Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuuan
Psoriasis adalah oenyakit keradangan pada kulit yang bersifat
kronik dan berulang dengan penyebab yang tidak diketahui dengan
pasti, ditandai dengan bercak (plakat) eritematous berbatas tegas,
kering, diatasnya skuama kasar berlapis-lapis berwarna putih keabu-
abuan atau keperakan disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz dan
Koebner.1
Psoriasis berasal dari kata psora yang merupakan Bahasa yunani
yang berarti sisik. Psoriasis merupakan penyakit yang sering dijumpai
karena tersebar luas dan mengenai sekitar 1-3% populasi dunia. Pada
daerah tropis dan suku Afro-Amerika ternyata psoriasis lebih jarang
ditemukan. Psoriasis lebih banyak ditemukan pada usia dekade ketiga
dengan rata-rata pada pria ditemukan pada usia 29 tahun sedangkan
pada wanita rata-rata ditemukan pada usia sekitar 27 tahun meskipun
sebenarnya psoriasis dapat mengenai usia berapapun.1
1.2 Definisi
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat
kronik dan residif, ditandai dengan bercak-bercak eritema berbatas
tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan,
disertai, fenomena bercak lilin, Auspitz dan Kobner. Onset psoriasis dan
derajat keparahannya sangat dipengaruhi ole umur dan genetic, dan
mungkin dipicu oleh faktor internal dan faktor eksternal, seperti trauma
fisik kulit, obat sistemik, dan stress emosional.1,2
1.3 Epidemiologi
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini
tidak menyebabkan kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik,
terlebih-lebih mengingat bahwa perjalanannya menahun dan residif.3
Prevelansi psoriasis bervariasi antara 0,1-11,8 % di berbagai
populasi dunia. Insidens di Asia cenderungd rendah (0,4%). Tidak ada
perbedaan insidens pada pria ataupun wanita. Beberapa variasi

1
klinisnya antara lain psoriasis vulgaris (85-90%) dan artritis psoriatika
(10%). Seperti lazimnya penyakit kronis, mortalitas psoriasis rendah
namun morbiditas tinggi, dengan dampak luas pada kualitas hidup
pasien ataupun kondisi sosioekonominya.7
1.4 Etiopatogenesis
Psoriasis merupakan penyakit kulit kronis inflamatorik dengan
factor genetic hyang kuat, dengan ciri gangguan perkembangan dan
diferensiasis epidermis, abnormalitas pembuluh darah, factor imunologis
dan faktor pencetus lainnya. Penyebab dasarnya belum diketahui pasti.
Dahulu diduga berkaitan dengan gangguan primer kerainosit, namun
berbagai penelitian telah mengetahui adanya peran imunologis. 7
a. Faktor Genetik
Ada kecenderungan timbulnya psoriasis vulgaris dipengaruhi
oleh factor genetic. Bila kedua orang tua mengidap psoriasis, risiko
sesorang mendapat psoriasis adalah 41%, 14% bila hanya dialami
oleh salah satunya, 4% bila 1 orang saudara kandung terkena, dan
turun menjadi 2% bila tidak ada riwayat keluarga.2
Berdasarkan awal penyakit dikenal dua tipe : psoriasis tipe 1
dengan awal onset dini dan bersifat familial, psoriasis tipe II dengan
awal onset lambat dan bersifat non familial. Hal lain menyokong
adanya factor genetic ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan
HLA.1,3
b. Imunologi
Faktor imunologi melalui peranan imunokompeten, sitokin,
hormone dan antigen eksternal tertentu (antigen berasal dari
streptokokus yang berperan sebagai superantigen eksternal yang
menginduksi proliferasi keratosit pada psoriasis tipe I)
mempengaruhi imunopatogenesis psoriasis. Penelitian biokimia
menunjukkan adanya perubahan kadar sebagai senyawa seperti
hormone, factor pertumbuhan, mediator inflamasia, neurotransmitter
dan anti gen psoriatic.1,3

2
Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah
satu dari tiga jenis sel yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal),
atau keratinosit. Keratinosit psoriasis memerlukan stimulasi untuk
aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya penuh dengan limfosit
T pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan
sedikit limfositik epidermis sedangkan pada lesi baru umunya lebih
banyak didominasi oleh limfosit T CD 8. Pada lesi psoriasis terdapat
sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel Langerhans
bertindak sebagai antigen presenting cell (APC) yang akan
mengaktivasi limfosit T.3
Perubahan morfologi pada kulit psoriatik terutama disebabkan
oleh adanya hiperproliferasi dan gangguan differensiasi keratosit
serta inflamasi. Gangguan diferensiasi menyebabkan pada lesi
psoriasis stratum granulosum menipis atau menghilang. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya penurunan waktu siklus sel, dimana pada
psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya
3-4 hari, sedangkan pada kulit norma lamanya 27 hari. 1,3
c. Faktor pencetus lain
Faktor predisposisi lain trauma pada epidermis atau dermis,
seperti goresan atau jaringan parut operasi, menimbulkan psoriasis
pada kulit yang luka (fenomena koebner). Selain itu, infeksi juga
diketahui sebagai pemicu onset atau eksaserbasi psoriasis. Hmapir
45 % kasus melaporkan mengalami eksaserbasi dengan interval 2-3
minggu setelah menderita infeksi saluran nafas atas.1 Infeksi ini
dicurgiai berkaitan dengan infeksi Streptococcus beta hemolytic.
Dimana dalam sebuah penelitian infeksi Streptococcus beta
hemolytic dapat menyebabkan ekserbasi pada penderita psoriasis.4
Stress ternyata merupakan salah satu fakior predisposisi yang
memperberat psoriasis dan terjadi pada kurang lebih 30-40% kasus.
Tidak ada sifat atau gangguan kepribadian yang khusus pada
penderita psoriasis. Alkohol juga diduga sebagai faktor memperberat
psoriasis. Disamping itu psoriasis ternyata bisa dipicu oleh banyak

