G99152034
1. Tentukan cara menetapkan jenis kelainan korban penemuan mayat tinggal tulang
Jenis kelamin bisa ditentukan dengan melihat panggul, tengkorak, sternum, tulang
panjang, serta skapula dan metakarpal.
a. Panggul.
Panggul pada wanita lebih lebar, khususnya tulang kemaluan (os pubis) dan tulang
usus (os oschii); sudut pada incisura ischiadica major lebih terbuka, foramen
orburatum mendekati bentuk segitiga. Sangat diagnostik adalah Arc compose. Pada
pria lengkung yang yag terbentuk oleh pinggir kranial ventral facies auricularis, kl.
Dapat dilanjutkan pada pinggir kranial dan ventral incisura ischiadica major; pada
wanita terbentuk dua lengkung terpisah. Di samping itu pada wanita terdapat
lengkung pada bagian ventral tulang kemaluan, yang tidak kentara pada pria; pada
wanita bagian subpubica dari rasmus ischio-pubicus cekung, pada pria tulang ini
cembung; dilihat dari sisi ventral , pada wanita bagian yang sama agak tajam, pada
pria lebih membulat.
Tabel. Identifikasi jenis kelamin dari tulang panggul menurut acsadi & Nemeskeri(1970)
dan Ferembach (1979) bdk. Martin-Knussmann (1988)
W -2 -1 0 +1 +2
Lebar,
oval
b. Tulang tengkorak.
Besarnya tengkorak adalah salah satu ciri dimorfis seksual. Tengkorak pria
lebih besar, lebih berat dan tulangnya lebih tebal. Seluruh rellef tengkorak
(benjolan,tonjolan dsb.) lebih jelas pada pria.
Tulang dahi dipandang dari norma lateralis kelihatan lebih miring pada pria,
pada wanita hampir tegal lurus; benjolan dahi (tubera frontalla) lebih kentara pada
wanita, pada pria agak menghilang. Arci supercilliaris lebih kuat pada laki-laki; sering
hampir tidak kentara pada wanita; pinggir lekuk mata (orbita) agak tajam/tipis pada
wanita dan tumpul/tebal pada pria. Bentuk orbita pada pria lebih bersegi empat
(menyerupai layar TV dengan sudut tumpul), pada wanita lebih oval membulat.
Pada tulang pelipis tahu mastoid (prossesus mastoideus) besar dan takiknya
(incisura mastoidea) lebih mendalam pada pria.
12 Lobang hidung Lebih tinggi dan sempit Lebih rendah dan luas
c. Mandibula.
Sudut yang terbentuk oleh rasmus dan corpus mandibulae lebih kecil pada pria
(mendekati 90). Benjol dagu (protuberia mentalis) lebih jelas/besar pada pria.
Processus coronoideus lebih besar/panjang pada pria.
b. Jaringan
Sejumlah kecil contoh jaringan (=1.0-mm persegi) dimasukkan ke dalam tabung
Eppendorf yang berisi 500 larutan 5% chelex (berat/ vol dlm H20) dan
dihancurkandengan ujung pipet. Sampel ini kemudian diputar (divortex) selama 1
menit, dan diinkubasikan pada suhu 56C selama 15 menit. Vortex kembali selama 1
menit, dan panaskan pada suhu 95C selama 10 menit. Sekali lagi dilakukan
pemusingan (vortex) selama1 menit, dan disentrifus pada kecepatan 12,000g selama 3
menit. Supernatan yangdiperoleh (sekitar15 l) siap digunakan untuk PCR.
c. Darah dan Bercak darah (pada pakaian, karpet, tempat tidur, dan perban)
Darah yang diambil adalah darah vena. Darah diambil minimal 2 ml
denganmenggunakan antikoagulan EDTA. EDTA akan menjaga agar DNA tidak
terjadi degradasikarena DNAse akan dinonaktifkan. Tahapan isolasi DNA
menggunakan darah adalah pemisahan sel darah putih dengan darh yang memiliki
komponen-komponen lengkap,tahap purifikasi bertujuan untuk membersihkan sel
darah putih dari zat-zat lainnya, tahap selanjutnya dalah presipitasi dilakukan dengan
cara meneteskan larutan presipitasi protein dan kemudian divortex yang bertujuan
untuk menghomogenkan larutan. Langkah akhirnya adalah pemberian tris-EDTA yang
bertujuan untuk melarutkan kembali DNA untuk dipreservasi.
