Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B

BLOK 19

Disusun oleh:

KELOMPOK 7

Tutor: dr. Triwani, M.Kes

Melros Trinita Tampubolon (04011181621023)


Dwi Putri Tania (04011181621024)
Furqan Indah (04011181621043)
Fatya Annisa Lutfiah (04011181621062)
Ningrum Jayanti (04011181621072)
Wiena Nadella Praja (04011181621079)
M. Khoirudin (04011281621139)
Rahmi isman (04011281621140)
Syakina (04011281621142)
Jesslyn Harapan (04011281621151)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya laporan tutorial
skenario B Blok 19 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa tim mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan tutorial B ini.
Tim menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, tim
mohon maaf apabila terdapat maksud atau penulisan kata yang salah ataupun yang kurang
berkenan dalam laporan ini. Maka dari itu, pendapat, kritik, dan saran akan sangat membantu
dalam penyempurnaan laporan ini.

Palembang, 22 November 2018

Tim penyusun,

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3

KEGIATAN TUTORIAL .................................................................................................................... 5

HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI ............................................................................. 4

I. Klarifikasi Istilah ...................................................................................................................... 4

II. Identifikasi Masalah ................................................................................................................. 5

III. Analisis Masalah ....................................................................................................................... 5

IV. Keterbatasan Pengetahuan dan Learning Issues ................................................................. 22

V. Sintesis...................................................................................................................................... 23

A. Depresi ............................................................................................................................. 23

B. Ego Defense mechanisme................................................................................................ 46

C. Gangguan Kepribadian .................................................................................................. 55

VI. Kerangka Konsep.................................................................................................................... 59

VII. Kesimpulan .............................................................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 60

3
4
KEGIATAN TUTORIAL

Moderator : Jesslyn Harapan


Sekretaris 1 : Dwi Putri Tania
Sekretaris 2 : Melros Trinita Tampubolon
Peraturan selama tutorial:

1. Jika mau berbicara, angkat tangan terlebih dahulu.


2. Saling mendengarkan pendapat satu sama lain.
3. Izin ke toilet maksimal dua orang dalam satu waktu.
4. Diperbolehkan minum selama tutorial berlangsung.
5. Diperbolehkan membuka gadget selama masih berhubungan dengan tutorial.

Prosedur tutorial:
1. Tutorial tahap 1
a. Semua anggota kelompok masuk ruang tutorial dan duduk di kursi yang telah
disediakan.
b. Sekretaris papan menyalakan layar LCD dan mempersiapkan laptop untuk mengetik
ide selama tutorial.
c. Moderator memimpin do’a sebelum tutorial.
d. Moderator menyebutkan peraturan selama tutorial.
e. Moderator membacakan skenario.
f. Anggota mengklarifikasi istilah dalam skenario.
g. Anggota menentukan fakta dan masalah dalam skenario, lalu menentukan prioritas
masalahnya disertai dengan alasan yang logis.
h. Anggota saling mengajukan pertanyaan di analisis masalah.
i. Anggota mendiskusikan mengenai kaitan antar masalah.
j. Anggota menentukan Learning issue dan moderator membagi LI ke masing-masing
anggota kelompok.
k. Tutorial ditutup oleh moderator.

2. Belajar mandiri
3. Tutorial tahap 2
a. Semua anggota kelompok masuk ruang tutorial dan duduk di kursi yang telah
disediakan.

5
b. Sekretaris papan menyalakan layar LCD dan mempersiapkan laptop untuk mengetik
ide selama tutorial.
c. Moderator memimpin doa sebelum tutorial.
d. Moderator mempersilakan kepada masing-masing anggota untuk memaparkan hasil
belajarnya. Moderator mengatur diskusi yang meliputi mempersilakan anggota lain
menambahkan ide dan sesi tanya-jawab.
e. Anggota merancang kerangka konsep bersama-sama dan membuat resume dari
kerangka konsep.
f. Anggota menjawab pertanyaan yang ada di analisis masalah.
g. Anggota menarik kesimpulan dari LI dan skenario yang ada.
h. Tutorial ditutup oleh moderator.
4. Penyusunan laporan pleno.

HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI


Skenario B Blok 19

Ny. Boni, 32 tahun, datang dibawa oleh tetangganya ke IGD dengan keluhan lemas. Ia
didampingi asisten rumah tangganya, yang menyatakan sudah tiga minggu Ny. Boni tidak
nafsu makan dan dalam empat hari belakangan hampir tidak makan meski sesuap nasi. Ny.
Boni tidak menjawab ketika dilakukan wawancara oleh dokter jaga. Dari pemeriksaan fisik
saat itu, didapatkan nilai tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 94 kali/menit. Setelah
dilakukan tatalaksana awal, Ny. Boni dikonsultasikan untuk pemeriksaan psikiatrik. Selama
wawancara, Ny. Boni masih belum banyak bicara, sehingga anamnesis dilanjutkan terhadap
asistennya.
Menurut asistennya, keadaan Ny. Boni mulai berubah sekitar dua bulan lalu. Awalnya ia
mengatakan malu mengikuti arisan RT dan dharma wanita kantor suaminya, lalu kemudian ia
juga semakin menarik diri dan semakin jarang keluar dati kamarnya. Beberapa kali asisten
mendengar tangisannya dari dalam kamar. Ny. Boni lalu dirawat sembari diberikan
tatalaksana.
Selama perawatan, Ny. Boni dipersilahkan untuk mengekspresikan dirinya melalui berbagai
media untuk membantu penilaian status mentalnya, sembari menunggu resistensinya
menurun. Ny. Boni diketahui sering menuliskan kalimat sembari mendengarkan musik.
Kalimat yang berulang kali ditulis dan didengarnya adalah:

6
“Once upon a time I was falling in love, but now I’m only falling apart; there’s nothing I can
do, a total eclipse of the heart; once upon a time here was light in my life, but now there’s
only love in the dark; nothing I can say, a total eclipse of the heart”.
Pada hari ketiga perawatan, kakak perempuannya dari seberang lautan datang memenuhi
panggilan. Menurutnya, sebelum menikah Ny. Boni merasa tidak memiliki tujuan hidup,
beberapa kali ketahuan melukai diri, dan dikenal memiliki emosi tidak stabil. Meski
demikian, keadaan yang dialami Ny. Boni saat ini baru sekali ini diketahui terjadi. Untuk
mengisi kekosongan hati-nya, dulu ia berulang kali menerima tawaran teman laki-lakinya
untuk berpacaran, namun tidak pernah stabil. Dalam satu tahun, ia bisa menerima dan
memutuskan pacar hingga empat-lima klai. Hanya karena bertemu sang suamilah dirinya
mulai “tampak hidup”. Menurut kakaknya, Ny. Boni menyebut suaminya sebagai satu-
satunya orang yang memahami dirinya, dan ia mendeskripsikan sang suami tanpa cela.
Kakaknya kemudian menanyakan keberadaan sang suami kepada dokter ruangan. Besoknya,
sang asisten baru memberitahu bahwa sang suami meninggalkan Ny. Boni tiga bulan lalu,
dan baru-baru ini diketahui sudah menikah lagi.
Psikopatologi yang didapat selama pemeriksaan:
Sikap terhadap pemeriksaan : tidak kooperatif,cenderung apatis
Psikomotor : tenang, cenderung hipoaktif dan abulia
Bicara : tidak menjawab pertanyaan, sesekali hanya mengikuti
lirik lagu
Mood : secra obyektif terkesan hipotim intensitas berat; secra
subjektif tidak diketahui
Afek : terbatas, masih bisa diraba-rasakan
Pikiran,persepsi,tilikan,daya nilai : sulit dinilai
RTA : belum bisa dinilai
Aktivitas sehari-hari saat ini : tidak ada, tidak lagi dikerjakan
Kegiatan sosial : ditinggalkan, tidak lagi diikuti
Kemampuan mengurus diri : menurun, kebersihan diri cukup baik, pemenuhan
nutrisi terbelangkai

I. Klarifikasi Istilah
No. Istilah Definisi
1. Abulia Hilang/berkurangnya kemauan, inisiatif, atau dorongan
2 Hipoaktif Pola perilaku yang lambat atau sangat pelan (pasif)
3. Psikomotor Keterampilan/kemampuan seseorang

7
4. Mood Keadaan emosional/ keadaan pikiran seseorang
5. Emosi: Keadaan perasaan yang kuat
Ekspresi eksternal emosi yang terikat pada ide atau
6. Afek
gambaran mental pada objek
7. Lemas Suatu kondisi kurangnya tenaga dan oksigen dalam tubuh.
8. Apatis: Keadaan cuek atau acuh tak acuh
Deskripsi komprehensif atau pernyataan dari kapasitas
intelektual pasien, status emosional, dan kesehatan menal
secara umum berdasarkan observasi pemeriksa dan
9. Status mental
wawancara secara langsung termasuk penilaian mood,
kebiasaan, orientasi, memori, kemampuan menyelesaikan
masalah.
Pertahanan sadar atau tidak sadar yang mencegah hal-hal
10. Resistensi dari alam bawah sadarnya untuk muncul pada alam
sadarnya.
Derajat kesadaran dan pengertian pasien mengenai
11. Tilikan
gangguan kesehatan jiwa yang dialaminya.
Reality testing ability; kemampuan untuk mengevaluasi
12. RTA dunia luar dari pasien dan membedakan dengan dunia dalam
pasien.
Suasana perasaan yang secara pervasif diwarnai dengan
13. Hipotim
kesedihan dan kemurungan.

II. IDENTIFIKASI MASALAH


No Masalah Keterangan
1 Ny. Boni, 32 tahun, datang dibawa oleh tetangganya ke IGD Alasan berobat
dengan keluhan lemas. Ia didampingi asisten rumah tangganya,
yang menyatakan sudah tiga minggu Ny. Boni tidak nafsu makan
dan dalam empat hari belakangan hampir tidak makan meski
sesuap nasi.
2 Ny. Boni tidak menjawab ketika dilakukan wawancara oleh Riwayat
dokter jaga. Setelah dilakukan tatalaksana awal, Ny. Boni gangguan
dikonsultasikan untuk pemeriksaan psikiatrik. Selama sekarang

8
wawancara, Ny. Boni masih belum banyak bicara, sehingga
anamnesis dilanjutkan terhadap asistennya.
Menurut asistennya, keadaan Ny. Boni mulai berubah sekitar dua
bulan lalu. Awalnya ia mengatakan malu mengikuti arisan RT
dan dharma wanita kantor suaminya, lalu kemudian ia juga
semakin menarik diri dan semakin jarang keluar dati kamarnya.
Beberapa kali asisten mendengar tangisannya dari dalam kamar.
Ny. Boni lalu dirawat sembari diberikan tatalaksana.
Selama perawatan, Ny. Boni dipersilahkan untuk
mengekspresikan dirinya melalui berbagai media untuk
membantu penilaian status mentalnya, sembari menunggu
resistensinya menurun. Ny. Boni diketahui sering menuliskan
kalimat sembari mendengarkan musik. Kalimat yang berulang
kali ditulis dan didengarnya adalah:
“Once upon a time I was falling in love, but now I’m only falling
apart; there’s nothing I can do, a total eclipse of the heart; once
upon a time here was light in my life, but now there’s only love in
the dark; nothing I can say, a total eclipse of the heart”.

3 Pada hari ketiga perawatan, kakak perempuannya dari seberang Riwayat


lautan datang memenuhi panggilan. Menurutnya, sebelum gangguan dahulu
menikah Ny. Boni merasa tidak memiliki tujuan hidup, beberapa
kali ketahuan melukai diri, dan dikenal memiliki emosi tidak
stabil. Meski demikian, keadaan yang dialami Ny. Boni saat ini
baru sekali ini diketahui terjadi. Untuk mengisi kekosongan hati-
nya, dulu ia berulang kali menerima tawaran teman laki-lakinya
untuk berpacaran, namun tidak pernah stabil. Dalam satu tahun,
ia bisa menerima dan memutuskan pacar hingga empat-lima klai.
Hanya karena bertemu sang suamilah dirinya mulai “tampak
hidup”.
4 Menurut kakaknya, Ny. Boni menyebut suaminya sebagai satu- Latar belakang
satunya orang yang memahami dirinya, dan ia mendeskripsikan sosial, keluarga,
sang suami tanpa cela. Kakaknya kemudian menanyakan perkawinan, dll
keberadaan sang suami kepada dokter ruangan. Besoknya, sang
asisten baru memberitahu bahwa sang suami meninggalkan Ny.

