Aging
Aging atau penuaan bukan hanya proses menjadi tua. Penuaan adalah apa yang
membuat “tua tidak sebaik baru” dan ketika laju kegagalan meningkat bersamaan dengan
peningkatan usia, orang menjadi sakit, lemah, dan kadang sekarat (Gavrilov, 2004).
Aging atau penuaan secara praktis dapat dilihat sebagai suatu penurunan fungsi biologik
dari usia kronologik. Aging tidak dapat dihindarkan dan berjalan dengan kecepatan
berbeda, tergantung dari susunan genetik seseorang, lingkungan dan gaya hidup,
sehingga aging dapat terjadi lebih dini atau lambat tergantung kesehatan masing-masing
individu (Fowler, 2003).
B. Definisi Aging
Definisi aging menurut A4M (American Academy of Anti-Aging Medicine)
adalah kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang berhubungan dengan aging normal
disebabkan oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah dengan intervensi
kedokteran yang tepat (Klatz, 2003).
Webster’s New World Dictionary mendefinisikan aging sebagai proses menjadi
tua atau menunjukkan tanda-tanda menjadi tua. Kenyataannya aging dapat dibagi
menjadi dua konsep yang berbeda, yaitu : usia kronologis dan usia biologis. Pada saat
merayakan hari ulang tahun (merayakan usia kronologis), kadang benar bahwa
penampilan sistem tubuh seseorang, dari fungsi mental hingga penampilan seksual
sampai kekuatan fisik, lebih baik atau lebih buruk dari yang diperkirakan jika
dibandingkan dengan orang yang seusianya (ini adalah contoh usia biologis) (Goldman
dan Klatz, 2007; Pangkahila, 2007).
C. Mekanisme Pada Aging
Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan kemampuan
sel untuk memperbaiki diri. Terjadi dua fenomena, yaitu penurunan fisiologik
(kehilangan fungsi tubuh dan sistem organnya) dan peningkatan penyakit (Fowler, 2003).
Menurut Fowler (2003), aging adalah suatu penyakit dengan karakteristik yang
terbagi menjadi 3 fase yaitu :
1. Fase Subklinik (usia 25-35 tahun)
Kebanyakan hormon mulai menurun : testosteron, growth hormone (GH), dan
estrogen. Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA mulai
mempengaruhi tubuh, seperti diet yang buruk, stress, polusi, paparan berlebihan
radiasi ultraviolet dari matahari. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar.
Individu akan tampak dan merasa “normal” tanpa tanda dan gejala dari aging atau
penyakit. Bahkan, pada umumnya rentang usia ini dianggap usia muda dan normal.
2. Fase Transisi (usia 35-45 tahun)
Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen. Kehilangan massa
otot yang mengakibatkan kehilangan kekuatan dan energi serta komposisi lemak
tubuh yang meninggi. Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya
resiko penyakit jantung, pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap ini mulai mncul
gejala klinis, seperti penurunan ketajaman penglihatan- pendengaran, rambut putih
mulai tumbuh, elastisitan dan pigmentasi kulit menurun, dorongan seksual dan
bangkitan seksual menurun. Tergantung dari gaya hidup, radikal bebas merusak sel
dengan cepat sehingga individu mulai merasa dan tampak tua. Radikal bebas mulai
mempengaruhi ekspresi gen, yang menjadi penyebab dari banyak penyakit aging,
termasuk kanker, arthritis, kehilangan daya ingat, penyakit arteri koronaria dan
diabetes.
3. Fase Klinik (usia 45 tahun keatas)
Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut, termasuk DHEA
(dehydroepiandrosterone), melatonin, GH, testosteron, estrogen, dan hormon tiroid.
Terdapat juga kehilangan kemampuan penyerapan nutrisi, vitamin, dan mineral
sehingga terjadi penurunan densitas tulang, kehilangan massa otot sekitar 1 kilogram
setiap 3 tahun, peningkatan lemak tubuh dan berat badan. Di antara usia 40 tahun dan
70 tahun, seorang pria kemungkinan dapat kehilangan 20 pon ototnya, yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk membakar 800-1.000 kalori perhari. Penyakit
kronis menjadi sangat jelas terlihat, akibat sistem organ yang mengalami kegagalan.