3
macam obat-obatan seperti betablocker, litium, anti-malaria dan obaI
anti-inflamasi non-steroid.1,3
1.5 Gejala Klinis
Sebagian penderita mengeluh gatal ringan dan panas. Tempat
predileksinya pada scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka,
ekstremitas bagian ekstensor, terutama siku lutut dan daerah
lumbasakral.3
Kelainan kulit dapat ditemukan dalam berbagai bentuk morfologi
dan diberi nama khusus, lesi psoriasis memiliki empat gambaran yang
menonjol yaitu :
a. Makula atau papula eritematosa yang terbatas tegas dengan ukuran
bervariasi deri lentikuler, numuler, atau plakat.
b. Skuama berlapis-lapis di permukaan dan transparan keperakan
(silverly), yang lekat pada bagian tengah dan lepas pada tepi lesi.
c. Fenomena tetesan lilin (Karsvleek phenomen) yaitu skuama yang
berubah warnanya menjadi putih seperti lilin apabila digores oleh
karena terjadi perubahan indeks bias.
d. Tanda Auspitz adalah bintik perdarahan yang timbul karena lapisan
epidemis yang begitu tipis sehingga ujung papila dermis yang
memanjang dan menonjol langsung terlihat apabila skuama psoriasis
dikelupas secara paksa. Fenomena ini hanya terdapat pada
psoriasis.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku sekitar
50%. Adapun tiga perubahan morfologik utarna pada struktur kuku
adalah :
a. Lekukan tampak pada lempeng kuku ini timbul akibat defek
keratinisasi sisi dorsal dari lipatan kuku proksimal.
b. Makula berwarna kekuningan di bawah lempeng kuku yang sering
kali meluas ke distal sampai hiponikium. Hal ini teljadi karena proses
psoriasis pada bantalan kuku.

4
c. Onikodistrofi berat yang menghasilkan material keratin berwama
kekuningam Perubahan morfologik ini diyakini timbul sekunder
karena psoriasis pada matriks kuku.
Selain menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini
dapat pula menyebabkan kelainan pada sendi (arthritis psoriatic),
terdapat pada 10-15% pasien psoriasis. Umumnya pada sendi distal
interfalang dan bersifat poliartikular, terbanyak pada usia 30-50 tahun.
Sendi membesar kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks.3

Gambar 1.1 Predileksi Psoriasis2


Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th Edition

1.6 Bentuk Klinis


a. Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini ialah yang paling lazim ditemukan, kurang lebih
ditemukan pada 90% kasus. Pada psoriasis terdapat produksi
skuama yang banyak dengan sedikit perubahan bentuk atau
distribusi plak.3

5
Tempat predileksinya adalah siku, lutut, kulit kepala dan
terutama regioaurikuler, regio Iumbal dan umbilikus. Lesi tunggal
berukuran kecil bisa mcnyatu dengan yang lain dan membentuk plak
dengan tepi miring peta bumi (psoriasis geografik). Lesi dapat
meluas ke lateral dan menjadi mirip cincin karena menyatunya
sejumlah plak (Psoriasis Gyrate).1,2

Gambar 1.2 Psoriasis Vulgaris2


Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th Edition

b. Psoriasis Gutata
Psoriasis Gutata Psoriasis gutata ditandai dengan adanya
erupsi dari papul-papui kecil dengan diameter biasanya 0,5-1 cm
yang menutupi tubuh bagian atas ekstremitas proksimal. Lesi papula
ini biasanya berdiameter 0,5-1 cm dan berjumlah lebih dari satu pada
tubuh bagian atas dan ekstremitas proksimal. Timbulnya mendadak
dan diseminata, umumnya setelah infeksi streptococcus di saluran
nafas bagian atas post influenza, tertutama pada anak dan dewasa
muda.1

