Anda di halaman 1dari 10

Diskusi Kasus

HERPES ZOSTER THORAKALIS SETINGGI T3-T4

Oleh:
Prizka Avilia Puspa, S.Ked
04054821719117

Pembimbing:
dr. Mutia Devi, Sp.KK

DEPARTEMEN DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Diskusi Kasus

HERPES ZOSTER THORAKALIS SETINGGI T3-T4

Oleh:
Prizka Avilia Puspa, S.Ked
04054821719117

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian Dermatologi dan Venereologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode
10 April 15 Mei 2017.

Palembang, April 2017

dr. Mutia Devi, Sp.KK

2
I. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. EP
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SMA
Suku : Sumatera
Alamat : Jalan R.E. Martadinata Lr. Satria No. 96, Ilir Timur II,
Palembang
No. RM : 0001002886
Kunjungan pertama ke Poliklinik Dermatologi dan Venereologi (DV) RSUP Dr.
Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, tanggal 21 April 2017 pukul 11.00 WIB.

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis pada tanggal, 21 April 2017 pukul 11.00 WIB)
Keluhan utama:
Timbul bintil berisi air di punggung kiri yang semakin banyak sejak 2 hari lalu
Keluhan tambahan:
Nyeri dan panas
Riwayat perjalanan penyakit:
Kisaran 5 hari lalu, pasien mengeluh demam terus menerus disertai panas pada
punggung kiri. Pasien tidak berobat.
Kisaran 3 hari lalu, timbul bintil berisi air ukuran kepala jarum pentul
beberapa buah di punggung kiri disertai panas seperti rasa terbakar, pegal, dan
nyeri hingga ke tulang. Pasien tidak berobat.
Kisaran 2 hari lalu, bintil berisi air bertambah banyak dan berkelompok di
punggung kiri. Sebagian bintil membesar seukuran biji jagung. Pasien tidak
pernah mengoleskan sesuatu pada punggung kiri. Gigitan serangga sebelum
timbul keluhan disangkal. Pasien berobat ke Puskesmas dan diberi salep warna
putih (pasien lupa nama obat) dan tablet yang diminum tiap 8 jam (pasien lupa
nama obat). Keluhan nyeri hingga ke tulang berkurang. Pasien berobat ke
poliklinik Dermatologi dan Venereologi RSUP dr. Mohammad Hoesin,
Palembang.

3
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat timbul lepuh yang terasa nyeri dan panas sebelumnya disangkal
Riwayat menderita cacar air 23 tahun lalu

Riwayat penyakit keluarga


Riwayat bintil berisi air disertai nyeri dan rasa terbakar pada keluarga
disangkal

Riwayat Higienitas
Pasien mandi 2 kali sehari menggunakan air PDAM dan sabun
Pasien tidak memakai handuk bersamaan dengan anggota keluarga
Kesan: Status higienitas baik

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien belum bekerja dan tinggal bersama orang tua. Ayah bekerja sebagai
pegawai pabrik dengan penghasilan Rp.1.500.000,- per bulan dan tinggal
bersama di rumah kontrakan
Kesan: Status sosial ekonomi menengah ke bawah

III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 21 April 2017 pukul 11.00 WIB)


I. Status Generalikus
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Laju pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 C
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 20.2 kg/m2 (normoweight)

4
II. Keadaan Spesifik
Kepala
Mata : Konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Lapang, tidak ada sekret, tidak ada deviasi septum.
Telinga : Meatus akustikus eksternus lapang, tidak ada sekret.
Mulut : Arkus faring simetris, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1
tenang.
Leher : JVP (5-2) cmH2O.
Thoraks : Bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada.
Cor : Bunyi jantung I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada
gallop.
Pulmo : Suara vesikular normal, tidak ada ronkhi, tidak ada
wheezing.
Abdomen : Datar, lemas, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak
teraba, bising usus normal.
Ekstremitas : Tidak ada deformitas, tidak ada nyeri pada sendi.
KGB : Tidak ada pembesaran pada inspeksi dan palpasi kelenjar
getah bening di regio submandibularis, supraklavikula, colli,
aksila, dan inguinalis medial dan lateral dextra et sinistra.
Genitalia : Tidak ada kelainan.

III. Status dermatologikus

a b

5
Gambar 1. Gambaran klinis: a. Regio Thorakalis Posterior Sinistra Setinggi T3-T4, b.
Vesikel dengan Dasar Eritem

Regio thorakalis posterior sinistra setinggi dermatom T3-T4: vesikel


multipel, irreguler, milier-lentikuler, zosteriformis

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Tzanck Smear
Spesimen diambil dari dasar vesikel pada regio thorakalis posterior
sinistra. Preparat ditetesi metil alkohol sampai tergenang selama 5 menit,
kemudian ditambahkan larutan Giemsa sampai tergenang selama 5 menit.
Preparat dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan. Preparat diamati
menggunakan mikroskop dengan pembesaran okuler 10x dan objektif 100x.
Hasil pemeriksaan didapatkan multinucleated giant cells.

Gambar 2. Hasil Pemeriksaan Tzanck Smear di bawah mikroskop dengan pembesaran okuler
10x dan objektif 100x

Pemeriksaan Gram
Pemeriksaan Gram dari cairan spesimen vesikel pada regio thorakalis
posterior sinistra tidak ditemukan adanya bakteri coccus gram positif dan
negatif.