9
Boni tiga bulan lalu, dan baru-baru ini diketahui sudah menikah
lagi.
5. Dari pemeriksaan fisik saat itu, didapatkan nilai tekanan darah Pemeriksaan
100/70 mmHg, frekuensi nadi 94 kali/menit. tanda vital
6. Psikopatologi yang didapat selama pemeriksaan: Pemeriksaan
Sikap terhadap pemeriksaan: tidak kooperatif,cenderung apatis psikopatologi
Psikomotor : tenang, cenderung
hipoaktif dan abulia
Bicara : tidak menjawab
pertanyaan, sesekali hanya mengikuti lirik lagu
Mood : secra obyektif terkesan
hipotim intensitas berat; secra subjektif tidak diketahui
Afek : terbatas, masih bisa
diraba-rasakan
Pikiran,persepsi,tilikan,daya nilai : sulit dinilai
RTA : belum bisa dinilai
Aktivitas sehari-hari saat ini : tidak ada, tidak lagi
dikerjakan
Kegiatan sosial : ditinggalkan, tidak lagi
diikuti
Kemampuan mengurus diri : menurun, kebersihan diri
cukup baik, pemenuhan nutrisi terbelangkai

I. ANALISIS MASALAH
1. Ny. Boni, 32 tahun, datang dibawa oleh tetangganya ke IGD dengan keluhan lemas. Ia
didampingi asisten rumah tangganya, yang menyatakan sudah tiga minggu Ny. Boni tidak
nafsu makan dan dalam empat hari belakangan hampir tidak makan meski sesuap nasi.
a. Mengapa gangguan nafsu makan semakin memburuk, sehingga empat hari terakhir Ny.
Boni hampir tidak makan meski sesuap nasi?
Jawab :
Nafsu makan dipengaruhi oleh dopamine dan serotonin. Serotonin (5-HT) merupakan
neurotransmitter monoamine dengan distribusi yang luas pada sistem saraf pusat. Serotonin
terlibat dalam regulasi nafsu makan, agresi, mood, dan sebagainya. Disfungsi dalam sistem
serotonergic berdampak pada gangguan mood dan kecemasan. Pada MDD, gejala yang

10
ditimbulkan adalah penurunan nafsu makan. Keluhan tentang gangguan makan semakin
memburuk jika stress juga semakin memburuk (depresi kronis).

b. Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pada kasus?
Jawab :
Pada kasus ini perempuan dua kali lebih beresiko dibandingkan laki-laki untuk mengalami
depresi dengan rata-rata usia 40 tahun dan 50% dari penderita usia 20-50 tahun.

2. Ny. Boni tidak menjawab ketika dilakukan wawancara oleh dokter jaga. Setelah dilakukan
tatalaksana awal, Ny. Boni dikonsultasikan untuk pemeriksaan psikiatrik. Selama wawancara,
Ny. Boni masih belum banyak bicara, sehingga anamnesis dilanjutkan terhadap asistennya.
Menurut asistennya, keadaan Ny. Boni mulai berubah sekitar dua bulan lalu. Awalnya ia
mengatakan malu mengikuti arisan RT dan dharma wanita kantor suaminya, lalu kemudian ia
juga semakin menarik diri dan semakin jarang keluar dati kamarnya. Beberapa kali asisten
mendengar tangisannya dari dalam kamar. Ny. Boni lalu dirawat sembari diberikan
tatalaksana.
Selama perawatan, Ny. Boni dipersilahkan untuk mengekspresikan dirinya melalui berbagai
media untuk membantu penilaian status mentalnya, sembari menunggu resistensinya
menurun. Ny. Boni diketahui sering menuliskan kalimat sembari mendengarkan musik.
Kalimat yang berulang kali ditulis dan didengarnya adalah:
“Once upon a time I was falling in love, but now I’m only falling apart; there’s nothing I can
do, a total eclipse of the heart; once upon a time here was light in my life, but now there’s
only love in the dark; nothing I can say, a total eclipse of the heart”

a. Apa tatalaksana awal yang diberikan saat perawatan Ny.Boni?


Jawab :

Dokter bisa meresepkan obat untuk mengobati depresi. Ada dua jenis pengobatan utama:

1. Antidepresan bekerja dengan menormalkan neurotransmiter di otak.


2. Penenang membantu mengurangi kecemasan sementara.

Pengobatan bisa meringankan gejala depresi dalam jangka waktu 3 hingga 4 minggu dan
pasien bisa sembuh dalam jangka waktu 4 hingga 6 minggu. Secara umum, pasien harus terus
mengonsumsi obat setidaknya 4 hingga 9 bulan setelah gejala penyakit hilang. Untuk depresi
yang berat atau sering berulang, pasien harus tetap mengonsumsi obat untuk jangka waktu
yang lebih lama. Pengobatan hanya boleh dihentikan menurut instruksi dokter.

11
b.Apa tipe defense dari pasien ini? Jelaskan.
Jawab :
• Sebelum menikah : gangguan kepribadian ambang “splitting & projective
identification”
- splitting: ketidakmampuan pasien mempresepsikan sikap orang dan diri sendiri
secara utuh
- Projective identification: kesulitan orang mempertahankan sikap dalam
menghadapi pasien.
ditinjau dari aspek perkembangan “narcissism” dengan pasien yang mengalami
kepribadian ambang sehingga mengalami kegagalan membentuk diri yang kokoh
karena kemungkinan kekurangan validasi atas keberadaan orang yang dianggap ideal
(orangtuanya). Sehingga pasien memiliki kesan hampa, tidak punya tujuan hidup, dan
berkontribusi terhadap sikap impulsif.
• Gangguan kepribadian setelah menikah: pasien mendapatkan sosok yang dianggap
ideal (suaminya) sehingga terbentuk defens baru yang lebih baik yaitu “idealization”
yang berkontribusi dalam stabilitas mental pasien selama menikah.
• Setelah suami pergi: pasien kembali dalam keadaan sebelumnya dan malah menjadi
lebih depresif.
• Repression: menyingkirkan dorongan yang tidak bisa diterima; atau menghalanginya
masuk kesadaran (proses nirsadar). Merupakan bentuk lupa yang beralasan.

c. Apa saja tipe depresi? Termasuk dalam tipe apakah pada kasus ini?
Jawab :
1.Gangguan depresi mayor

Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu makan dan
berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi, perasaan
bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya ± 2 minggu
(Kaplan, et al, 2010).

2.Gangguan dysthmic

Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejala- gejala dysthmia
berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu selama 2 tahun atau lebih.
Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan dengan gangguan depresi mayor, tetapi

12
individu dengan gangguan ini masi dapat berinteraksi dengan aktivitas sehari-
harinya (National Institute of Mental Health, 2010).

3.Gangguan depresi minor

Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan
dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih
singkat (National Institute of Mental Health, 2010).

Tipe-tipe lain dari gangguan depresi adalah:

4.Gangguan depresi psikotik

Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti: halusinasi dan
delusi (National Institute of Mental Health, 2010).

5.Gangguan depresi musiman

Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan menghilang pada
musi semi dan musim panas (National Institute of Mental Health, 2010).

Pada kasus ini termasuk Gangguan depresi mayor

e. Apa saja media yang digunakan dalam membantu penilaian status mental pasien?
Jawab : Media yang digunakan ialah alat tulis dan alat audiovisual

f. Mengapa pasien menuliskan kalimat yang berulang?


Jawab :
Karena hal tersebut menunjukkan pasien mengalami depresi berat. Sesuai kriteria DSM 5
salah satu kriteria diagnosis depresi mayor adalah agitasi psikomotor, yaitu suatu bentuk
gangguan yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan yang tak bertujuan atau tanpa
alasan.

3. Pada hari ketiga perawatan, kakak perempuannya dari seberang lautan datang memenuhi
panggilan. Menurutnya, sebelum menikah Ny. Boni merasa tidak memiliki tujuan hidup,
beberapa kali ketahuan melukai diri, dan dikenal memiliki emosi tidak stabil. Meski
demikian, keadaan yang dialami Ny. Boni saat ini baru sekali ini diketahui terjadi. Untuk
mengisi kekosongan hati-nya, dulu ia berulang kali menerima tawaran teman laki-lakinya
untuk berpacaran, namun tidak pernah stabil. Dalam satu tahun, ia bisa menerima dan

13
memutuskan pacar hingga empat-lima klai. Hanya karena bertemu sang suamilah dirinya
mulai “tampak hidup”.
a. Bagaimana perkembangan kepribadian yang normal? Pada fase apa gangguan fiksasi
terjadi?
Jawab :
a. Fase Oral (Usia 0 – 1 tahun)
Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada tahun pertama dari kehidupan
individu. Pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan peka adalah mulut, yakni
berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau air. Stimulasi atau
perangsangan atas mulut seperti mengisap, bagi bayi merupakan tingkah laku yang
menimbulkan kesenangan atau kepuasan.

b. Fase Anal (Usia 1 – 3 tahun)


Fase ini dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari kehidupan. Pada fase ini, fokus
dari energi libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur serta kesenangan atau kepuasan
diperoleh dari kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces (kotoran)
pada fase ini pulalah anak mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh orang
tuanya melalui toilet training, yakni latihan mengenai bagaimana dan dimana seharusnya
seorang anak membuang kotorannya.

c. Fase Falis (Usia 3 – 5 tahun)


Fase falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase ketika
energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase ini
anak mulai tertarik kepada alat kelaminnya sendiri, dan mempermainkannya dengan maksud
memperoleh kepuasan. Pada fase ini masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada
saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali
berbagai pergantian kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini
adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki)
dan penis envy (pada perempuan). Oedipus complex adalah kateksis obyek seksual kepada
orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki
ingin memiliki ibunya (ingin memiliki perhatian lebih dari ibunya) dan menyingkirkan
ayahnya, sebaliknya anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.

d. Fase Laten (Usia 5 – 12/13 tahun)


Fase ini pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan impuls
seksual. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen
baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi, fase laten lebih sebagai fenomena

14
biologis, alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual. Pada fase ini anak
mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan
non seksual, khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan teman
sebaya. Dan pada fase ini anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dan lebih mudah
dididik dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
e. Fase Genital (>20 tahun)
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem endokrin
memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder
(suara, rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual primer. Pada fase ini kateksis
genital mempunyai sifat narkistik : individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan
manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan hanya karena memberikan bentuk-
bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase ini, impuls seks itu mulai disalurkan
ke obyek diluar, seperti : berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta
lain jenis, perkawinan dan keluarga.