6
Gambar 1.3 Psoriasis Gutata2
Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th Edition

c. Psoriasis Inversa
Psoriasis ini mempunyai tempat predilepsi yang khas dan
seringkali hanya terbatas mengenai permukaan lipatan, lekukan dan
fleksor seperti telinga, aksila, selangkangan, lipatan di bawah
payudara, pusar, lekukan interglutea, glans penis, bibir, menyerang
seluruh bagian tubuh termasuk muka,tangan, kaki dan jari.
Gambaran yang menonjol adalah eritema dan skuama yang tidak
begitu banyak. Bisa timbul akibat respon terhadap terapi topical yang
tidak dapat ditoleransi oleh pernderita, sehingga terbentuk reaksi
koebner menyeluruh.1

7
Gambar 1.4 Psoriasis Inversa2

Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th Edition

d. Psoriasis Eksudativa
Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis
kering tetapi pada bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis
akut.3
e. Psoriasis Popok
Dermatitis yang disebabkan oleh defek iritatif urine pada area
popok yang basah, mungkin mirip seperti erupsi psoriasiform. Lazim
dijumpai infeksi Candida Albican sebagaimana diketahui dari
pemeriksaan biakan jamur. Psoriasis pada area popok bias dijumpai
pada bayi berusia 2-8 bulan.1

8
Gambar 1.5 Psoriasis Popok2

Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th Edition

f. Psoriasis Seboroik
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan
antara psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya
kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi
pada tempat yang lazirn juga terdapat pada seboroik. Tempat
predileksi sama dnegan psoriasis vulgaris namun dapat juga pada
daerah lipatan seperti antekubiti, aksila, di bawah payudara,
selangkangan dan area interglutea.2
g. Psoriasis Pustula
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama
dianggap sebagai penyakit tersebndiri dan yag lainnya sebagai
varioan psoriasis. Terdapat 2 psoriasis pustulosa yaitu lokalisata dan
gecnralisata. Bentuk lokalisata, contohnya pustulosa palmo-plantar
(Barber)dan bentuk generalisata contohnya psoriasis pustulosa
generalisata akut (Von Zamusch).2
a) Psoriasis Pustula Palmoplantar (Barber)
Penyakit ini bersifat kronik dan residif, mengenai telapak
tangan atau kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa

9
kelompok-kelompok pustul kecil steril, kuning dan dalam,
diatas kulit disertai rasa gatal.

Gambar 1.6 Psoriasis Pustula Palmoplantar2


Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th Edition

b) Psoriasis Pustulosa Generalisata Akut (Von Zumbusch)


Psoriasis Pustulosa Generalisata Akut (Von Zumbusch)
Gejala awalnya adalah kulit yang nyeri, hiperplasia disertai
gejala umum berupa demam, malaise, nausea dan anoreksia.
Plak psoriasis yan telah ada makin lama makin melebar dan
eritematosa. Setelah beberapa jam akan timbul plak-plak
eritematosa yang lain pada kulit normal dan timbul pustul
miliar beberapa jam setelahnya. Dalam sehari pustul tersebut
akan berkonfluensi sehingga memebentuk “lake of pus”
berukuran beberapa cm. Kelainan semacam itu akan
berlangsung terus menerus dan dapat menjadi eritroderma.
Dalam pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan
leukositosis dan kultur dari pus steril.2

10
Gambar 1.7 Psoriasis Pustulosa Generalisata Akut

Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th Edition

1.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan secara.5
a. Klinis :
Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda klinis
seperti yang telah disebutkan di atas.
Pemeriksaan Dx:
 Karsvlek phenomena (fenomena bercak lilin) yaitu bila
skuama psoriasis dikerok akan terlihat seperti kerokan lilin.
 Auspitz sign : bila cara mengerok tadi diteruskan akan terlihat
titik-titik perdarahan oleh karena terkena papilla dermis pada
ujung-ujung yang memanjang.
 Koebner phenomena : bila pada kulit yang masih normal
terkena trauma/garukan maka akan timbul lesi baru yang
bersifat sama dengan lesi yang telah ada. Sifat seperti ini juga
ditemukan pada likhen planus, lichen nitidus, veruca plana dan
eksematoid dermatitis.

11
b. Histopatologi
Pemeriksaan patologi anatomi menetukan secara spesifik dan
menentukan kepastian diagnosis psoriasis. Pada pemeriksaan
patologi anatomi ditemukan :
 Akantosis akan disertai pemanjangan rete ridge
 Pemanjangan dan pembesaran papila dermis
 Hiperkeratosis dan parakeratosis
 Penipisan sampai hilangnya stratum granulosum
 Peningkatan mitosis pada stratum basalis
 Edema dermis disertai infiltrasi limfosit dan monosit
 Mikro abses yang merupakan kumpulan kecil dari sel-sel
neutrofil pada stratum korneum (khas pada Psoriasis Vulgaris)
1.8 Diagnosis Banding
a. Dermatitis Seboroik
Biasanya menunjukkan kulit yang berminyak dan kekuning-
kuningan tanpa skuama yang berlapis-lapis dan predileksinya pada
daerah seboroik (kulit kepala, alis mata, sudut nasolabial, telinga,
regio sternum dan lipatan). Skuama tampak basah, merata,
kekuningan dan tidak ada tanda Auspitz.3
b. Ptyriasis Rosea
Skuama tipis bahkan hampir tidak kelihatan dan effloresensi berupa
eritema berbentuk oval sesuai dengan garis lipatan kulit (herald
patch). Timbul pada lengan, badan dan paha. 3
c. Lues Stadium II
Bercak berupa papula berwama tembaga, squama berwama
kecoklatan dan letaknya renggang, dan disertai demam pada
malam hari (doroles nocturnal), perbedaan pada sifilis terdapat
senggama tersangka (coitus supectus), pembesaran kelenjar getah
bening menyeluruh dan TSS positif.1
d. Liken Planus
Terutama mengenai permukaan fleksor lengan bawah dan
pergelangan tangan dan bagian depan tungkai bawah serta