6
Gambar 3. Hasil pewarnaan Gram di bawah mikroskop dengan pembesaran okuler 10x dan
objektif 100x

V. RESUME
Tn. EP, laki-laki, 26 tahun, bintil berisi air di punggung kiri semakin
banyak sejak 2 hari lalu. Kisaran 5 hari lalu, pasien mengeluh continual febris
disertai burning pada regio thorakalis posterior sinistra. Kisaran 3 hari lalu,
vesikel milier pada regio thorakalis posterior sinistra setinggi T3 disertai
burning, fatigue, dan arthralgia. Kisaran 2 hari lalu, vesikel multipel hingga
T3-T4. Pasien pernah menderita cacar air 23 tahun lalu. Pada pemeriksaan
fisik, status generalikus dan keadaan spesifik dalam batas normal. Pada status
dermatologikus regio thorakalis posterior sinistra setinggi dermatom T3-T4
didapatkan vesikel irreguler, multipel, milier-lentikuler, zosteriformis.
Pemeriksaan Tzanck Smear ditemukan multinucleated giant cells.

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Herpes Zoster Thorakalis Setinggi T3-T4
2. Dermatitis venenata
3. Dermatitis kontak iritan

VII. DIAGNOSIS KERJA


Herpes Zoster Thorakalis Setinggi T3-T4

7
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Tidak ada

IX. PENATALAKSANAAN
Umum:
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus dan
merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri
2. Memberikan informasi kepada pasien agar mengoleskan bedak dan minum
obat teratur
3. Mengingatkan pasien untuk tidak menggaruk lesi agar tidak terjadi infeksi
sekunder dan terbentuk skar
4. Mengingatkan pasien untuk tetap mandi 2x sehari dengan menggunakan
sabun
5. Mengingatkan pasien untuk menggunakan baju yang longgar untuk
meminimalkan gesekan yang terjadi pada lesi
6. Mengingatkan pasien untuk kontrol ulang setelah 1 pekan pengobatan
7. Mengingatkan pasien untuk kontrol apabila nyeri masih terasa ketika lesi
telah hilang

Khusus:
Topikal :
Bedak Salisil 2% dioleskan tiap 12 jam pada vesikel
Sistemik :
Tablet Asiklovir 800 mg tiap 5 jam per oral selama 7 hari
Tablet Asam Mefenamat 500 mg tiap 8 jam per oral selama 7 hari
Tablet Vitamin B1, B6, B12 tiap 24 jam per oral selama 7 hari

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

8
Pertanyaan

1. Mengapa antivirus yang dipilih adalah asiklovir, bukan famsiklovir atau


valasiklovir?
Terapi antivirus untuk herpes zoster dapat berupa asiklovir 800 mg tiap 5 jam
selama 7-10 hari, valasiklovir 1000mg tiap 8 jam selama 7 hari, atau
famsiklovir 500 mg tiap 8 jam selama 7 hari. Ketiganya merupakan obat yang
aman dikonsumsi, dengan efisiensi dan efikasi yang hampir sama.
Pertimbangan pemberian asiklovir pada kasus adalah karena obat tersebut
lebih murah dan lebih banyak tersedia.1

2. Mengapa anti nyeri yang dipilih adalah asam mefenamat?


Pada pasien ini, nyeri yang dirasakan masih dapat ditahan dan belum
mengganggu aktivitas sehari-hari. Berdasarkan pain ladder yang dirancang
oleh WHO pada tahun 1986, pemilihan analgesik pada nyeri step 1 adalah
non-opioid. Salah satu analgesik non-opioid adalah NSAID (Non-steroid Anti
Inflammatory Drugs). Asam mefenamat merupakan golongan NSAID yang
bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi
asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu.2

Gambar 1. Pain ladder untuk manajemen nyeri oleh WHO, 1986.3

9
3. Bagaimana cara mencegah Neuralgia Post Herpetic?
Cara mencegah NPH adalah dengan memberikan vaksin Varicella pada usia
dini dan pada kelompok usia 50 tahun ke atas. Selain itu, pengobatan dini
berupa pemberian antivirus <72 jam setelah lesi muncul terbukti 50-60%
dapat menurunkan angka kejadian NPH. Pada pasien yang memiliki
peningkatan risiko NPH seperti pada pasien usia 50 tahun ke atas, pasien yang
mengalami nyeri prodormal lebih lama atau lebih hebat, pasien yang
mengalami erupsi kulit lebih hebat (luas dan berlangsung lama), dan pada
pasien yang mengalami intensitas nyeri lebih hebat, pemberian kortikosteroid
dianggap dapat mengurangi kemungkinan terjadinya NPH.4

Referensi:

1. Kimberlin DW, Whitley RJ. Antiviral Therapy of HSV-1 and -2. In: Arvin A,
Campadelli-Fiume G, Mocarski E, et al., editors. Human Herpesvirus: Biology,
Therapy, and Immunoprophylaxis. Cambridge: Cambridge Univesity Press; 2007.
Chapter 64.
2. Schug SA, Auret K. Clinical Pharmacology: Principles of Analgesic Drug
Management. In: Sykes N, Bennett MI & Yuan C-S. Clinical Pain Management.
2nd ed. London: Hodder Arnold; 2008. ISBN 978-0-340-94007-5. p. 10422.
3. World Health Organization. Palliative Pain Ladder; 1986. Accessed from
http://www.who.int/cancer/palliative/painladder/en/ on April 8, 2017.
4. Rusell P, Hall III. Stephen I Katz. Herpes Zoster. In: Woff K, Goldsmith A.
Lovell, Katz I. Stephen, Gilchrest A. Barbara, Paller S. Amy, Leffell J. David.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 8th ed. McGraw-Hill. New York;
2012:1886-98.

10

Anda mungkin juga menyukai