Ketidakmampuan menjadi faktor utama untuk menikmati “tahun emas” dan
seringkali adanya ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sederhana dalam
kehidupan sehari-harinya. Prevalensi penyakit kronis akan meningkat secara dramatic
sebagai akibat peningkatan usia (Fowler, 2007)
a. Teori Pelepasan
Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia
merupakan suatu proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh
mereka, untuk melepaskan diri dari masyarakat.
b. Teori Aktivitas
Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari
aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan
melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan penyusuauian.
D. Aspek Psikologis Akibat Lanjut Usia
Aspek psikologis pada lansia tidak dapat berlangsung tampak. Salah satu
pengertian yang umum tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan
memori dan kecerdasan mental yang kurang.
Penelitian tentang kemampuan aspek kognitif dan kemampuan memori pada
lansia dalam kelompok dan kemampuan mereka untuk memcahkan masalah, ternyata
tidak mendukung gambaran diatas. Adalah benar bahwa banyak lansia mempunyai cara
berbeda dalam memecahkan masalah, bahkan mereka dapat melakukannya dengan baik
walaupun kondisinya menurun. Akan tetapi, juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami
kemunduran mental yang substansil atau luas.
E. Keperibadian, Intelegensia, Dan Sikap
Meskipon sulit untuk mendefenisikan dan mengukur keperibadian, namun upaya
ini tetap dilakukan untuk mengubah sedikit pemikiran tentang lansia. Walaupun
mengalami kontroversi, tes intelegensia dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan
kecerdasan pada lansia (Cockburn & Smith, 1991). Hal ini tidak diungkapkan secara
signifikan dan bahkan mungkin tidak berpengaruh secara nyata terhadap kehidupan
lansia. Sikapnya tentu berbeda dengan sering bertentangan dengan sikap generasi yang
lebih muda. Semua kelompok lansia sering kali mempertahankan sikap yang kuat,
sehingga sikapnya lebih stabil dan sedikit sulit untuk berubah. Satu hal pada lansia yang
diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih muda yaitu sikap mereka terhadap
kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia cenderung tidak terlalu takut terhadap
konsep dan realitas kematian. Hal ini mungkin merupakan suatu gambaran adaptif pada
penuaan.
Kolagen adalah komponen utama lapisan kulit dermis (bagian bawah epidermis)
yang dibuat oleh sel fibroblast. Pada dasarnya kolagen adalah senyawa protein rantai
panjang yang tersusun lagi atas asam amino alanin, arginin, lisin, glisin, prolin, serta
hiroksiproline. Sebelum menjadi kolagen, terlebih dahulu terbentuk pro kolagen.
Bilamana produksi kolagen menurun seiring dengan bertambahnya usia, dampaknya
adalah meningkatnya proses “kulit kering” serta sifat elastisitasnya. Lapisan dermis
inilah yang bertanggung jawab akan sifat elastisitas dan kehalusan kulit (skin
smoothness) yang merupakan kunci utama untuk disebut “awet muda” serta memiliki
kulit indah (beautiful skin).
J. Proses Penuaan Kulit
Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi
(chronological aging) dan 'photo aging'. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya
perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini
termasuk, kulit menjadi kering dan tipis; munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi
kulit (age spot).
Sedangkan proses 'photo aging' adalah proses yang menyangkut berkurangnya
kolagen serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV matahari. Paparan sinar
sinar UV yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim
proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan
kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis.
Sehingga dari pengetahuan kita mengenai fakta dan proses penuaan kulit yang
merupakan penyebab penuaan dini, kita perlu melakukan tindakan yang tepat untuk
menangani penuaan dini. Salah satu tindakan yang tepat untuk menangani penuaan dini
adalah memakai produk antiaging yang tepat.
Ser–C, serum vitamin C adalah produk perawatan kulit yang tepat, berguna
memperlambat proses penuaan dini dan menyamarkan keriput (atau kerutan) kulit wajah.
