Anda di halaman 1dari 64

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring yang masih bersifat
ringan. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga
infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai
tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )
Tonsilofaringitis merupakan penyakit dan masalah kesehatan yang paling
banyak ditemukan pada populasi umum.Keluhan seperti nyeri tenggorokan,
infeksisaluran pernapasan bagian atas yang sering disertai dengan masalah pada
telinga, adalah jumlah terbesar dari pasien yang datang berkunjung kepelayanan
kesehatan terutama anak-anak ( Eadimaharti, 2003 ).
Tonsilofaringitis adalah peradangan pada amandel di rongga faring, dapat
disebabkan oleh salah satu bakteri (streptokokus) atau virus (adenovirus). Kondisi
ini sering dikaitkan dengan faringitis (Lippincott, 2002). Berdasarkan lamanya
keluhan, tonsilofaringitis dapat diklasifikasikan sebagai akut dan
kronis.Tonsilofaringitis kronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang paling
sering dari semua penyakit tenggorokan yang berulang. Gambaran klinis
bervariasi, dan diagnosis sebagian besar tergantung pada inspeksi (Adams
George, 2001).
Menurut WHO (World Health Organization), pola penyakit THT
diberbagai Negara berbeda-beda. Di Islamabad, Pakistan selama 10 tahun (Januari
2007- Desember 2012) dari 68.488 kunjungan pasien didapati penyakit
Tonsilofaringitis Kronis merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai yakni
sebanyak 15.067 (22%) penderita (Arsyhad, 2013).Di Inggris,100% dari pasien
tonsilitis kronis dan adenoid yang datang berobat ke rumah sakit harus dirawat
inap. Dari konsultan rumah sakit didapati 42% adalah untuk laki-laki dan 58%
adalah bagi perempuan.
Kasus yang tergolong dalam kategori serius adalah sebanyak 2%.Rata-rata
satu hari diperlukan untuk rawatan pasien.Usia rata-rata pasien rawat inap adalah
15 tahun. Pasien yang berusia 15-59 tahun yang dirawat untuk tonsilofaringitis
dan adenoid adalah sebanyak 32%.Tidak dijumpai pasien dengan usia di atas 75
tahun. Dari jumlah rawat inap di rumah sakit, 0.11% adalah untuk kasus
tonsilofaringitis. Jumlah kunjungan untuk tonsilofaringitis adalah 0,18%. Pasien
yang mengalami komplikasi abses sehingga diperlukan penanganan segera adalah
sebanyak 94% (England Hospital Episode Statistics, Department of Health, 2003).
Di Malaysia, lima kelompok utama yang paling umum dari penyakit THT
adalah rhinitis (20,2%), otitis media kronik (12,3%), nasopharyngeal
carcinoma(NPC) (10,5%), tonsilitis (8,1%) dan polip hidung (5,2%). Penelitian
yang dilakukan di Malaysia pada Poli THT Rumah Sakit Sarawak selama 1 tahun
dijumpai 8.118 pasien, dalam jumlah penderita penyakit, tonsiofaringitis
menempati urutan keempat yakni sebanyak 657 (81%) penderita ( Sing, 2013).
Di Indonesia berdasarkan data rekam medis tahun 2012 di RSUP dr. M.
Djamil, Padang bagian THT-KL sub bagian laring faring ditemukan
tonsilofaringitis sebanyak 465 dari 1110 kunjungan di poliklinik sub bagian laring
faring (Olivia Rinny, 2013). Dari data RSUD Raden Mattaher Jambi diketahui
jumlah penderita tonsilofaringitis pada tahun 2012 berjumlah 978 dari 1365
jumlah kunjungan dan pada tahun 2013 berjumlah 889 dari 1144 jumlah
kunjungan. Sedangkan penelitian di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar
jumlah kunjungan baru dengan tonsilofaringitis mulai Juni 2011 - Mei 2012
adalah sebanyak 63 orang (Sapitri, 2013).
Menurut Manik dan kawan-kawan (2013), populasi penelitian merupakan
seluruh penderita tonsilofaringitis yang terdaftar di bagian rekam medis RSUP
Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2012 - Desember 2012 dengan jumlah 86
penderita. Proporsi tertinggi penderita tonsilofaringitis berdasarkan jenis kelamin
perempuan sebanyak 66,3%, kelompok umur 1 – 10 tahun sebanyak 29,1%,
pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 43%, keluhan utama berupa sakit
tenggorok/sakit menelan sebanyak 48,8%, ukuran tonsil T2 / T2 sebanyak 39,5%,
penatalaksanaan berupa medikamentosa sebanyak 73,3% (Maniket al., 2013).
Informasi mengenai karakteristik dan epidemiologi penyakit – penyakit THT di
Indonesia khususnya mengenai Tonsilofaringitis masih sulit untuk
diperoleh.Belum didapatkannya data terbaru tentang gambaran penderita
tonsilofaringitis
RSU sidikalang diruang inap flamboyan sejak januari sampai april 2019
ada penderita tonsilofaringitis sebanyak 8 orang, karena itulah penulis mencoba
untukmelakukan penelitian mengenai karakteristik penderita tonsilofaringitis di
RSU Sidikalang
Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada laporan PBLK ini adalah bagaimana cara
menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan sistem pernafasan
Tonsilofaringitis di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Melakukan Manajemen Asuhan Keperawatan kepada pasien
dengan Gangguan Sistem Pernafasan Tonsilofaringitisdi Ruang Flamboyan
RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
1.3.2. Tujuan Khusus
Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
a. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
b. Mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
c. .Mampu membuat evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
d. Mampu membuat discharge planning pada pasien dengan gangguan
sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang Tahun 2019.
e. Mampu menerapkan tindakan keperawatan Evidence Based Nursing
(EBN) pada gangguan sistem pernafasan di Ruang Flamboyan RSUD Sidiakalang
Tahun 2019.
.
1.4. Manfaat Praktek Belajar Lapangan Komprenhensif (PBLK)
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mampu mengaplikasikan teori yang didapat selama dalam masa
akademik kedalam situasi nyata dilapangan dengan menerapkan asuhan
keperawatan yang profesional dan komprenhensif serta meningkatkan
kepercayaan diri didalam melakukan asuhan keperawatan.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Melatih mahasisawa untuk melakukan aplikasi asuahan keperawatan
berdasarkan hasil penelitian sesuai evidence based nursing.
1.4.3 Bagi Rumah Sakit
Selama kegiatan PBLK maka lahan Praktek dapat menggunakan tenaga
mahasiswa sebagai perawat tambahan dan sebagai masukan dan informasi terbaru
bagi Rumah Sakit umum sidikalang.
1.4.4 Bagi Pasien dan Keluarga
Menambah wawasan, ilmu dan sebagai sumber informasi kepada pasien dan
keluarga tentang penyakit gangguan sistem pernafasan tonsilofaringitis
.

