PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring yang masih bersifat
ringan. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga
infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai
tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )
Tonsilofaringitis merupakan penyakit dan masalah kesehatan yang paling
banyak ditemukan pada populasi umum.Keluhan seperti nyeri tenggorokan,
infeksisaluran pernapasan bagian atas yang sering disertai dengan masalah pada
telinga, adalah jumlah terbesar dari pasien yang datang berkunjung kepelayanan
kesehatan terutama anak-anak ( Eadimaharti, 2003 ).
Tonsilofaringitis adalah peradangan pada amandel di rongga faring, dapat
disebabkan oleh salah satu bakteri (streptokokus) atau virus (adenovirus). Kondisi
ini sering dikaitkan dengan faringitis (Lippincott, 2002). Berdasarkan lamanya
keluhan, tonsilofaringitis dapat diklasifikasikan sebagai akut dan
kronis.Tonsilofaringitis kronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang paling
sering dari semua penyakit tenggorokan yang berulang. Gambaran klinis
bervariasi, dan diagnosis sebagian besar tergantung pada inspeksi (Adams
George, 2001).
Menurut WHO (World Health Organization), pola penyakit THT
diberbagai Negara berbeda-beda. Di Islamabad, Pakistan selama 10 tahun (Januari
2007- Desember 2012) dari 68.488 kunjungan pasien didapati penyakit
Tonsilofaringitis Kronis merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai yakni
sebanyak 15.067 (22%) penderita (Arsyhad, 2013).Di Inggris,100% dari pasien
tonsilitis kronis dan adenoid yang datang berobat ke rumah sakit harus dirawat
inap. Dari konsultan rumah sakit didapati 42% adalah untuk laki-laki dan 58%
adalah bagi perempuan.
Kasus yang tergolong dalam kategori serius adalah sebanyak 2%.Rata-rata
satu hari diperlukan untuk rawatan pasien.Usia rata-rata pasien rawat inap adalah
15 tahun. Pasien yang berusia 15-59 tahun yang dirawat untuk tonsilofaringitis
dan adenoid adalah sebanyak 32%.Tidak dijumpai pasien dengan usia di atas 75
tahun. Dari jumlah rawat inap di rumah sakit, 0.11% adalah untuk kasus
tonsilofaringitis. Jumlah kunjungan untuk tonsilofaringitis adalah 0,18%. Pasien
yang mengalami komplikasi abses sehingga diperlukan penanganan segera adalah
sebanyak 94% (England Hospital Episode Statistics, Department of Health, 2003).
Di Malaysia, lima kelompok utama yang paling umum dari penyakit THT
adalah rhinitis (20,2%), otitis media kronik (12,3%), nasopharyngeal
carcinoma(NPC) (10,5%), tonsilitis (8,1%) dan polip hidung (5,2%). Penelitian
yang dilakukan di Malaysia pada Poli THT Rumah Sakit Sarawak selama 1 tahun
dijumpai 8.118 pasien, dalam jumlah penderita penyakit, tonsiofaringitis
menempati urutan keempat yakni sebanyak 657 (81%) penderita ( Sing, 2013).
Di Indonesia berdasarkan data rekam medis tahun 2012 di RSUP dr. M.
Djamil, Padang bagian THT-KL sub bagian laring faring ditemukan
tonsilofaringitis sebanyak 465 dari 1110 kunjungan di poliklinik sub bagian laring
faring (Olivia Rinny, 2013). Dari data RSUD Raden Mattaher Jambi diketahui
jumlah penderita tonsilofaringitis pada tahun 2012 berjumlah 978 dari 1365
jumlah kunjungan dan pada tahun 2013 berjumlah 889 dari 1144 jumlah
kunjungan. Sedangkan penelitian di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar
jumlah kunjungan baru dengan tonsilofaringitis mulai Juni 2011 - Mei 2012
adalah sebanyak 63 orang (Sapitri, 2013).
Menurut Manik dan kawan-kawan (2013), populasi penelitian merupakan
seluruh penderita tonsilofaringitis yang terdaftar di bagian rekam medis RSUP
Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2012 - Desember 2012 dengan jumlah 86
penderita. Proporsi tertinggi penderita tonsilofaringitis berdasarkan jenis kelamin
perempuan sebanyak 66,3%, kelompok umur 1 – 10 tahun sebanyak 29,1%,
pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 43%, keluhan utama berupa sakit
tenggorok/sakit menelan sebanyak 48,8%, ukuran tonsil T2 / T2 sebanyak 39,5%,
penatalaksanaan berupa medikamentosa sebanyak 73,3% (Maniket al., 2013).