12
pergelangan kaki. Bercak terasa gatal dan menebal, sering
berwama ungu, namun di waktu yang lain bercak berwarna coklat
gelap, dan berskuama yang jumlahnya sedikit dan melekat erat,
serta ada papula liken pada tepi bercak. Jarang sekali mengenai
kulit kepala dan kuku tidak beralur.1
e. MH tipe BB
Gambaran lesi berupa macula eritematosa berbatas jelas,
berbentuk bulat lojong, lesi berbentuk punchout, dan hipoanestesi.3
f. Tinea korporis
g. Gambaran lesi tipikal yang anular, eritematosa, papuloskuamosa
yang dapat berkembang cepat. Lesi terbatas tegas dengan
gambaran aktif di tepinya disertai timbulnya bagian sentral yang
lebih terang (central healing).3

1.9 Penatalaksanaan
Terapi psoriasis membutuhkan waktu yang lama dan
kekambuhan hampir bisa dipastikan terjadi dan lesinya bisa hilang
spontan tetapi ada kecenderungan tiap pengobatan secara perlahan
akan berkurang efektifitasnya dank arena itu perlu diberikan terapi
dengan metode yang bervariasi. Perlu disesuaikan dengan letak leso,
tingkat keparahan, durasi, terapi sebelumnya dan usia pasien. Pada
beberapa kusta mungkin hanya perlu terapi topical atau sistemik atau
keduanya.1

13
Gambar 1.8 Algoritma Penatalaksanaan Psoriasis Vulgaris2,8

14
Sumber : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th Edition,

Rooks Textbook of Dermatology 9th Edition

Terdapat berbagai macam instrument untuk mengukur tingkat


keparahan psoriasis. BSA (Body Surface Area) banyak digunakan pada
praktik secara klinis tapi hasilnya belum divalidasi. Psoriasis Severity
Area Index (PASI) merupakan gold standard untuk menilai tingkat
keparahan psoriasis tipe plak karena memiliki validasi yang terbaik
dengan konsistensi yang baik dan variasi nilai yang dapat diterima.
Physician Global Assesment (PGA) adalah alat validasi lain untuk
menilai tingkat keparahan fisik dengan intraobserver yang baik dan
variasi interobserver yang dapat diterima.9
PASI, PGA dan BSA tidak mencerminkan dampak psikosisal pada
pasien penderita psoriasis ringan yang terjadi pada daerah kritis seperti
wajah, tangan dan genitalia. Short Form 36 (SF 36), Dermatology Life
Quality Index (DLQI) dan Psoriasis Disability Index (PDI) biasanya
digunakan untuk mengukur Dampak psoriasis terhadap kualitas hidup
pasien. DLQI divalidasi, ringkas dan mudah digunakan dalam praktik
klinis. Oleh karena itu, untuk menilai tingkat keparahan psoriasis harus
mencakup evaluasi objektif terhadap tingkat penyakit dan dampaknya
pada kualitas hidup pasien yang berhubungan dengan kesehatan. 9

15
Gambar 1.9 Alat Penilaian untuk Mengukur Tingkat Keparahan Psoriasis9

Sumber: Management of Psoriasis Vulgaris In: Clinical Practice Guideline

Gambar 1.10 Definisi Tingkat Keparahan Psoriasis9


Sumber: Management of Psoriasis Vulgaris In: Clinical Practice Guideline

16
Sebagai gold standard untuk mengetahui tingkat keparahan
psoriasis maka para dokter menggunakan skor PASI (Psoriasis Area
And Severity) :

Gambar 1.11 PASI Score6


Sumber : British Asociation of Dermatology Healthy Skin for All

Pengobatan kausal belum dapat diberikan sehingga pengobatan


ditujukan untuk menghilangkan faktor-faktor yang dianggap sebagai

17
pencetus timbulnya psoriasis antara lain yaitu stress diberikan sedative,
fokal infeksi berupa tonsillitis, carries, investasi parasit harus diberantas
dan menekan atau menghilangkan lesi psoriasis yang telah ada meliputi 5
a. Pengobatan Topikal

 Kortikosteroid

Kortikosteroid topikal dalam bentuk krim, salep, losio

dan spray adalah terapi yang paling sering diberikan.