K. Usaha Pencegahan Penuaan Dini
Pencegahan proses menua dapat dilakukan untuk proses menua ekstrinsik, pada
usia menjelang 40 tahun, dan bila perlu lebih awal, dengan melakukan berbagai cara,
antara lain :
1. Mencegah atau menghindari faktor yang menyebabkan kekeringan kulit serta
mempertahankan kelembaban kulit. Untuk itu perlu melakukan pemeliharaan dan
perawatan kulit dengan kosmetik yang sesuai kondisi kulit dan lingkungan pemakai,
seperti :
a. Pembersih, pilih pembersih dengan bahan dasar minyak (cleansing cream, cold
cream) dan hindari terlalu sering memakai sabun/detergen,
b. Pelembab, digunakan siang atau malam hari terutama untuk lingkungan dengan
kelembaban rendah, ruangan ber-AC dan sebagainya.
c. Pelindung, gunakan krim tabir surya (sunscreen cream) dan foundation cream
untuk mencegah kekeringan kulit karena sinar matahari, terutama didaerah tropis
d. Kosmetika rias, dipilih yang banyak mengandung unsure lemak/ bentuk krim.
2. Mencegah proses menua karena kekurangan gizi terutama protein dan vitamin. Untuk
itu perlu mengatur diit, pemberian vitamin, mineral yang cukup, seperti:
a. Diet rendah karbohidrat, rendah lemak jenuh dan menghindari bahan bahan
tambahan pada makanan (food additive) yang berbahaya, serta tinggi protein.
b. Vitamin dan bahan lain yang bekerja sebagai anti oksidan, bahan yang dapat
menghambat toksisitas dari radikal bebas, seperti vitamin e (tocoferol), vit.c
(ascorbic acid), β carotene dan glutathione. Perlindungan antioksidan paling efektif
dalam melawan kerusakan akibat sinar surya adalah dengan kombinasi beberapa
antioksidan yang tampaknya menunjukkan efek sinergis (wilkinson, 2001).
Tokotrienol merupakan salah satu bentuk vitamin e, bila dibanding tokoferol, yaitu
vitamin e lain yang telah lama dikenal, mempunyai aktivitas antioksidan 40-60 kali
lebih besar dan efek anti tumor yang luar biasa. Selain itu tokotrienol mempunyai
derajat spesifitas yang tinggi untuk kulit, hampir 15 kali atau lebih (wilkinson,
2001). Vitamin lain seperti vitamin a, b1, b2, b5, b6 serta mineral, zat besi, zink,
selenium dan lainnya harus diberikan cukup agar dapat menghambat proses ikatan
silang yaitu proses yang menyebabkan jaringan kolagen menjadi kaku dan tidal
lentur sehingga mencegah terjadinya keriput. Bahan lain yang dapat diguanakan
untuk mencegah proses menua, antara lain:
c. Ubiquinon atau koenzim Q-10,
d. Melatonin, adalah antioksidan yang sangat potensial.
e. Procyanadins dan cathecins, ada dalam berbagai macam tanaman seperti biji
anggur, teh hijau, apel hijau dan sumber lain, mempunyai substansi anti tumor
yang dihubungkan dengan efek antioksidan kuat. Apel hijau mentah telah diteliti
sebagai anti mutagen, menghambat pelepasan histamin dan menyerap sinar UVB
atau fungsi penyaring.
f. Ekstrak jamur, ekstrak polisakarida dari Ganoderma lucidum melindungi DNA dari
pengaruh sinar UVR dan mempunyai efek anti tumor serta meningkat sistem
kekebalan tubuh
g. Asam organik: Alpha hydroxyl acids (AHAs), Beta hydroxyl acids (BHAs) pada
konsentrasi 5-10% digunakan untuk mengurangi kerutan, membuat kulit menjadi
lebih kesat, memudarkan dan mengurangi hiperpigmentasi
h. Tretinoin (trans-asam retinoin), penelitian Fisher dkk menunbjukkan bahwa
perawatan kulit dengan tretinoin sebelum terpapar UVR menghambat induksi
MMP (matrix metalloproteinase), suatu enzim yang dikenal berperan pada
kerusakan kolagen dalam proses photaging.
3. Mencegah proses menua kulit dini akibat paparan sinar surya, dengan cara:
a. Menghindari paparan terutama saat matahari mencapai titik kulminasi dimana
energi sinar UVB dipermukaan bumi mencapai puncak, antara jam 10.00- 15.00
b. Perlindungan secara fisik seperti memakai topi lebar, payung, pakaian lengan
panjang dsb. Perlindungan ini sifatnya terbatas karena SS dapat menghambur.
c. Memakai tabir surya (sunscreen) yang mengandung bahan yang mampu menyerap,
menghamburkan dan memantulkan energi SS terutama didaerah tubuh yang sering
terpapar. Kekuatan suatu tabir surya diukur dari besarnya daya pelindung tabir
surya tersebut dengan satuan SPF (sun protective faktor)
Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologi. Bila seseorang mengalami penuaan
fisiologis (fisiological aging), diharapkan mereka dapat tua dalam keadaan sehat. Penuaan ini
sesuai dengan kronologis usia dipengaruhi oleh faktor endogen. Perubahan ini dimulai dari
sel jaringan organ sistem pada tubuh. Sedangkan faktor lain yang juga berpengaruh pada
proses penuaan adalah faktor eksogen seperti lingkungan, sosial budaya, dan gaya hidup.