.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. Tinjauan Teoritis Medis


A. Pengertian
Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring yang masih bersifat
ringan. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya
sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut
sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )
Tonsilofaringitis merupakan faringitis akut dan tonsilitis akut yang ditemukan
bersama – sama. ( Efiaty, 2002 )

B. Etiologi
Penyebab tonsilofaringitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut
dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet
infections )

C. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas
akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui
sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan
terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan
kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih
keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri
telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.

D. WOC

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi

Tonsilofaringitis akut Hipertermi

Edema faring & tonsil Tonsil & adenoid membesar

Nyeri telan Obstruksi pada tuba eustakii

Sulit makan & minum Kurangnya Infeksi sekunder


pendengaran

kelemahan
Resiko Otitis media
perubahanstatus
nutrisi < dari Intoleransi
kebutuhan tubuh aktifitas

Gangguan persepsi sensori :


pendengaran

E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala tonsilofaringitis akut adalah :
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia ( sakit di telinga )
14. Malaise

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilofaringitis akut tidak tertangani dengan
baik adalah :
1. Tonsilofaringitis kronis
2. Otitis media

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

H. Penatalaksanaan
Penanganan pada anak dengan tonsilofaringitis akut adalah :
1. Penatalaksanaan medis
 Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin,
amoksisilin, eritromisin dll
 Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
 Analgesik
2. Penatalaksanaan keperawatan
 Kompres dengan air hangat
 Istirahat yang cukup
 Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
 Kumur dengan air hangat
 Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
3. Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam sebaiknya
tirah baring, pemberian cairan adekuat, dan diet ringan.
 Sistemik
Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamidaantipiretik.
 Pengobatan oral
obat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan.
 Tonsilektomi
Tonsilektomi dilakukan hanya bila anak menderita serangan yang berat dan
berulang-ulang yang mengganggu kehidupannya. Tindakan ini harus dilakukan
bila disertai abses peritonsilar. Tidak boleh dilakukan 3 minggu setelah serangn
tonsilitis akut, pada palatoskisis, atau pada waktu ada epidemi poliomielitis.6

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengakajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan utnuk
mengumpulkan data atau informasi tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenai masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik
fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Effendi, 1995).
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal MRS,
diagnosa medis dan nomor register.
2. Riwayat Keperawatan
a. Alasan dirawat
b. Keluhan Utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien, hal yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.
Daerah yang terserang baik atas atau bawah sehingga klien pergi kerumah sakit
serta hal atau tindakan yang dilakukan saat klien dirumah sakit. Serangan,
karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll
d. Riwayat kesehatan lalu
Masalah-masalah yang pernah dialami oleh klien sebelum mrs, penyakit-penyakit
yang sebelumnya perna diderita klien sehingga klien dapat mrs.
 Riwayat kelahiran
 Riwayat imunisasi
 Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ispa, otitis media)
 Riwayat hospitalisasi
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh keluarga baik penyakit yang
sama dengan klien, penyakit keturunan seperti diabetes meletus,
hipertensi maupun penyakit menular seperti hepatitis, tb paru.
3. Riwayat psikososial dan spiritual.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian umum
 Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
b. Pernafasan
 Kesulitan bernafas, batuk
 Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
• T0 : bila sudah dioperasi
• T1 : ukuran yang normal ada
• T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
• T3 : pembesaran mencapai garis tengah
• T4 : pembesaran melewati garis tengah
c. Nutrisi
 Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan
minum, turgor kurang
d. Aktifitas / istirahat
 Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
e. Keamanan / kenyamanan
 Kecemasan anak terhadap hospitalisasi
5. Pemeriksaan Penunjang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakitnya
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
4. Ansietas berhubungan dengan status kesehatannya
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya terhadap
sumber informasi

C. Rencana Intervensi
N Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil
Intervensi (NIC
o (NANDA) (NOC)
1 Hipertermi NOC : NIC :
Thermoregulation Fever treatment
Kriteria Hasil :  Monitor suhu
 Suhu sesering mungkin
tubuh dalam  Monitor IWL
rentang normal  Monitor warna dan
 Nadi dan suhu kulit
RR dalam rentang  Monitor tekanan
normal darah, nadi dan RR
 Tidak ada  Monitor penurunan
perubahan warna tingkat kesadaran
kulit dan  Monitor WBC, Hb,
tidak ada pusing, dan Hct
merasa nyaman  Monitor intake dan
output
 Berikan anti piretik
 Berikan pengobatan
untuk mengatasi penyebab
demam
 Selimuti pasien
 Lakukan tapid
sponge
 Berikan cairan
intravena
 Kompres pasien
pada lipat paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi
udara
 Berikan pengobatan
untuk mencegah terjadinya
 Menggigil
Temperature regulation
 Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
 Rencanakan
monitoring suhu secara
kontinyu
 Monitor TD, nadi,
dan RR
 Monitor warna dan
suhu kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien
untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien
cara mencegah keletihan
akibat Panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency
yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik
jika perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat
pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari
nadi
 Monitor frekuensi
dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu,
warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi
penyebab dari perubahan
vital sign
2 Nyeri akut b/d proses NOC : Pain Management
infeksi  Pain Level  Lakukan pengkajian
 Pain nyeri secara komprehensif
control termasuk lokasi,
 Comfort karakteristik, durasi,
level frekuensi, kualitas dan
Kriteria Hasil : faktor presipitasi
 Mampu  Observasi reaksi
mengontrol nyeri nonverbal dari
(tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu  Gunakan teknik
menggunakan komunikasi terapeutik untuk
tehnik mengetahui pengalaman
nonfarmakologi nyeri pasien
untuk mengurangi  Kaji kultur yang
nyeri, mencari mempengaruhi respon nyeri
bantuan)  Evaluasi
 Melaporka pengalaman nyeri masa
n bahwa nyeri lampau
berkurang dengan  Evaluasi bersama
menggunakan pasien dan tim kesehatan
manajemen nyeri lain tentang ketidakefektifan
 Mampu kontrol nyeri masa lampau
mengenali nyeri  Bantu pasien dan
(skala, intensitas, keluarga untuk mencari
frekuensi dan dan menemukan dukungan
tanda nyeri)  Kontrol lingkungan
 Menyatak yang dapat mempengaruhi
an rasa nyaman nyeri
setelah nyeri seperti suhu ruangan,
berkurang pencahayaan dan kebisingan
 Tanda  Kurangi faktor
vital dalam presipitasi nyeri
rentang normal  Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang
teknik non farmakologi
 Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan
dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik
tepat waktu terutama saat
nyeri
 Hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari  Nutritiona Nutrition Management
kebutuhan tubuh l Status : food and  Kaji adanya alergi
Fluid makanan
 Intake  Kolaborasi dengan
Kriteria Hasil : ahli gizi untuk menentukan
 Adanya jumlah kalori dan nutrisi
peningkatan berat yang dibutuhkan pasien.
badan sesuai  Anjurkan pasien
dengan tujuan untuk meningkatkan intake
 Berat Fe
badan ideal sesuai  Anjurkan pasien
dengan tinggi untuk meningkatkan
badan protein dan vitamin C
 Mampu  Berikan substansi
mengidentifikasi gula
kebutuhan nutrisi  Yakinkan diet yang
 Tidak ada dimakan mengandung
tanda tanda tinggi serat untuk mencegah
malnutrisi konstipasi
 Tidak  Berikan makanan
terjadi penurunan yang terpilih ( sudah
berat badan yang dikonsultasikan dengan ahli
berarti gizi)
 Ajarkan pasien
bagaimana membuat catatan
makanan harian.
 Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam
batas normal
 Monitor adanya
penurunan berat badan
 Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
 Monitor interaksi
anak atau orangtua selama
makan
 Monitor lingkungan
selama makan
 Jadwalkan
pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
 Monitor kulit kering
dan perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor kadar
albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
 Monitor makanan
kesukaan
 Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan
intake nutrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
 Catat jika lidah
berwarna magenta, scarlet
 