Kortikosteroid topikal paling poten adalah clobetasol

propionate 0,025-1% selama 2 minggu. Preparat ini

memberikan hasil yang baik tetapi harganya mahal. Untuk

kulit kepala kortikosteroid yang digunakan dengan bahan gel

atau propyleneglycol. krim lebih dipilih untuk daerah lipatan

(kulit tipis) dan area yang terpapar sinar matahari. Dengan

kortikosteroid bentuk salep lebih efektif dibandingkan krim

walaupun memiliki potensi sama. Injeksi kostikosteroid

intralesi juga dapat diberikan untuk kelianan kuku atau bercak

yang membandel melalui preparat triamsinolon 2,5-10 mg.ml

alam sediaan suspense dalam larutan salin yang steril di

setiap sebulan sekali.1,3

 Ter

Obat topikal yang biasa digunakan ialah preparat ter,

efeknya ialah atiradang. Menurut asalnya preparat ter terbagi

menjadi 3 yakni yang berasal dari fosil misalnya iktiol, kayu

misalnya oleum kadini dan oleum ruski, dan batubara

misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.3

18
Sediaan 2-5% dalam berbagai bahan dasar (lotion,

krim, gel, oil, bath, salep) memperlihatkan efektivitas pasa

psoriasis. Supaya lebih efektif, maka dana penetrasinya harus

dipertinggi dengan cara menambahkan asam salisilat dengan

konsentrasi 3-5% atau menggunakan 25% ter dalam alcohol,

maupun 5-10% ter dalam krim kortikosteroid. Sebagai

vehikulum harus diberikan dalam bentuk salep karena adanya

penetrasi lebih baik.1

 Dihidroxyanthralin (Antralin)

Dihidroxyanthralin (Antralin) merupakan senyawa yang

masih dipakai secara luas untuk obat psoriasis dalam bahan

pembawa dan cara pemakaian yang berbeda. Kelebihan

utama antralin adalah tidak ada efek samping jangka panjang

sehingga obat ini dpat diberikan tanpa waktu yangterbatas

sesuai kebutuhan terapu. Namun obat ini menyebabkan iritasi

terutama pada lipatan tubuh dan meninggalkan warna kuning

pada kulit, baju dan sprei. Untuk menghindarinya dipakai

konsentrasi yang lebih rendah (0,01-1%) kemudian ditutup

dengan pembalut berpekat agar tidak mengenai kulit normal

disekitarnya.3

Terapi dapat dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama

dioleskan semalam kemudian dibersihkan dengan minyak

mineral pagi harinya, cara kedua dengan pemakaian singkat

selama 30 menit dengandisis awal mencapai 0,5% lalu

19
perlahan-lahan dosis dinaikkan mencapai 4% tetapi setelah

dosis mencapai 1% waktu aplikasi dikurangi. Iritasi yang

terjadi minimal dan hasilnya sangat bagus. Penyembuhan

terjadi dalam 3-4 minggu.1,3

 Terapi Sinar UV

Sinar UV mempunyai efek menghambat mitosis

sehingga baik untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik

adalah penyinaran secara alami Tapi saying tidak dapat

diukur dan jika berlebihan malah akan memperberat

psoriasis. Karena itu digunakan sinar UV artifisial, diantarnya

sinar A atau UVA (320-400 nm), sinar tersebut dapat

digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan

psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA,

atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal

sebagai pengobatan cara Goeekerman.1,3

Kelebihan utama mandi OUVA adalah tidak adanya

efek sistemik, seperti keluhan saluran cerna. Penurunan dosis

UVA total hingga seperempat dari yang dibutuhkan untuk

mencapai efek terapik yang sama seperti PUVA

konvensional, sehingga akan menurunkan resiko kanker kulit

non Melanoma. Eritema juga jarang terjadi pada terapi ini dan

tidak memerlukan kaca mata sebagai proteksi mata. Mandi

PUVA dapat menurunkan proliferasi keratinosit dan menekan

aktivasi sel T di tempat lesi.1,3

20
 Emolien Lembut

Perawatan kulit dengan emolien lembut harus

dilakukan guna mencegah terjadinya kekeringan yang bisa

mengakibatkan kekambuhan dan untuk memperpanjang

interval bebas obat. Penambahan urea (hingg 10%) berguna

untuk memperbaiki hidrasi kulit dan melepaskan skuma pada

lesi yang baru muncul. Sehingga efek emolien sendiri adalah

untuk melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh

(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya

menggunakan salep dengan bahan dasar vaselne, fungsinya

juga sebagai emolien. Emolien yang lain adalah lanolin dan

minyak mineral jadi emolien tidak mempunyai efek anti

posiriasis.1,3

b. Pengobatan sistemik

Terapi psoriasis sistemik dibtuthkan untuk kasus yang berat

dimana lesi tersebar luas diseluruh tubuh atau lesi berbentuk

pustular atau psoriasis pada fase aktif yang kambuh setelah

mendapat obat tropical termasuk sinar UV atau bila terapi tropical

tidak berhasil. Tetapi sistemik harus dimonitor secara ketat.1

 Methotrexate (MTX)

Obat ini adalah terapu sistemik yang telah dupakai

secara luas untuk jenis psoriasis yang parah dan paling

bermanfaat untuk psoriasis pustule. Obat ini adalah pilihan

untuk arthritis psoriatic yang parah. MTX bekerja dengan

21
menghambat sistesa DNA dengan cara memblok saat asam

dihidrofilik reduktase yang adinitasnya lebih besar dari asam

folat terikat sehingga pembelahan sel pun juga ikut berhenti.