Mungkin pula terjadi perubahan degeneratif yang timbul karena stress yang dialami individu.
(Pudjiastuti& Utomo, 2003).
Yang termasuk faktor lingkungan antara lain pencemaran lingkungan akibat kendaraan
bermotor, pabrik, bahan kimia, bising, kondisi lingkungan yang tidak bersih, kebiasaan
menggunakan obat dan jamu tanpa kontrol, radiasi sinar matahari, makanan berbahan kimia,
infeksi virus, bakteri dan mikroorganisme lain. Faktor endogen meliputi genetik, organik dan
imunitas. Faktor organik yang dapat ditemui adalah penurunan hormone pertumbuhan,
penurunan hormone testosterone, peningkatan prolaktin, penurunan melatonin, perubahan
folicel stimulating hormon dan luteinizing hormone (Sumampouw Albert, 2003).
Menurut Wahyudi Nugroho (2008), faktor yang mempengaruhi penuaan adalah hereditas
(keturunan), nutrisi/makanan, status kesehatann, pengalaman hidup, lingkungan dan stress.
Perubahan yang berhubungan dengan proses menua normal sebagian besar merupakan akibat
kehilangan atau penurunan secara bertahap. Kehilangan tersebut sebenarnya sudah dimulai
sejak awal usia muda, tetapi pada sebagian system organ, kehilangan tersebut baru bermakna
secara fungsional setelah terjadi kehilangan yang besar. Pada beberapa sistem organ,
sekelompok individu tampak mengalami penurunan fungsi secara bertahap sepanjang waktu
(misalnya organ ginjal), sedangkan fungsi organ-organ lain tetap konstan. (Suyono S, 2001)
Perubahan normal muskuloskeletal terkait usia pada lansia termasuk penurunan tinggi badan,
redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang, atrofi otot,
pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekakuan sendi. Tulang kehilangan
densitas (cairan) dan semakin rapuh. Perubahan pada tulang, otot, dan sendi mengakibatkan
terjadinya perubahan penampilan, kelemahan, dan lambatnya pergerakan yang menyertai
penuaan. Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh lemak, kolagen
dan jaringan parut). Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua (Nogroho,
W. 2008).
Kekuatan muscular mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu kemunduran yang
dipercepat setelah usia 60 tahun. Perlambatan pergerakan yang kurang aktif dihubungkan
dengan perpanjangan waktu kontraksi otot, periode laten, dan periode relaksasi dari unit
motor dalam jaringan otot. Sendi-sendi seperti pinggul, lutut, siku, pergelangan tangan, leher,
dan vertebra menjadi sedikit fleksi pada usia lanjut. Peningkatan fleksi disebabkan oleh
perubahan dalam kolumna vertebralis, ankilosis (kekakuan) ligament dan sendi, penyusutan
dan sklerosis tendon dan otot, dan perubahan degenerative system ekstrapiramidal. Secara
umum terdapat kemunduran kartilago sendi sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang
menahan berat, dan pembentukan tulang dipermukaan sendi. Komponen-komponen kapsul
pecah dan kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat secara progresif yang
jika tidak di pakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi,
dan deformitas. Seiring dengan bertambahnya usia yang sejalan dengan penurunan fungsi
dari system tubuh menyebabkan banyaknya penyakit yang sering diderita oleh lansia
(Stanley, 2006).
b. Perubahan Mental
Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik,
sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang
merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia
dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti
depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya
masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena
adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan)
menjadi kemunduran (akhmadi,2009).
Perubahan kepribadian yang drastis jarang terjadi, lebih sering berupa ungkapan yang tulus
dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena faktor lain seperti penyakit.
Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan dari faktor waktu (Nogroho, W. 2008).
c. Perubahan Psikososial