris yang paling sering dijumpai adalah ekstensor siku,
lutut, sakrum dan scalp. Selain lokasi tersebut diatas, psoriasis
ini dapat juga timbul di lokasi lain.
b. Psoriasis gutatta: diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm.
Tampak sebagai papul eritematosa multipel yang sering
ditemukan terutama pada badan dan kemudian meluas hingga
ekstremitas, wajah dan scalp. Lesi psoriasis ini menetap selama
2-3 bulan dan akhirnya akan mengalami resolusi spontan.
Timbulnya mendadak dan mengenai seluruh badan, umumnya
setelah infeksi di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau
morbili (campak), terutama pada anak dan dewasa muda.
c. Psoriasis putulosa: gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai
gejala umum berupa demam, mudah capek, mual, dan nafsu makan
menurun. Kelainan kulit psoriasis yang telah ada makin merah.
Setelah beberapa jam timbul agak bengkak dan bintil-bintil
bernanah pada bercak merah tersebut. Kelainan-kelainan semacam
itu akan terus muncul dan dapat menjadi eritroderma.
d. Psoriasis eritrodermis: dapat disebabkan oleh pengobatan topikal
yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas.
Biasanya kelainan kulit yang khas untuk psoriasis tidak tampak
lagi karena terdapat kemerahan dan bersisik tebal yang
menyeluruh. Ada kalanya kelainan kulit psoriasis masih tampak
samar-samar, yakni lebih merah dan kulitnya lebih meninggi.
e. Psoriasis kuku: menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku
tampak lekukan-lekukan kecil. Jenis ini termasuk yang bandel,
sehingga penderita sulit sembuh.

7
Gambar 2.1 Gambaran klinis Psoriasis : (a) Tipe Plak, (b) Tipe
Gutatta dan (c) Tipe Eritrodermi

3. Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk psoriasis atipik


seperti:
a. Psoriasis digitalis atau interdigitalis.
b. Lesi verukosa terutama di tungkai bawah.
c. Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki.
d. Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah
fleksor atau lipatan-lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila,
lipatan di bawah payudara dan lainnya.
e. Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah seboreik seperti
kulit kepala, alis mata, belakang telinga dan sebagainya

D. Manifestasi Klinis
Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat
predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan
muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah
lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang
meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan
merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika,

8
serta transparan. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz
dan Kobner.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi
putih pada goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum
atau darah berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma
pada kulit, misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama
dengan kelainan psoriasis dan disebut kobner.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang
disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.
Terkadang psoriasis pada anak-anak salah didiagnosa karena bingung
dengan kondisi penyakit kulit lainnya. Gejala termasuk pitting dan
perubahan warna pada kuku, ketombe dalam skala berat, menyerupai
dermatitis popok atau plak mirip dengan psoriasis dewasa pada batang dan
ekstremitas. Psoriasis pada bayi jarang tetapi hal itu bisa terjadi. Hanya
observasi ketat yang dapat menentukan apakah bayi memiliki kondisi
psoriasis.
Gejala dari psoriasis antara lain:
a. Mengeluh gatal ringan
b. Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
c. Terdapat fenomena tetesan lilin
d. Menyebabkan kelainan kuku

E. Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan
pembentukannya dimana pada kulit normal memerlukan waktu 26-28
hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari sehingga gambaran klinik tampak
adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu pematangan sel-
sel epidermis tidak sempurna.

9
2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang
kronik dimana terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan serta
predileksi lesinya pada tempat-tempat tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a. Peningkatan replikasi DNA.
b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d. Berubahnya metabolisme karbohidrat.

Psoriasis merupakan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap


usia. Perjalanan alamiah penyakit ini sangat berfluktuasi. Pada psoriasis
ditunjukan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan
pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel
basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah dengan
cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang
menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini
menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik
yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel
epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik
yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin
monofosfat (GMP) siklik. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada
penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi plak
psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.

Pada kondisi normal sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan
kemudian terlepas dari permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit
akan matur dan menuju permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan
menonjol dan menimbulkan bentukan peninggian kumpulan plak berwarna
kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal dari peningkatan suplai
darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang bersangkutan. Bentukan berwarna
putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih) merupakan campuran sel kulit
yang mati. Bila dilakukan kerokan pada permukaan psoriasis, maka akan

10
timbul gejala koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis,
misalnya plaque, guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic psoriasis.
Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku bagian luar, lutut,
maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula
berkembang di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia,
wajah, dll.