Dosis MTX 10-25 mg sekali dalam seminggu.

Pemberitahuannya IV/IM agar didapatkan efikasi dan

pengendalian penyakit secara optimal juga dapat diberikan

per oral dosis 5 mg tiap 12 jam selama jangka waktu 36 jam.

Regimen ini sama efektifnya dengan terapu parental dosis

seminggu sekali.1

Efek samping seing muncul adalah anureksia, nyeri

kepala, mual, muntah, leucopenia, trombositopenia, luka

saluran cerna, hepatotoksin disertai perubahan

dengenerative dan nekrosis atau sirosis hepatis juga biasa

terjadi. Kematian juga pernah dilaporkan terjadi. Monitoring

selama terjadi adalah hitung leukosit dan trombosit tiap 1-4

minggu, hemoglobin, urinalisis, kreatinin dan foto rontgen

dada setahun sekali. Biopsy hepar direkomendasikan setelah

mendapat obat sebanyak 1500 mg.1

 SIklosporin

Siklosporin adalah peptide siklik yang telah digunakan

secara luas untuk pencegahan penolakan graft. Efeknya

imunosupresif dengan pemakaian minis menunjukkan

efektifitas pada penderita psoriasis tipe plak kronis yang parah

jika diberi regimen dengandosis rendah (kurang dari 5

22
mg/kg/hari). Bersifat nefrotoksis dan hepatotoksik. Hasil

pengobatan untuk psoriasis hanya setelah obat diberukan

dapat terjadi kekambuhan.1,3

 Retinoid

Acitretin uakni devivat vitamin A diapai terutama pada

terapi psoriasis. Manfaat klinis terbaik pada jenis psoriasis

pustular. Mekanisme kerjanya adalah mengatur pertumbuhan

dan deferensiasi akhir keratonosit sehingga akan

menormlakan konsisi hiperproliferasi pada psoriasis. Dosis

yang diberikan pada awal 0,3-0,5 mg/kg.hari yang kemudian

ditingkatkan dengan interval 3-4 minggu hingga 0.75

mg/kg/hari untuk mencapai perbaikan perlu terapi sampai 3-4

bulan.1

 Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat mengalami dapat mengontrol

