TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang
berasal dari penderita atau pembawa kuman dan biasanya keluar bersama-sama
dengan tinja.Transmisi juga dapat terjadi secara transplasenta dari seorang ibu
hamil yang berada dalam bakterimia kepada bayinya (Soedarno et al, 2014).
Istilah typhoid ini berasal dari bahasa Yunani yaitu typhos yang berarti
kabut, karena umumnya penderita sering disertai gangguan kesadaran dari yang
7
8
dunia, secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan
kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar higienis dan sanitasi yang
rendah yang mana di Indonesia dijumpai dalam keadaan endemis (Putra, 2012).
17 juta kasus demam typhoid per tahun di dunia dengan jumlah kematian
mencapai 600.000 kematian dengan Case Fatality Rate (CFR = 3,5%). Insidens
rate penyakit demam typhoid di daerah endemis berkisar antara 45 per 100.000
penduduk per tahun sampai 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Tahun 2003
insidens rate demam typhoid di Bangladesh 2.000 per 100.000 penduduk per
tahun. Insidens rate demam typhoid di Negara Eropa 3 per 100.000 penduduk,
(Crump, 2004). Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000
penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per tahun dengan
typhoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10%. Tingginya insidens
rate penyakit demam typhoid di Negara berkembang sangat erat kaitannya dengan
(Nainggolan, 2012).
dengan rambut getar).Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam
bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu.Bakteri ini dapat mati dengan
salmonella typhiharus dapat mencapai usus halus.Salah satu factor penting yang
Bila keasaman lambung berkurang atau makanan terlalu cepat melewati lambung,
maka hal ini akan memudahkan infeksi salmonella typhi(Salyers dan Whitt,
2012).
typhiakan ditangkap oleh makrofag di usus halus dan memasuki peredaran darah,
aliran darah hingga sampai di kandung empedu. Bersama dengan sekresi empedu
ke dalam saluran cerna, salmonella typhi kembali memasuki saluran cerna dan
akan menginfeksi Peyer’s patches, yaitu jaringan limfoid yang terdapat di ileum,
a. Faktor Host
tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau carrier yang biasanya keluar
bersama dengan tinja atau urine.Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari
penyakit demam tifoid pada anak 3,6 kali lebih besar dibandingkan dengan
kebiasaan tidak jajan diluar (OR=3,65) dan anak yang mempunyai kebiasaan tidak
mencuci tangan sebelum makan beresiko terkena penyakit demam tifoid 2,7 lebih
b. Faktor Agen
yang dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105-109 kuman yang tertelan
salmonella typhi yang tertelan, maka semakin pendek masa inkubasi penyakit
demam tifoid.
c. Faktor Environment
luas di daerah tropis terutama daerah dengan kualitas sumber air yang tidak
memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah.Beberapa hal yang
11
penduduk, sumber air minum dan standar hygiene industri pengolahan makanan
salmonella typhi ke manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar
oleh feses dan urine dari penderita tifoid. Ada dua sumber penularan Salmonella
typhi, yaitu:
Penderita tifoid karier adalah seseorang yang kotorannya (feses atau urin)
mengandung salmonella typhi setelsh sssatu tahun pasca demam tifoid, tanpa
disertai gejala klinis.Pada penderita demam tifoid yang telah sembuh setelah 2-3
bulan masih dapat ditemukan kuman salmonella typhi di feces atau urin.Penderita
Pada demam tifoid sumber infeksi dari karier kronis adalah kandung
empedu dan ginjal (infeksi kronis, batu atau kelainan anatomi).Oleh karena
12
ituapabila terapi medika-mentosa dengan obat anti tifoid gagal, harus dilakukan
meningococcus.
asam lambung dan sebagian lagi masuk kedalam usus halus dan berkembang biak.
13
Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan
berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofak.
Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofak dan selanjutnya
dibawa ke plaque peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening
mesentarika.
terutama hati dan limpa. Di organ-oran ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit
dan kemudian berkembang biak diluar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya
dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam,
kuman yang hidup intraselluler. Adanya rangsangan antigen kuman akan memicu
sel plasma yang akan mensintesis immunoglobin (Ig). Yang cepat menghilang,
kemudian disusul antibody flagella G (igG). IgM akan muncul 48 jam setelah
terpapar antigen, namun ada pustaka lain yang meyatakan bahwa IgM akan
Gejala klinis demam tifoid sering kali tidak khas dan sangat bervariasi
tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas
disertai diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat
baik berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septik yang lain, ensefalopati atau
timbul komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau perdarahan. Hal ini
2012).
a. Demam
remiten dan suhu tidak berupa tinggi.Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari.Dalam minggu kedua, penderita terus
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap.Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden).Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepi
c. Gangguan kesadaran
Menurut Sudoyo (2014), komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua
bagian, yaitu:
a. Komplikasi Intestinal
demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama
perut.Tanda perforasi lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan
b.Komplikasi Ekstraintestinal
jenis leukosit serta laju endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas,
spesifisitas dan nilai ramal yang cukup tinggi untuk dipakai dalam
membedakan antara penderita demam tifoid atau bukan, akan terapi adanya
Salmonella typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan
mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit,
sedangkan pada stadium berikutnya didalam urin dan feses (Hardi et al, 2012).
bakteremi dan fungemi dengan cara kultur secara aerob dan anerob, identifikasi
bakteri dan tes sensitivita antibiotic yang diisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu klinisi dalam pembaerian terapi antibiotic yang terarah dan rasional
koloni, bentuk, diameter 1-2 mm, tepi, elevasi, sifat yaitu berdasarkan
18
adalah jika dicurigai terjadi bakteremi atau septikemi dilihat dari gejala klinik,
mungkin akan timbul gejala seperti demam, mual, muntah, menggigil, denyut
perubahan lain dalam system organ dan atau laboratoris (Provan, 2015).
Biakan darah terhadap salmonella juga jantung dari saat pengambilan pada
atau 70-90% dari penderita pada minggu pertama sakit dan positif 10-50%
darah dan rasio darah dengan media kultur yang dipakai. Pada keadaan tertentu
dapat dilakukan kultur pada specimen empedu yang diambil dari duodenum
dan memberikan hasil yang cukup baik, akan tetapi tidak digunakan secara luas
karena adanya risiko aspirasi terutama pada anak. Salah satu penelitian pada
Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil
jumlah darah yang diambil, perbandingan volume darah dari media empedu
c. Uji Serologis
1) Uji Widal
Uji widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan
sejak tahun 1896. Prinsip uji widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi
beda terhadap antigen somatic (O) dan flagella (H) yang ditambahkan dalam
ini dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman salmonella typhi. Pada uji
ini terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman salmonella typhi dengan
antibodi yang disebut aglutinin.Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
uji widal adalah menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka
2) Uji tubex
pada serum pasien, dengan cara menghambat ikatan antara igM anti-09 yang
terkonjugasi pada partikel magnetik latex. Hasil positif uji tubex ini
mitosos sel B tanpa bantuan dari sel T. Karena sifat-sifat tersebut, respon
dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari
ke 2-3 untuk infeksi sekunder. Perlu diketahui bahwa uji tubex hanya dapat
mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat
Skor Interpretasi
<2 Negatif Tidak menunjuk infeksi tifoid aktif
3 Bordeline Pengukuran tidak dapat disimpulkan. Ulangi
pengujian, apabila masih meragukan lakukan
pengulangan beberapa hari kemudian.
4-5 Positif Menunjukkan infeksi tifoid aktif.