Pada kasus ini gangguan fiksasinya terdapat pada fase anal

b. Apa saja kemungkinan penyebab emosi pasien yang tidak stabil dan melukai diri?
Jawab :
Penyebab emosi tidak stabil dan melukai diri pada pasien kemungkinan akibat dari gangguan
kepribadian ambang dan depresi. Sesuai kriteria diagnostic DSM V, salah satu kriteria
gangguan kepribadian ambang adalah perilaku mencederai diri, perasaan hampa, dan sulit
mengontrol emosi atau amarah. Pada pasien depresi mungkin terjadi akibat stressor yaitu
kehilangan yang bersifat interpersonal (ditinggal suami).
Penyebab atau etiologi gangguan kepribadian ambang adalah sebagai berikut:
• Faktor psikologis seperti kejadian traumatis saat masa kanak dan pelecehan seksual
• Faktor sosial
• Faktor biologis gangguan kepribadian seperti karakteristik temperamental, afek, dan
defisit fungsi serotonin pada system saraf pusat.
Penyebab atau etiologi depresi adalah sebagai berikut:
• Genetik
• Stressor. Stressor dapat berupa kehilangan yang berifat interpersonal, penyakit kronis,
dan stress psikososial seperti tidak adanya atau kekurangan support sosial, merasa
sendirian, dankejadiaan negatif dalam hidup.
• Keadaan sosial seperti kemiskinan dan pengangguran

15
c. Bagaimana mekanisme terjadinya depresi pada kasus ini?
Jawab :
Secara psikoanalitik bila merujuk teori psikologi ego, depresi dapat terjadi akibat pengaruh
faktor lingkungan:

 Loss of loved object: Kehilangan objek yang penting secara psikoemosional (missal
karena kematian, kehilangan, bencana). Objek yang dimaksud bias berupa orang lain
seperti pada kasus ialah sang suami
 Anger turned inwards: Dorongan yang timbul akibat rasa kecewa, sedih, marah
terhadap objek yang telah hilang (suaminya) berbalik pada diri sendiri

Chronic stress (faktor lingkungan)  ↑sitokin pro-inflamasi  aktivasi HPA axis;


↓neurogenesis  ‘sickness behavior”/MDD (Major Depressive Disorder)

d. Apa gangguan kepribadian yang terjadi pada Ny. Boni sebelum dia menikah?
Jawab : Gangguan kepribadian ambang

4. Menurut kakaknya, Ny. Boni menyebut suaminya sebagai satu-satunya orang yang
memahami dirinya, dan ia mendeskripsikan sang suami tanpa cela. Kakaknya kemudian
menanyakan keberadaan sang suami kepada dokter ruangan. Besoknya, sang asisten baru
memberitahu bahwa sang suami meninggalkan Ny. Boni tiga bulan lalu, dan baru-baru ini
diketahui sudah menikah lagi.
a. Apa tipe defense yang dilakukan pasien ini?
Jawab :
- Repression yaitu menyingkirkan dorongan yang tidak bisa diterima; biasanya berupa
“lupa atau acuh beralasan”. Pada kasus: tidak nafsu makan sehingga hampir tidak makan
walau sesuap nasi.
- Isolation of Affect yaitu memisahkan pikiran dengan perasaan yang menyertainya
sehingga tampak tidak ada perasaan. Pada kasus: pasien belum banyak bicara bahkan
tidak berbicara saat diwawancarai tetapi sering diketahui menangis di dalam kamar.
- Idealization, yaitu mengaanggap seseorang sempurna sehingga aspek negatifnya bisa
tidak disertakan )bisa menghalangi saran dan perbaikan). Hal ini berbeda dengan splitting
karena hanya ada aspek positif (dan secara rasional, telah melampaui part-object
experience).

b. Apa gangguan kepribadian yang terjadi pada Ny. Boni setelah dia menikah?
Jawab :

16
Gangguan kepribadian yang terjadi pada Ny.Boni setelah dia menikah adalah gangguan
dependen(bergantung pada suami).

c. Apa terdapat perbedaan kondisi kesehatan jiwa yang terjadi pada Ny. Boni sebelum,
setelah dia menikah dan seteleh ditinggal suaminya?
Jawab :
a. Sebelum menikah: GANGGUAN KEPRIBADIAN AMBANG

o Gangguan kepribadian ambang  menunjukkan perasaan kekosongan yang kronis,


impulsifitas, mutilasi diri, episode psikosis singkat, usaha bunuh diri
manipulatif.

o Sifat menyakitkan dari kehidupan mereka dicerminkan oleh tindakan merusak diri
sendiri yang berulang, mengiris pergelangan tangannya, melakukan tindakan
mutilasi diri untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan
kemarahan.

o Merasakan ketergantungan dan permusuhan  memiliki hubungan interpersonal


yang buruk.

o Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh
perubahan antara idealisasi ekstrim dan devaluasi.

o Gangguan identitas citra diri atau perasaan diri sendiri yang tidak stabil secara
jelas dan persisten.

b. Setelah menikah: IDEALIZATION DEFENSE

Menganggap seseorang sempurna sehingga aspek negatifnya bisa tidak disertakan )bisa
menghalangi saran dan perbaikan).

c. Setelah ditinggalkan: DEPRESI dan REPRESSION DEFENSE.

17
Regression adalah menyingkirkan dorongan yang tidak bisa diterima, atau mengahalanginya
masuk kesadaran. Respesi mirip supresi, namun prosesnya nirsadar. Seperti, tidak ada rasa
lapar saat depresi berat.

5. Dari pemeriksaan fisik saat itu, didapatkan nilai tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi
nadi 94 kali/menit.
a. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal hasil pemriksaan fisik diatas?
Jawab :

18
No. Pemeriksaan fisik Interpretasi
1. TD 100/70 mmgHg Normal
2. Denyut nadi 94x/menit Normal

6. Psikopatologi yang didapat selama pemeriksaan:


Sikap terhadap pemeriksaan: tidak kooperatif,cenderung apatis
Psikomotor : tenang, cenderung hipoaktif dan abulia
Bicara : tidak menjawab pertanyaan, sesekali hanya mengikuti
lirik lagu
Mood : secra obyektif terkesan hipotim intensitas berat; secra
subjektif tidak diketahui
Afek : terbatas, masih bisa diraba-rasakan
Pikiran,persepsi,tilikan,daya nilai : sulit dinilai
RTA : belum bisa dinilai
Aktivitas sehari-hari saat ini : tidak ada, tidak lagi dikerjakan
Kegiatan sosial : ditinggalkan, tidak lagi diikuti
Kemampuan mengurus diri : menurun, kebersihan diri cukup baik, pemenuhan
nutrisi terbelangkai

19
a. Apa interpretasi hasil pemeriksaan psikopatologi diatas?
Jawab :
No. Pemeriksaan Interpretasi Penyebab
1 Psikomotor Abnormal - Depresi yang dialami Ny.
tenang, cenderung hipoaktif, dan Boni menimbulkan berbagai
abulia keluhan psikopatologis yang
2 Bicara Abnormal didapat saat observasi,
tidak menjawab pertanyaan, sesekali seperti: hipoaktif, abulia,
hanya mengikuti lirik lagu dan menarik diri.
3 Mood Abnormal - Hipotimia berupa suasana
secara obyektif terkesan hipotim pervasif diwarnai dengan
intensitas berat, secara subyektif tidak kesedihan dan kemurungan
diketahui disebabkan oleh kehilangan
4 Afek - sosok suami yang paling
terbatas, masih bisa diraba-rasakan memahami dirinya.
5 Pikiran, persepsi, tilikan, daya nilai - - Komponen pemeriksaan
sulit dinilai yang sulit atau belum dapat
6 RTA - dinilai oleh karena
belum bisa dinilai hipoaktivitas Ny. Bony saat
7 Aktivitas sehari-hari saat ini Abnormal diwawancarai dokter.
tidak ada, tidak lagi dikerjakan - Pada kasus depresi, sering

8 Kegiatan sosial Abnormal ditemukan represi atau

ditinggalkan, tidak lagi diikuti meredam keinginan, hasrat,

9 Kemampuan mengurus diri Abnormal insting. Misal: kemampuan

Menurun, kebersihan diri cukup baik, mengurus diri menurun

pemenuhan gizi terbengkalai

d. Apa indikasi pemeriksaan psikopatologi pada kasus?


Jawab :
Pemeriksaan psikopatologi diindikasikan bagi pasien dengan gejala gangguan psikologis.
Psikoterapi bertujuan untuk membantu pasien mengubah pola pikir negatif mereka dan berperilaku
positif, sehingga bisa menyelesaikan masalah emosional secara objektif dan efisien. Para tenaga medis
profesional akan membantu pasien untuk mengetahui faktor pemicu depresi mereka. Bila perlu,

20
psikoterapi akan digunakan bersamaan dengan obat untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih
baik.

II. Keterbatasan Pengetahuan dan Learning Issues


What I Don’t What I Have How I Will
No. Learning Issue What I Know
Know to Prove Learn
Etiologi dan
epidemiologi
yang berkaitan
Definisi dengan Mekanisme
1. Depresi
depresi, dan diagnosis
pathogenesis,
dan
tatalaksana
Jenis dan
tingkat Ego Textbook,
Identifikasi
Defense jurnal, e-
Ego Defense
Defense mechanisme book, internet
2. Definisi mechanisme
mechanism dan
dan
hubungannya
manfaatnya
dengan
depresi
Patogenesis
Gangguan Etiologi,jenis- dan
3. kepribadian Definisi jenis dan hubungannya
tatalaksana dengan
Depresi

III. Sintesis
A. Depresi
a. Definisi
Depresi adalah perubahan suasana perasaan mood/afek disertai perubahan
keseluruhan tingkat aktivitas (hilangnya minat dan kegembiraan serta mudah lelah)

21
dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah
dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut (gangguan pemusatan perhatian,
berkurangnya rasa percaya diri, ide mengenai rasa bersalah dan rasa tidak berguna
bagi lingkungan, pesimis menghadapi masa depan, melukai diri sendiri atau bunuh
diri, gangguan tidur, berkurangnya napsu makan dan napsu seksual).

b. Epidemiologi
Depresi adalah gangguan jiwa yang banyak ditemui pada masyarakat dengan perkiran
terjadi pada 340 jiwa dengan perbandingan satu dari dua puluh orang
didunia.Prevalensi menunjukkan bahwa perempuan dua kali lebih beresiko
dibandingkan laki-laki.Gangguan ini paling sering pada orang yang berusia rata-rata
40 tahun dengan 50% dari penderita usia 20-50 tahun.Biasanya gangguan ini sering
pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang sudah
berpisah.

c. Etiologi

1) Faktor biologis

Faktor biologis yang dapat menyebabkan terjadinya depresi dapat dibagi menjadi
dua hal yaitu disregulasi biogenik amin dan disregulasi neuroendokrin. Abnormalitas
metabolit biogenik amin yang sering dijumpai pada depresi yaitu 5 hydroxy
indoleacetic acid (5HIAA), homovalinic acid (HVA), 3-methoxy 4-hydrophenylglycol
(MHPG), sebagian besar penelitian melaporkan bahwa penderita gangguan depresi
menunjukkan berbagai macam abnormalitas metabolik biogenikamin pada darah, urin
dan cairan serebrospinal. Keadaan tersebut endukung hipotesis ganggua depresi
berhubungan dengan disregulasi biogenikamin. Dari biogenik amin, serotonin dan
norepinefrin merupakan neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi
depresi.

Penurunan regulasi reseptor beta adrenergic dan respon klinik antidepresan


mungkin merupakan peran langsung sistem noradrenergik dalam depresi. Bukti lain
yang juga melibatkan reseptor beta2-presinaptik pada depresi, telah mengaktifkan
reseptor yang mengakibatkan pengurangan jumlah pelepasan norepinephrin. Reseptor
beta2-presinaptik juga terletak pada neuron serotonergik dan mengatur jumlah
pelepasan serotonin.

22
Serotonin (5-hydroxytryptamine [5-HT]) neurotransmitter sistem menunjukan
keterlibatan dalam patofisiologi gangguan afektif, dan obat-obatan yang meningkatkan
aktifitas serotonergik pada umumnya memberi efek antidepresan pada pasien . Selain
itu , 5 - HT dan / atau metabolitnya, 5-HIAA, ditemukan rendah pada urin dan cairan
serebrospinal pasien dengan penyakit afektif. Hal ini juga dibuktikan terdapat kadar 5-
HT yang rendah pada otak korban bunuh diri dibandingkan dengan kontrol. Selain itu ,
ada beberapa bukti bahwa terdapat penurunan metabolit serotonin, 5 – hydroxyindole
acetic acid (5-HIAA) dan peningkatan jumlah reseptor serotnin postsinaptik 5-
hydroxytryptaminetype 2 (5HT2) di korteks prefrontal pada kelompok bunuh diri.

Aktivitas dopamin mungkin berkurang pada depresi. Penemuan subtipe baru


reseptor dopamin dan meningkatnya pengertian fungsi regulasi presinaptik dan
pascasinaptik dopamin memperkaya antara dopamin dan gangguan mood. Dua teori
terbaru tentang dopamin dan depresi adalah jalur dopamin mesolimbic mungkin
mengalami disfungsi pada depresi dan reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif pada
depresi.

2) Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan dengan stressful sering mendahului episode pertama,


dibandingkan episode berikutnya. Ada teori yang mengemukakan adanya stres sebelum
episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan
ini menyebabkan perubahan berbagai neurotransmiter dan sistem sinyal intraneuron.
Termasuk hilangnya beberapa neuron dan penurunan kontak sinaps. Dampaknya,
seorang individu berisiko tinggi mengalami episode berulang gangguan mood,
sekalipun tanpa stressor dari luar.

Orang dengan beberapa gangguan kepribadian seperti, obsesif-kompulsif,


histeris, dan yang ada pada garis batasnya, mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk terkena depresi dari pada orang dengan kepribadian antisosial atau paranoid.
Pada pengertian psikodinamik depresi dijelaskan oleh Sigmund Freud dan
dikembangkan oleh Karl Abraham yang diklasifikasikan dalam 4 teori: (1) gangguan
pada hubungan bayi dan ibu selama fase oral (10-18 bulan awal kehidupan) sehinga
bisa terjadi depresi; (2) depresi dapat dihubungkan dengan kehilangan objek secara
nyata atau imajinasi; (3) Introjeksi dari kehilangan objek adalah mekanisme pertahanan
dari stress yang berhubungan dengan kehilangan objek tersebut (4) karena kehilangan
objek berkenaan dengan campuran cinta dan benci, perasaan marah berlangsung
didalam hati.

23
3) Faktor Genetik

Dari faktor bawaan atau keturunan menerangkan apabila salah seorang kembar
menderita depresi, maka kemungkinan saudara kembarnya menderita pula sebesar 70
%. Kemungkinan menderita depresi sebesar 15 % pada anak, orang tua, dan kakak-
adik dari penderita depresi. Apabila anak yang orangtuanya pernah menderita depresi,
sejak lahir diadopsi oleh keluarga yang tidak pernah menderita depresi, ternyata
kemungkinan untuk menderita depresi 3 kali lebih besar dibandingkan anak - anak
kandung keluarga yang mengadopsi.

d. Faktor resiko

1) Usia

Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun; dan
50% dari pasien memiliki onset anatara usia 20-50 tahun.15
2) Jenis kelamin

Pada pengamatan yang hampir uiversal, terlepas dari kultur atau negara, terdapat
prevalensi gangguan depresif berat yang dua kali lebih besarpada wanita
dibandingkan laki-laki.15 Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya kesehatan
maternal.5
3) Pendidikan

Terdapat hubungan yang signifikan pendidikan dengan depresi pada usia dewasa-
tua. Tingkat pendidikan berkaitan dengan kesehatan fisik yang baik.18 Penelitian di
Inggris menyebutkan bahwa lansia yang hanya menamatkan pendidikan dasar
mempunyai risiko terhadap depresi 2,2 kali lebih besar.19
4) Status pernikahan

Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang tercerai atau berpisah

5) Faktor fisik

Perubahan di otak karena berbagai penyakit,misalnya, infeksi, hipotiroidisme dan


trauma, dan penyalahgunaan minuman beralkohol atau obat-obatan bisa menyebabkan
depresi.
6) Faktor psikologis
 Kecemasan yang terkait dengan kesehatan, pengalaman menyakitkan yang
menyebabkan pikiran dan emosi negatif
 Sifat kepribadian tertentu, seperti terlalu stres atau keras kepala

7) Faktor lingkungan

24
Tekanan hidup dan di tempat kerja, masalah keuangan, kehilangan pekerjaan, tujuan
yang tidak tercapai, masalah kerja atau sekolah, trauma cinta, masalah perkawinan,
konflik keluarga, masalah dalam hubungan, penyakit anggota keluarga, beban
keluarga, anak-anak tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah, dll.
8) Faktor genetik

Depresi kadang-kadang bisa menurun dalam keluarga. Jika Anda memiliki riwayat
medis keluarga yang terkait dengan gangguan depresi, Anda cenderung akan terkena
penyakit ini
e. Manifestasi klinis
- Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat):
a. Afek defresif
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya kesadaran mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
- Gejala lainnya:
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang

Keterangan: untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan
masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

f. Klasifikasi

1.Gangguan depresi mayor


Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu makan dan
berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi, perasaan
bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya ± 2 minggu
(Kaplan, et al, 2010).
2.Gangguan dysthmic
Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejala- gejala dysthmia
berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu selama 2 tahun atau lebih.
Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan dengan gangguan depresi mayor, tetapi
individu dengan gangguan ini masi dapat berinteraksi dengan aktivitas sehari-
harinya (National Institute of Mental Health, 2010).
3.Gangguan depresi minor
Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan
dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih
singkat (National Institute of Mental Health, 2010).

25
Tipe-tipe lain dari gangguan depresi adalah:
4.Gangguan depresi psikotik
Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti: halusinasi dan
delusi (National Institute of Mental Health, 2010).
5.Gangguan depresi musiman
Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan menghilang pada
musi semi dan musim panas (National Institute of Mental Health, 2010).

g. Patofisiologi
 Gangguan aktivitas serotonin (5-HT) pada system saraf pusat.
Neurotransmitter lain yang terlbat adalah norepinefrin, dopamin, glutamat, dan
faktor neurotropik turunan dari otak (brain-derived neurotrophic factor).
 Lesi vascular dapat berkontribusi pada depresi dengan menganggu jaringan
saraf yang berperan dalam regulasi emosi – terutama jalur frontostriatal yang
menghubungkan korteks prefrontal dorsolateral, korteks orbitofrontal, anterior
cingulate, dan dorsal cingulate.
 Sensitivitas reseptor yaitu perubahan patologis pada reseptor yang dikarenakan
terlalu kecilnya stimulasi oleh monoamine dapat menyebabkan depresi. Tidak
beraturannya neurotransmitter sehingga terjadi gangguan depresi dan
psikiatrik. Dalam teori ini ditekankan pada kegagalan hemeostatik system
neurotransmitter, bukan pada penurunan atau peningkatan absolute aktivitas
neurotransmitter.

26
27
h. Diagnosis Banding
1. Bereavement (kehilangan teman atau keluarga karena kematian)
Gejala Bereavement MDD
Waktu Kurang dari 2 bulan Lebih dari 2 bulan

28
Perasaaan tidak berguna Tidak ada Ada
Ide bunuh diri Tidak ada Kebanyakan ada
Rasa bersalah Tidak ada Mungkin ada
Perubahan psikomotor Agitasi ringan Melambat
Gangguan fungsi Ringan Sedang-berat

2. Gangguan afektif disebabkan kondisi medik umum


Kondisi medis umum yang berhubungan dengan gejala depresi, seperti gangguan
neurologis, gangguan endokrin, gangguan sistemik, inflamasi, keganasan, dan lain
sebagainya.
3. Gangguan afektif disebabkan karena zat
Zat penyebab gangguan afektif sering diakibatkan oleh efek sampingnya. Gejala dapat
disembuhkan bila penggunaan zat/obat dihentikan. Adapun zat/obat yang sering
menyebabkan gangguan, yaitu: alcohol, amfetamin, ansiolotik, kokain, opioid, sedative,
dan sebagainya.
4. Gangguan bipolar
Riwayat adanya mania atau hipomania mengidentifikasikan bahwa ada gangguan bipolar.
Gejala depresi yang memperlihatkan suatu gangguan bipolar termasuk didalamnya
pemikiran yang kacau, gejala psikotik, gambaran atipikal (pipersomnia, makan
berlebihan), onset usia dini, dan episode kekambuhan.

i. Algoritma Penegakkan diagnosis

29
j. Pemeriksaan

Pemeriksaan Mental
I. Status Mental :
A. Deskripsi Umum :

1. Penampilan : Posture, sikap, pakaian, perawatan diri, rambut, kuku,


sehat, sakit, marah, takut, apatis, bingung, merendahkan, tenang, tampak
lebih tua, tampak lebih muda, bersifat seperti wanita, bersifat seperti

30
laki-laki, tanda-tanda kecemasan–tangan basah, dahi berkeringat,
gelisah, tubuh tegang, suara tegang, mata melebar, tingkat kecemasan
berubah-ubah selama wawancara atau dengan topik khusus.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotorik : Cara berjalan, mannerisme, tics,
gerak–isyarat, berkejang-kejang (twitches), stereotipik,
memetik,menyentuh pemeriksa, ekopraksia, janggal / kikuk (clumsy),
tangkas (agile), pincang (limp), kaku, lamban, hiperaktif, agitasi,
melawan (combative), bersikap seperti lilin (waxy)
3. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif, penuh perhatian, menarik
perhatian, menantang (frack), sikap bertahan, bermusuhan, main-main,
mengelak (evasive), berhati-hati (guarded)

B. Bicara : Cepat, lambat, memaksa (pressure), ragu-ragu (hesitant),


emosional, monoton, keras, membisik (whispered), mencerca (slurred),
komat-kamit (mumble), gagap, ekolalia, intensitas, puncak (pitch),
berkurang (ease), spontan, bergaya (manner), bersajak (prosody)
C. Mood dan Afek :
1. Mood : (Suatu emosi yang meresap dan bertahan yang mewarnai
persepsi seseorang terhadap dunianya) : Bagaimana pasien menyatakan
perasaannya, kedalaman, intensitas, durasi, fluktuasi suasana perasaan–
depresi, berputus asa (despairing), mudah tersinggung (irritable), cemas,
menakutkan (terrify), marah, meluap-luap (expansived), euforia, hampa,
rasa bersalah, perasaan kagum (awed), sia-sia (futile), merendahkan diri
sendiri (self– contemptuous), anhedonia, alexithymic
2. Afek : (ekspresi keluar dari pengalaman dunia dalam pasien),
Bagaimana pemeriksa menilai afek pasien–luas, terbatas, tumpul atau
datar, dangkal (shallow), jumlah dan kisaran dari ekspresi perasaan ;
sukar dalam memulai, menahan (sustaining) atau mengakhiri respons
emosinal, ekspresi emosi serasi dengan isi pikiran, kebudayaan,

3. Keserasian : keserasian respon emosional pasien dapat dinilai dalam


hubungan dengan masalah yang sedang dibahas oleh pasien. Sebagai
contoh, pasien paranoid yang melukiskan waham kejarnya harus marah
atau takut tentang pengalaman yang sedang terjadi pada mereka. Afek
yang tidak serasi, ialah suatu mutu respons yang ditemukan pada
beberapa pasien skizofrenia; afeknya inkongruen dengan topik yang

31
sedang mereka bicarakan. (contohnya : mereka mempunyai afek yang
datar ketika berbicara tentang impuls membunuh). Ketidak serasian juga
mencerminkan tarap hendaya dari pasien untuk mempertimbangkan atau
pengendalian dalam hubungan dengan respons emosional.

D. Pikiran dan Persepsi :


1. Bentuk Pikiran :
a. Produktivitas : Ide yang meluap-luap (overabundance of ideas),
kekurangan ide (paucity of ideas), ide yang melompat-lompat (flight
of ideas), berpikir cepat, berpikir lambat, berpikir ragu-ragu (hesitant
thinking), apakah pasien bicara secara spontan ataukah menjawab
hanya bila ditanya, pikiran mengalir (stream of thought), kutipan dari
pasien (quotation from patient)
b. Arus pikiran : Apakah pasien menjawab pertanyaan dengan
sungguh-sungguh dan langsung pada tujuan, relevan atau tidak
relevan, asosiasi longgar, hubungan sebab akibat yang kurang dalam
penjelasan pasien; tidak logis, tangensial, sirkumstansial, melantur
(rambling), bersifat mengelak (evasive), perseverasi, pikiran
terhambat (blocking) atau pikiran kacau (distractibility).
c. Gangguan Berbahasa : Gangguan yang mencerminkan gangguan
mental seperti inkoheren, bicara yang tidak dimengerti (word salad),
asosiasi bunyi (clang association), neologisme.

2. Isi Pikiran :
a. Preokupasi : Mengenai sakit, masalah lingkungan, obsesi, kompulsi,
fobia, rencana bunuh diri, membunuh, gejala-gejala hipokondrik,
dorongan atau impuls-impuls antisosial.

