Anda di halaman 1dari 5

SELULITIS

A. PENGERTIAN SELULITIS

Selulitis adalah infeksi bakteri pada jaringan kulit yang dapat menyebabkan kulit terlihat
kemerahan, bengkak, terasa lembek, dan sakit saat ditekan. Kondisi ini kerap menyerang kulit
tungkai bawah, namun tidak menutup kemungkinan dapat menyerang bagian tubuh lainnya
juga. Siapa pun bisa mengalami selulitis, termasuk anak-anak dan lansia.

Selulitis adalah kondisi yang dapat membahayakan nyawa jika tidak ditangani dengan
segera mengingat infeksi ini dapat menyebar melalui kelenjar getah bening dan pembuluh
darah dengan menyerang jaringan di bawah kulit. Meskipun begitu, selulitis bukan penyakit
kulit menular dikarenakan infeksi ini menyerang jaringan kulit dalam (jaringan subkutan atau
dermis) dan bagian atas kulit (epidermis) yang tidak bersinggungan langsung dengan dunia
luar.
B. PENYEBAB SELULITIS

Sebagian besar kasus selulitis disebabkan oleh bakteri Streptococcus dan Staphylococcus
yang masuk dari luka pada kulit, seperti luka operasi, luka gores, dan gigitan serangga, atau
pada keadaan kulit iritasi dan kulit bengkak. Selulitis juga dapat timbul pada berbagai
penyakit kulit, seperti tinea pedis, eksim, atau psoriasis, serta karena radioterapi.

Selain kedua bakteri utama tersebut, ada juga beberapa bakteri lain yang bisa menjadi
penyebab selulitis dan hidup di lingkungan sekitar, seperti:

1. Hemophilus influenzae. Bakteri ini umumnya menyerang anak berusia 6 tahun pada
bagian wajah, lengan, dan tubuh bagian atas.
2. Pasteurella multocida. Bakteri ini dapat ditularkan melalui gigitan atau cakaran anjing
atau kucing, dengan waktu inkubasi 24 jam.
3. Aeromonas hydrophillia dan Vibrio vulnificus. Kedua bakteri ini dapat ditemukan di
air tawar dan air laut.
4. Pseudomonas aeruginosa. Bakteri ini timbul pada luka tusuk.

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti pemicu utama seseorang bisa terkena selulitis.
Meski demikian, terdapat beberapa faktor risiko yang perlu diperhatikan, seperti:

1. Obesitas.
2. Aliran darah yang buruk pada bagian lengan, tangan, tungkai atau kaki.
3. Sistem imun rendah, misalnya akibat menderita HIV/AIDS, sedang mengonsumsi
obat-obatan immunosuppressant (penekan sistem imun), atau sedang menjalani
kemoterapi.
4. Diabetes.
5. Pernah mengalami selulitis sebelumnya.
6. Menggunakan obat-obatan suntik.
7. Mengalami limfedema.
C. Gejala Selulitis

Beberapa gejala selulitis yang umum dialami oleh penderitanya meliputi:

1. Kulit kemerahan yang berpotensi menyebar.


2. Pembengkakan.
3. Nyeri.
4. Demam.
5. Muncul bintik-bintik merah.
6. Kulit melepuh.
7. Kulit bernanah atau berair (muncul cairan berwarna kuning atau bening)

Segera temui dokter jika Anda mengalami gejala selulitis, khususnya jika terdapat gejala
tambahan lainnya, seperti:

1. Mati rasa pada bagian yang terinfeksi.


2. Nyeri dan tanda peradangan bertambah.
3. Pusing.
4. Mengiggil.
5. Mual dan muntah.
6. Diare.
7. Berdebar-debar.
8. Sesak
9. Warna kulit di sekitarnya terlihat pucat dan terasa dingin.
10. Penurunan tingkat kesadaran.

D. DIAGNOSIS SELULITIS

Selulitis tidak mudah untuk didiagnosa karena memiliki gejala yang mirip dengan gejala
peradangan kulit pada umumnya. Untuk memastikannya, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik dan juga menanyakan riwayat kesehatan pasien serta faktor yang memicu
gejala muncul.

Untuk menguatkan hasil diagnosis, beberapa tes berikut ini juga akan dilakukan:

1. Tes darah. Untuk melihat apakah terdapat infeksi, yaitu dari jumlah sel darah putih.
2. Tes kultur. Dalam tes ini, sampel cairan dari luka akan diambil dan diperiksa apakah
terdapat bakteri.
3. Foto Rontgen. Untuk melihat adanya fokus infeksi di bawah kulit, termasuk tulang.

E. PENGOBATAN SELULITIS
Secara umum, pengobatan selulitis akan disesuaikan dengan jenis dan keparahan infeksi,
serta kondisi pasien secara keseluruhan. Antibiotik oral biasanya menjadi pilihan pengobatan
pertama bagi penderita selulitis, dengan jangka waktu penggunaan selama 7-14 hari.

Jika kondisi pasien tidak kunjung membaik setelah 10 hari atau gejala justru memburuk,
dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani pengobatan di rumah sakit agar antibiotik
dan obat-obatan lainnya dapat diberikan melalui suntikan. Hal ini juga biasa disarankan bagi
penderita yang memiliki sistem imun lemah, demam, dan hipertensi.

Dalam kasus yang jarang, dokter akan menyarankan tindakan operasi jika ditemukan
nanah atau abses. Hal ini dilakukan untuk mengeluarkan nanah atau abses dari jaringan dan
memotong jaringan yang mati untuk memudahkan proses penyembuhan.

Dalam masa pemulihan, beberapa pengobatan dapat dilakukan di rumah sesuai petunjuk
dokter, antara lain:

1. Mengonsumsi obat pedera sakit, seperti paracetamol atau ibuprofen.


2. Meninggikan bagian tubuh yang terinfeksi dengan menggunakan alas yang lembut
sebagai penopang.
3. Menggerakkan anggota tubuh yang terinfeksi secara rutin agar tidak menjadi
4. Menghindari penggunaan stoking kompresi untuk sementara waktu jika Anda
merupakan penderita limfedema, sampai selulitis sembuh.
5. Mengonsumsi air putih yang cukup.

F. KOMPLIKASI SELULITIS

Selulitis yang tidak ditangani dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya dan dapat
menyerang bagian bawah kulit, seperti kelenjar getah bening, pembuluh darah, serta lapisan
terdalam. Hal ini dapat memicu komplikasi seperti:

1. Infeksi darah.
2. Sepsis.
3. Infeksi tulang.
4. Limfadenitis.
5. Gangrene.
Penyebaran infeksi ke lapisan terdalam atau fascial lining (necrotizing fasciitis). Ini
merupakan kegawatdaruratan medis.

G. PENCEGAHAN SELULITIS

Selulitis dapat dicegah dengan melakukan hal-hal berikut:

1. Selalu menjaga kebersihan kulit dan luka menggunakan sabun dan air.
2. Menutup luka dengan plester untuk menghindari infeksi.
3. Selalu memastikan bahwa luka Anda tidak memiliki tanda-tanda infeksi.
4. Menggunakan alas kaki saat berada di luar rumah.
5. Menggunakan pelembab setiap hari untuk menghindari kulit kering atau pecah-pecah.
6. Memotong kuku kaki dan tangan dengan berhati-hati untuk menghindari luka.
7. Menjaga berat badan agar terhindar dari obesitas.

Anda mungkin juga menyukai