Informasi mengenai karakteristik dan epidemiologi penyakit – penyakit THT di
Indonesia khususnya mengenai Tonsilofaringitis masih sulit untuk
diperoleh.Belum didapatkannya data terbaru tentang gambaran penderita
tonsilofaringitis
RSU sidikalang diruang inap flamboyan sejak januari sampai april 2019
ada penderita tonsilofaringitis sebanyak 8 orang, karena itulah penulis mencoba
untukmelakukan penelitian mengenai karakteristik penderita tonsilofaringitis di
RSU Sidikalang
Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada laporan PBLK ini adalah bagaimana cara
menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan sistem pernafasan
Tonsilofaringitis di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Melakukan Manajemen Asuhan Keperawatan kepada pasien
dengan Gangguan Sistem Pernafasan Tonsilofaringitisdi Ruang Flamboyan
RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
1.3.2. Tujuan Khusus
Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
a. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
b. Mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
c. .Mampu membuat evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
d. Mampu membuat discharge planning pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
e. Mampu menerapkan tindakan keperawatan Evidence Based Nursing
(EBN) pada gangguan sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang
Tahun 2019.
.
1.4. Manfaat Praktek Belajar Lapangan Komprenhensif (PBLK)
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mampu mengaplikasikan teori yang didapat selama dalam masa
akademik kedalam situasi nyata dilapangan dengan menerapkan asuhan
keperawatan yang profesional dan komprenhensif serta meningkatkan
kepercayaan diri didalam melakukan asuhan keperawatan.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Melatih mahasisawa untuk melakukan aplikasi asuahan keperawatan
berdasarkan hasil penelitian sesuai evidence based nursing.
1.4.3 Bagi Rumah Sakit
Selama kegiatan PBLK maka lahan Praktek dapat menggunakan tenaga
mahasiswa sebagai perawat tambahan dan sebagai masukan dan informasi terbaru
bagi Rumah Sakit umum sidikalang.
1.4.4 Bagi Pasien dan Keluarga
Menambah wawasan, ilmu dan sebagai sumber informasi kepada pasien dan
keluarga tentang penyakit gangguan sistem pernafasan tonsilofaringitis
.
.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
B. Etiologi
Penyebab tonsilofaringitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut
dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet
infections )
C. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas
akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui
sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan
terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan
kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih
keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri
telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.
D. WOC
Penyebaran limfogen
Proses inflamasi
kelemahan
Resiko Otitis media
perubahanstatus
nutrisi < dari Intoleransi
kebutuhan tubuh aktifitas
E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala tonsilofaringitis akut adalah :
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia ( sakit di telinga )
14. Malaise
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilofaringitis akut tidak tertangani dengan
baik adalah :
1. Tonsilofaringitis kronis
2. Otitis media
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
H. Penatalaksanaan
Penanganan pada anak dengan tonsilofaringitis akut adalah :
1. Penatalaksanaan medis
Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin,
amoksisilin, eritromisin dll
Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
Analgesik
2. Penatalaksanaan keperawatan
Kompres dengan air hangat
Istirahat yang cukup
Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
Kumur dengan air hangat
Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
3. Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam sebaiknya
tirah baring, pemberian cairan adekuat, dan diet ringan.
Sistemik
Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamidaantipiretik.
Pengobatan oral
obat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan.