32
3. Gangguan Pikiran :
b. Waham : Isi dari setiap sistim waham, organisasinya, pasien yakin
akan kebenarannya, bagaimana waham ini mempengaruhi
kehidupannya, ; waham penyiksaan–isolasi atau berhubungan
dengan kecurigaan yang menetap, serasi mood (congruent) atau tak
serasi mood (incongruent)
c. Ideas of Reference dan Ideas of influence : Bagaimana ide mulai,
dan arti / makna yang menghubungkan pasien dengan diri mereka.

4. Gangguan Persepsi :
d. Halusinasi dan Ilusi : Apakah pasien mendengar suara atau melihat
bayangan, isi, sistim sensori yang terlibat, keadaan yang terjadi,
halusinasi hipnogogik atau hipnopompik ; thought brocasting.
e. Depersonalisasi dan Derealisasi : Perasaan yang sangat berbeda
terhadap diri dan lingkungan.
5. Mimpi dan Fantasi
f. Mimpi : satu yang menonjol, jika ia iingin menceritakan,
mimpi buruk.
g. Fantasi : berulang, kesukaan, lamunan yang tak tergoyahkan

E. Sensorium dan Fungsi Kognitif:


1. Kesadaran : Kesadaran terhadap lingkungan, jangka waktu perhatian,
kesadaran berkabut, fluktuasi tingkat kesadaran, somnolen, stupor,
kelelahan, keadaan fugue.
2. Orientasi :
a. Waktu : Apakah pasien mengenal hari secara benar, tanggal, waktu
dari hari, jika dirawat di rumah sakit dia mengetahui sudah berapa
lama ia dia berbaring disitu,
b. Tempat : Apakah pasien tahu dimana dia berada
c. Orang : Apakah pasien mengetahui siapa yang memeriksa dan apa
peran dari orang-orang yang bertemu denganya.

33
3. Konsentrasi dan Perhitungan : Pengurangan 7 dari 100 dan hasilnya
tetap dikurangi 7. jika pasien tidak dapar dengan pengurangan 7. pasien
dapat tugas lebih mudah – 4 x 9; 4 x 5 ; Apakah cemas atau beberap
gangguan mood atau konsentrasi yg bertanggung jawab terhadap
kesulitan ini.

4. Daya ingat : Gangguan, usaha yang membuat menguasai gangguan itu –


penyangkalan, konfabulasi, reaksi katastropik, sirkumstansialitas yang
digunakan untuk menyembunyikan kekurangannya, apakah proses
registrasi, retensi, rekoleksi material terlibat.
a. Daya ingat jangka panjang (remote memory) : data masa kanak-
kanak, peristiwa penting yang terjadi ketika masih muda atau bebas
dari penyakit, persoalan-persoalan pribadi.
b. Daya ingat jangka pendek (Recent past memory, recent memory) :
beberapa bulan atau beberapa hari yang lalu, apa yang dilakukan
pasien kemarin, sehari sebelumnya, sudah sarapan, makan siang,
makan malam.
c. Daya ingat segera (immediate retention and recall) : kemampuan
untuk mengulangi enam angka setelah pemeriksa mendiktekannya –
pertama maju, kemudian mundur, sedudah beberapa menit interupsi,
tes pertanyaan yang lain, pertanyaan yang sama, jika diulang,
sebutkan empat perbedaan jawaban pada empat waktu.

d. Pengaruh atau kecacatan pada pasien : mekanime pasien


mengembangkan kemampuan menguasai kecacatan

5. Tingkat Pengetahuan : Tingkat pendidikan formal, perkiraan


kemampuan intelektual pasien dan apakah mampu berfungsi pada
tingkat dasar pengetahuan. : jumlah, perhitungan, pengetahuan umum,
pertanyaan harus relevan dengan latar belakang pendidikan dan
kebudayaan pasien.

34
6. Pikiran Abstrak : Gangguan dalam formulasi konsep; cara pasien
mengkonsepsualisasikan atau menggunakan ide-idenya, (misalnya
membedakan antara apel dan pear, abnormalitas dalam mengartikan
peribahasa yang sederhana, misalnya ; “Batu-batu berguling tidak
dikerumuni lumut”; jawabannya mungkin konkrit. Memberikan contoh-
contoh yang spesipik terhadap ilustrasi atau arti) atau sangat abstrak
(memberikan penjelasan yang umum) ; kesesuaian dengan jawaban.

F. Tilikan :
1. Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit
2. Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan
tetapi menyangkalinya pada saat yang bersamaan
3. Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar,
medis atau faktor organik yang tidak diketahui.
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui
pada dirinya.
5. Tilikan Intelektual : Pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan
kegagalan dalam penyesuaian sosial oleh karena perasaan irrasional atau
terganggu, tanpa menerapkan pengetahuannya untuk pengalaman dimasa
mendatang
6. Tilikan Emosional yang sebenarnya : kesadaran emosional terhadap
motif-motif perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala; ada
kesadaran yang menyebabkan perubahan kepribadian dan tingkah laku
dimasa mendatang; keterbukaan terhadap ide dan konsep yang baru
mengenai diri sendiri dan orang-orang penting dalam kehidupannya.

G. Daya nilai :
1. Daya nilai Sosial : Manifestasi perilaku yang tidak kentara yang
membahayakan pasien dan berlawanan dengan tingkah laku yang
dapat diterima budayanya. Adanya pengertian pasien sebagai hasil
yang tak mungkin dari tingkah laku pribadi dan pasien dipengaruhi
oleh pengertian itu.
2. Uji daya nilai : pasien dapat meramalkan apa yang akan dia lakukan
dalam bayangan situasi tsb. Misalnya apa yang akan dilakukan
pasien dengan perangko, alamat surat yang dia temukan dijalan.

35
3. Penilaian Realitas : kemampuan membedakan kenyataan dengan fantasi
II. Pemeriksaan Lanjutan

A. Pemeriksaan Fisik :
B. Pemeriksaan Neurologis :
C. Diagnostik Psikiatrik Tambahan
D. Wawancara dengan keluarga, teman, tetangga dengan seorang
sosial worker

k. Komplikasi
 obesitas yang bisa meningkatkan resiko diabetes dan hipertensi
 Sakit penyakit fisik
 Penyalahgunaan alcohol dan obat – obatan
 Ansietas dan fobia social
 Konflik keluarga, masalah hubungan dan masalah pekerjaan dan sekolah
 Isolasi social
 Keinginan bunuh diri
 Menyakiti diri sendiri

l. Tatalaksana

Tujuan terapi depresi adalah untuk mengurangi gejala depresi akut, meminimalkan efek
samping, memastikan kepatuhan pengobatan, membantu pengembalian ketingkat fungsi
sebelum depresi, dan mencegah episode lebih lanjut ( Sukandar dkk., 2008 ). Banyaknya
jenis terapi pengobatan, keefektivitan pengobatan juga akan berbeda – beda antara orang
yang satu dengan orang yang lain. Psikater biasanya memberikan medikasi dengan
menggunakan antidepresan untuk menyeimbangkan kimiawi otak penderita.Terapi yang
digunakan untuk pasien dipengaruhi oleh hasil evaluasi riwayat kesehatan serta mental
pasien ( Depkes, 2007 )

Untuk melakukan pengobatan pada pasien dengan gangguan depresi mayor, ada 3
tahapan yang harus dipertimbangkan antara lain :

1. Fase akut, fase ini berlangsung 6 sampai 10 minggu. pada fase ini bertujuan untuk
mencapai masa remisi ( tidak ada gejala ).
2. Fase lanjutan, fase ini berlangsung selama 4 sampai 9 bulan setelah mencapai remisi.
pada fase ini bertujuan untuk menghilangkan gejala sisa atau mencegah kekambuhan
kembali.
3. Fase pemeliharaan, fase ini berlangsung 12 sampai 36 bulan. Pada fase ini tujuannya
untuk mencegah kekambuhan kembali.

36
Terapi non farmakologi
1) Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi pengembangan yang digunakan untuk menghilangkan atau
mengurangi keluhan – keluhan serta mencegah kambuhnya gangguan pola perilaku
maladatif (Depkes, 2007). Teknik psikoterapi tersusun seperti teori terapi tingkah laku,
terapi interpersonal, dan terapi untuk pemecahan sebuah masalah. Dalam fase akut terapi
efektif dan dapat menunda terjadinya kekambuhan selama menjalani terapi lanjutan pada
depresi ringan atau sedang. Pasien dengan menderita depresi mayor parah dan atau
dengan psikotik tidak direkomendasikan untuk menggunakan psikoterapi. Psikoterapi
merupakan terapi pilihan utama utuk pasien dengan menderita depresi ringan atau sedang
(Teter et al.,2007)

Electro Convulsive Therapy (ECT)


Electro Convulsive Therapy adalah terapi dengan mengalirkan arus listrik ke otak
(Depkes, 2007). Terapi menggunakan ECT biasa digunakan untuk kasus depresi berat
yang mempunyai resiko untuk bunuh diri (Depkes, 2007). ECT juga diindikasikan untuk
pasien depresi yang tidak merespon terhadap obat antidepresan (Lisanby, 2007).

Terapi ECT terdiri dari 6 – 12 treatment dan tergantung dengan tingkat keparahan pasien.
Terapi ini dilakukan 2 atau 3 kali seminggu, dan sebaiknya terapi ECT dilakukan oleh
psikiater yang berpengalaman (Mann. 2005). Electro Convulsive Therapy akan
kontraindikasi pada pasien yang menderita epilepsi, TBC miller, gangguan infark jantung,
dan tekanan tinggi intra karsial (Depkes, 2007).

Terapi Farmakologi
Antidepresan adalah obat yang dapat digunakan untuk memperbaiki perasaan (mood)
yaitu dengan meringankan atau menghilangkan gejala keadaan murung yang disebabkan
oleh keadaan sosial – ekonomi, penyakit atau obat – obatan ( Tjay & Rahardja, 2007 ).

Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk mengobati kondisi serius yang
dikarenakan depresi berat. Kadar NT (nontransmiter) terutama NE (norepinefrin) dan
serotonin dalam otak sangat berpengaruh terhadap depresi dan gangguan SSP. Rendahnya
kadar NE dan serotonin di dalam otak inilah yang menyebabkan gangguan depresi, dan
apabila kadarnya terlalu tinggi menyebabkan mania. Oleh karena itu antideresan adalah
obat yang mampu meningkatkan kadar NE dan serotonin di dalam otak ( Prayitno,2008 ).

Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) merupakan obat terbaru dengan batas
keamanan yang lebar dan memiliki spektrum efek samping obat yang berbeda – beda.
SSRI diduga dapat meningkatkan serotonin ekstraseluler yang semula mengaktifkan
autoreseptor, aktivitas penghambat pelepasan serotonin dan menurunkan serotonin
ekstraseluler ke kadar sebelumnya. Untuk saat ini SSRI secara umum dapat diterima
sebagai obat lini pertama (Neal, 2006).

37
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI).
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor adalah obat antidepresan yang mekanisme
kerjanya menghambat pengambilan serotonin yang telah disekresikan dalam sinap (gap
antar neuron), sehingga kadar serotonin dalam otak meningkat. Peningkatan kadar
serotonin dalam sinap diyakini bermanfaat sebagai antidepresan (Prayitno, 2008). SSRI
memiliki efikasi yang setara dengan antidepresan trisiklik pada penderita depresi mayor
(Mann, 2005). Pada pasien depresi yang tidak merespon antidepresan trisiklik (TCA)
dapat diberikan SSRI ( MacGillvray et al., 2003). Untuk gangguan depresi mayor yang
berat dengan melankolis antidepresan trisiklik memiki efikasi yang lebih besar daripada
SSRI, namun untuk gangguan depresi bipolar SSRI lebih efektif dibandingkan
antidepresan trisiklik , hal ini dikarenakan antidepresan trisiklik dapat memicu timbulnya
mania dan hipomania ( Gijsman, 2004).