>6 Positif Indikasi kuat infeksi tifoid
Sumber: Sudoyo, 2014
3) Uji Typhidot
Uji typhidot dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada
protein membayar luar salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot
didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik
antbodi IgM dan IgG terhadap antigen s.typhi seberat 50 kD, yamg tedapat
21
2002, didapatkan sensitivitas uji ini sebesar 98%, spesifisitas sebesar 76,6%
dan efisiensi uji sebesar 84%. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Olsen
dkk,didapatka sensifitas dan spesifisitas uji ini hampir sama dengan uji tubex
yaitu 79% dan 89% dan 78% dan 89% (Sudoyo, 2014).
dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplikasi DNA dengan cara
100% dengan sensitivitas yang 10 kali lebih baik dari pada penelitian
oleh Massi et al (2003) mendapatkan sensitiivitas sebesar 63% pada tes tubex
a) Pencegahan primer
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan
primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari
22
strain salmonella typhi yang dilemahkan. Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin
tifoid, yaitu:
a. Vaksin oral Typa Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang
diminum selang sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan. Vaksin ini
b. Vaksin parenteral sel utuh Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin yakni, K
preserved). Dosis untuk dewasa 0,5 ml, anak 6-12 tahun 0,25 ml dan anak 1-
samping adalah demam, nyeri kepala, lesu, bengkak dan nyeri pada tempat
pertama.
endemim, orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid dan petugas
laboratorium/mikrobiologi kesehatan.
sehat dengan cara budaya cuci tangan yang benar dengan memakai sabun,
cermat dan bersih dalam pengolahan dan penyajian makanan, sejak awal
lingkungan.
b) Pencegahan sekunder
secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Untuk
1) Diagnosis klinik
Diagnosis klinik penyakit ini sering tidak tepat, karena gejala klinis yang khas
pada demam tifoid tidak ditemukan atau gejala yang sama dapat juga ditemukan
pada penyakit lain. Diagnosis klinis demam tifoid sering kali terlewatkan karena
lebih dari 90% penderita yang tidak diobati, kultur darahnya positif dalam minggu
pertama. Hasil ini menurun drastis setelah pemakaian obat antibiotika, dimana
hasil positif menjadi 40%. Meskipun demikian kultur sum-sum tulang tetap
selanjutnya hasil kultur darah menurun, tetapi kultur urin meningkat yaitu 85%
dan 25% berturut-turut positif pada minggu ke-3 dan ke-4, organisme dalam tinja
masih dapat ditemukan selama 3 bulan dari 90% penderita dan kira-kira 3%
24
3) Diagnosis Serologik
a) Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum pada
penderita demam tifoid, pada orang yang pernah tertular salmonella typhi dan
Uji ELISA untuk melacak antibodi terhadap antigen salmonella typhi belakangan
ini mulai dipakai.Prinsip dasar uji ELISA yang dipakai umumnya uji ELISA tidak
langsung.Antibodi yang dilacak dengan uji ELISA ini tergantung dari jenis
spesifik dari salmonella typhi dalam spesimen klinik (darah atau urine) secara
teoritis dapat menegakkan diagnosis demam tifoid secara dini dan cepat. Uji
ELISA yang sering dipakai untuk melacak adanya antigen salmonella typhi dalam
c) Pencegahan Tersier
sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat, sehimgga imunitras tubuh tetap
terjaga dan apat terhindar dari infeksi ulang demam tifoid.Pada penderita demam
25
2.1.11. Pengobatan
tifoid.Obat ini bersifat bakteriostatik, dia dapat mengikat 50 subunit dari ribosom
dan menghambat sintesa protein bakteri.Obat ini memiliki spektrum yang luas,
dapat menyerang bakteri gram positif dan gram negatif termasuk bakteri aneorob
dan ricketsia.Kloramfenikol baik diabsorbsi secara oral dan juga tersedia dalam
Zulfadli, 2013).