4 Ansietas (00146) NOC : NIC :
 Anxiety Anxiety Reduction
control (Penurunan Kecemasan)
 Coping  Gunakan pendekatan
Kriteria Hasil : yang menenangkan
 Klien  Nyatakan dengan
mampu jelas harapan terhadap
mengidentifikasi pelaku pasien.
dan  Jelaskan semua
mengungkapkan prosedur dan apa yang
gejala cemas dirasakan selama prosedur
 Mengident  Temani pasien
ifikasi, untuk memberikan
mengungkapkan keamanan dan mengurangi
dan menunjukkan takut
tehnik untuk  Berikan informasi
mengontol cemas faktual mengenai diagnosis,
 Vital sign tindakan, Prognosis
dalam batas  Dorong keluarga
normal untuk menemani anak
 Postur  Lakukan back / neck
tubuh, ekspresi rub
wajah, bahasa  Dengarkan dengan
tubuh dan tingkat penuh perhatian
aktivitas  Identifikasi tingkat
menunjukkan kecemasan
berkurangnya  Bantu pasien
kecemasan mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
5 Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :
 Knowlwd Teaching : disease Process
ge : disease  Berikan penilaian
process tentang tingkat
 Knowledg pengetahuan pasien tentang
e : health proses penyakit yang
Behavior spesifik
Kriteria Hasil :  Jelaskan
 Pasien dan patofisiologi dari penyakit
keluarga dan bagaimana hal ini
menyatakan berhubungan dengan
pemahaman anatomi dan fisiologi,
tentang penyakit, dengan cara yang tepat.
kondisi, prognosis Gambarkan tanda dan gejala
dan program yang biasa muncul pada
pengobatan penyakit, dengan cara yang
 Pasien dan tepat
keluarga mampu  Gambarkan proses
melaksanakan penyakit, dengan cara yang
prosedur yang tepat
dijelaskan secara  Identifikasi
benar kemungkinan penyebab,
 Pasien dan dengna cara yang tepat
keluarga mampu  Sediakan informasi
menjelaskan pada pasien tentang
kembali apa yang kondisi, dengan cara yang
dijelaskan tepat
perawat/tim  Hindari jaminan
kesehatan yang kosong
lainnya.  Sediakan bagi
keluarga atau SO informasi
tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
 Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
 Dukung pasien
untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi
kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang
tepat
 Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat

2.2.4. Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana


tindakan

disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan

yang diharapkan. Oleh karena rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi factor – factor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien

(Dermawan, 2014).

2.2.5. Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara dasar

tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku yang
terampil.

Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan

fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP

(subjective, objektive, analisys, planning).

2.2.6 E.B.N (evidance Based Nursing)


Penulis mencoba membuat beberapa solusi untukk penerapan suatu intervensi
keperawatan terhadap permasalahan pasien yaitu gangguan pernafasan
tonsilofaringitis terutama didalam lingkup sebuah kasus kelolaan menganologika
penerapan intervensi pendidikan kesehatan pada pasien kasus gangguan sistem
pernafasan.
Seperti yangdiketahiu bahwa pasien gangguan sistem pernafasan
tonsilofaringitis mendapatkan perasaan ketidak nyamanan yang sangat sering
karena rasa nyeri pada saat menelan.
Hasil intervensi yang dilakukan penulis secara langsung adalah yang
mengalami gangguan sistem pernafasan tonsilofaringitis pada saat menelan maka
yang dilakukan penulis adalah menganjurkan pasien dengan Terapi menelan.
Tindakan penulis lakukan tersebut pada paien dengan hasil intervensi dimana
erapi lebih efektif dalam menurunkan rasa nyeri yang dirasakan terhadap penyakit
yang di alaminya.
BAB III
TINJAUAN KASUS

I.Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 21 tahun
Status Kawin : Belum Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Polisi
Alamat : Jl.Aster No. 21 Sidikalang
Tanggal Masuk RS : 08 Mei 2019
No. Reg : 14.24.25
Ruangan : Ruang Flamboyan
Golongan Darah :O
Tanggal Pengkajian : 06 Mei 2019
Dx Medis : Tonsilofaringitis
B. Penanggung Jawab
Nama : NY. A
Hub. Dengan Klien : Anak
Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. Aster No. 21 Sidikalang

II. Keluhan Utama


Nyeri menelan dan rasa ada yang mengganjal ditenggorokan
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengalami nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu,nafsu makan berkurang
semenjak sakit

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit nyeri menelan tapi tidak
pernah separah ini, biasanya setelah minum obat yang dibeli di toko obat, sakit
pasien sembuh.

V. Riwayat Keluarga
Keterangan : :

: Laki-laki

: perempuan
: pasien

1. Provocative/Paliativ
a Apa penyebab
Kurang isitrahat dan suka makanan dingin

b. Hal-hal yang akan memperbaiki keadaan


Berobat kepuskesmas, rumah sakit maupun klinik terdekat.
2. Quantity/Quality
a. Bagaimana Nyeri dibagian tenggorokan
b. Bagaimana dilihat pasien tampak meringis kesakitan sambil
memegang lehernya
3. Region
a. Dimana lokasinya
Bagian leher
b. Apakah menyebar
Tidak
1. Severity (mengganggu aktivitas)
Ya, pasien tidak dapat melakukan aktivitas.
5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Sejak 2 hari yang lalu pasien mengalami sakit tenggorokan yang terus-
menerus disertai mual dan pusing,akhirnya pasien yang semakin melemah,
keluarga pasien langsung membawa klien ke RSUD Sidikalang.

VI.Riwayat Keadaan Psikososial


a. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam sehari-hari yaitu bahasa Indonesia.
b. Persepsi pasien tentang penyakit
pasien yakin penyakitnya dapat disembuhkan.

c. Konsep diri
1. Body image : pasien dapat menerima keadaannya.
2. Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh.
3. Harga diri : Pasien tidak menarik diri.
4. Peran diri : Pasien seorang anak dari keluarganya.
5. Personal identity : Pasien anak ke 1 dari 2 bersaudara.
d. Keadaan emosi
Keadaaan emosi stabil.

e. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara


Pasien merespon lawan bicaranya.

f. Hubungan dengan keluarga


Hubungan klien dengan keluarga baik.

g. Hubungan dengan saudara


Hubungan Pasien dengan saudara baik

h. Hubungan dengan orang lain


Hubungan pasien dengan orang lain disekitarnya baik.

i. Kegemaran
Pasien memiliki kegemaran membaca.

j. Daya adaptasi
Pasien dapat berorientasi dengan lingkungannya.
k. Mekanisme pertahanan diri
Pasien selalu berdoa dan mempunyai pengharapan untuk dapat sembuh.

