Anda di halaman 1dari 9

TONSILOFARINGITIS

Pendahuluan
Faringitis merupadakan perdangan dinding faring yang dapat disebabkan
oleh virus (40-60%), bakteri (4-40%), alergi, trauma, dan toksin dan lain-lain. Jika
dilihat dari struktur faring yang terletak berdekatan dengan tonsil, maka faringitis
dan tonsillitis sering ditemukan bersamaan. Oleh karena itu pengertian faringitis
secara

luas

mencakup

tonsillitis,

nasofaringitis,

dan

tonsilofatingitis.

Tonsilofaringitis adalah radang orofaring yang mengenai dinding posterior yang


disertai inflamasi tonsil.
Tonsillitis adalah peradangan dari tonsil paltina yang merupakan bagian
dari cincin waldeyer. Tonilitis dapat berkembang menjadi kronis karena
kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotic pada penderita tonsillitis
akut sehingga merubah struktur pada kripta tonsil, dan adanya infeksi virus
(Epstein Barr, Hemofilus influenza) menjadi factor predisposisi bahkan factor
penyebab terjadinya tonsillitis kronis. Tonsillitis kronis merupakan penyakit yang
paling sering terjadi di seluruh penyakit tengorokan berulang.

2.3.Tonisilitis Kronik 1,2


Definisi
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari semua
penyakit tenggorokan yang berulang. Factor presdiposisi timbulnya tonsillitis
kronik ialah rangsangan yang menahun dan rokok, beberapa jenis makanan,
hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan
tonsillitis akut yang tidak adekuat.

Etiologi
Radang pada tonsil dapat disebabkan kuman Grup A Streptococcus beta
hemolitikus, Pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus piogenes.
Gambaran klinis bervariasi dan diagnose sebagian besar tergantung pada infeksi.

Patologi
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosanya
juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan
limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga
kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan
terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan
dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfa seubmandibula.
Gambaran klinis
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, rasa
menganjal pada tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nyeri pada waktu
menelan, bau mulut, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri
di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di

telinga ini dirasakan karena nyeri alih (referred pain) melalui N.Glossopharingeus
(N.IX).
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis
Kronis yang mungkin tampak, yakni:
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke
jaringan sekitar, kripta yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang
purulent atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang
seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripta
yang melebar dan tutupi eksudat yang purulent.
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan
mengukur jarak Antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak
permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat
dibagi menjadi:
T0

: Tonsil masuk di dalam fosa

T1

: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

T2

: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

T3

: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

T4

: >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

2.4 Faringitis Kronik 2


Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-lain.
Virus dan bakeri melakuakn invasi ke faring dan menimbulkan reaksi
inflamasi lokal, infeksi bakteri grup A streptococcus hemoliticus dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksi
ekstrasekukar yang dapat menimbulkan demam reumatik, kerusakan katup
jantung, glomerulonephritis akut karena fungsi glomerulus terganggu akibat

terbentuknya kompleks antigen-antibodi. Bakteri ini banyak menyerang anak usia


sekolah, orang dawasa dan jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan
infeksi melalui secret hidung dan ludah (droplet infection).
Etiologi dan patologi
Penyebab faringitis dapat bervariasi dari oraganisme yang menghasilkan
eksudat saja atau perubahan kataral sampai menyebabkan edema dan bahkan
ulserasi. Pada stadium awal, terdapat hyperemia, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk
mucus dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring. Dengan hyperemia, pembuluh darah faring menjadi melebar.
Gejala dan tanda
Pada awitan penyakit, penderita mengeluh rasa kering atau gatal pada
tenggorokan. Malaise dan sakit kepala adalah keluhan biasa. Bisanya terdapat
suhu yang sedikit meningkat. Eksudat pada faring menebal. Eksudat ini sulit
untuk dikeluarkan, dengan suara parau, usaha mengeluarkan dahak dari
kerongkongan dan batuk. Keparauan terjadi jika peradangan mengenai laring.
Terapi
Faringitis kronik merupakan penyakit yang sulit disembuhkan. Yang
dapat

dilakukan

adalah

mengurangi

keluhan

penderita

dengan

cara

menyembuhkan penyakit penyebab (sinusitis, rinitis), menghindari bahan iritan,


dan menghilangkan alergen.
Obat antihistamin diberikan guna mengurangi rasa gatal tenggorok.
Pengobatan simptomatis, obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.