G99152024
1. Tentukan cara menetapkan jenis kelamin dari korban penemuan mayat yang tinggal
tulang!
a. Dari tulang tengkorak
1) Tengkorak pria : Lebih besar, lebih berat, tulang lebih tebal, tonjolan tonjolan
lebih jelas
2) Tulang dahi : Pria lebih miring, wanita tegak lurus
Cavum Orbita Pria :
Cavum Orbita Wanita :
3) Rahang bawah : Angulus mandibula pd pria < 90o
Angulus mandibula pd wanita 90o
b. Dari tulang-tulang panjang
Os. Femur :
Fossa Iliaca 1 Sangat Rendah & Tinggi & Tinggi & Sangat
rendah dan lebar lebarnya sempit tinggi &
lebar sedang sempit
Penilaian : Nilai bobot x nilai dimorfis (-2 s/d 2), hasil perkalian ditambah,
kemudian dibagi dengan jumlah ciri yang dipergunakan
a) Bila >0 maskulin
b) Bila <0 feminism
2. Sebutkan 5 sampel yang bisa diperiksa untuk identifikasi dan identifikasi apa yang
bisa dilakukan pada sampel tersebut!
a. Darah
Identifikasi yang bisa dilakukan:
1) Gol darah (ABO, Rh, Mn, dan lain-lain)
2) Analiasa kimia darah
Alkohol
Narkoba
3) DNA
Keayahan
Identifikasi
b. Sperma
Identifikasi yang bisa dilakukan:
1) Sperma benar atau bukan
2) Mikroskopis
3) DNA
c. Rambut
Identifikasi yang bisa dilakukan:
1) Makroskopis
2) Mikroskopis
3) DNA
d. Ludah
Identifikasi yang bisa dilakukan:
1) Mikroskopis
2) DNA
e. Tulang dan gigi
Identifikasi yang bisa dilakukan:
1) Makroskopis
2) Mikroskopis
3) DNA
3. Sebutkan 2 cara menentukan perkiraan usia dari korban yang tinggal tulang!
a. Menurut tumbuhnya gigi
1) Gigi susu
Gigi Seri I Bawah : 6 8 bulan
Gig Seri I Atas : 7 9 bulan
Gigi Seri II Bawah : 10 12 bulan
Gigi Seri II Atas : 7 9 bulan
Gigi Geraham I : 12 14 bulan
Gigi Taring : 17 18 bulan
Gigi Geraham II : 20 30 bulan
2) Gigi permanen
M1 Geraham 1 : 6 7 tahun
I1 Seri 1 : 6 8 tahun
I2 Seri 2 : 7 9 tahun
P1 Premolar 1 : 9 11 tahun
P2 Premolar 2 : 10 12 tahun
C. Taring : 11 12 tahun
M2 Geraham 2 : 12 14 tahun
M3 Geraham 3 : 17 25 tahun
b. Dari tulang-tulang panjang (dilihat dari penyatuan Epiphysisnya)
1) Epiphysis dari os. femur, tibia, fibula
Diaphysis masih terpisah dari tulang : <18 thn
Diaphysis masih terlihat seperti garis : 17 18 thn
Diaphysis sudah bersatu sempurna : > 18 thn
2) Distal epiphysis dari os. radius dan ulna
Terpisah seluruhnya : 18 19 thn
Sebagian terpisah, sebagian bersatu : 18 19 thn
Bersatu membentuk garis : 19 20 thn
Bersatu sempurna : > 20 thn
3) Head of humerus
Diaphysis terpisah seluruhanya : < 20 thn
Sebagian terpisah, sebagian bersatu : 19 20 thn
Bersatu membentuk garis : 20 21 thn
Bersatu sempurna : >21 thn
Arini Hidayati
G99152036
1. Tentukan cara menetapkan jenis kelamin dari korban penemuan mayat yang tinggal
tulang!