VII.Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pasien tampak lemah.
Tingakat kesadaran : Composmentis, GCS : 15
b. Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg

HR : 86 x/i
RR : 22 x/i
T : 36 C
c. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala
Bentuk simetris tidak terdapat kotoran atau ketombe, pergerakan tidak kaku dapat
digerakkan ke kiri dan ke kanan, tidak terdapat luka pada kulit kepala dan kulit
kepala cukup bersih.

2. Rambut
Rambut Pasiien pendek lurus, warna hitam dan rambut Pasien terlihat bersih.
3. Mata
Bentuk mata simetris, fungsi penglihatan kurang baik, konjungtiva tidak anemis,
pupil dan reflex cahaya baik, Pasien tidak memakai alat bantu penglihatan.
4. Hidung (Penciuman)
Bentuk dan posisi hidung simetris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat secret
atau benda asing yang menempel, tidak terdapat epitaksis dan rhinorrhoe dan
tidak ada peradangan.

5. Telinga (Pendengaran)
Bentuk dan posisi simetris, ketajaman pendengaran baik, tidak terdapat serumen
dan cairan pada lubang telinga, tidak terdapat perdarahan dan klien tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.

6. Mulut dan gigi


Bentuk bibir simetris, warna bibir tampak kehitaman, mukosa bibir tampak
kering, fungsi pengecapan baik, tidak terdapat perdarahan dan peradangan, mulut
cukup bersih dank klien tidak menggunakan gigi palsu.
7. Leher
1) Inspeksi ukuran leher : pada leher terdapat pembengkakan dan terasa hangat
2)Trakea : terdapat gangguan menelan karena pembengkakan dan nyeri yang
dirasakan pasien
8. Thorax (fungsi pernapasan)
Bentuk simetris, tidak terdengar bunyi wheezing dan tidak ada penurunan
ekspansi paru kiri dan kanan.

9. Abdomen
lambung,hepar dan limpa berada pada kondisi normal
10. Reproduksi
Jenis kelamin Pasien adalah laki-laki.
11. Ekstremitas
Ekstremitas atas : dapat digerakkan dengan baik dan ekstremitas atas dekstra
terpasang infus.
Ekstremitas bawah : keduanya dapat digerakkan dengan baik.

12. Integumen
Warna kulit Pasien sawo matang, tidak terdapat lesi dan memar.
VIII.Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola tidur
1. Waktu tidur : 22.00 WIB
2. Waktu bangun : 04.30 WIB
3. Masalah tidur : Tidak ada masalah
4. Hal-hal yang mempermudah bangun :-
b. Pola eliminasi
1. BAB
Pola BAB : 4-5x /hari

Karakter feces : Lembek

Riwayat pendarahan : Tidak ada

Penggunaan obat : Tidak ada


Keluhan BAB : Tidak ada

Masalah eliminasi BAB : Tidak ada masalah eliminasi BAB.

2. BAK
Pola BAK : 3-4 x/hari

Karakter urin : Kuning pekat

Nyeri : Tidak ada

Inkontunensia : Tidak ada

Pengunaan obat : Tidak ada

Keluhan : Tidak ada keluhan

Masalah eliminasi BAK : Tidak ada masalah eliminasi BAK

c. Pola makan
Diet : M-II

Pola diet : 3 x/hari

Jumlah dan jenis diet : 1 porsi M-II

Kesulitan menelan : ada

Masalah pola makan : Nafsu makan menurun

Upaya mengatasinya : Makan lembek sedikit tapi sering

d. Pola minum
Jenis minuman : Air putih

Pola minum : 3-4 gelas/hari

Kesulitan minum : ada kesulitan minum

Upaya mengatasinya : minuman hangat sedikit tp sering


e. Kebersihan diri
Pasien tampak bersih. Kebersihan diri klien dibantu oleh perawat dan keluarga.

f. Pola kegiatan/aktivitas
Kegiatan/aktivitas Pasien dibantu oleh perawat dan keluarga.

IX.Hasil Pemerikasaan Penunjang/Diagnostik


1. Diagnosa Medis
Tonsilofaringitis.

2. Pemeriksaan penunjang/diagnostic
Hemoglobin 15 gram%, L : 12-16 gram%, P : 12-14 gram%

Lekosit 4630/mm3, L/P : 6.000-10.000 /mm3

Laju endap darah 26 mm/jam, L : 0-10 mm/jam, P : 0-15 mm/jam

Hematokrit 43 %, L : 40-48 %, P : 37-43 %

Trombosit 256.000/mm3, L/P : 200.000-400.000 /mm3

X.Penatalaksanaan Terapi Medis


 IVFD RL 20 gtt/i
 Ranitidin 1 A / 12 jam
 Norages 1 A / 8 jam
 Cefotaxim /8 jam

XI. Masalah Keperawatan


1. Nyeri akut
2. Gangguan Menelan
XII.Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan tonsil
2. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanisme tonsilitis
ditandai dengan mengeluh ketika menelan.
XIII.Analisa Data
Data Etiologi Problem

DS : Pasien mengatakan nyeri di leher. Agen cedera Nyeri akut


biologis
DO : Pasien tampak meringis kesakitan, klien
tampak memegang leher nya, skala nyeri 6.

Tanda-tanda vital :

TD : 120/70 mmHg Nyeri

HR : 86 x/i

RR : 22 x/i

T : 36 C

DS : Pasien mengatakan sakit menelan mual Ketidak Gangguan


mampuan menelan
DO : pasien tampak lemah, pasien menghabiskan
menelan
2-3 sendok dari porsi yang diberikan, BB sebelum
masuk RS : 56 kg, BB selama diRS : 54 kg

Sulit menelan

I.Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa Tujuan Rencana Keperawatan
Keperawatan

Nyeri akut Terjadinya penurunan  Kaji tingkat nyeri,


berhubungan dengan atau hilangnya rasa beratnya (skala 0 – 10).
pembengkakan tonsil nyeri, dengan kriteria  Berikan istirahat
klien melaporkan dengan posisi semifowler.
terjadinya penurunan  Anjurkan pasien untuk
atau hilangnya rasa menghindari makanan yang
nyeri. dapat meningkatkan kerja .
 Anjurkan pasien untuk
menggunakan obat kumur
untuk membersuhkan mulut
 Observasi TTV tiap
24 jam.
 Diskusikan dan
ajarkan teknik relaksasi.
 Kolaborasi dengan
pemberian obat analgesik.
. Setelah dilakukan  Pantau dan
tindakan keperawatan dokumentasikan dan haluaran
2.Gangguan menelan
pasien mampumenelan tiap jam secara adekuat.
berhubungan dengan
dengan baik.  Timbang BB klien.
obstruksi mekanisme
 Berikan makanan
tonsilitis ditandai
sedikit tapi sering.
dengan mengeluh
 Catat status nutrisi
ketika menelan.
pasien: turgor kulit, timbang
berat badan, integritas
mukosa mulut, kemampuan
menelan, adanya bising usus,
riwayat mual/rnuntah atau
diare.
 Kaji pola diet klien
yang disukai/tidak disukai.
 Monitor intake dan
output secara periodik.
Catatan Perkembangan Klien