Pathways
Genetik, kelainan imunologis, infeksi
Idiopatik bakterial, trauma fisik, iklim, obat-obatan,
stress psikologis dan gangguan metabolisme

Psoriasis

Epidermis dan stratum Pembuluh-pembuluh darah dermis


korneum melebar bagian atas melebar

Peningkatan
Jumlah sel-sel basal yang aliran darah
bermitosis meningkat
Eritema
Sel bergerak dengan cepat ke
bagian permukaan epidermis
Peradangan Kulit (Lesi)

Proliferasi dan migrasi sel-sel


epidermis cepat
Risiko Nyeri Gangguan
Infeksi Citra
Sel-sel yang terbentuk Tubuh
kurang matang

Gangguan Epidermis menebal dan diliputi


rasa nyaman keratin yang tebal

Kerusakan
Gatal Kulit bersisik yang berwarna
Integritas
seperti perak/putih
Kulit 11
F. Komplikasi
Menurut Corwin (2009) komplikasi dari psoriasis diantaranya adalah:
a. Infeksi kulit yang parah dapat terjadi
b. Artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid, disebut
psoriatika, timbul pada sekitar 30-40% pasien psoriasis. Bila psioriasis
dapat menjadi penyakit yang melemahkan.
c. Berdampak pada penurunan harga diri pasien yang menimbulkan
psikologis, ansietas, depresi dan marah.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong
diagnosis psoriasis tidak banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari
penyakit yang menyertai psoriasis perlu dilakukan, seperti pemeriksaan
darah rutin, mencaripenyakit infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol
untuk penyakit diabetes mellitus.
Pemeriksaan Histopatologi. Kelainan histopatologi yang dapat
dijumpai pada lesi psoriasis ialah hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis
dan hilangnya stratum granulosum. Papilomatosis ini dapat memberi
beberapa variasi bentuk seperti gambaran pemukul bola kasti atau
pemukul bola golf. Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi,
sehingga pematangan keratinisasi terlalu cepat dan stratum korneum
tampak menebal. Di dalam sel-sel tanduk ini masih dapat ditemukan inti-
inti sel yang disebut parakeratosis. Di dalam stratum korneum dapat
ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan sel radang
polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses Munro. Pada puncak
papil dermis didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh
sebukan sel-sel radang limfosit dan monosit.

12
H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian
epidermis, meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan
penyakit tersebut. Pendekatan terapeutik harus berupa pendekatan yang
dapat dipahami oleh pasien, pendekatan ini harus bisa diterima secara
kosmetik dan tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis
akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin
pula keluarganya.
Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik.
1. Terapi topical
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk
melambatkan aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa
mempengaruhi jaringan lainnya. Obat-obatannya mencakup preparat
ter, anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid. Terapi dengan preparat
ini cenderung mensupresi epidermopoisis (pembentukan sel-sel
epidermis).
2. Formulasi ter
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter
dapat menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan
jaringan psoriatik yang cepat. Terapi ter dapat dikombinasikan dengan
sinar ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga

13
menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320
nanometer (nm). Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk
menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya.
Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan
losion steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala. Pasien juga
diajarkan untuk menghilangkan sisik yang berlebihan dengan
menggosoknya memakai sikat lunak pada waktu mandi.
3. Anthralin
Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna
untuk mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap
preparat kortikosteroid atau preparat ter lainnya.
4. Kortikosteroid
Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi.
Setelah obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan
kasa lembaran plastik oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan
melunakkan plak yang bersisik.
5. Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort,
Kenalog-10, Trymex) dapat dilakukan langsung ke dalam bercak-
bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang terisolasi dan resisten
terhadap bentuk terapi lainnya. Kita harus hati-hati agar kulit yang
normal tidak disuntuik dengan obat ini.
6. Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA
dalam sel epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis
yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik,
khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang
irreversible. Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium
harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik,
hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara adekuat.

14
a. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi
sintesis DNA. Monitoring pasien dilakukan untuk memantau
tanda-tanda dan gejala depresi sumsum tulang.
b. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah
rejeksi organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa
keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus psoriasis yang berat
dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya
amat terbatas mengingat efek samping hipertensi dan
nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994).
c. Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam
vitamin A) akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi
jaringan epiterial, dan dengan demikian pemakaian preparat ini
memberikan harapan yang besar dalam pengobatan pasien
psoriasis yang berat.
d. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi
keadaan umum pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A
(PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat fotosensitisasi
(biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian
diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah
kadar obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun
mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun
diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu
terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen akan berkaitan dengan
DNA dan menurunkan proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa
bahaya; terapi ini disertai dengan resiko jangka panjang terjadinya
kanker kulit, katarak dan penuaan prematur kulit.
e. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan
setelah 2 jam kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet
gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar ultraviolet
merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang

15
mengandung panjang gelombang yang berkisar dari 180 hingga
400 nm).
f. Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi
plak yang menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi
topikal ter batubara (terapi goeckerman). Efek sampingnya serupa
dengan efek samping pada terapi PUVA.
g. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia
adalah derivat dari Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau
dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada
penderita yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang
terdahulu.

Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk


mengobati psoriasis adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan
fototerapi penyakit psoriasis dapat lebih cepat mengalami “clearing” atau
“almost clearing” (keadaan dimana kelainan / gejala psoriasis hilang atau
hampir hilang). Keadaan ini disebut “remisi”. Masa remisi fototerapi
tersebut bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan
lainnya.
1) Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi
radiasi ultraviolet dan oral psoralen (PUVA), namun kelemahannya
adalah untuk jangka panjang dapat menimbulkan kanker kulit.
2) Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB
broadband dengan panjang gelombang 290-320 nm. Terapi kurang
praktis karana pasien harus masuk ke dalam light box.
3) Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer Light 308 nm
(MEL 308 nm) merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling
mutakhir dengan menggunakan sinar laser narrowband UVB dengan
panjang gelombang 308 nm. Dibandingkan dengan narrowband UVB,
MEL 308 nm lebih cepat dan lebih efektif dalam mengobati psoriasis
yang resisten.

16
Psoriasis adalah suatu kondisi yang terlihat dan tidak nyaman, dan
dapat berdampak pada kepercayaan diri seorang anak. Berikut adalah
beberapa tips untuk hari-hari menghadapi psoriasis:
a. Anak-anak harus memimpin kehidupan normal, mungkin psoriasis
hanya satu bagian dari siapa mereka, dan seharusnya tidak mencegah
mereka dari bermain dengan teman-teman, mengambil bagian dalam
olahraga seperti berenang dan aktivitas sehari-hari lainnya.
b. Orang tua dan anak-anak mungkin memiliki pandangan yang berbeda
tentang perawatan. Penting untuk membicarakan hal ini melalui dan
menghormati pandangan mereka. Jika mereka tidak menyukai
pengobatan, mendorong mereka dengan menjelaskan mengapa-ada
banyak perawatan di luar sana, dan dimungkinkan untuk mengubah
rezim pengobatan mereka. Perawatan yang paling efektif biasanya
adalah salah satu yang digunakan sebagai arahan.
c. Menginformasikan guru anak psoriasis dalam kasus mereka
membutuhkan waktu istirahat sekolah untuk menghadiri pertemuan,
atau untuk membantu dalam menjelaskan kondisi untuk teman sekelas
mereka. Misalnya, bahwa psoriasis tidak menular.
d. Membentuk rutinitas pengobatan, tetapi tidak bersifat mengekang dan
harus cukup fleksibel untuk memungkinkan kehidupan normal bagi
oangtua dan anak.
e. Memiliki panci kecil pelembab yang akan muat dalam tas tangan atau
tas sekolah untuk digunakan ketika jauh dari rumah, dapat membantu
menenangkan kulit gatal atau sakit yang mungkin mengganggu di
siang hari.
I. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Psioriasis
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan penanggung
jawab. Isi identitasnya yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku
bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, dan tanggal pengkajian.

17
b. Keluhan utama
Klien atau orangtua klien biasanya mengeluh adanya gatal
ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada kulit kepala,
perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian
ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Penderita dan orangtua biasanya mengeluh adanya gatal
ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada kulit kepala,
perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian
ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi
(plak) dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan
merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti
mika serta transparan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ada atau tidak anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit psoriasis
e. Pengkajian 11 Pola Gordon:
1) Pola Persepsi Kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misal:
vitamin, jamu.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e) Hygiene personal yang kurang.
f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan,
berapa kali sehari makan.
b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak,
pedas.