empat kali pemberian. Studi yang dilakukan di Malaysia terhadap anak-anak yang
menderita demam tifoid menempatkan 97% anak tersebut sembuh, setelah diobati
dengan kloramfenikol dosis 40.5 mg/kg BB/hari untuk neonatus, dan 75.5 mg/kg
BB/hari untuk anak-anka, dosis dibagi dalam empat kali pemberian selama 14
hari. Saat ini diketahui ada beberapa negara yang telah mengalami resisten
sefalosporin generasi ketiga seperti seftriakson 100 mg/kg BB/hari dalam 1 atau 2
dosis, atau sefitaksim 150-200 mg/kg/hari dalam 3-4 dosis.Efikasi kuinolon baik
tetapi tidak dianjurkan untuk anak.Sefiksim oral 10-15 mg/kg BB/hari selama 10
hari dapat diberikan sebagai terapi untuk demam tifoid.(Soedarmono, dkk, 2012).
26
2.2.1 Definisi
Lama rawat inap adalah istilah yang umum digunakan untuk mengukur
durasi satu episode rawat inap. Lama rawat inap dinilai dengan mengekstraksi
durasi tinggal dirumah sakit yang diukur dalam jam atau hari (Rotter, et al, 2014).
hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu periode perawatan. Satuan
untuk lama rawat adalah hari, sedangkan cara menghitung lama rawat adalah
dengan menghitung selisih antara tanggal pulang (keluar rumah sakit, baik hidup
ataupun meninggal) dengan tanggal masuk rumah sakit. Umumnya data tersebut
tercantum dalam formulir ringkasan masuk dan keluar di Rekam Medik (Fema,
2013).
Lama hari rawat merupakan salah satu unsur atau aspek asuhan dan
pelayanan dirumah sakit yang dapat dinilai atau diukur. Bila seorang dirawat
dirumah sakit, maka yang diharapkan tentunya ada perubahan akan derajat
kesehatannya. Bila yang diharapkan baik oleh tenaga medis maupun oleh
penderita itu sudah tercapai maka tentunya tidak ada seorang pun yang ingin
berlama-lama dirumah sakit. Lama hari rawat secara signifikan berkurang sejak
adanya pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan diagnosa yang tepat.
Untuk menentukan apakah penurunan lama hari rawat itu meningkatkan efisiensi
berhubungan dengan keparahan atas penyakit dan hasil dari perawatan (Indradi,
2012).
27
istilah yang lama dirawat (LD) yang memiliki karakteristik cara pencatatan,
lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu episode perawatan.Satuan untuk
tanggal pulang (keluar dari rumah sakit, hidup maupun mati) dengan tanggal
masuk rumah sakit.Dalam hal ini untuk pasien yang masuk dan keluar pada hari
yang sama-lama dirawatnya dihitung lama rawatnya (Indradi, 2012; Fema, 2013).
Lama rawatan rata-rata penderita demam tipoid diRumah Sakit Pamela PPTPN 3
Tebing Tinggi Tahun 2004-2008 addalah 5,44 hari dengan standar devidasi (SD)
2,123 hari. Lama rawatan yang paling singkat adalah selama 3 hari, sedangkan
yang paling lama adalah selama 13 hari. Berdasarkan 95% confidence interval
2012).
Lama hari rawat merupakan salah satu indikator mutu pelayanan medis
yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien (quality of patient care).
Dimana:
Y : jumlah pasien rawat inap yang keluar (hidup dan mati) dirumah
rumah sakit bisa mempengaruhi terjadinya penundaan pulang pasien. Ini akan
1. Komplikasi penyakit
komplikasi pada umumnya, yaitu (Razi, Fakhrul, 2013); (1) waktu, makin lama
penyembuhan luka operasi dan juga akan meningkatkan terjadinya infeksi luka
operasi, sehingga lama hari rawat akan lebih panjang, (2) tehnik operasi, operasi
Kasus yang akut dan kronis akan memerlukan lama hari rawat yang berbeda,
dimana kasus yang kronis akan memerlukan lama hari rawat lebih lama dari pada
kasus-kasus yang bersifat akut. Demikian juga penyakit yang tunggal pada satu
penderita akan mempunyai lama hari rawat lebih pendek dari pada penyakit ganda
Pasien yang masuk rumah sakit menjelang hari sabtu dan minggu akan
memperpanjang lama hari rawat, hal ini disebabkan kesibukan menjelang hari
libur dimana pemeriksaan oleh dokter dan pemeriksaan penunjang diunur sampai
hari kerja biasa dimana semua pegawai rumah sakit sudah bekerja seperti biasa.