Tonsilektomi
Tonsilektomi dilakukan hanya bila anak menderita serangan yang berat dan
berulang-ulang yang mengganggu kehidupannya. Tindakan ini harus dilakukan
bila disertai abses peritonsilar. Tidak boleh dilakukan 3 minggu setelah serangn
tonsilitis akut, pada palatoskisis, atau pada waktu ada epidemi poliomielitis.6
C. Rencana Intervensi
N Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil
Intervensi (NIC
o (NANDA) (NOC)
1 Hipertermi NOC : NIC :
Thermoregulation Fever treatment
Kriteria Hasil : Monitor suhu
Suhu sesering mungkin
tubuh dalam Monitor IWL
rentang normal Monitor warna dan
Nadi dan suhu kulit
RR dalam rentang Monitor tekanan
normal darah, nadi dan RR
Tidak ada Monitor penurunan
perubahan warna tingkat kesadaran
kulit dan Monitor WBC, Hb,
tidak ada pusing, dan Hct
merasa nyaman Monitor intake dan
output
Berikan anti piretik
Berikan pengobatan
untuk mengatasi penyebab
demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid
sponge
Berikan cairan
intravena
Kompres pasien
pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi
udara
Berikan pengobatan
untuk mencegah terjadinya
Menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
Rencanakan
monitoring suhu secara
kontinyu
Monitor TD, nadi,
dan RR
Monitor warna dan
suhu kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Selimuti pasien
untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien
cara mencegah keletihan
akibat Panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
Berikan anti piretik
jika perlu
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat
pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari
nadi
Monitor frekuensi
dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola
pernapasan abnormal
Monitor suhu,
warna, dan kelembaban
kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi
penyebab dari perubahan
vital sign
2 Nyeri akut b/d proses NOC : Pain Management
infeksi Pain Level Lakukan pengkajian
Pain nyeri secara komprehensif
control termasuk lokasi,
Comfort karakteristik, durasi,
level frekuensi, kualitas dan
Kriteria Hasil : faktor presipitasi
Mampu Observasi reaksi
mengontrol nyeri nonverbal dari
(tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu Gunakan teknik
menggunakan komunikasi terapeutik untuk
tehnik mengetahui pengalaman
nonfarmakologi nyeri pasien
untuk mengurangi Kaji kultur yang
nyeri, mencari mempengaruhi respon nyeri
bantuan) Evaluasi
Melaporka pengalaman nyeri masa
n bahwa nyeri lampau
berkurang dengan Evaluasi bersama
menggunakan pasien dan tim kesehatan
manajemen nyeri lain tentang ketidakefektifan
Mampu kontrol nyeri masa lampau
mengenali nyeri Bantu pasien dan
(skala, intensitas, keluarga untuk mencari
frekuensi dan dan menemukan dukungan
tanda nyeri) Kontrol lingkungan
Menyatak yang dapat mempengaruhi
an rasa nyaman nyeri
setelah nyeri seperti suhu ruangan,
berkurang pencahayaan dan kebisingan
Tanda Kurangi faktor
vital dalam presipitasi nyeri
rentang normal Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang
teknik non farmakologi
Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan
dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik
tepat waktu terutama saat
nyeri
Hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari Nutritiona Nutrition Management
kebutuhan tubuh l Status : food and Kaji adanya alergi
Fluid makanan
Intake Kolaborasi dengan
Kriteria Hasil : ahli gizi untuk menentukan
Adanya jumlah kalori dan nutrisi
peningkatan berat yang dibutuhkan pasien.
badan sesuai Anjurkan pasien
dengan tujuan untuk meningkatkan intake
Berat Fe
badan ideal sesuai Anjurkan pasien
dengan tinggi untuk meningkatkan
badan protein dan vitamin C
Mampu Berikan substansi
mengidentifikasi gula
kebutuhan nutrisi Yakinkan diet yang
Tidak ada dimakan mengandung
tanda tanda tinggi serat untuk mencegah
malnutrisi konstipasi
Tidak Berikan makanan
terjadi penurunan yang terpilih ( sudah
berat badan yang dikonsultasikan dengan ahli
berarti gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana membuat catatan
makanan harian.
Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam
batas normal
Monitor adanya
penurunan berat badan
Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
Monitor interaksi
anak atau orangtua selama
makan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
Monitor kulit kering
dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar
albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta, scarlet
4 Ansietas (00146) NOC : NIC :
Anxiety Anxiety Reduction
control (Penurunan Kecemasan)
Coping Gunakan pendekatan
Kriteria Hasil : yang menenangkan
Klien Nyatakan dengan
mampu jelas harapan terhadap
mengidentifikasi pelaku pasien.