Obat antidepresan yang termasuk dalam golongan SSRI seperti Citalopram,


Escitalopram, Fluoxetine, Fluvoxamine, Paroxetine, dan Sertraline (Teter et al.,2007).
Fluoxetine merupakan antidepresan golongan SSRI yang memiliki waktu paro yang lebih
panjang dibandingkan dengan anidepresan golongan SSRI yang lain, sehingga fluoxetine
dapat digunakan satu kali sehari (Mann, 2005). Efek samping yang ditimbulkan
Antidepresan SSRI yaitu gejala gastrointestinal ( mual, muntah, dan diare), disfungsi
sexsual pada pria dan wanita, pusing, dan gangguan tidur. Efek samping ini hanya bersifat
sementara (Teter et al., 2007).

Antidepresan Trisiklik (TCA)


Antidepresan trisiklik (TCA) merupakan antidepresan yang mekanisme kerjanya
menghambat pengambilan kembali amin biogenik seperti norepinerin (NE), Serotonin ( 5
– HT) dan dopamin didalam otak, karena menghambat ambilan kembali neurotransmitter
yang tidak selektif,sehingga menyebabkan efek samping yang besar ( Prayitno, 2008).
Antidperesan trisiklik efektif dalam mengobati depresi tetapi tidak lagi digunakan sebagai
obat lini pertama, karena efek sampingnya dan efek kardiotoksik pada pasien yang
overdosis TCA (Unutzer, 2007). Efek samping yang sering ditimbulkan TCA yaitu efek
kolinergik seperti mulut kering, sembelit, penglihatan kabur, pusing, takikardi, ingatan
menurun, dan retensi urin. Obat – obat yang termasuk golongan TCA antara lain
Amitripilin, Clomipramine, Doxepin, Imipramine, Desipiramine, Nortriptyline (Teter et
al., 2007).

Serotonin /Norepinephrin Reuptake Inhibitor (SNRI)


Antidepresan golongan Serotonin /Norepinephrin Reuptake Inhibitor (SNRI)
mekanisme kerjanya mengeblok monoamin dengan lebih selektif daripada antidepresan
trisiklik, serta tidak menimbulkan efek yang tidak ditimbulkan antidepresan trisiklik (
Mann, 2005). Antidepresan golongan SNRI memiliki aksi ganda dan efikasi yang lebih

38
baik dibandingkan dengan SSRI dan TCA dalam mengatasi remisi pada depresi parah (
Sthal, 2002).

Obat yang termasuk golongan SNRI yaitu Venlafaxine dan Duloxetine. Efek samping
yang biasa muncul pada obat Venlafaxine yaitu mual, disfungsi sexual. Efek samping
yang muncul dari Duloxetine yaitu mual, mulut kering, konstipasi, dan insomnia (Teter et
al., 2007).

Antidepresan Aminoketon
Antidepresan golongan aminoketon adalah antidepresan yang memiliki efek yang
tidak begitu besar dalam reuptake norepinefrin dan serotonin. Bupropion merupakan satu –
satunya obat golongan aminoketon(Teter et al., 2007). Bupropion bereaksi secara tidak
langsung pada sistem serotonin, dan efikasi Bupropion mirip dengan antidepresan trisiklik
dan SSRI (Mann, 2005). Bupropion digunakan sebagai terapi apabila pasien tidak berespon
terhadap antidepresan SSRI (Mann, 2005). Efek samping yang ditimbulkan Bupropion yaitu
mual, muntah, tremor, insomnia, mulut kering, dan reaksi kulit ( Teter et al., 2007).

Antidepresan Triazolopiridin
Trazodone dan Nefazodone merupakan obat antidepresan golongan triazolopiridin
yang memiliki aksi ganda pada neuron seratonergik. Mekanisme kerjanya bertindak sebagai
antagonis 5 – HT2 dan penghambat 5 – HT, serta dapat meningkatkan 5 – HT1A .Trazodone
digunakan untuk mengatasi efek samping sekunder seperti pusing dan sedasi, serta
peningkatan availabilitas alternatif yang dapat diatasi ( Teter et al., 2007).

Efek samping yang ditimbulkan oleh Trazodone adalah sedasi, gagguan kognitif, serta
pusing. Sedangkan efek samping yang ditimbulkan Nefazodone yaitu sakit kepala ringan,
ortostatik hipotensi, mengantuk, mulut kering, mual, dan lemas ( Teter et al., 2007).

Antidepresan Tetrasiklik
Mirtazapin adalah satu – satunya obat antidepresan golongan tetrasiklik. Mekanisme kerjanya
sebagai antagonis pada presinaptic α2 – adrenergic autoreseptor dan heteroreseptor,
sehingga meningkatkan aktivitas nonadrenergik dan seratonergik ( Teter et al., 2007).
Mirtazapin bermanfaat untuk pasien depresi dengan gangguan tidur dan kekurangan berat
badan (Unutzer, 2007). Efek samping yang ditimbulkan berupa mulut kering, peningkatan
berat badan, dan konstipasi (Teter et al., 2007).

Mono Amin Oxidase Inhibitor ( MAOI )


Mono Amin Oxidase Inhibitor adalah suatu enzim komplek yang terdistribusi didalam
tubuh, yang digunakan dalam dekomposisi amin biogenik (norepinefrin, epinefrin, dopamin,
dan serotonin) (Depkes, 2007). MAOI bekerja memetabolisme NE dan serotonin untuk
mengakhiri kerjanya dan supaya mudah disekresikan. Dengan dihambatnya MAO, akan
terjadi peningkatan kadar NE dan serotonin di sinap, sehingga akan terjadi perangsangan SSP
39
(Prayitno, 2008). MAOI memiliki efikasi yang mirip dengan antidepresan trisiklik. MAOI
juga dipakai untuk pasien yang tidak merespon terhadap antidepresan trisiklik (Benkert,
2002). Enzim pada MAOI memiliki dua tipe yaitu MAO – A dan MAO – B. Kedua obat
hanya akan digunakan apabila obat – obat antidepresan yang lain sudah tidak bisa mengobati
depresi ( tidak manjur ). Moclobomida merupakan suatu obat baru yang menginhibisi MAO –
A secara ireversibel, tetapi apabila pada keadaan overdosis selektivitasnya akan hilang.
Selegin secara selektif memblokir MAO – B dan dapat digunakan sebagai antidepresan. pada
dosis yang tinggi dan beresiko efek samping. MAO – B sekarang sudah tidak digunakan lagi
sebagai antidepresan ( Tjay & Rahardja, 2007 ).

Obat – obat yang tergolong dalam MAOI yaitu Phenelzine, Tranylcypromine, dan
Selegiline. Efek samping yang sering muncul yaitu postural hipotensi ( efek samping tersebut
lebih sering muncul pada pengguna phenelzine dan Tranylcypromine ), penambahan berat
badan, gangguan sexual (penurunan libido, anorgasmia) ( Teter et al., 2007).

Terapi Tambahan
Digunakannya terapi tambahan yang untuk meningkatkan efek antidepresan serta mencegah
terjadinya mania.

Mood Stabilizer
Lithium dan Lomotrigin biasa digunakan sebagai mood stabilizer. Litium adalah suatu terapi
tambahan yang efektif pada pasien yang tidak memberikan respon terhadap pemberian
monoterapi antidepresan. Lomotrigin adalah antikonvulsan yang mereduksi glutamateric dan
juga digunakan sebagai agen terapi tambahan pada depresi mayor (Barbosa et al., 2003) dan
juga digunakan untuk terapi dan pencegahan relapse pada depresi bipolar (Yatham, 2004).

Beberapa mood stabilizer yang lain yaitu Valproic acid, divalproex dan Carbamazepin ini
semua digunakan untuk terapi mania pada bipolar disorder. Divalproex dan Valproate
digunakan untuk mencegah kekambuhan kembali (Mann, 2005).

2) Antipsikotik
Antipsikotik digunakan untuk meningkatkan efek antidepresan. Ada 2 macam antipsikotik
yaitu typical antipsikotik dan atypical antipsikotik. Obat – obat yang termasuk typical
antipsikotik yaitu Chorpromazine, Fluphenazine, dan Haloperidol. Antipsikotik typical
bekerja memblok dopamine D2 reseptor. Atypical antipsikotik hanya digunakan untuk terapi
pada depresi mayor resisten (Kennedy, 2003) dan bipolar depresi (Keck, 2005). Obat – obat
yang termasuk
dalam Atypical antipsikotik clozapine, olanzapine, dan aripripazole (Mann, 2005).

Tabel 1. Antidepresan Yang Tersedia Saat Ini dan digunakan Untuk Terapi ( Teter et
al.,2007 ).

40
Nama Generik Terapi Dosis
plasma lazim

konsentras
i (mg/hari)
(ng/ml)

Selective Serotonin Reuptake


Inhibitor
Citalopram 20 – 60
Escitalopram 10 – 20
Flouxetine 20 – 60
Fluvoxamine 50 – 300
Paroxetine 20 – 60

Sertrali
ne 50 – 200

Serotonin/Norepinefrin
Reuptake Inhibitor
Venflaxine 75 -225
Doloxetine 30 – 90
Aminoketon
Bupropion 150 – 300

Triazolopyridines
Nefazodone 200 – 600
Trazodone 150 – 300

Tetracyclics
Mitazapine 15 – 45

Tricycli
cs
- Tertiary amines
Amitriptyline 120 – 250b 100 – 300
Clomipramine 100 – 250

41
Doxepi
n 100 – 300
Imipramine 200 – 350 c 100 – 300
- Secondary amines
Desipiramine 100 – 300 c 100 – 300
Notriptyline 50 – 150 50 – 200

Monoamine Oxidase Inhibitor


Phenelzine
Selegiline (Transdermal) 6 – 12 d
Tranylcypromine 20 – 60

42
m. Edukasi & Pencegahan

 Menjaga spiritualitas.
 Belajar untuk dapat mengelola stres atau tekanan mental sebaik mungkin.
 Menjaga hubungan baik terhadap keluarga dan orang-orang sekitar.
 Membekali diri dengan pengetahuan depresi termasuk tanda-tanda atau gejalanya.
 Mengubah kepribadian menjadi lebih terbuka, fleksibel dan realistis.
 Melakukan penyegaran dan istirahat terhadap rutinitas sehari-hari.

 Jaga diri baik-baik. Cukup tidur, makan dengan baik, dan berolahraga secara teratur.
 Menjangkau keluarga dan teman-teman ketika waktu menjadi sulit.
 Dapatkan pemeriksaan medis rutin, dan lihat penyedia Anda jika Anda merasa tidak
benar.
 Dapatkan bantuan jika Anda merasa tertekan. Jika Anda menunggu, itu bisa menjadi
lebih buruk.

n. Prognosis

Depresi berat cenderung bersifat kronis sehingga pasien cenderung kambuh lagi,
tetapi pasien yang dirawat di rumah sakit Jiwa untuk yang pertama memiliki
kemungkinan sekitar 50% untuk sembuh pada tahun pertama.Angka kejadian kambuh
berkurang pada pasien yang meneruskan terapi psikofarmako sebagai profilaksis.

o. KDU

3. Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk


3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

B. Defense mechanism

Ego defense mechanism, secara singkat disebut Defense atau Defensi (menurut
pengistilahan Psikiatri lndonesia), adalah strategi tidak langsung yans digunakan untuk
mengurangi kecemasan (anxiety) yang berpotensi timbul akibat ide, impuls, atau keinginan

43
yang tidak dapat diterima. (uncomfortable, conflictual, unacceptable), Sebagian besar proses
ini bekerja pada tingkat nirsadar, dan melindungi pikiran sadar sehinega tidak perlu
menghadapi kecemasan dan atau sunber kecemasannya. Defensi yang baik akan mengurangi
kecemasan dengan baik, beserta bentuk-bentuk turunannya seperti perasaan bersalah, malu,
dan jijik.

Pembagian defensi

Berdasarkan maturitas (kematangannya), defensi dibagi menjadi tiga tingkat, mature defense,
higher-level neurotic defenses, dan primitive defense. sedangkan apabila mempertimbangkan
fase perkembangan yang mendasarinya, defensi dibagi menjadi dua jenis primary defenses
dan secondary defenses. Pertimbangan lain dalam menilai defensi adalah situasi kala
digunakannya. Pada berbasai situasi, defensi yang imatur (tidak matang) pun penggunaannya
bisa adaptif (sesuai).