Melihat dari beberapa kriteria pada pelvis/tulang panggul yang berbeda antara pria
dan wanita seperti pada tabel berikut:
Pelvis/tulang panggul
No Kriteria
Wanita Pria
1 Aditus pelvis/pintu masuk panggul Bulat/gynaecoid Seperti
jantung/android
2 Exitus pelvis/pintu keluar panggul Luas Sempit
3 Cavitas pelvis/rongga pelvis Dangkal, luas Dalam, sempit
4 Arcus pubis/sudut tulang kemaluan >60 <60
5 Os ilium Miring ke lateral Lebih tegak
6 Os sacrum Pendek, kurang Panjang,
melengkung melengkung ke
depan
7 Os coccygeus Lebih lentur Kaku
8 Spina ischiadica Tidak menonjol Menonjol
Selain itu menentukan jenis kelamin juga bisa dengan melihat dari tengkorak, os
mandibula/tulang rahang bawah, dan os femur/tulang paha. Namun umumnya jika
pada korban ditemukan pelvis/tulang panggul, maka menentukan jenis kelamin sudah
tepat.
2. Sebutkan 5 sampel mayat yang tinggal tulang yang bisa diperiksa untuk identifikasi
dan identifikasi apa yang bisa dilakukan pada sampel tersebut?
a. Tulang. Dapat dilakukan pemeriksaan identifikasi DNA. Pertama, hancurkan
tulang sampai berupa bubukan halus dan mesin bor dengankecepatan tertentu
sehingga diperoleh bubukan tulang berukuran 100 m. Dekalsifikasi 1gr bubuk
tulang dengan 10 ml EDTA 0,5 M (pH 7,5), selanjutnya divorteks, diinkubasi pada
suhu 56C dalam alat ultrasonik selama 2 jam. Proses tersebut dipantau dengan
menambahkan larutan amonium oksalat pH 3.0 jenuh dan proses dihentikan
setelahlarutan jernih. Kedua, DNA diisolasi dari tulang yang didekalsifikasi
menggunakan 4 metode, yaitu metode Maxim (Silika/guanidium tiosianat), peranti
DNAZol, pirant Ready AMP, dan ekstraksi menggunakan garam dapur NaCl.
ketiga, dilakukan visualisasi DNA pada gel agarosa konvensional
menggunakanmetode pengecatan perak dan perancangan primer menggunakan
perangkat lunak.
b. Kulit dan jaringan
Sejumlah kecil contoh jaringan (=1.0-mm persegi) dimasukkan ke dalam tabung
Eppendorf yang berisi 500 larutan 5% chelex (berat/ vol dlm H20) dan
dihancurkandengan ujung pipet. Sampel ini kemudian diputar (divortex) selama 1
menit, dan diinkubasikan pada suhu 56C selama 15 menit. Vortex kembali selama
1 menit, dan panaskan pada suhu 95C selama 10 menit. Sekali lagi dilakukan
pemusingan (vortex) selama1 menit, dan disentrifus pada kecepatan 12,000g
selama 3 menit. Supernatan yangdiperoleh (sekitar15 l) siap digunakan untuk
PCR.
c. Rambut. Dapat dilakukan pemeriksaan identifikasi DNA.
d. Gigi. Dapat dilakukan pemeriksaan identifikasi sidik gigi dengan mencocokkan
rekam gigi korban jika ada.
e. Properti yang dikenakan dan menempel pada korban seperti tali celana yang
masih menempel pada korban. Dapat dicocokkan dengan pakaian yang terakhir
korban kenakan yang mungkin diketahui oleh saksi.
3. Sebutkan 2 cara menentukan perkiraan usia dari korban yang tinggal tulang?
a. Melihat dari apakah gigi geraham belakang ketiga sudah tumbuh atau belum. Jika
sudah tumbuh dapat dipastikan korban berusia lebih dari 17 tahun. Namun jika
belum tumbuh tidak dapat dipastikan apakah korban berusia kurang dari 17 tahun.
Karena umumnya gigi geraham belakang ketiga tumbuh ketika manusia berusia
lebih dari 17 tahun.
b. Melihat dari pertemuan antara epiphysis dengan diaphysis pada phalanx,
metacarpal dan carpal. Pada usia 18 tahun ke atas epiphysis dan diaphysis sudah
menyatu sedangkan pada usia di bawah 18 tahun epiphysis dan diaphysis belum
menyatu (belum terjadi penulangan secara sempurna).
Mahardhika K
1. Tentukan cara menetapkan jenis kelamin dari korban penemuan mayat yang tinggal
tulang!