Hari Dx Implementasi Evaluasi


Kep

rabu Dx I  Mengkaji tingkat nyeri, S : pasien mengatakan


beratnya (skala 0 – 10). nyeri di leher
08/05/2019
 Memberikan istirahat dengan
O : pasien tampak
posisi semifowler.
meringis kesakitan,
 Menganjurkan pasien untuk
klien tampak
tetap mengumur obat kumur.
memegang lehernya,
 Mengobservasi TTV tiap 24
skala nyeri 6.
jam.
 Mendiskusikan dan ajarkan Tanda-tanda vital :
terapi menelan
TD : 120/70 mmHg
 Berkolaborasi dengan
pemberian obat analgesik. HR : 86 x/i

RR : 22 x/i
 Memantau dan
dokumentasikan dan haluaran tiap T : 36 C
jam secara adekuat.
A : Tujuan belum
 Menimbang BB klien.
tercapai
 Memberikan makanan sedikit
tapi sering. P : Intervensi
 Mencatat status nutrisi dilanjutkan
pasien: turgor kulit, timbang berat
badan, integritas mukosa mulut,
kemampuan menelan, adanya bising
usus, riwayat mual/rnuntah
Dx
 Mengkaji pola diet klien S : pasien mengatakan
II
yang disukai/tidak disukai. sakit menelan.
 Memonitor intake dan output
O : pasien tampak
secara periodik.
lemah, klien
menghabiskan 2-3
sendok dari porsi
yang diberikan,

A : Tujuan belum
tercapai

P : Intervensi
dilanjutkan

kamis Dx I  Mengkaji tingkat nyeri, S : pasien mengatakan


beratnya (skala 0 – 10). nyeri di leher
9/05/2019
 Memberikan istirahat dengan
O : pasien tampak
posisi semifowler.
meringis kesakitan,
 Menganjurkan pasien
pasien tampak
memakan makanan lunak
memegang lehernya,
 Menganjurkan pasien untuk
skala nyeri 4-6.
tetap mengatur waktu makannya.
 Mengobservasi TTV tiap 24 Tanda-tanda vital :
jam.
 Mendiskusikan dan ajarkan TD : 120/70 mmHg
teknik relaksasi.
HR : 88 x/i
 Berkolaborasi dengan
pemberian obat analgesik. RR : 20 x/i

T : 36 C
 Memantau dan
dokumentasikan dan haluaran tiap A : Tujuan belum
jam secara adekuat. tercapai
 Menimbang BB klien.
P : Intervensi
 Memberikan makanan sedikit
Dx dilanjutkan
tapi sering.
II
 Mencatat status nutrisi
pasien: sesuai dengan kemampuan
menelan,
 Mengkaji pola diet klien
yang disukai/tidak disukai.
S : pasien mengatakan
 Memonitor intake dan output
masih sakit untuk
secara periodik.
menelan,

O : pasien tampak
lemah, klien
menghabiskan 3-4
sendok dari porsi
yang diberikan,

A : Tujuan belum
tercapai

P : Intervensi
dilanjutkan
jumat Dx I  Mengkaji tingkat nyeri, S : Pasien
beratnya (skala 0 – 10). mengatakan nyeri di
10/05/2019
 Memberikan istirahat dengan leher berkurang.
posisi semifowler.
O : Klien tampak
 Menganjurkan pasien supaya
kesakitan, klien
tetap meamkai obat kumur
tampak sesekali
 Menganjurkan klien untuk
memegang lehernya,
tetap mengatur waktu makannya.
skala nyeri 2-4.
 Mengobservasi TTV tiap 24
jam. Tanda-tanda vital :
 Mendiskusikan dan ajarkan
TD : 120/70 mmHg
teknik relaksasi.
 Berkolaborasi dengan HR : 86 x/i
pemberian obat analgesik.
RR : 20 x/i
 Memantau dan
dokumentasikan dan haluaran tiap T : 36,4 C
jam secara adekuat.
A : Tujuan sebagian
 Menimbang BB klien.
tercapai
Dx  Memberikan makanan sedikit
II tapi sering. P : Intervensi
 Mencatat status nutrisi dilanjutkan
pasien: sesuai dengan, kemampuan
menelan
 Mengkaji pola diet klien
yang disukai/tidak disukai.
 Memonitor intake dan output S : pasien mengatakan
secara periodik. mual (-), pusing (-),
nafsu makan mulai
bertambah.

O : pasien tampak
segar, pasien
menghabiskan ½ dari
porsi yang diberikan,

A : Tujuan sebagian
tercapai

P : Intervensi
dilanjutkan

Dx I  Mengkaji tingkat nyeri, S : pasien mengatakan


10/05/2019 beratnya (skala 0 – 10). nyeri berkurang
 Memberikan istirahat dengan (hilang).
posisi semifowler.
O : pasien tampak
 Menganjurkan pasien untuk
tenang, Tanda-tanda
menggunakan obat kumur.
vital :
 Menganjurkan klien untuk
tetap mengatur waktu makannya. TD : 120/70 mmHg
 Mengobservasi TTV tiap 24
HR : 84 x/i
jam.
 Mendiskusikan dan ajarkan RR : 20 x/i
teknik relaksasi.
T : 36,8 C
 Berkolaborasi dengan
pemberian obat analgesik. A : Tujuan tercapai
 Memantau dan
P : Intervensi
dokumentasikan dan haluaran tiap
jam secara adekuat. dihentikan
 Menimbang BB klien.
Dx
 Memberikan makanan sedikit
II
tapi sering.
 Mencatat status nutrisi
pasien: sesuai dengan, kemampuan
menelan, .
 Mengkaji pola diet pasien
yang disukai/tidak disukai.
 Memonitor intake dan output S : pasien mengatakan
secara periodik. nafsu makan normal.

O : pasien tampak
segar, pasien tampak
menghabiskan
makanan dari porsi
yang diberikan,

A : Tujuan tercapai

P : Intervensi
dihentikan

I.Ringkasan Keperawatan Pulang


Pasien telah menjalani beberapa pemeriksaan, yaitu pemeriksaan laboratorium.
pasien juga mendapatkan terapi sebagai berikut :

 IVFD RL 28 gtt/i
 Ranitidin 1 A / 12 jam
 Norages 1 A / 8 jam
 Cefotaxime /8jam
Pasien telah dirawat dan telah diintervensi dengan 2 diagnosa keperawatan yang
muncul dari kasus penyakit pasien. Hasil pemeriksaan pasien menunjukkan
terminasi keadaan pasien stabil.

BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis mempelajari teori tentang Asuhan Keperawatan
pasiendengan Gangguan Sistem Pernafasan; tonsilofaringitis dan melaksanakan
secaralangsung Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. “M”, ternyata antara teori
yang di dapat
dengan kenyataan yang ditemukan didalam praktek lapangan terdapat
kesenjangan.Hal ini disebabkan karena tingkat kegawatan, persepsi individu, dan
juga pemahamankeluarga terhadap penyakit atau keadaaan yang dialami saat ini.
Uraian mengenai kesenjangan ini penulis amati dan temukan mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
sebagai berikut ;
A.Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, oleh karenaitu
pengkaji perlu melakukan secara teliti, cermat dan sistematis melaluiwawancara,
observasi dan pemeriksaan fisik secara langsung, serta di dukungoleh sumber-
sumber seperti catatan medika dan hasil pemeriksaan penunjang
.Setelah penulis secara cermat mempelajari teori pengkajian pasien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan; tonsilofaringitis maka penulis mendapatkan tanda
dan gejala yang khas Nyeri tenggorokan,Nyeri telan, Sulit menelan ,Demam.
Pada pengkajian pasien Tn M dengan Tonsilofaringitis, yang dikaji penulis
selama 3 hari tanggal 08 Mei 2019 penulis menemukan tanda dan gejala
Pembesaran tonsil ,Tonsil hiperemi,Mulut berbau
Berdasarkan uraian di atas penulis berpendapat adanya kesenjangan dari
tanda dan gejala antara teori dengan kajian keperawatan secara langsung pada
pasien Tn M”. Sebelumnya pasien sudah berobat kepuskesmas batang beruh
namun karena tidak ada perubahan maka pasien dibawa ke Rumah Sakit Umum
sidikalang. Selama pasien dirawat di Flamboyan RumahSakit umum sidikalang,
penulis tidak begitu mengalami hambatan dalam pengkajian keperawatan
Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis melakukan pendekatan dan
kerjasama dengan orang tua atau keluarga pasien.

B.Diagnosa Keperawatan

Dignosa keperawatan ditegakkan berdasarkan analisa data yang di


dapat pada waktu pengkajian. Masalah yang di dapat bersifat aktual dan potensial
yangdapat diatasi atau dikurangi ataupun dicegah dengan tindakan
keperawatan.Dalam diagnosa keperawatan teori dengan Gangguan Sistem
SaluranPernafasan tonsilofaringitis, penulis menemukan beberapa diagnosa
keperawatanyaitu :

1. . Hipertermi berhubungan dengan penyakitnya


2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
4. Ansietas berhubungan dengan status kesehatannya
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya terhadap
sumber informasi
Setelah penulis merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah
Pasien Tn “M” kemudian penulis memprioritaskan berdasarkan kebutuhan
klien,maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah

1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan tonsil


2. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanisme
tonsilitisditandai dengan mengeluh ketika menelan.
.Diagnosa keperawatan secara teori, tidak seluruhnya ditemukan oleh penulis pada
kasus Tn M” hal tersebut terjadi karena diagnosa keperawatan dari pasien Tn M”
sesuai dengan masalah kesehatan dan tanda serta gejala-gejala yangditemukan
pada Pasien Tn M” dengan Tonsilofaringitis
.C.Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya
adalahmenerapkan dan menyusun rencana tindakan. Langkah ini memberikan
pedoman pada tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan
klien dankeluarga dalam pembuatan perencanaan penulis menetapkan berdasarkan
padatinjauan teori sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
Pasien Tn M.
Sebelum menyusun rencana tindakan keperawatan, pertama-tama
penulismenerapkan tujuan yang diharapkan agar dalam membuat rencana
tindakankeperawatan mengarah kepada tujuan atau hasil yang diharapkan
D.Pelaksanaan Keperawatan.
Tindakan keperawatan merupakan realisasi dari rencana
tindakankeperawatan, jadi tidak semua rencana tindakan keperawatan yang ada
pada teoridilaksanakan pada Pasien. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan
penulis
berpedoman pada rencana tindakan yang telah disusun sesuai dengan tujuan
yangakan dicapai.
Hambatan yang penulis hadapi dalam pelaksanaan adalah
terbatasnyawaktu disediakan untuk itu penulis melibatkan perawat ruangan, orang
tua dankeluarga klien untuk melanjutkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan agar
tetap berkesinambungan dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
E.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui tingkat keberhasilan
AsuhanKeperawatan, merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penulis belum
memperoleh semua hasil yang ditetapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
karenaketerbatasan waktu dan untuk mencapai tujuan yang belum tercapai itu
dilimpahkan kepada perawat ruangan untuk tetap mengevaluasi atau mengkaji
ulang sehingga perawatan tetap dapat diteruskan sampai tujuan yang ingin dicapai
terwujud.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Setelah mengkaj dan melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien Tn
“M”dengan Gangguan Sistem Pernafasan tonsilofaringitis yang dirawat di VIP
kamar 10 Flamboyan Rumah Sakit Umum Sidikalang selama tiga hari mulai dari
tanggal 08 Mei 2019 sampai dengan 10 Mei 2019, maka penulis dapat
mengambilkesimpulan sebagai berikut ;
1.Pada saat pengkajian terjadi kerjasama antara pasien dengan penulis
sehingga mampu mengumpulkan data dan menemukan masalah keperawatan data
juga diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara langsung kepada pasien,
tetapitidak semua masalah keperawatan yang ada dalam teori ditemukan
pada pasien dengan penyakit yang sama.
2.Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tidak semuanya timbul
pada pasien, hal ini dikarenakan dalam membuat diagnosa keperawatan
disesuaikan dengan data dan keadaan pasien saat pengkajian.
3.Perencanaan difokuskan pada tindakan yang bertujuan mengatasi
masalah pasien, juga perlu membuat kriteria hasil sesuai dasar landasan,
mengevaluasitindakan yang diberikan kepada pasien.
4.Pelaksanaan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai dengan
masalahkeperawatan yang timbul, tetapi tidak semua diagnosa keperawatan
secarateoritis dilakukan implementasi.
5.Pada tahap evaluasi yang dilakukan pada Pasien Tn. “M” sudah
mengalami perubahan yang mana pada hari ketiga diganosa keperawatan
sudahteratasi penyebab penyakit Pasien.

