Pembimbing:
dr. Robert Edison Hamonangan Silitonga, Sp. S
Disusun oleh:
SMF NEUROLOGY
RSUD DELI SERDANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UMSU
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan telaah jurnal ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik
Senior di bagian SMF Neurology di RSUD Deli Serdang dengan judul “Surgery
for Drug-Resistant Epilepsy in Children”.
Telaah jurnal ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam
teori-teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Neurology
di RSUD Deli Serdang dan mengaplikasikannya untuk kepentingan klinis kepada
pasien. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Robert Edison
Hamonangan Silitonga Sp. S yang telah membimbing penulis dalam telaah
jurnal ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
ii
iii
1
1
1
3
3
3
5
5
5
5
5
5
5
6
6
6
7
8
BAB 4 PICO10
11
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Abstrak
Latar Belakang. Terapi Bedah Saraf dapat meningkatkan kejang pada anak anak
dan remaja dengan epilepsi yang resisten obat, tetapi data tambahan dibutuhkan
dari randomized trial.
Metode. Pada penelitian ini, kami mengacak 116 pasien epilepsi yang berumur 18
tahun kebawah dengan epilepsi resisten obat untuk menjalani operasi otak yang
sesuai dengan penyebab epilepsi bersama dengan terapi medis yang sesuai
(kelompok bedah, 57 pasien) atau mendapatkan terapi medis saja (kelompok
terapi medis, 59 orang). Pasien dalam kelompok terapi medis dimasukkan
kedalam daftar tunggu untuk pembedahan. Hasil primer adalah bebas dari kejang
dalam 12 bulan. Hasil Sekunder adalah skor pada Hague Seizure Severity Scale,
the Binet–Kamat intelligence quotient, the social quotient on the Vineland Social
Maturity Scale, dan skor padathe Child Behavior Checklist and the Pediatric
Quality of Life Inventory.
Hasil. Dalam 12 bulan, pasien yang bebas dari kejang sebanyak 44 pasien (77%)
pada kelompok bedah, dan 4 pasien (7%) pada kelompok terapi medis (p<0,0001).
Perbedaan antarkelompok dalam perubahan dari awal sampai 12 bulan signifikan
lebih baik pada kelompok bedah dengan melihat skor pada Hague Seizure
Severity scale (difference, 19.4; 95%confidence interval [CI], 15.8 to 23.1;
P<0.001), pada the Child Behavior Checklist (difference, 13.1; 95% CI, 10.7 to
15.6; P<0.001), pada the Pediatric Quality of Life Inventory (difference, 21.9;
95% CI, 16.4 to 27.6; P<0.001), dan pada the Vineland Social Maturity Scale
4
(difference, 4.7; 95% CI, 0.4 to 9.1; P = 0.03); tetapi tidak signifikan pada Binet–
Kamat intelligence quotient (difference, 2.5; 95% CI, −0.1 to 5.1; P = 0.06). Efek
samping serius terjadi pada 19 pasien (33%) pada kelompok bedah, termasuk
hemiparesis 15 (26%).
Kesimpulan. Dalam penelitian ini, anak anak dan remaja dengan epilepsi resisten
obat yang telah menjalani operasi memiliki hasil signifikansi bebas dari kejang
yang tinggi dan nilai yang lebih baik pada perilaku dan kualitas hidup daripada
kelompok terapi medis selama 12 bulan. Hasil bedah dalam mengantisipasi defisit
neurologis berkaitan dengan regio reseksi otak.
5
BAB 2
DESKRIPSI JURNAL
6
perkembangan, pemotongan korpus kalosum (korpus kalosotomi), pemutusan
bagian dari korteks serebral, atau pemutusan seluruh belahan bumi (hemi-
spherotomy). Beberapa dari prosedur ini mungkin mengakibatkan defisit
neurologis.
Dua uji coba acak lobektomi temporal untuk epilepsi yang resistan
terhadap obat hanya mencakup orang dewasa. Tinjauan Cochrane tentang operasi
epilepsi hanya mencakup empat uji coba yang memiliki lebih dari 30 peserta, dan
uji coba ini melibatkan pasien di semua kelompok umur. Tiga dari percobaan ini
membandingkan teknik bedah yang berbeda atau membandingkan luas yang
berbeda dari reseksi bedah, tetapi hanya empat pasien yang secara acak
ditugaskan ke kelompok bedah dan medis. Sebuah meta-analisis dari studi yang
tidak terkontrol yang membandingkan hasil kejang dari operasi pada anak-anak
menunjukkan bahwa 74% dari mereka dengan lesi otak dan 45% dari mereka
yang tidak memiliki lesi menjadi bebas kejang pada 1 tahun follow up. Dalam
analisis retrospektif melibatkan 142 anak yang telah menjalani operasi untuk
epilepsi yang resistan terhadap obat pada usia rata-rata 9,8 tahun antara 2000 dan
2011 di pusat kami, 79,3% bebas dari kejang yang melumpuhkan setelah tindak
lanjut rata-rata selama kurang lebih 4 tahun. Untuk mengikuti Atas hasil ini,
mereka melakukan uji coba yang melibatkan anak-anak dan remaja dengan
epilepsi yang resistan terhadap obat untuk membandingkan operasi epilepsi
dengan terapi medis lanjutan saja pada pasien dalam daftar tunggu untuk operasi.