dan Jelaskan semua
mengungkapkan prosedur dan apa yang
gejala cemas dirasakan selama prosedur
Mengident Temani pasien
ifikasi, untuk memberikan
mengungkapkan keamanan dan mengurangi
dan menunjukkan takut
tehnik untuk Berikan informasi
mengontol cemas faktual mengenai diagnosis,
Vital sign tindakan, Prognosis
dalam batas Dorong keluarga
normal untuk menemani anak
Postur Lakukan back / neck
tubuh, ekspresi rub
wajah, bahasa Dengarkan dengan
tubuh dan tingkat penuh perhatian
aktivitas Identifikasi tingkat
menunjukkan kecemasan
berkurangnya Bantu pasien
kecemasan mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
5 Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :
Knowlwd Teaching : disease Process
ge : disease Berikan penilaian
process tentang tingkat
Knowledg pengetahuan pasien tentang
e : health proses penyakit yang
Behavior spesifik
Kriteria Hasil : Jelaskan
Pasien dan patofisiologi dari penyakit
keluarga dan bagaimana hal ini
menyatakan berhubungan dengan
pemahaman anatomi dan fisiologi,
tentang penyakit, dengan cara yang tepat.
kondisi, prognosis Gambarkan tanda dan gejala
dan program yang biasa muncul pada
pengobatan penyakit, dengan cara yang
Pasien dan tepat
keluarga mampu Gambarkan proses
melaksanakan penyakit, dengan cara yang
prosedur yang tepat
dijelaskan secara Identifikasi
benar kemungkinan penyebab,
Pasien dan dengna cara yang tepat
keluarga mampu Sediakan informasi
menjelaskan pada pasien tentang
kembali apa yang kondisi, dengan cara yang
dijelaskan tepat
perawat/tim Hindari jaminan
kesehatan yang kosong
lainnya. Sediakan bagi
keluarga atau SO informasi
tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
Dukung pasien
untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang
tepat
Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
(Dermawan, 2014).
2.2.5. Evaluasi
tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku yang
terampil.
Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP
I.Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 21 tahun
Status Kawin : Belum Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Polisi
Alamat : Jl.Aster No. 21 Sidikalang
Tanggal Masuk RS : 08 Mei 2019
No. Reg : 14.24.25
Ruangan : Ruang Flamboyan
Golongan Darah :O
Tanggal Pengkajian : 06 Mei 2019
Dx Medis : Tonsilofaringitis
B. Penanggung Jawab
Nama : NY. A
Hub. Dengan Klien : Anak
Pekerjaan : PNS
V. Riwayat Keluarga
Keterangan : :
: Laki-laki
: perempuan
: pasien
1. Provocative/Paliativ
a Apa penyebab
Kurang isitrahat dan suka makanan dingin
c. Konsep diri
1. Body image : pasien dapat menerima keadaannya.
2. Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh.
3. Harga diri : Pasien tidak menarik diri.
4. Peran diri : Pasien seorang anak dari keluarganya.
5. Personal identity : Pasien anak ke 1 dari 2 bersaudara.
d. Keadaan emosi
Keadaaan emosi stabil.
i. Kegemaran
Pasien memiliki kegemaran membaca.
j. Daya adaptasi
Pasien dapat berorientasi dengan lingkungannya.
k. Mekanisme pertahanan diri
Pasien selalu berdoa dan mempunyai pengharapan untuk dapat sembuh.
VII.Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pasien tampak lemah.
Tingakat kesadaran : Composmentis, GCS : 15
b. Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg
HR : 86 x/i
RR : 22 x/i
T : 36 C
c. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala
Bentuk simetris tidak terdapat kotoran atau ketombe, pergerakan tidak kaku dapat
digerakkan ke kiri dan ke kanan, tidak terdapat luka pada kulit kepala dan kulit
kepala cukup bersih.
2. Rambut
Rambut Pasiien pendek lurus, warna hitam dan rambut Pasien terlihat bersih.
3. Mata
Bentuk mata simetris, fungsi penglihatan kurang baik, konjungtiva tidak anemis,
pupil dan reflex cahaya baik, Pasien tidak memakai alat bantu penglihatan.
4. Hidung (Penciuman)
Bentuk dan posisi hidung simetris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat secret
atau benda asing yang menempel, tidak terdapat epitaksis dan rhinorrhoe dan
tidak ada peradangan.
5. Telinga (Pendengaran)
Bentuk dan posisi simetris, ketajaman pendengaran baik, tidak terdapat serumen
dan cairan pada lubang telinga, tidak terdapat perdarahan dan klien tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
9. Abdomen
lambung,hepar dan limpa berada pada kondisi normal
10. Reproduksi
Jenis kelamin Pasien adalah laki-laki.
11. Ekstremitas
Ekstremitas atas : dapat digerakkan dengan baik dan ekstremitas atas dekstra
terpasang infus.