psoriasis, menurut pengalaman penulis dosisnya kira-kira

ekuivalen dengan prednisone 30 mg per hari. Setelah

membaik, dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara

mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi

psoriasis pustulosa generalisata.3

 Levodopa

Sebenarnya dipakai untuk penyakit parkinsin. Diantara

penderita Parkinson yang sekaligus juga penderita psoriasis

maka psoriasisnya akan membaik dengan pengobatan

23
levodopa. Dosis anatara 2x500 mg – 3x500 mg yang

mempunyai efek samping mual, muntah, hipertensi,

gangguan fisik dan jantung.1

 Diaminodifensilsulfon

Diaminodifensilsulfon (DDS) dipakai sebagai

pengobatan psoriasis tipe barber dengan dosis 2x100 g

sehari. Obat ini merupakan second time atau third line tetapi

penelitian tidak terlalu efektif. Efek sampingnya berupa

amnesia hemolitik, mehemoglobinemia, agranulositosis.1,3

c. Pengembangan obat baru

 Makrolatam

Digunakan pada bagian tubuh yang tipis dan tidak

dapat diterapi dengan kortikostreroid. Menimbulkan perbaikan

lesi jika diberikan secara topical dan kemudian di bebat dalam

keadaan kering namun hal ini tidak dijumpai ketika obat

diberikan tanpa bebat. Laporan terbaru menyatakan efikasi

yang tinggi untuk psoriasis ketika pimecrolimus atau

tacrolimus makrolaktam diberikan dalam waktu singkat per

oral.1

 Metode bari lain untuk terapi psoriasis

Pemakaikan excimer laser kemungkinan akan

berperan penting di masa mendatang. Laser ini mengelurkan

sinar UVB dengan panjang gelombang 308 nm. Hasil

penelitian pertama menunjukkan kalau sekitar 4x terapi bisa

24
menimbulkan perbaikan sel dengan respon terapi yang dapat

bertahan.1

 Terai kombinasi

Kobinasi dari berbagai prinsip terap dapat

mempercepat resolusi lesi, menekan efek samping dan

menurunkan dosis keseluruhan yang diperlukan jika diberikan

terapi sistemik. Beberapa regimen kombinasi telah ditetapkan

untuk pemakaian klinis seperti glukokortikoid topical dengan

UVB atau PUVA. Retinoid PUVA (Re-atau karutan yang

sangat efektif untuk terapu psoriasis tipe plakat dan psoriasis

pada kepala) terapi kombinasu calcipotriene dan

kortikosteroid yang lebih rendah. Calcipatriene memiliki

bentuk yang tidak stabil dan mudah dirusak oleh sinar

ultraviolet. Ada anak perlu dimonitoring kadar kalsium dalam

darah. Dosis calcipotriene 3-5 mg/g dengan kadar dalam

plasma tidak melebihi 150 mg/g.1

 Terapi rotasi

Terapi rotasi untuk menimbulkan PUVA dan vitamin D

dan analognya resiko bagi penderita psoriasis parah atau

tazarotene dengan UVB. Kombinasi mandi ter batubara (satu

kali sehari dengan 120 ml LCD dalam 80 liter air hangat ) yang

dilanjutkan dengan UVB dan anthralin dikenal dengan nama

metode ingram. Goeekerman pada tahun 1925

memperkenalkan secara luas kombinasi ter batu bara yang

25
dilanjutkan dengan sinar UV dosis seberitem. Tetapi anthralin

klasik yang dilanjutkan dengan UVB atau PUVA juga

merupakan regimen kombinasi yang sangat efektif. Hasil

penelitian baru mengindikasikan bahwa kombinasi

cyclosporine dengan calcipotriol atau anhtralin akan

meningkatkan efikasi terapi dan menurnkan dosis

cyclosporine, calcipotriol juga akan meningkatkan respon

terhadap PUVA.1

 Calcipotriene (Vitamin D)

Berpengaruh pada diferensial kreatinosit melalui regulasi

respons epidermal terhadap kalsium. Terapi degan analog

vitamin D (calcipotriene/dovonex) dalam sediaan salep, krim

yang mendapat tercapai sistemik dapat dilakukan terapi

rotasi. Pengubahan senyawa yang berbeda dengan

memperlihatkan faktor resiko individual, dosis berbeda

dengan memperlihatkan faktor resiko individual, dosis

kumulatif (untuk MTX) respon dan alam terapi harus dilakukan

dengn interval tertentu. Pedoman yang baru-baru ini

dikeluarkan untuk terapi rotasi akan bermanfaat dalam

menentukan terapi sistemik jangka panjang.1

1.10 Komplikasi

Komplikasi yang timbul pada psoriasis bila diakibatkan oleh penyakit

sendiri maupun terap yang diberikan :1

26
a. Anthropathy psoriasis adalah penyakit sendi yang timbul pada

sekitar 5% pasien.

b. Psosriasis ertiroderma sering diakibatkan oleh karena pemberian

steroid sistemik atau karena obat-obat topical yang sangat iritasi.

Jika lesi psoriasis didapatkan pada seluruh tubuh dengan skuama

halus dan gejala konsultasi berupa badan terasa panas dan dingin.

c. Psoriasis pustulosa muncul berupa gelombang pustula steril diatas

permukaan kulit eritema, khas muncul serangan demam (39C-40C)

dalam waktu singkat dan diikuti dengan munculnya gelombang

pustule baru. Selain demam juga ada temuan sistemik yang lain

seperti berat badan turun, kelemahan otot, leukositosis,

hipokalsemia dan peningkatan laju endap darah. Komplikasi ini bisa

berakibat fatal.

1.11 Prognosis

Prognosis psoriasis baik meskipun bersifat kronis dan mudah residif

tetapi tidak menyebabkan kematian.1,3

27
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Tn Heru Tantomo
No Rekam Medik : 338205
Uumur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Status : Menikah
Alamat : Wisma Pagesangan III/50

2.2 ANAMNESA
2.2.1 Keluhan Utama : Timbul bercak kemerahan pada siku tangan kanan
dan kiri
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang : Gatal sejak 2 minggu terakhir. Sebelum
gatal timbul bercak-bercak di siku tangan sejak 2 bulan yang lalu. Bercak
berwarna kemerahan mulai di siku tangan kemudian muncul pada bagian
tangan, lutut dan kaki. Rasa gatal dirasakan sewaktu-waktu dan tidak
sampai menganggu aktifitas maupun tidur pasien. Untuk mengurangi rasa
gatal pasien menepuk-nepuk, menggaruk pada bagian yang gatal. Pasien
belum pernah berobat sebelumnya, pasien tidak memiliki riwayat alergi.
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu : pasien mengatakan pernah mengalami
penyakit seperti ini 3 tahun yang lalu. Asma (-), DM (-), HT (+)
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah dan adik memiliki keluhan serupa
2.2.5 Riwayat Psiko Sosial :
 Pasien mandi sehari dua kali
 Menggunakan sabun lifebuoy
 Sumber air dari PDAM
 Pasien ganti pakaian dua hari sekali