7
BAB 3
TELAAH JURNAL
Fokus utama dalam jurnal ini yaitu menilai efektivitas dari terapi bedah pada anak
anak dan remaja dibawah 18 tahun dengan epilepsy yang resisten terhadap obat.
3.2 Gaya dan Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan disusun dengan rapi. Tata bahasa dalam literatur
mudah dipahami dan sesuai dengan kaidah bahasa.
3.3 Penulis
Afiliasi penulis :
Rekha Dwivedi, Bhargavi Ramanujam, P. Sarat Chandra, Savita Sapra, Sheffali
Gulati, Mani Kalaivani, Ajay Garg, Chandra S. Bal, Madhavi Tripathi, Sada N.
Dwivedi, Rajesh Sagar, Chitra Sarkar dan Manjari Tripathi
3.4 Judul
“Surgery for Drug-Resistant Epilepsy in Children” Judul tersebut sudah
cukup jelas dan tidak ambigu.
3.5 Abstrak
Abstrak adalah ringkasan singkat tentang isi dari artikel ilmiah, tanpa penambahan
tafsiran atau tanggapan penulis. abstrak dari jurnal ini sudah memaparkan isi
jurnal secara umum. Abstrak pada jurnal ini memaparkan tentang perbandingan
dari kelompok terapi bedah dan kelompok terapi medis pada pasien epilepsi
dengan resistensi obat dengan dua indikator, yaitu hasil primer dan sekunder.
3.6 Masalah dan Tujuan
Pada penelitian ini, masalahnya yaitu anak anak dan remaja dengan epilepsy
resisten obat meningkatkan risiko memburuk jangka panjang pada intelektual dan
psikososial, bersamaan dengan kesehatan memburuk yang berhubungan dengan
kualitas hidup pasien. Dikarenakan banyaknya pasien yang tidak patuh, terapi
bedah yang tepat sering dilakukan dalam mengurangi atau menghentikan kejang,
tetapi masih kurangnya evidence based pada kelompok usia anak anak dan
8
remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektifitas terapi
bedah dengan terapi medis.
3.7 Hipotesa
Terapi bedah memiliki efek yang lebih baik dalam membebaskan kejang
pada anak dengan epilepsy resisten obat
3.8 Populasi dan Sampel
Pada peneltian ini, populasi penelitian adalah anak anak dan remaja
dengan usia dibawah 18 tahun dengan epilepsy resisten obat di All India Institute
of Medical Science di New Delhi pada November 2010-Maret 2015, sebanyak
133 pasien. Sampel yang telah terinklusi dan tereksklusi pada penelitian ini
sebanyak 116 pasien.
3.9 Metode
Metode penelitian dengan metode eksperimental dengan desain
Randomized Controlled Trial (RCT) dengan dua kelompok yaitu kelompok terapi
bedah dan kelompok terapi medis.
9
3.10 Hasil Penelitian dan Diskusi
Hasil Penelitian
10
Diskusi
Kebebasan penuh dari kejang terjadi pada semua pasien dalam percobaan
kami yang telah menjalani lobektomi temporal, dibandingkan dengan hanya 38%
dari mereka yang telah menjalani operasi yang sama dalam uji coba acak lain dari
operasi epilepsi yang hanya melibatkan orang dewasa dengan durasi epilepsi yang
lebih lama daripada anak-anak dalam percobaan kami. Perbedaan usia dan durasi
epilepsi antara kedua uji coba dapat menjelaskan perbedaan hasil.
11
yang membandingkan perawatan bedah versus medis pada anak-anak dengan
epilepsi ensefalopati pada masa bayi dan anak usia dini menunjukkan bahwa
pembedahan menghasilkan kontrol kejang yang lebih baik dan kecerdasan
perkembangan yang lebih baik daripada terapi medis.
12
BAB IV
PICO
Patient/Problems : Anak anak dan remaja <18 tahun dengan Epilepsi rseisten
obat
Intervention : Pasien dilakukan terpai pembedahan otak
Comparison : Pasien diberikan terapi medis
Outcome: Dalam 12 bulan, pasien yang bebas dari kejang sebanyak 44 pasien
(77%) pada kelompok bedah, dan 4 pasien (7%) pada kelompok terapi medis
(p<0,0001).
13
BAB V
KESIMPULAN
14