Ekstremitas bawah : keduanya dapat digerakkan dengan baik.
12. Integumen
Warna kulit Pasien sawo matang, tidak terdapat lesi dan memar.
VIII.Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola tidur
1. Waktu tidur : 22.00 WIB
2. Waktu bangun : 04.30 WIB
3. Masalah tidur : Tidak ada masalah
4. Hal-hal yang mempermudah bangun :-
b. Pola eliminasi
1. BAB
Pola BAB : 4-5x /hari
2. BAK
Pola BAK : 3-4 x/hari
c. Pola makan
Diet : M-II
d. Pola minum
Jenis minuman : Air putih
f. Pola kegiatan/aktivitas
Kegiatan/aktivitas Pasien dibantu oleh perawat dan keluarga.
2. Pemeriksaan penunjang/diagnostic
Hemoglobin 15 gram%, L : 12-16 gram%, P : 12-14 gram%
Tanda-tanda vital :
HR : 86 x/i
RR : 22 x/i
T : 36 C
Sulit menelan
RR : 22 x/i
Memantau dan
dokumentasikan dan haluaran tiap T : 36 C
jam secara adekuat.
A : Tujuan belum
Menimbang BB klien.
tercapai
Memberikan makanan sedikit
tapi sering. P : Intervensi
Mencatat status nutrisi dilanjutkan
pasien: turgor kulit, timbang berat
badan, integritas mukosa mulut,
kemampuan menelan, adanya bising
usus, riwayat mual/rnuntah
Dx
Mengkaji pola diet klien S : pasien mengatakan
II
yang disukai/tidak disukai. sakit menelan.
Memonitor intake dan output
O : pasien tampak
secara periodik.
lemah, klien
menghabiskan 2-3
sendok dari porsi
yang diberikan,
A : Tujuan belum
tercapai
P : Intervensi
dilanjutkan
T : 36 C
Memantau dan
dokumentasikan dan haluaran tiap A : Tujuan belum
jam secara adekuat. tercapai
Menimbang BB klien.
P : Intervensi
Memberikan makanan sedikit
Dx dilanjutkan
tapi sering.
II
Mencatat status nutrisi
pasien: sesuai dengan kemampuan
menelan,
Mengkaji pola diet klien
yang disukai/tidak disukai.
S : pasien mengatakan
Memonitor intake dan output
masih sakit untuk
secara periodik.
menelan,
O : pasien tampak
lemah, klien
menghabiskan 3-4
sendok dari porsi
yang diberikan,
A : Tujuan belum
tercapai
P : Intervensi
dilanjutkan
jumat Dx I Mengkaji tingkat nyeri, S : Pasien
beratnya (skala 0 – 10). mengatakan nyeri di
10/05/2019
Memberikan istirahat dengan leher berkurang.
posisi semifowler.
O : Klien tampak
Menganjurkan pasien supaya
kesakitan, klien
tetap meamkai obat kumur
tampak sesekali
Menganjurkan klien untuk
memegang lehernya,
tetap mengatur waktu makannya.
skala nyeri 2-4.
Mengobservasi TTV tiap 24
jam. Tanda-tanda vital :
Mendiskusikan dan ajarkan
TD : 120/70 mmHg
teknik relaksasi.
Berkolaborasi dengan HR : 86 x/i
pemberian obat analgesik.
RR : 20 x/i
Memantau dan
dokumentasikan dan haluaran tiap T : 36,4 C
jam secara adekuat.
A : Tujuan sebagian
Menimbang BB klien.
tercapai
Dx Memberikan makanan sedikit
II tapi sering. P : Intervensi
Mencatat status nutrisi dilanjutkan
pasien: sesuai dengan, kemampuan
menelan
Mengkaji pola diet klien
yang disukai/tidak disukai.
Memonitor intake dan output S : pasien mengatakan
secara periodik. mual (-), pusing (-),
nafsu makan mulai
bertambah.