Defensi individu

Setiap orang memiliki seperangkat defensi yang bervariasi penggunaanya. Sebagian darinya
ada pada tingkat matur, sebagian tidak, dan sebagian penggunaannya sesuai dengan situasi
(adaptif), sebagian tidak. Defensi yang matur atau adaptif memungkinkan penyaluran
dorongan internal dengan demikian baiknya, sehingga proses menurunkan kecemasannya
tidak menimbulkan efek samping dari lingkungan atau efek sisa dari dalam. Pada beberapa
individu satu defensi tertentu mendominasi gambaran kepribadiannya. Defensi tersebut
digunakan lebih sering, sehingga menjadi pola yang khas bagi orang tersebut. Penggunaanya
yang kaku dari defensi yang primitif merupakan salah sstu hal yang mendasari psikopatologi
dan gangguan iiwa, secara psikodinamik.

Identifikasi defensi

Defensi adalah suatu konsep yang abstrak, sehingga secara faktual tidak dapat ditemukan
''bendanya', konsep ini dibuat untuk mempermudah kita memahami kepribadian orang lain,
meskipun yang bisa dilihat atau dirasa hanya manifestasinya. Karena itu, untuk melakukan
identifikasi defensi dibutuhkan cara tertentu, melampaui penerimaan inderawi saja.

Sesuai tujuannya, defensi digunakan untuk mengatasi kecemasan, yang pada dasarnya
ditimbulkan oleh konflik. Pada keadaan yang cukup wajar, seseorang biasanya cukup mampu
untuk secara sadar menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Namun di bawah tekanan,
proses nirsadar lebih mungkin mengambil alih (misal prasangka akan lebih dominan daripada

44
logika). Pada keadaan demikian defensi lebih sering muncul (karena sebagian besar defensi
adalah proses yang tidak disadari). Karena itu, pola spontan seseorang dalam menyelesaikan
masalah merupakan salah satu jalan untuk memperkirakan EDM orang.

Pada penilaian kepribadian lebih lanjut, penyimpulan dari jumlah defensi yang matur
dibanding yang tidak matur, serta frekuensi pengunaannya, menjadi salah satu landasan
penentuan maturitas kepribadian seseorang. Dengan kata lain, penentuan kepribadian
seseorang sudah dewasa atau masih cenderung kekanakan merujuk pula ke defensi yang
digunakan (selain hal-hal lain seperti kemampuan mentalisasi, representasi mental dari obyek
dan diri, serta hal hal lain).

Setelah memahami perilaku seseorang (yang merupakan manifestasi dari kepribadian


dan memahami pula defensi orang tersebut (yang merupakan proses sebelum perilaku
bermanifestasi), maka kita dapat memperkirakan apa dorongan atau motivasi yang mendasari
perilaku tersebut. Dengan mengetahui dorongsn atau motivasi yang dominan dari seseorang,
maka kita dapat pula memperkirakan bagaimana sebenarnya struktur kepribadian orang
tersebut.

Manfaat Mengetahui Defensi


Dengan mengetahui defensi (baik diri maupun orang lain, maka beberapa manfaat berikut
dapat diperoleh:
1. Meningkatkan efekivitas pemeriksaan dan terapi

Dengan memahami perilaku, defensi, dan kepribadian seseorang, kita dapat


mempertahankan obyektivitas dalam penilaian dan tidak menghabiskan waktu nenilai atau
mengubah manifestasi dari kepribadian. Kita dapat secara langsung memodifikasi proses
yakni defensi yang mendasari perilaku tersebut dan apabila proses tersebut berhasil dibuat
selaras antara dorongan dasar dengan tuntutan lingkungan, kecemasan yang menjadi dasar
banyak ketidakstabilan mental dapat diatasi.

2. Menjaga stabilitas hubungan interpersonal

Dengan memahami defensi dan kepribadian seseorang kita dapat membuat prediksi
perilakunya apabila orang tersebut menghadapi tekanan terutama yang mirip atau sama. Kita
juga dapat memahami bahwa perilaku seseorang sebenarnya mencerminkan respon perasaan
dasar/sebenarnya atau tidak apabila kita memahani pola defensi orang tersebut. Karena

45
seringkali respon perasaan dasarnya Iebih mudah dipahami, maka ia akan lebih memancing
empati, sehingga hubungan yang baik dapat dijaga.

Deskripsi defensi

Mature defense

1. Humour
Menemukan unsur lucu & menyenangkan dari pengalaman sulit. Dapat memberi jarak dan
objektivitas sehingga aman untuk dikenang dan direfleksikan mempermudah mencari
hikmah. Perlu diperhatikan bahwa ridak semua lelucon adalah bentuk defensi yahg matur,
contohnya lelucon yang mengandung celaan dan bohong.
Contoh: Menceritakan pengalanan saat ospek dan menertawakan nyeri, kecewa, sedih yang
kala dulu dirasa sendiri sebagai tidak menyenangkan

2. Supression
Secara sengaja mengesampingkan perasaan dorongan, keinginan tertentu.
Contoh 1: merasa takut bertemu dosen, namun tetap menghadap karena ada yang ingin
ditanya
Contoh 2: puasa mungkin merupakan satu bentuk supresi terhadap dorongan nutrisi dan
sekual
3. Asceticism

Menyingkirkan aspek menyenangkan karena kemungkinan adanya konflik. Ketika


selanjutnya berhadapan dengan stimulus yang sama rasa tertarik atau senang tidak lagi
dirasakan [bukan diredam].
Contoh seseorang menjadi tidak begitu senang lagi makan manis sejak didiagnosis diabetes
(hilang kegemarannya)

4. Alturism
Rela mendahulukan kepentingan orang lain, meskipun hal itu berarti menunda pemuasan
keinginan dan dorongannya, Alturisme yang baik biasanya memberikan pengganti kepuasan
(berasal dari superego) tersendiri atas pengorbanan yang dilakukan. Hal ini merupakan
contoh narcissistic sef-sullciency.
contoh 1: memberi operan ke rekan meski punya peluang mencetak gol
Contoh 2: zakat adalah salah satu bentuk altruisme yang dianjurkan dalam agama

46
5. Anticipation
Menunda kepuasan segera dengan merencanakan dan memikirkan masa depan.
Contoh 1: Merencanakan nonton bioskop setelah ujian besok
contoh 2: Berhemat dan menabung merupakan salah satu contoh antisipasi yang lazim
ditemui, selain belajar dan latihan

6. Sublimation
Melebur dorongan yang tidak baik (menurut lingkungan) ke dalam aktivitas yang diterima
(oleh lingkungan).
contoh 1: dorongan agresi yans tinggi disalurkan dengan menjadi tentara, seniman bela diri
contoh 2: dorongan seksual yang tinggi disalurkan dengan menikahi lawan jenis
Contoh 3: pekerjaan (dan hobi) merupakan salah satu jalan sublimasi yang paling umum

Higher level Neurotic Defenses


1. Introjection
lnternalisasi bagian kepribadian orang (yang biasanya dianggap penting) sebagai cara
menangani kehilangannya atau mengendalikan orang tersebut.
contoh 1: sepeninggal istrinya, sang bapak mulai coba masak nasi goreng andalan
alharhumah dan merasa lebih lega setelahnya
Contoh 2: menceritakan pengalaman orang laln dengan menganggapnya sebagai milik sendiri

2. Identification
Internalisasi kualitas orang agar menjadi mirip. Ada kemiripan dengan introyeksi namun
bentuknya lebih dangkal (hanya atributnya yang diinternalisasi).
Contoh 1: memakai seragam klub sepakbola bertuliskan nama pemain favorit: ada rasa
bangga yang muncul ketika memakainya
Contoh 2: gaya jalan dan bicara mahasiswa yang menjadi mirip dengan dosennya
contoh 3: ldentifikasi satu sama lain merupakan salah satu dasar yang menjalin para anggota
kelompok-kelompok (atau rasa kebersamaannya)

3. Displacement
Mengganti objek dorongan (keinginan dengan yang memiliki kemiripan.
Contoh 1: tidak mampu jajan burger cukup jajan bakso
Contoh 2: tidak berani marah di tempat kerja, begitu pulang ia marah-marah di rumah
47
contoh 3: objek fobia biasanya merupakan pengganti objek sumber konfliknya
4. Intellectualization
Fokus pada nalar secara berlebihan sehingga komponen emosi tidak dirasakan.
Contoh 1: menyatakan bahwa dirinya tidak stres karena ia adalah seorang tentara
Contoh 2: pada generalized Anxiety Disorder, hal-hal biasa diiadikan sumber kekhawatiran
(termasuk kekhawatiran itu sendiri)

5. Issolation of affect
Memisahkan ide/pikiran dengan perasaan yang menyertainya (sehingga tidak terasa/tampak
tidak ada perasaan). Pertimbangkan kemampuan komunikasi afektif seseorang dalam
penilaian defensi ini.
Contoh 1: Korban perkosaan menceritakan kejadian dengan wajah datar (bisa saja segera
setelah wawancara ybs menangis berderai; bisa saja isolasi afek berlangsung berkepanjangan
contoh 2: Pada depresi yang berat, seseorang dapat mengalami aleksitimia, suatu keadaan
ketika ybs tidak lagi bisa merasakan perasaannya

6. Rationalisasion
Pembenaran tingkah yang salah sehingga ditoleransi oleh dirinya,
Contoh 1: ketika ditanya mengenai kesalahan fatalnya dalam prosedur tindakan gawat
darurat, ia menjawab: "masih minggu pertama"
contoh 2: setiap kali telat, alasannya selalu jalanan yang macet

7. Sexualisasion
Menambahkan unsur seksual pada obyek yang tidak menyenangkan sehingga dirasa menarik,
meskipun pada prinsipnya obyek tersebut tidak berhubungan dengan seksualitas sama sekali.
contoh 1: pada fetishism, obyek seksualnya bisa berupa benda mati (seperti sepatu)
cohtoh 2: pameran otomotif yang menampilkan penjual dengan pakaian minin
contoh 3: seksualisasi yang dipancing dengan menekankan aspek-aspek seksual (sex appead)
sesuatu yang secara umum tidak berhubungan.

8. Reaction formation
Mengubah dorongan yang tidak bisa diterima sehingga bermanifestasi sebaliknya.
Contoh 1: semakin dikatakan senang sama seorang perempuan ia menjadi semakin tidak
senang (sebenarnya ybs memang senang)
48
Contoh 2: walau ia sangat tidak setuju dengan dosen namun ia berusaha (terlalu) kuat untuk
menyenangkannya

9. Repression
Menyingkirkan dorongan yang tidak bisa diterima atau menghalanginya masuk kesadaran.
Represi mirip supresi, namun prosesnya nirsadar, Biasanya bentuk represi adalah berupa
"lupa atau acuh yang beralasan".
Contoh 1: tidak ada keinginan menikah
contoh 2: orang depresi yang tidak merasa lapar

10. Undoing
Menghapus akibat tidak menyenangkan dari perbuatan sebelumnya dengan melakukan
perbuatan baru.
Contoh 1: setelah memukul anaknya dan melihat anaknya menangis ia lalu memeluknya
(sebagai kompensasi atas rasa bersalahnya)
Contoh 2: pada OCD, mencuci tangan diharap mampu menghapus kotoran ditangan
(biasanya akibat menyentuh hal-hal yang sangat umum) contoh 3: pada kasus pelecehan
seksual kanak umum, pelaku memberi imbalan setelah kejadian. [seperti permen]

Primitive defenses
1. Splitting
Memisahkan penyesalanan diri dan orang lain sehingga tidak mampu disatukan. Aspek-aspek
dari seseorang [atau dirinya] dianggap terpisah dan berasal dari orang yang berbeda (biasanya
kualitas jadi hitam-putih).
Contoh: saat ibu mendengar dianggap orang terbaik,saat ibu sibuk dianggap orang terjahat;
ybs gagal melihat orang terbaik dan terjahat tersebut adalah satu, yakni ibunya.