2.5 Diagnosis 3,4


Anamnesis
Keluhan kelainan di daerah faring dan rongga mulut umumnya adalah 1)
nyeri tenggorok, 2) nyeri menelan (odinofagia), 3) rasa banyak dahak di

tenggorokan, 4) sulit menelan (disfagia), 5) rasa ada yang menyumbat atau


mengganjal.3,4

Nyeri tenggorok. Keluhan ini dapat hilang timbul atau menetap. Apakah
nyeri tenggorok ini disertai dengan demam, batuk, serak, dan tenggorok
terasa kering. Apakah pasien merokok dan berapa jumlahnya per hari.

Nyeri menelan (odinofagia) merupakan rasa nyeri di tenggorok waktu


gerakan menelan. Apakah rasa nyeri ini dirasakan sampai ke telinga.

Dahak di tenggorok merupakan keluhan yang sering timbul akibat


adanya inflamasi di hidung dan faring. Apakah dahak ini berupa lendir
saja, pus, atau bercampur darah. Dahak ini dapat turun, keluar bila
dibatukkan atau terasa turun di tenggorok.

Sulit menelan (disfagia) sudah berapa lama dan untuk jenis makanan cair
atau padat. Apakah juga disertai muntah dan berat badan menurun dengan
cepat, apakah makin lama makin betambah berat.

Rasa sumbatan di leher (sense of lump in the neck) sudah berapa lama,
tempatnya dimana.

Keluhan pasien pada hipofaring dan Laring dapat berupa : 1) suara serak,
2) batuk, 3) rasa ada sesuatu di leher.3,4

Suara serak (disfoni) atau tidak keluarnya suara sama sekali (afoni) sudah
berapa lama dan apakah sebelumnya menderita peradangan di hidung atau
tenggorokan. Apakah keluhan ini disertai dengan batuk, rasa nyeri dan
penurunan berat badan.

Batuk yang diderita pasien sudah berapa lama, dan apakah ada factor
sebagai pencetus batuk tersebut seperti rokok, udara yang kotor serta
kelelahan. Apa yang dibatukkan, dahak kental, bercampur darah dan
jumlahnya. Apakah pasien seorang perokok.

Rasa ada sesuatu di leher merupakan keluhan yang sering dijumpai dan
perlu ditanyakan sudah berapa lama diderita, adakah keluhan lain yang
menyertainya serta hubungannya dengan keletihan mental dan fisik.

Dari keluhan utama yang ada, kita harus mengurutkan kronologi mengenai
keadaan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai dibawa ke dokter. Setelah
keluhan utama disampaikan kita perlu tahu sudah sejak kapan keluhan itu
berlangsung dan sudah berapa lama sejak keluhan terjadi sampai saat datang ke
dokter. Dari situ, kita harus tahu apakah keluhan terjadi mendadak atau perlahan
atau mungkin hilang timbul.3
Riwayat penyakit sebelumnya juga penting untuk ditanya seperti apakah
pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya atau baru pertama kali, riwayat
pengobatan bagaimana? Apakah ada perbaikan setelah pengobatan yang diterima?
Bagaimana dengan riwayat imunisasinya?3
Riwayat keluarga pasien, apakah ada yang mengalami keluhan yang sama
seperti ini sebelumnya. Dan ditanya juga mengenai riwayat social, antara lain
mengenai tempat tinggal pasien, apakah ada penyakit menular disekitar tempat
tinggal?3

Pemeriksaan faring dan rongga mulut


Dengan lampu kepala yang diarahkan ke rongga mulut, dilihat keadaan
bibir, mukosa rongga mulut, lidah, dan gerakan lidah.
Dengan menekan bagian tengah lidah memakai spatula lidah maka bagianbagian rongga mulut lebih jelas terlihat. Pemeriksaan dimulai dengan melihat
keadaan dinding belakang faring serta kelenjar limfanya, uvula, arkus faring serta
gerakannya, tonsil, mukosa pipi, gusi dan gigi geligi.
Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa tumor, kista, dan lain-lain.
Apakah ada rasa nyeri di sendi temporo mandibula ketika membuka mulut.3