O : pasien tampak
segar, pasien
menghabiskan ½ dari
porsi yang diberikan,
A : Tujuan sebagian
tercapai
P : Intervensi
dilanjutkan
O : pasien tampak
segar, pasien tampak
menghabiskan
makanan dari porsi
yang diberikan,
A : Tujuan tercapai
P : Intervensi
dihentikan
IVFD RL 28 gtt/i
Ranitidin 1 A / 12 jam
Norages 1 A / 8 jam
Cefotaxime /8jam
Pasien telah dirawat dan telah diintervensi dengan 2 diagnosa keperawatan yang
muncul dari kasus penyakit pasien. Hasil pemeriksaan pasien menunjukkan
terminasi keadaan pasien stabil.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis mempelajari teori tentang Asuhan Keperawatan
pasiendengan Gangguan Sistem Pernafasan; tonsilofaringitis dan melaksanakan
secaralangsung Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. “M”, ternyata antara teori
yang di dapat
dengan kenyataan yang ditemukan didalam praktek lapangan terdapat
kesenjangan.Hal ini disebabkan karena tingkat kegawatan, persepsi individu, dan
juga pemahamankeluarga terhadap penyakit atau keadaaan yang dialami saat ini.
Uraian mengenai kesenjangan ini penulis amati dan temukan mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
sebagai berikut ;
A.Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, oleh karenaitu
pengkaji perlu melakukan secara teliti, cermat dan sistematis melaluiwawancara,
observasi dan pemeriksaan fisik secara langsung, serta di dukungoleh sumber-
sumber seperti catatan medika dan hasil pemeriksaan penunjang
.Setelah penulis secara cermat mempelajari teori pengkajian pasien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan; tonsilofaringitis maka penulis mendapatkan tanda
dan gejala yang khas Nyeri tenggorokan,Nyeri telan, Sulit menelan ,Demam.
Pada pengkajian pasien Tn M dengan Tonsilofaringitis, yang dikaji penulis
selama 3 hari tanggal 08 Mei 2019 penulis menemukan tanda dan gejala
Pembesaran tonsil ,Tonsil hiperemi,Mulut berbau
Berdasarkan uraian di atas penulis berpendapat adanya kesenjangan dari
tanda dan gejala antara teori dengan kajian keperawatan secara langsung pada
pasien Tn M”. Sebelumnya pasien sudah berobat kepuskesmas batang beruh
namun karena tidak ada perubahan maka pasien dibawa ke Rumah Sakit Umum
sidikalang. Selama pasien dirawat di Flamboyan RumahSakit umum sidikalang,
penulis tidak begitu mengalami hambatan dalam pengkajian keperawatan
Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis melakukan pendekatan dan
kerjasama dengan orang tua atau keluarga pasien.
B.Diagnosa Keperawatan
B.SARAN
Boies, Lawrence R., et al. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1997.
Mansjoer A, dkk. Tenggorok dalam KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jilid
I. Edisis ketiga. Media Aescalapius FKUI. Jakarta. 2001.
Ovedof, David. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara.
Soepardi, Efiaty A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorokan.
Edisi Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000.
Thomas, Benoy J. Pharyngitis, Bacterial. [online]. 2006 August 1 [cited 200 June
21]; available from : URL: http://www.emedicine.com.
. Pengertian
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan
dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber
yang tepat dengan harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse: 94-95).
B. Tujuan
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga menjamin
perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress.
Rencana pulang yang dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara
periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan, Periksa apakah
pasien/orang terdekat telah mendapat instruksi tertulis atau instruksi verbal
tentang penanganan, obat-obatan dan aktivitas yang boleh dilakukan di rumah.
Tanda dan gejala yang menunjukkan perlunya kontak yang terus-menerus dengan
pelayanan kesehatan perlu ditinjau.
C. Manfaat
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai
unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan
perawatan. Adalah penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual atau
potensial.
3. Perencanaaan:
Hasil yang diharapkan Menurut Luverne & Barbara, 1988, perencanaan
pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien.
Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk
persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien
juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas
perawatannya.
c. Treatrment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien
pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak
memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung
ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan
pearwatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain
yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu
memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan
ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis diberikan kepada klien.
Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan pemberi perawatan
harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan
di rumah.