Penentuan jenis kelamin pada rangka : Penentuan ini didasarkan pada ciri-ciri yang
mudah dikenali pada tulang-tulang :
- Panggul: ischium pubis pada wanita lebih besar dari pria
- Tengkorak: untuk menetukan jenis kelamin dari tengkorak, diperlukan penilaian dari
berbagai ciri-ciri yang terdapat pada tengkorak tersebut. Ciri utama adalah penonjolan
di atas orbita (procc.mastoideus, palatum, rongga mata, rahang bawah). Luas
permukaan procc. mastoideus pada pria lebih besar dibandingkan wanita, hal ini
dikaitkan dengan adanya insersi otot leher yang lebih kuat pada pria.
- Tulang dada: rasio panjang dari manubrium sterni dan corpus sterni menetukan jenis
kelamin. Pada wanita manubrium sterni melebihi separuh panjang corpus sterni.
- Tulang panjang: pria pada umumnya memiliki tulang yang lebih panjang, lebih berat
dan lebih kasar, serta impresinya lebih banyak. Tulang paha merupakan tulang
panjang yang dapat diandalkan dalam penentuan jenis kelamin. Konfigurasi,
ketebalan, ukuran dan caput femoris serta bentukan dari otot dan ligamen perlu
diperhatikan.
- Penentuan jenis kelamin secara histologik: prinsip penentuan secara histoligik atau
miroskopik ini adalah berdasarkan pada kromosom. Bahan pemeriksaan dapat diambil
dari = kulit, leukosit, sel-sel selaput lendir pipi bagian dalam, sel-sel rawan, korteks
kelenjar supra renalis, cairan amnion.
2. Sebutkan 5 sampel mayat yang bisa diperiksa untuk identifikasi. Juga sebutkan
identifikasi apa yang bisa dilakukan pada sampel tersebut!
5 sampel mayat:
1) Jenazah yang masih baru dan utuh
2) Jenazah yang sudah membusuk dan utuh
3) Bagian-bagian dari tubuh jenazah
Identifikasi yang dapat dilakukam:
Data-data lain yang dapat membantu menentukan usia adalah ukuran dan maturitas
tulang, penutupan epifise, akar molar ketiga, vertebra, segmen tulang sacrum, simfisis
pubis, sutura kranialis, perubahan pada ujung tulang rusuk serta batas peri-auricular.
Pramitha Yustia / G99161073
1. Tentukan cara menetapkan jenis kelamin dari korban penemuan mayat yang tinggal
tulang!
a. Melihat dari beberapa kriteria pada pelvis/tulang panggul yang berbeda antara pria
dan wanita seperti pada tabel berikut:
Pelvis/tulang panggul
No Kriteria
Wanita Pria
1 Aditus pelvis/pintu masuk Bulat/gynaecoid Seperti
panggul jantung/android
2 Exitus pelvis/pintu keluar Luas Sempit
panggul
3 Cavitas pelvis/rongga pelvis Dangkal, luas Dalam, sempit
4 Arcus pubis/sudut tulang >60 <60
kemaluan
5 Os ilium Miring ke lateral Lebih tegak
6 Os sacrum Pendek, kurang Panjang,
melengkung melengkung ke
depan
7 Os coccygeus Lebih lentur Kaku
8 Spina ischiadica Tidak menonjol Menonjol
2. Sebutkan 5 sampel mayat yang tinggal tulang yang bisa diperiksa untuk identifikasi
dan identifikasi apa yang bisa dilakukan pada sampel tersebut?
f. Tulang. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi usia, jenis kelamin, dan
kemungkinan penyebab kematian. Dapat dilakukan pemeriksaan identifikasi DNA
untuk memastikan identitas korban.
g. Kulit dan jaringan
Dapat dilakukan pemeriksaan identifikasi DNA
h. Rambut. Dapat dilakukan pemeriksaan identifikasi DNA.
i. Gigi. Dapat dilakukan pemeriksaan identifikasi sidik gigi dengan mencocokkan
rekam gigi korban jika ada.
j. Properti yang dikenakan dan menempel pada korban seperti tali celana yang
masih menempel pada korban. Dapat dicocokkan dengan pakaian yang terakhir
korban kenakan yang mungkin diketahui oleh saksi.