B.SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi beberapa


saran, antara lain :
1.Perawat hendaknya meningkatkan kerja sama dengan pasien untuk
menggali permasalahan pasien sehingga setiap masalah keperawatan dapat
teratasi.
2.Karena tidak semua diagnosa keperawatan secara teori timbul pada
kenyataan,maka perawat perlu mengetahui landasan teori dengan Gangguan
Sistem Pernafasan tonsilofaringitis
3.Perencanaan keperawatan yang tepat dapat menjadi penentu
keberhasilandalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Tonsilofaringitis .Untuk itu perawat perlu memperluas pengetahuan dan
keterampilan tentangasuhan keperawatan sehingga dapat membuat perencanaan
yang tepat dancepat.
4.Pelaksanaan keperawatan hendaknya lebih memfokuskan pada masalah
ataudiagnosa keperawatan yang ada untuk mengatasi masalah pasien.
5.Untuk mengatasi perkembangan pasien perlu dilakukan evaluasi
terhadap pasien yang sesuai dengan permasalahan yang dapat dilakukan
secara berkesinambungan agar setiap masalah yang belum teratasi bisa
dilanjutkan perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Boies, Lawrence R., et al. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1997.
Mansjoer A, dkk. Tenggorok dalam KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jilid
I. Edisis ketiga. Media Aescalapius FKUI. Jakarta. 2001.
Ovedof, David. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara.
Soepardi, Efiaty A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorokan.
Edisi Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000.
Thomas, Benoy J. Pharyngitis, Bacterial. [online]. 2006 August 1 [cited 200 June
21]; available from : URL: http://www.emedicine.com.
. Pengertian
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan
dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber
yang tepat dengan harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse: 94-95).

B. Tujuan
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga menjamin
perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress.

Rencana pulang yang dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara
periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan, Periksa apakah
pasien/orang terdekat telah mendapat instruksi tertulis atau instruksi verbal
tentang penanganan, obat-obatan dan aktivitas yang boleh dilakukan di rumah.
Tanda dan gejala yang menunjukkan perlunya kontak yang terus-menerus dengan
pelayanan kesehatan perlu ditinjau.
C. Manfaat

1. Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah sakit, dan


kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk
beberapa diagnosa.
2. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya
pengobatan.
3. Bahan pendokumentasian keperawatan.

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan


Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga
mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat
meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien. Selain itu, ringkasan
pulang tersebut dapat disampaikan oleh perawat praktisi/perawat home care dan
mungkin dikirim ke dokter primer/dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam
catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan kerja
yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan yang berubah (Doenges
& Moorhouse: 126).
Discharge Planning harus disesuaikan dengan:

2. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan


3. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit.
4. Disusun oleh tim.

E. Tahap-tahap Discharge Planning


1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien.
Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan bagian dari unit
perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge agar
transisi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:
a. Data Kesehatan
b. Data Pribadi
c. Pemberi Perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai
unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan
perawatan. Adalah penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual atau
potensial.

3. Perencanaaan:
Hasil yang diharapkan Menurut Luverne & Barbara, 1988, perencanaan
pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien.
Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk
persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien
juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas
perawatannya.
c. Treatrment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien
pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak
memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung
ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan
pearwatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain
yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu
memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan
ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis diberikan kepada klien.
Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan pemberi perawatan
harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan
di rumah.
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan
perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis
pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status
fisik dan mental klien, factor social yang penting (misalnya kurangnya pemberi
perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan
oleh klien. Transportasi harus tersedia pada saat ini

5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses
discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat
untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-
menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah
klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau
kunjungan rumah (home visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:
a.Derajat penyakit
b.Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TONSILOFARINGITIS

Topik : Tonsilofaringitis
Sub Topik : Mengetahui tingkat keparahan tonsilofaringitis
Sasaran : Keluarga Tn. M
Hari/Tanggal : Kamis, 10 Mei 2019
Waktu : 16.00 WIB - selesai
Tempat : Ruang Flamboyan Tn M
Pemateri : Eka yanti Angkat (Mahasiswa S1 STIKESSU)

A. Latar Belakang
Tonsilofaringitis disebabkan oleh infeksi kuman golongan streptococcus
atau virus yang dapat bersifat akut atau kronis (Rukmini, 2003). Masalah
kekambuhan pada pasien tonsilofaringitis perlu diperhatikan. Apabila
tonsilitis diderita oleh anak tidak sembuh maka akan berdampak terjadinya
penurunan nafsu makan, demam, berat badan menurun, menangis terus-
menerus, nyeri waktu menelan dan terjadi komplikasi seperti sinusitis,
laringtrakeitis, otitis media, gagal nafas, serta osteomielitis akut. Pada
umumnya serangan tonsilofaringitis dapat sembuh sendiri apabila daya tahan
tubuh penderita baik.
Tonsilofaringitis yang mengalami peradangan terus-menerus sebaiknya
dilakukan tonsilektomi (operasi pengangkatan amandel) yang harus dipenuhi
terlebih dahulu indikasinya. Tindakan tonsilektomi mempunyai risiko yaitu
hilangnya sebagian peran tubuh melawan penyakit yang dimiliki jaringan
amandel (Syaifudin, 2002). Tonsilofaringitis sering terjadi pada anak-anak
usia 2-3 tahun dan sering meningkat pada anak usia 5-12 tahun (Rukmini,
2003).
Tonsilofaringitis paling sering terjadi di negara subtropis. Pada negara
iklim dingin angka kejadian lebih tinggi dibandingkan dengan yang terjadi di
negara tropis, infeksi Streptococcus terjadi di sepanjang tahun terutama pada
waktu musim dingin (Rusmarjono, 2003). Hasil Penelitian Jagdeep (2008)
menunjukkan bahwa 2 gangguan tonsilofaringitis berdampak pada
penampilan pasien, seperti sering mengalami radang namun tidak sampai
mengalami gangguan suara.
Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di
Indonesia pada bulan September tahun 2012, prevalensi tonsilitis kronik
tertinggi setelah nasofaringitis akut yaitu sebesar 3,8%. Sebagian besar
penderita mengalami tonsilofaringitis karena kebiasaan mereka
mengkonsumsi makanan seperti goreng-gorengan, makanan pedas dan juga
minuman yang dingin seperti es. Faktor pencetus yang dapat mengakibatkan
anak mengalami tonsilofaringitis harus dihindari. Oleh karena itu anak-anak
dengan riwayat pernah menderita tonsilofaringitis diusahakan untuk 3
menghindari faktor pencetus dengan cara minum banyak air atau cairan
seperti sari buah, terutama selama demam, menghidari minum minuman
dingin, sirup, es krim, gorengan, makanan awetan yang diasinkan, manisan
dan makanan yang pedas (Qimindra, 2007). Menurut Donges (2001) bahwa
anak dengan tonsilofaringitis yang tidak segera ditangani, akan berakibat
mengalami penyakit jantung.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta kegiatan memiliki
pengetahuan tentang tonsilitis pada anak.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan materi penyuluhan selama 1 x 30 menit, peserta
kegiatan dapat mengetahui tentang :
a) Apa yang dimaksud amandel.
b) Faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya tonsilitis atau
radang amandel.
c) Tingkat berapakah tonsilofaringitis yang diderita anak.
d) Yang harus dilakukan untuk mencegah dan mengobati terjadinya
tonsilofaringitis.
C. Materi (Terlampir)