18
c) Jenis makanan yang disukai.
d) Napsu makan menurun.
e) Muntah-muntah.
f) Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah,
benjolan.
h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal,
rasa terbakar atau perih.
3) Pola Eliminasi
a) Sering berkeringat.
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
5) Pola Tidur dan Istirahat: Kesulitan tidur pada malam hari
karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif: Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.
8) Pola Hubungan dengan Sesama
a) Frekuensi interaksi berkurang
b) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a) Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c) Disorientasi, gelisah
11) Pola Sistem Kepercayaan

19
a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b) Agama yang dianut
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait
penyakit ditandai dengan adanya gatal, rasa terbakar pada kulit,
ansietas, klien tampak gelisah, dan gangguan pola tidur.
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi zat kimia,
faktor mekanik, faktor nutrisiditandai dengan kerusakan jaringan
kulit (kulit bersisik, turgor kulit buruk, pecah-pecah, bercak-
bercak, gatal).
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, penyakit, dan
perseptual ditandai dengan tidak percaya diri, minder, perasaan
terisolasi, interaksi berkurang.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
ditandai dengan klien gelisah, ketakutan, gangguan tidur, sering
berkeringat.
3. Intervensi dan Implementasi

DX NOC NIC
KEPERAWATAN
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management
keperawatan selama …x24 jam a. Melakukan
diharapkan nyeri akut teratasi. pengkajian nyeri
Criteria Hasil : pain level secara
Indicator IR ER komprehensif
a. Mampu b. Mengobservasi
mengontrol nonverval dari
nyeri ketidaknyamanan
b. Melaporkan c. Mengajarkan
bahwa nyeri teknik non
berkurang farmakologi

20
dengan d. Memberikan
menggunakan analgetik untuk
management mengurangi nyeri
nyeri e. Menganjurkan
c. Menyatakan untuk
nyaman setelah meningkatkan
nyeri berkurang istirahat
Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Infection Control
kerusakan keperawatan selama …x24 jam a. Mencuci tangan
integritas kulit diharapkan nyeri akut teratasi. sebelum dan setelah
Criteria Hasil : immune status melakukan
Indicator IR ER tindakan
a. Klien bebas dari b. Menggunakan
tanda dan gejala sabun antibiotika
infeksi untuk cuci tangan
b. Menunjukkan c. Memotivasi pasien
kemampuan untuk untuk
mencegah meningkatkan
timbulnya infeksi intake nutrisi
c. Menunjukkan d. Memotivasi pasien
perilaku hidup untuk menjaga
sehat kebersihan luka
jahitan
e. Mengkolaborasikan
pemberian
antibiotic
Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Anxiety reduction
nyaman b.d gejala keperawatan selama …x24 jam a. Gunakan
terkait penyakit diharapkan nyeri akut teratasi. pendekatan yang
Criteria Hasil : sleep deprivation menenangkan
b. Nyatakan dengan

21
Indicator IR ER jelas harapan
a. Status terhadap pasien
lingkungan c. Jelaskan semua
yang aman prosedur dan apa
b. Kualitas tidur yang dirasakan
dan istirahat selama prosedur
adekuat d. Temani pasien
c. Respon untuk memberikan
terhadap rasa nyaman
pengobatan
d. Status
kenyamanan
meningkat

Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Tissue integrity :


integritas kulit b.d keperawatan selama …x24 jam skin and Mucous
diharapkan nyeri akut teratasi. a. Anjurkan pasien
Criteria Hasil : Tissue integrity : untuk
skin and Mucous membrans menggunakan
Indicator IR ER pakaian yang
a. Integritas kulit yang longgar
baik bisa b. Jaga kebersihan
dipertahankan kulit agar tetap
b. Tidak ada luka atau bersih dan kering
lesi pada kulit c. Monitor kulit akan
c. Perfusi jaringan adanya kemerahan
yang baik d. Oleskan lotion atau
d. Mampu minyak pada
mempertahankan daerah yang
terkena

22
kelembaban kulit e. Monitor status
dan perawatan pasien
alami f. Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat

23
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat.
Penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak
menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja
sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat
dengan baik. (Effendy, 2005)
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui. Diduga penyakit
ini diwariskan secara poligenik. Penderita biasanya mengeluh adanya gatal
ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan
daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku
serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-
bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema
berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna
putih seperti mika, serta transparan.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi
putih pada goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum
atau darah berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma
pada kulit, misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama
dengan kelainan psoriasis dan disebut kobner.
B. Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca
disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga
apabila terdapat tanda dan gejala penyakit psoriasis dalam masyarakat
maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut
tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk. Makalah ini juga dapat dijadikan
referensi awal untuk bahan belajar dan tugas.

24
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Price, S, Loraine, M. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis proses-proses


penyakit. Volume 1 Edisi 6. Jakarta: EGC

Siregar., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta ; EGC.


Smeltzer, Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Volume 3. Jakarta: EGC

25

Anda mungkin juga menyukai