3. Sebutkan 2 cara menentukan perkiraan usia dari korban yang tinggal tulang?
c. Berdasarkan gigi
Jika gigi geraham belakang sudah tumbuh dapat dipastikan korban berusia lebih
dari 17 tahun. Namun jika belum tumbuh tidak dapat dipastikan apakah korban
berusia kurang dari 17 tahun. Karena umumnya gigi geraham belakang ketiga
tumbuh ketika manusia berusia lebih dari 17 tahun.
Penentuan jenis kelamin dari kerangka manusia dapat ditentukan dengan melihat
morfologi dan ukuran dari kerangka. Bagian tulang yang penting untuk menentukan jenis
kelamin adalah pelvis dan tengkorak karena dapat memberikan hasil yang lebih akurat.
Selain itu dapat pula ditentukan menggunakan tulang lainnya seperti scapula, klavikula,
humerus, ulna, radius, sternum, femur, tibia dan kalkaneus.
Metode identifikasi jenis kelamin dari kerangka secara umum dibagi atas non metrik dan
metrik.
Penentuan jenis kelamin didasarkan pada ciri yang mudah dikenali pada tulang
tulang seperti tulang panggul (pelvis), tulang panjang (femur) dan tengkorak. Yang
mempunyai nilai tinggi adalah tulang pangul (pelvis) dan baru kemudian tulang tengkorak.
Ada beberapa tulang yang dapat dianalisis untuk menentukan jenis kelamin, salah
satunya adalah kerangka pelvis. Karena panggul ini sangat vital bagi kita sehingga
menyebabkan terjadinya perbedaan bentuk dan fungsi. Panggul/pelvis pada wanita lebih
lebar dan dangkal daripada pria sebab memiliki fungsi yang berbeda, pada perempuan
fungsi panggul selain untuk menopang, fungsi utama yang lain adalah untuk melahirkan,
panggul yang lebih lebar ini akan menjadi jalan keluar bagi sang bayi kelak. Sebaliknya,
pelvis pada laki-laki tidak dibatasi oleh kebutuhan untuk melahirkan dan oleh karena itu
dioptimalkan untuk bergerak.
Wanita umumnya mempunyai tulang pubis yang lebih lebar dari laki-laki untuk
memungkinkan kepala bayi untuk lewat pada saat proses kelahiran. Ukuran sudut subpubis
lebih dari 90 derajat, sedangkan pada laki-laki <90. Panggul pada wanita lebih lebar,
khususnya tulang kemaluan (os pubis) dan tulang usus, sudut pada insisura ischiadika
mayor lebih terbuka, foramen oburatorium mendekati bentuk segitiga. Di samping itu pada
wanita terdapat lengkung pada bagian ventral tulang kemaluan, yang tidak kentara pada
pria. Bagian subpubis dari ramus ischio-pubicus cekung pada wanita, sedangkan pada pria
tulang ini cembung. Dilihat dari sisi ventral, pada wanita bagian yang sama agak tajam,
pada pria lebih membulat.
Lima karakteristik morfologi pada os coxae (Gomezvalde et al, 2012) :
Cekung subpubic biasanya dikaitkan dengan wanita, sedangkan lebih dari 90% tidak
ditemukan pada laki-laki (Patriquin et al, 2003). Penentuan jenis kelamin akan sulit dilakukan
melalui penilaian karakteristik sciatic dengan pemeriksaan visual. Hal ini dipengaruhi oleh
ukuran panggul, tetapi dengan perkembangan struktur marginal tulang kemaluan yang relatif
lebih lama pada wanita dewasa dari laki-laki sedangkan ischium laki-laki lebih panjang
daripada wanita, maka untuk menentukan jenis kelamin kerangka didasarkan indeks ischio-
kemaluan, yang biasanya perempuan lebih tinggi (Gonzalez et al, 2009).