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi

E. Pengorganisasian
1. Pelaksana Kegiatan : Eka Yanti Angkat
2. Peserta
a. Setting Tempat Duduk

1 2 3

4
5 6
Keterangan :
1. Peserta (Tn. M)
2. Peserta (Ny. A)
3. Peserta (An. U)
4. Pembicara (Mahasiswa)
5. Pembimbing Akademik
6. Pembimbing Klinik

F. Media
1. Leaflet (Terlampir)

G. Rencana Acara Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Pembicara Kegiatan Peserta

Pembukaan :

1. Mengucapkan salam, 1. Menjawab salam


dan mengapresiasi dan memberikan
kehadiran peserta perhatian kepada
pembicara
5 Menit
1. (04.00−04.05 2. Memperkenalkan diri 2. Memberikan

WIB) perhatian kepada


pembicara
3. Menjelaskan tujuan 3. Memfokuskan
kegiatan penyuluhan perhatian terhadap
tujuan penyuluhan
yang disampaikan
oleh pembicara

Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan :

1. Menyampaikan 1. Peserta
materi penyuluhan mendengarkan
tentang tonsilitis atau dengan seksama
radang amandel dan memfokuskan
perhatian terhadap

20 Menit materi yang

2. (04.05−04.25 disampaikan oleh

WIB) pembicara
2. Mengadakan diskusi 2. Mengajukan
(tanya jawab) dengan beberapa
peserta kegiatan pertanyaan yang
penyuluhan berkaitan dengan
topik dalam
kegiatan
penyuluhan.

Penutup :

1. Menyampaikan 1. Memperhatikan
kesimpulan dari dengan seksama
semua materi
penyuluhan yang
5 Menit
terlah disampaikan
3. (04.25−04.30
WIB) 2. Mengucapkan terima 2. Memperhatikan
kasih atas segala dengan seksama
bentuk partisipasi
peserta dalam
kegiatan penyuluhan
3. Memohon maaf 3. Memperhatikan
apabila terdapat dengan seksama
kesalahan dan dan menjawab
kekurangan pada saat salam
kegiatan penyuluhan
berlangsung,
mengucapkan salam

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Kesiapan mahasiswa sebagai pembicara dalam kegiatan penyuluhan.
b) Kesiapan peserta dalam mengikuti kegiatan penyuluhan.
c) Media yang digunakan sesuai dengan topik dan tepat guna.
d) Tempat yang sesuai dan kondusif untuk pelaksanaan kegiatan
penyuluhan.
e) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas yang disepakati oleh
mahasiswa.
2. Evaluasi Proses
a) Kegiatan penyuluhan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b) Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi selama proses
penyuluhan.
c) Suasana dalam kegiatan penyuluhan kondusif.
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan maka peserta akan :
a) Menjelaskan apa yang dimaksud penyakit radang amandel.
b) Menjelaskan apa saja penyebab penyakit radang amandel.
c) Dapat menjelaskan kembali tentang tanda gejala penyakit radang
amandel.
d) Dapat menjelaskan tingkat keparahan penyakit radang amandel.
e) Dapat menjelaskan pencegahan terjadinya penyakit radang amandel.
Lampiran
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TONSILOFARINGITIS

A. Pengertian Tonsilofaringitis
Tonsilofaringitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada
tonsil atau amandel ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
Tonsilofaringitis suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung
sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam,
2006).
Tonsilofaringitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).
Tonsilofaringitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut
yang berulang. Tonsilofaringitis tidak mampu untuk mengalami resolusi
lengkap dari suatu serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan
kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran
permanen dan gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah
pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).
Tonsilofaringitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh
bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilofaringitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel),
yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono,
2006, 2006).

B. Faktor Penyebab Terjadinya Tonsilofaringitis


Penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus.
Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya
sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh
bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan
tonsillitis. Bakteri dan virus penyebab terjadinya amandel: Streptococcus B
hemoliticus grup A, Streptococcus viridens Streptococcus pyogenes,
Staphilococcus, Pneumococcus, Virus, Virus influenza serta herpes.

C. Tanda dan Gejala yang Muncul pada Penderita Tonsilofaringitis (Amandel)


1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
2. Tenggorokan terasa kering
3. Pernapasan bau
4. Tidak nafsu makan
5. Mudah lelah
6. Pucat
7. Nyeri kepala
8. Disfagia (sakit saat menelan)
9. Mual dan muntah

D. Tingkat Pembesaran Tonsilofaringitis (Amandel)


T0 : bila sudah dioperasi
T1 : ukuran yang normal ada
T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
Untuk pembesan tonsil tingkat ini biasanya tonsil bisa sembuh dengan
sendirinya dengan menjaga pola makan serta istirahat yang cukup.
T3 : pembesaran mencapai garis tengah
T4 : pembesaran melewati garis tengah
Untuk pembesaran tonsil T3 dan T4 ini harus segera ditangani atau dilakukan
tonsilektomi karena jika tidak segera dilakukan tonsilektomi akan berakibat
pada penyumbatan jalan nafas.

E. Penanganan Tonsilofaringitis
Ada dua macam penanganan tonsilofaringitis ( amandel), yaitu secara
konservatif dan operatif.
a. Konservatif yaitu dengan menghilangkan gejala dan pemberian obat
(analgetik, antipiretik, obat kumur, antibiotik spektrum luas sesuai indikasi).
Strategi konservatif ini perlu disertai dengan istirahat, diet makanan lunak,
menghindari semua yang digoreng serta sebisa mungkin tidak pedas.
b. Operatif yaitu dengan pengangkatan amandel (tonsilektomi). Mayoritas
pasien tonsillitis (amandel) yang sudah dilakukan tonsilektomi sembuh
total.

F. Pencegahan Tonsilofaringitis
Pencegahan amandel pada anak sebaiknya kita melakukan langkah-langkah
pencegahan, seperti :
1. Membiasakan anak-anak untuk selalu melakukan kebiasaan hidup sehat
yaitu dengan cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum
dan sesudah makan, dan setelah buang air besar dan kecil.
2. Makan dan Minum menggunakan peralatan yang tidak saling bertukar
dengan orang lain, apalagi bertukar dengan orang yang mengalami infeksi
tenggorokan.
3. Gantilah sikat gigi anak setiap kali anak selesai mengalami radang
tenggorokan atau pembengkakan pada amandel.
4. Usahakan agar anak mengonsumsi air yang cukup, serta hindarkan dari
makanan atau minuman yang bisa merangsang iritasi seperti makanan atau
minuman yang terlalu panas, dingin, asam atau pedas.
5. Kenali gejala penyakit amandel dan segera lakukan pengobatan agar
penyakit amandel tidak menjadi semakin parah.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Efiaty Soepardi, dkk. 2000. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT Edisi
IV. Jakarta:Gaya Baru.
___. 2013. Makalah Tonsilitis. Diakses pada tanggal 18 april 2017 di
sseplyruminding.wordpress.com
___. Radang Amandel. Diakses pada tanggal 18 april 2017 di
www.alodokter.com

Anda mungkin juga menyukai