2. Projection
Mengeluarkan dorongan yang tidak diterima sehingga diaggap berasal dari luar.
Contoh 1: menuduh orang lain tidak kompeten; ketika ditelusuri, dialah yang lebih tidak
berkompeten
Contoh 2: halusinasi merupakan contoh proyeksi, dengan isi halusinasi diperkirakan adalah
pikirannya sendiri
Contoh 3: waham kejar, cemburu, dan rujukan juga diperkirakan berasal dari keinginannya

49
sendiri.
3. Projective identification

Memproyeksikan bagian diri sehingga orang lain beridentifikasi dengan bagian tersebut.
Memancing orang berperilaku (biasanya yang kualitas negatif)sesuai pandangannya.
Biasanya orang yang terpancing juga memiliki kerentanan pada aspek tersebut.
contoh: Berulang kali mengatakan seseorang pemarah sehingga orang tersebut selalu marah
dengannya

4. Denial
Menyangkal kenyataan sehingga tidak dirasakan maknanya. Mirip represi, bedanya adalah
dorongan tersebut tidak dirasakan sejak awal (tidak pemah ada dalan ingatan,bukan
terlupakan
Contoh 1: Perokok yang menganggap batuknya tidak berhubungan dengan asap rokok yang
dihisapnya
Contoh 2: Terus berbudi karena berpikir dirinya belum rugi banyak
contoh 3: keadaan manik diperkirakan merupakan denial terhadap depresi

5. Dissociation
Memisahkan kesinambungan pengalaman sehingga dirasa/pikir seperti pengalaman
Contoh 1: ketika bersama istrinya, sang artis berperilaku seperti tidak mengenal teman
berjudinya
contoh 2: pada kepribadian disosiatif, seseorang dikatakan memiliki lebih dari satu alters
yang tidak saling mengenal

3. Idealization
Menganggap seseorang sempurna sehingga aspek negarifnya bisa tidak disertakan (bisa
menghalangi saran dan perbaikan). Hal ini berbeda dengan splittingkarena hanya ada aspek
positif (dan secara relasional, telah melampaui part-object experience).
Contoh 1: menganggap istrinya sempurna meski akibat dari kekurangan sang istri banyak ia
keluhkan
Contoh 2: penokohan yang tidak masuk akal

4. Acting Out
Menyalurkan dorongan nirsadar secara impulsif (tanpa pikir matang).
Contoh 1: memukul polisi karena tidak senang

50
Contoh 2: memperkosa begitu dorongan sekualnya muncul

5. somatization
Mengubah ketidaknyamanan emosional menjadi gejala fisik. Pada kasus konversi (terkadang
dibuat sebagai defensi yang berbeda), sejala yang timbul lebih spesifik berupa gejala
neurologis.
Contoh 1: sakit kepala dirasakan setelah disalahkan guru
Contoh 2: mendadak buta setelah melihat kejadian yang traumatik
Contoh 3: kelompok diagnosis gangguan somatoforn diperkirakan banyak didasari defence
ini

9.Regression
Mundur ke fase perkembangan sebelumnya agar menghindari tanggung jawab fase
perkembangan saat ini.
contoh 1: setelah dimarahi ibunya, anak yang sudah SD kembali mengompol di malam hari

6. Schizoid fantasy
Mundur masuk ke alam pikiran sendiri untuk menghindari kenyataan yang sulit dihadapi
Contoh 1: setelah cintanya ditolak, sang penuda menjadi lebih sering berkhayal mengenai
kehidupan sempurna dengan sang impian
contoh 2: teman khayalan direkayasa oleh orang-orang yang merasa belum memiliki
teman cukup

C. Gangguan kepribadian

a. Definisi

Gangguan kepribadian ambang (Borderline Pesonality Disorder, BPD) merupakan gangguan


jiwa yang ditandai dengan pola mood, gambaran diri, dan perilaku atau kebiasaan yang
berubah-ubah. Gejala ini dapat mengakibatkan perilaku impulsive dan masalah dalam
hubungan interpersonal. Orang dengan gangguan kepribadian ambang dapat mengalami
episode kemarahan yang intens, depresi, dan ansietas yang nerlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari.

51
b. Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian ambang adalah sekitar 1%. Gangguan kepribadian ambang
diduga berhubungan dengan masyarkat ekonomi menengah ke bawah. BPD pertama kali
terlihat secara klinis rata-rata pada usia 18 tahun.

c. Etiologi
 Faktor psikologis seperti kejadian traumatis saat masa kanak dan pelecehan seksual
 Faktor sosial
 Faktor biologis gangguan kepribadian seperti karakteristik temperamental, afek, dan
defisit fungsi serotonin pada system saraf pusat.

d. Patogenesis dan patofisiologi


Patofisiologi BPD merupakan kombinasi predisposisi genetic, faktor lingkungan saat masa
kanak, dan disfungsi neurobiologi. Peran oksitosin dalam regulasi penghargaan sosial (social
reward), empati, dan respon terhadap stress akut sebagai penyebab yang berkontribusi dalam
timbulnya BPD dan gangguan kepribadian lainnya. Pada pasien BPD, kadar oksitosin serum
menurun. Disregulasi serotonin menurunkan sensitifitas reseptor 5HT-1A juga dapat
berkontribusi dalam timbulnya BPD. Selain itu, pasien dengan BPD menunjukkan kadar
hormone kortisol yang tinggi, respon kortisol terhadap stress yang tinggi, dan penurunan
negative feedback. Peningkatan gangguan belajar, attention-deficit hyperactivity disorder
(ADHD), defisit neurokognitif, dan elektroensefalografi yang abnormal juga berperan dalam
timbulnya BPD.

52
e. Manifetasi klinis
Menurut PPDGJ-III

Gangguan kepribadian khas (F60)


Gangguan kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi karakteriologis dan
kecenderungan perlaku dari seseorang, biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian
dan hampir selalu berhubungan dengan kesulitan pribadi dan sosial.

Pedoman diagnostic
 Kondisi yang tida berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit otak berat atau
gangguan jiwa lainnya
 Memenuhi kriteria berikut ini:
a. Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi beberapa
bidang fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara
emmandang dan berpikir, serta gaya berhubungan dengan orang lain
b. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak
terbatas pada episode gangguan jiwa
c. Pola perilaku abnormalnya bersifat pervasive (mendalam) dan maladaptive
yang jelas terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas
d. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut
sampai usia dewasa
e. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribai yang cukup berarti, tetapi baru
menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut

53
f. Gangguan ini biasanya, tapi tidak selalu, berkaitan secara bermakna dengan
masalah-masalah dalam pekerjaan dan kinerja sosial.

Gangguan kepribadian emosional tak stabil (F60.3)


Pedoman diagnostic
 Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsive tanpa
mempertimbangkan konsekuensinya, bersamaan dngan ketidakstabilan emosional
 Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan kekurangan
pengendalian diri.

F60.30= Tipe impulsive

F60.31= Tipe ambang (borderline)

Menurut DSM-5 dan ICD-10

Gangguan kepribadian ambang (Borderline personality disorder)


Kriteria diagnostic
 Pola pervasif terhadap instabilitas hubungan interpersonal, gambaran diri, afek,
impulsivitas, dimulai pada awal usia dewasa, timbul dalam berbagai konteks yang
diindikasikan 5 atau lebih dari gejala sebagai berikut:
1. Usaha berlebihan untuk menghindari pengabaian/ditinggalkan
2. Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan intens yang dicirikan
dengan fluktuasi antara idealisasi ekstrem dan devaluasi (merendahkan)
3. Gangguan identitas yang ditandai dengan ketidakseimbangan yang persisten
akan gambaran diri
4. Impulsivitas sekurang-kurangnya pada 2 area yang berpotensi melukai diri
sendiri (aktivitas seksual, perilaku boros, penyalahgunaan zat, menyetir secara
sembrono, dan makan secara berlebihan/binge eating)
5. Perilaku kecenderungan bunuh diri yang rekuren (berulang), mengancam, atau
kebiasaan mutilasi diri (self-mutilating behaviour)
6. Instabilitas afek akibat reaktivitas mood (seperti episode disfonia kronis,
iritabilitas, atau ansietas yang berlangsung selama beberapa jam atau beberapa
hari)
7. Perasaan “hampa” atau kesepian yang kronis

54
8. Kemarahan yang intens atau kesulitan mengontrol amarah (sering terlihat
marah, pertengkaran fisik berulang)
9. Gejala disosiatif atau pemikiran/spekulasi paranoid yang berhubungan dengan
stress, yang berubah-ubah

f. Tatalaksana
1. Psikoterapi
a. Dialectical Behaviour Therapy (DBT).
Terapi untuk gangguan kepribadian ambang yang bertujuan untuk mengontrol
kemarahan atau emosi yang intens, megurangi perilaku atau kebiasaan
melukai diri sendiri, dan memperbaiki hubungan interpersonal.
b. Cognitive Behavioral Therapy (CBT).
Terapi ini dapat membantu pasien dengan gangguan perilaku ambang
mengidentifikasi dan merubah perilaku core yang mendasari persepsi pasien
terhadap diri sendiri, orang lain, dan interaksi dengan orang lain. CBT dapat
membantu menurunkan range of mood, gejala ansietas, dan perilaku melukai
diri sendiri serta pikiran bunuh diri.

g. Diagnosis banding
 Depresi
 Disfungsi kognitif
 Penyalahgunaan zat
 Depresi bipolar
Perbedaan perubahan mood atau afek pada BPD dibandingkan dengan pada depresi
bipolar adalah durasi fluktuasinya. Durasi fluktuasi mood atau afek pada BOD
berlangsung lebih singkat dibandingkan depresi bipolar. Pada depresi bipolar,
perubahan mood harus menetap dan konsisten sekurang-kurangnya 4 hari agar
memenuhi kriteria episode hipomanik dan 7 hari untuk episode manik.
 Autism spectrum disorder (ASD)
 Depersonalisasi
 Ideasi paranoid

55
h. Prognosis
Sebanyak 35% pasien mengalami remisis setelah 2 tahun, 91% remisi setelah 10 tahun, dan
99% remisi setelah 16 tahun.

IV. Kerangka Konsep

56
V. Kesimpulan
Ny.Boni 32 tahun mengalami depresi berat tanpa gejala psikotik.

DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan. Media Aesculapius
FKUI. Doengoes, M. E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan.

Asosiasi Psikiatri Amerika. 1994. Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental DSM-
IV . Washington, DC: American Psychiatric Association.

Brigitta, Bondy. 2002. Patophysiology of Depression and Mechanism of Treatment.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3181668/. Dialogues in Clinical Neuroscience.
Maret 2002.

Chand, Suma. 2018. Depression. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430847/. StatPearls


Publishing. 5 Oktober 2018.

Clark N, Dua T, et al. 2010. Mental Health Gap Action Programme Intervention Guide.
http://www.paho.org/mhgap/en/doc/mhGAP%20Intervention.pdf?ua=1. World Health
Organization.2010.

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA.: Kaplan and Sadock´s synopsis of psychiatry, Baltimore:

Williams and Wilkins, 2007

Maslim,Rusdi. Buku saku Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III.Jakarta: Bagian ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2001

McLeod, SA (2018, 19 November). Mekanisme pertahanan . Diperoleh dari


https://www.simplypsychology.org/defense-mechanisms.html

Paulhus, DL, Fridhandler, B., & Hayes, S. (1997). Pertahanan psikologis: Teori dan penelitian
kontemporer . Dalam R. Hogan, JA Johnson, & SR Briggs (Eds.), Handbook psikologi kepribadian (pp.
543-579). http://dx.doi.org/10.1016/B978-012134645-4/50023-8

Paykel, Eugene. 2008. Basic Concepts of Depression.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3181879/. Dialogues in Clinical Neuroscience.
September 2008.

Rasmin Menaldi, dkk. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Edisi kedua.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia

Waldinger RJ.: Psychiatry for medical students, Washington, DC : American Psychaitric Press, 2007

57

Anda mungkin juga menyukai