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan
perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis
pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status
fisik dan mental klien, factor social yang penting (misalnya kurangnya pemberi
perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan
oleh klien. Transportasi harus tersedia pada saat ini
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses
discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat
untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-
menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah
klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau
kunjungan rumah (home visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:
a.Derajat penyakit
b.Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber
Topik : Tonsilofaringitis
Sub Topik : Mengetahui tingkat keparahan tonsilofaringitis
Sasaran : Keluarga Tn. M
Hari/Tanggal : Kamis, 10 Mei 2019
Waktu : 16.00 WIB - selesai
Tempat : Ruang Flamboyan Tn M
Pemateri : Eka yanti Angkat (Mahasiswa S1 STIKESSU)
A. Latar Belakang
Tonsilofaringitis disebabkan oleh infeksi kuman golongan streptococcus
atau virus yang dapat bersifat akut atau kronis (Rukmini, 2003). Masalah
kekambuhan pada pasien tonsilofaringitis perlu diperhatikan. Apabila
tonsilitis diderita oleh anak tidak sembuh maka akan berdampak terjadinya
penurunan nafsu makan, demam, berat badan menurun, menangis terus-
menerus, nyeri waktu menelan dan terjadi komplikasi seperti sinusitis,
laringtrakeitis, otitis media, gagal nafas, serta osteomielitis akut. Pada
umumnya serangan tonsilofaringitis dapat sembuh sendiri apabila daya tahan
tubuh penderita baik.
Tonsilofaringitis yang mengalami peradangan terus-menerus sebaiknya
dilakukan tonsilektomi (operasi pengangkatan amandel) yang harus dipenuhi
terlebih dahulu indikasinya. Tindakan tonsilektomi mempunyai risiko yaitu
hilangnya sebagian peran tubuh melawan penyakit yang dimiliki jaringan
amandel (Syaifudin, 2002). Tonsilofaringitis sering terjadi pada anak-anak
usia 2-3 tahun dan sering meningkat pada anak usia 5-12 tahun (Rukmini,
2003).
Tonsilofaringitis paling sering terjadi di negara subtropis. Pada negara
iklim dingin angka kejadian lebih tinggi dibandingkan dengan yang terjadi di
negara tropis, infeksi Streptococcus terjadi di sepanjang tahun terutama pada
waktu musim dingin (Rusmarjono, 2003). Hasil Penelitian Jagdeep (2008)
menunjukkan bahwa 2 gangguan tonsilofaringitis berdampak pada
penampilan pasien, seperti sering mengalami radang namun tidak sampai
mengalami gangguan suara.
Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di
Indonesia pada bulan September tahun 2012, prevalensi tonsilitis kronik
tertinggi setelah nasofaringitis akut yaitu sebesar 3,8%. Sebagian besar
penderita mengalami tonsilofaringitis karena kebiasaan mereka
mengkonsumsi makanan seperti goreng-gorengan, makanan pedas dan juga
minuman yang dingin seperti es. Faktor pencetus yang dapat mengakibatkan
anak mengalami tonsilofaringitis harus dihindari. Oleh karena itu anak-anak
dengan riwayat pernah menderita tonsilofaringitis diusahakan untuk 3
menghindari faktor pencetus dengan cara minum banyak air atau cairan
seperti sari buah, terutama selama demam, menghidari minum minuman
dingin, sirup, es krim, gorengan, makanan awetan yang diasinkan, manisan
dan makanan yang pedas (Qimindra, 2007). Menurut Donges (2001) bahwa
anak dengan tonsilofaringitis yang tidak segera ditangani, akan berakibat
mengalami penyakit jantung.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta kegiatan memiliki
pengetahuan tentang tonsilitis pada anak.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan materi penyuluhan selama 1 x 30 menit, peserta
kegiatan dapat mengetahui tentang :
a) Apa yang dimaksud amandel.
b) Faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya tonsilitis atau
radang amandel.
c) Tingkat berapakah tonsilofaringitis yang diderita anak.
d) Yang harus dilakukan untuk mencegah dan mengobati terjadinya
tonsilofaringitis.
C. Materi (Terlampir)
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
E. Pengorganisasian
1. Pelaksana Kegiatan : Eka Yanti Angkat
2. Peserta
a. Setting Tempat Duduk
1 2 3
4
5 6
Keterangan :
1. Peserta (Tn. M)
2. Peserta (Ny. A)
3. Peserta (An. U)
4. Pembicara (Mahasiswa)
5. Pembimbing Akademik
6. Pembimbing Klinik
F. Media
1. Leaflet (Terlampir)
Pembukaan :
1. Menyampaikan 1. Peserta
materi penyuluhan mendengarkan
tentang tonsilitis atau dengan seksama
radang amandel dan memfokuskan
perhatian terhadap
WIB) pembicara
2. Mengadakan diskusi 2. Mengajukan
(tanya jawab) dengan beberapa
peserta kegiatan pertanyaan yang
penyuluhan berkaitan dengan
topik dalam
kegiatan
penyuluhan.