28
 Handuk yang digunakan milik pasien sendiri dan dicuci setiap
2 bulan sekali
 Pasien merasa tinggal di lingkungan yang bersih
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 456
2.3.1 Status Generalis
 Kepala/Leher : dalam batas normal
 Thorax : dalam batas normal
 Abdomen : dalam batas normal
 Ekstremitas : Lihat status dermatologi
2.3.2 Status Dermatologi
 Regio : regio brachii dan antebrachii dextra sinistra, regio cruris
dextra sinistra.
 Eflorosensi : Plakat eritematosa berbatas tegas, dengan skuama
tipis.
2.3.3 Pemeriksaan Penunjang:
 Histopatologi
 KOH
2.4 RESUME
 Tn H dating ke RSU Haji Surabaya di Poli Kulit Kelamin dengan
keluhan timbul bercak kemerahan pada siku tangan kanan dan kiri.
Gatal sejak 2 minggu terakhir. Sebelum gatal timbul bercak-bercak
di siku tangan sejak 2 bulan yang lalu. Bercak berwarna kemerahan
mulai di siku tangan kemudian muncul pada bagian tangan, lutut dan
kaki. Rasa gatal dirasakan sewaktu-waktu dan tidak sampai
menganggu aktifitas maupun tidur pasien. Untuk mengurangi rasa
gatal pasien menepuk-nepuk, menggaruk pada bagian yang gatal.
Pasien belum pernah berobat sebelumnya, pasien tidak memiliki
riwayat alergi. Status dermatologis didapatkan plakat eritematosa
berbatas tegas, dengan skuama tipis.

29
2.5 DIAGNOSA
Psoriasis Vulgaris
2.6 PENATALAKSANAAN
2.6.1 Planning Diagnosa
 Histopatologi
 KOH : tidak ditemukan hifa atau spora
2.6.2 Planning Terapi
Non Medikamentosa:
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit
yang dialami oleh pasien dan menjelaskan bahwa penyakit ini tidak
menular, tidak ganas, dan taidak menyababkan kematian meskipun
bersifat kronis dan residif.
 Menyarankan agar pasien tidak menggaruk lesi yang gatal karena
lesi dapat bertambah dan dapat menyebar ke daerah lain.
 Menjelaskan kepada pasien pemicu penyakit ini timbul apabila
pasien mengalami stress sehingga menayarankan untuk
mengurangi stress yang berlebih.
Medikamentosa
Pada kasus ini didapatkan nilai PASI skor 1.8 maka diberikan terapi:
Topikal :
 Coal Tar 1% diberikan 2-3 kali sehari pada area lesi
 Dithranol 0.1% oleskan pada lesi dan biarkan selama 60 menit
kemudian bilas
 Desoximethasone 0,25 % cream dioleskan 1 kali sehari selama 2
minggu
 Calcitriol 2x sehari dengan dosis maksimal 100g/minggu
2.6.3 Planning Monitoring
 Keluhan pasien (gatak menyebabkan tidak nyaman)
 Luas lesi (menilai perluasan lesi)
 Makan makanan bergizi

30
2.7 PROGNOSIS
Baik, meskipun kronik residif dan penderita dapat menghindari factor
pencetus dan berobat secara teratur

31
BAB 3
FOTO KASUS

32
33
34
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah Benny, 2009, Penyakit Erito-papulo-skuamosa. Dalam :


Dermatolgi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit. Airlangga
University Press, Surabaya. Hal, 45-55
2. Gidjonsson, Johann E dan Elder, James T, 2013, Psoriasis, Klaus A, et
al In : Fitzpatrick ’s Dermatology in General Medicine 8th, New York :
The McGraw-Hill Company, pp. 169-193
3. Djuanda Adhi, Psoriasis. 2008, Djuanda A, Hamzah M, Aisah S Dalam :
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam, Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, hal 189-196
4. William D James, Timothy G Berger, Dirk M Elston, 2011, Andrew ’s
Disease of The Skin . Clinical Dermatology, eleventh Edition.
Philadelphia : W.B Saunders Company, pp. 190-198
5. Murtiastik Dwi, Ervianti Evi, Agusni I et al, 2009, Atlas Penyakit Kulit dan
Kelamin Dep/SMF Kesehatan Kulit Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Soetomo.Surabaya, hal131-137
6. British Association of Dermatology Healthy Skin for All
7. Yuliastuti D, 2015, Psoriasis, RS Meilia, Cibubur, Depok, Indonesia,
CDK-235/ vol. 42 no.12.
8. Burden A David, dan Kirby Brian, 2016, Psoriasis and Related Disorder
In:Rooks Textbook of Dermatology 9th Edition, Manchester :Blackwell
Publishing, Ltd pp. 35.1-35.31
9. Dr. Choon Siew Eng, 2013, Management of Psoriasis Vulgaris In :
Clinical Practice Guideline, Putrajaya : Malaysia Health Technology
Assessment Section (MaHTAS), pp. 3-4

35

Anda mungkin juga menyukai