Perpanjangan lama hari rawat juga terjai apabila pasien masuk diluar jam kerja
rumah sakit atau saat terjadi pergantian jaga. Perpanjangan lama hari rawat terjadi
karena adanya perpanjangan dari lama hari rawat pra bedah, yang berampak pada
pulang dari rumah sakit yang jatuh hari senin mempunyai lama hari rawat lebih
panjang dari pada pasien yang pulang pada hari lain, ini lantaran banyak dari
pasien tersebut sebenarnya sudah bisa pulang diakhir pekan sebelumnya yang
terhambat oleh urusan administrasi karena tidak pada hari kerja (Barbara, 2013).
5. Umur Penderita
Usia dalam kamus bahasa Indonesia adalah waktu hidup atau sejak dilahirkan.
sifat resistensi tertentu. Disamping itu, usia juga mempunyai hubungan yang erat
30
dengan beragam sifat yang dimiliki oleh seseorang. Perbedaan penyakit menurut
3. Perbedaan dalam hal pengalaman terhadap penyakit tertentu makin besar umur
penderita maka akan memerlukan lama hari rawat lebih lama. Pada beberapa
penelitian, faktor umur mempengaruhi panjang lama hari rawat pasien bedah.
Pasien yang sudah lanjut usia (diatas 45 tahun) cenderung lebih panjang lama
hari rawatnya dibandingkan dengan pasien usia muda. Afif & Ahma (2008)
menemukan bahwa pasien usia 65 tahun keatas berpotensi memiliki lama hari
Dari hasil penelitian Adriani (2012) dan Angraini (2012), disimpulkan bahwa
kesehatan akan mempunyai lama hari rawat lebih lama dari pada penderita yang
sosioekonomi yang rendah akan berdampak terhadap lama hari rawat. Dinegara
yang sedang berkembang dan bagi masyarakat yang kurang beruntung dan
biasanya dengan jumlah anak yang cukup banyak, biaya untuk perawatan atau
Secara legeartis pasien akan pulang/keluar dari rumah sakit apabila telah
penderita walaupun telah dinyatakan sembuh dan boleh pulang, oleh karena masih
dari pihak yang berwenang khususnya untuk pasien-pasien yang tiak mampu
hari rawat menjadi lebih lama. Sebaliknya ada beberapa pasien yang pulang atas
permintaan sendiri/keluarga (pulang paksa) hal ini akan memperpendek lama hari
rawat.
2.3.1 Pengertian
pelayanan.Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu
(2014) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap mengalami tingkat
diruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya
adalah:
c. Keselamatan pasien
d. Kepuasan pasien
Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental dan sosial pasien terhadap
Menurut Imbalo (2012), mutu asuhan pelayanan rawat inap dikatakan baik,
apabila: (1) memberikan rasa tentram kepada pasiennya yang biasanya orang
sakit, (2) menyediakan pelayanan yang benar-benar profesional dari setiap strata
pengelola rumah sakit. Pelayanan bermula sejak masuknya pasien kerumah sakit
penanganan segera
rumah sakit
rumah sakit
2. Ada pengaruh antara jenis kasus atau penyakit dengan lama rawat inap
3. Ada pengaruh antara hari masuk rumah sakit dengan lama rawat inap
4. Ada pengaruh antara hari pulang dari rumah sakit dengan lama rawat inap
5. Ada pengaruh antara jenis penanggung biaya dengan lama rawat inap