Penutup :
1. Menyampaikan 1. Memperhatikan
kesimpulan dari dengan seksama
semua materi
penyuluhan yang
5 Menit
terlah disampaikan
3. (04.25−04.30
WIB) 2. Mengucapkan terima 2. Memperhatikan
kasih atas segala dengan seksama
bentuk partisipasi
peserta dalam
kegiatan penyuluhan
3. Memohon maaf 3. Memperhatikan
apabila terdapat dengan seksama
kesalahan dan dan menjawab
kekurangan pada saat salam
kegiatan penyuluhan
berlangsung,
mengucapkan salam
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Kesiapan mahasiswa sebagai pembicara dalam kegiatan penyuluhan.
b) Kesiapan peserta dalam mengikuti kegiatan penyuluhan.
c) Media yang digunakan sesuai dengan topik dan tepat guna.
d) Tempat yang sesuai dan kondusif untuk pelaksanaan kegiatan
penyuluhan.
e) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas yang disepakati oleh
mahasiswa.
2. Evaluasi Proses
a) Kegiatan penyuluhan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b) Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi selama proses
penyuluhan.
c) Suasana dalam kegiatan penyuluhan kondusif.
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan maka peserta akan :
a) Menjelaskan apa yang dimaksud penyakit radang amandel.
b) Menjelaskan apa saja penyebab penyakit radang amandel.
c) Dapat menjelaskan kembali tentang tanda gejala penyakit radang
amandel.
d) Dapat menjelaskan tingkat keparahan penyakit radang amandel.
e) Dapat menjelaskan pencegahan terjadinya penyakit radang amandel.
Lampiran
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TONSILOFARINGITIS
A. Pengertian Tonsilofaringitis
Tonsilofaringitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada
tonsil atau amandel ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
Tonsilofaringitis suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung
sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam,
2006).
Tonsilofaringitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).
Tonsilofaringitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut
yang berulang. Tonsilofaringitis tidak mampu untuk mengalami resolusi
lengkap dari suatu serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan
kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran
permanen dan gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah
pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).
Tonsilofaringitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh
bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilofaringitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel),
yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono,
2006, 2006).
E. Penanganan Tonsilofaringitis
Ada dua macam penanganan tonsilofaringitis ( amandel), yaitu secara
konservatif dan operatif.
a. Konservatif yaitu dengan menghilangkan gejala dan pemberian obat
(analgetik, antipiretik, obat kumur, antibiotik spektrum luas sesuai indikasi).
Strategi konservatif ini perlu disertai dengan istirahat, diet makanan lunak,
menghindari semua yang digoreng serta sebisa mungkin tidak pedas.
b. Operatif yaitu dengan pengangkatan amandel (tonsilektomi). Mayoritas
pasien tonsillitis (amandel) yang sudah dilakukan tonsilektomi sembuh
total.
F. Pencegahan Tonsilofaringitis
Pencegahan amandel pada anak sebaiknya kita melakukan langkah-langkah
pencegahan, seperti :
1. Membiasakan anak-anak untuk selalu melakukan kebiasaan hidup sehat
yaitu dengan cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum
dan sesudah makan, dan setelah buang air besar dan kecil.
2. Makan dan Minum menggunakan peralatan yang tidak saling bertukar
dengan orang lain, apalagi bertukar dengan orang yang mengalami infeksi
tenggorokan.
3. Gantilah sikat gigi anak setiap kali anak selesai mengalami radang
tenggorokan atau pembengkakan pada amandel.
4. Usahakan agar anak mengonsumsi air yang cukup, serta hindarkan dari
makanan atau minuman yang bisa merangsang iritasi seperti makanan atau
minuman yang terlalu panas, dingin, asam atau pedas.
5. Kenali gejala penyakit amandel dan segera lakukan pengobatan agar
penyakit amandel tidak menjadi semakin parah.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Efiaty Soepardi, dkk. 2000. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT Edisi
IV. Jakarta:Gaya Baru.
___. 2013. Makalah Tonsilitis. Diakses pada tanggal 18 april 2017 di
sseplyruminding.wordpress.com
___. Radang Amandel. Diakses pada tanggal 18 april 2017 di
www.alodokter.com