Pemeriksaan penunjnag
-

Biakan/kultur

Pemeriksaan darah lengkap

Rapid GABHS

2.6 Penatalaksanaan
Antibotika spectrum luas, antipiretik dan obat kumur yang mengandung
diseinfektas. Pada keadaan dimana tonsillitis sangat sering timbul dan pasien
merasa sangat terganggu, maka terapi pilihan adalah pengangkatan tonsil
(tonsilektomi). 1,2

2.7 Pencegahan
a. Sering cuci tangan adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya berbagai
jenis infeksi, termasuk juga tonsilitis. Seringlah cuci tangan anda, dan beri
dorongan pada anak-anak anda untuk melakukan hal yang sama.
b. Bila anda menggunakan sabun dan air: Basahi tangan anda dengan air
hangat yang mengalir dan gunakan sabun cair atau sabun batangan yang
bersih. Gosok hingga berbusa.Gosok dengan kuat selama setidaknya 15
detik. Ajarkan pada anak-anak anda untuk mencuci tangannya selama
mereka menyanyi lagu ABS, Row, Row, Row Your Boat atau Selamat
ulang tahun hingga selesai.Gosok semua permukaan tangan, termasuk
bagian belakang tangan, pergelangan tangan, diantara jari-jari dan dibawah
kuku jari anda.
c. Bilas dengan bersih.
d. Keringkan tangan dengan menggunakan handuk yang bersih.
e. Gunakan handuk tersebut untuk mematikan keran air.
f. Bila sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan yang
berbahan dasar alkohol. Tuang sekitar sendok teh bahan pembersih
tersebut ke tangan anda. Gosok-gosok kedua tangan anda, sehingga cairan

pembersih tersebut melumuri permukaan tangan anda, hingga cairan


tersebut kering.
Pencegahan lain yang menggunakan logika juga dapat digunakan. Pada saat batuk
atau bersin gunakan tisu atau lengan anda. Jangan menggunakan gelas minum dan
peralatan makan untuk bersama-sama. Hindari berada dekat dengan orang yang
sedang sakit. Cari tempat penitipan anak yang mempraktekkan kebijakan soal
kebersihan dan meminta agar anak-anak yang sakit tetap berada di rumah
2.8. Prognosis
Prognosis pada umumnya baik setelah dilakukan tonsilektomi.

2.9.Kesimpulan
Tonsilofaringitis kronis adalah peradangan dari tonsil palatina yang
dimana merupakan bagian dari cicin waldeyer, yang dapat berkembang terus
menerus karena kegagalan pengobatan. Dimana juga pada diikuti dengan adanya
perdangan pada faring, yaitu faringitis. Setiap tonsil mengalami peradangan selalu
diiikui dengan faringitis. Penyebab dari peradangan disebabkan oleh virus (4060%), bakteri (4-40%), alergi, trauma, dan toksin dan lain-lain.
Diagnosa tonsilofaringitis ditegakkan melalui anamenesis, gejala, dengan
pemeriksaan pada faring dimana diapatkan pembesaran tonsil dan hiperemis
dinding posterior faring.
Terapai tonsilofaringitis sendiri harus dengan pembedahan tonsil
(Adenotonsilektomi), setelah tonsil diangkat peradangan pada faring hilang, dan
tidak menyebabkan

DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmarjono dan Soepardi, EA. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid.


Dalam Soepardi, Efiaty Arsyad, et al., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. ed 6. Jakarta. FKUI, 2009: p. 217-225.
2. Adams LG, Boies RL, Higler AP, BOIES Fundamentals of Otolaryngology.
6th Ed. Edisi Bahasa Indonesia, EGC, Jakarta, 2001; 263-368.
3. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi
ke-8. Jakarta: EGC, 2009.h.349-60.
4. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta : EGC,
2009.h.95-106.
5. Novialdi N, Pulungan MR. Mikrobiologi tonsilitis kronik. Bagian THT
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2 November 2012.

Anda mungkin juga menyukai