Pelvis keseluruhan Berat, kasar, bekas otot Tidak berat, bekas otot
jelas tidak prominent, halus
Tengkorak manusia menunjukkan perbedaan dalam jenis kelamin yang luar biasa
selain panggul dan diakui sebagai indikator jenis kelamin yang dapat diandalkan bagi sisa-
sisa kerangka manusia. Penentuan jenis kelamin dari tengkorak dengan metode metrik dan
metode pengamatan visual sudah dikenal. Tengkorak laki-laki umumnya lebih besar daripada
wanita, metode metrik menentukan jenis kelamin tengkorak menurut ukuran. Akurasi metode
pengamatan visual semata-mata tergantung pada pengalaman pemeriksa. Dengan
pemeriksaan tengkorak dengan mandibula, Stewart membuat penentuan 77% benar dalam
kasus yang diperiksa. Penentuan tersebut akan menjadi lebih akurat ketika ditentukan tidak
hanya berdasarkan ukuran, tapi dengan proporsi keseluruhan morfologi fitur tengkorak. Pada
tengkorak dengan rahang bawah, perbedaan jenis kelamin tercermin baik dari bentuk
daripada ukuran. Tetapi untuk meningkatkan ketepatan penentuan maka dilakukan
pengukuran ciri morfologi (Inoueb et al, 1992).
Bagian petrosa dari tulang temporal sangat mungkin yang paling umum dan terbaik
dari kerangka. Oleh karena itu, pemahaman tentang perbedaan jenis kelamin dalam tulang ini
penting. Sudut lateral dari bagian petrosa pada laki-laki lebih kecil daripada wanita. Pada
wanita, sudut medial lebih kecil daripada laki-laki (Yas et al, 2005).
Menurut penelitian Hatipoglu et al ukuran tempurung kepala lebih kecil pada wanita
dengan perbedaan statistik yang signifikan antara wanita dan laki-laki termasuk jarak antara
glabella-opisthocranion, titik-basion, basion-opisthion, dan euryon-euryon. Selain itu sesuai
data craniometric dimana volume tengkorak lebih rendah pada wanita. Perbedaan ini secara
statistik bermakna dalam semua jarak kecuali diameter foramen magnum anteroposterior dan
parietal chord. Bibby juga menyatakan bahwa tengkorak pada pria 8,5% lebih besar
dibandingkan pada wanita. Dalam sebuah penelitian serupa, Ingerslev dan Solow telah
menemukan bahwa tengkorak lebih kecil pada wanita kecuali tulang hidung, jarak orbital dan
foramen magnum (Sabanciogullari et al, 2012).
Dimorfism pada tulang tengkorak dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin.
Tengkorak pria lebih besar, lebih berat dan tulangnya lebih tebal. Seluruh relief tengkorak
(benjolan,tonjolan dsb.) lebih jelas pada pria. Tulang dahi dipandang dari norma lateralis
kelihatan lebih miring pada pria, pada wanita hampir tegak lurus; benjolan dahi (tubera
frontalla) lebih kentara pada wanita, pada pria agak menghilang.
Arci supercilliaris lebih kuat pada laki-laki; sering hampir tidak kentara pada wanita.
Pinggir lekuk mata (orbita) agak tajam/tipis pada wanita dan tumpul/tebal pada pria. Bentuk
orbita pada pria lebih bersegi empat (menyerupai layar TV dengan sudut tumpul), pada
wanita lebih oval membulat. Prossesus mastoideus besar dan takiknya (incisura mastoidea)
lebih mendalam pada pria.
Sudut yang terbentuk oleh rasmus dan corpus mandibulae lebih kecil pada pria
(mendekati 90). Benjol dagu (protuberia mentalis) lebih jelas/besar pada pria. Processus
coronoideus lebih besar/panjang pada pria.
Tulang panjang laki-laki lebih panjang dan lebih masif dibandingkan dengan tulang
wanita dengan perbandingan 100:90. Pada tulang-tulang femur, humerus dan ulna terdapat
beberapa ciri khas yang menunjukkan jenis kelamin seperti ukuran kaput dan kondilus, sudut
antara kaput femoris terdapat batangnya yang lebih kecil pada laki-laki, perforasi fosa
olekrani menunjukkan jenis wanita, serta adanya belahan pada sigmoid notch pada laki-laki.
Gambar 6. Perbedaan Femur Laki-Laki dan Wanita
Jumlah beberapa ukuran pada tulang dada seperti panjang sternum tanpa xyphoid,
lebar sternum pada segmen I dan II, tebal minimum manubrium dan korpus sternum segmen I
dapat untuk menentukan jenis kelamin.
Salah satu daerah yang menjadi fokus perhatian dalam menentukan jenis kelamin
secara metrik adalah dari panggul. Dimensi antropometri yang digunakan, misalnya diameter
acetabular, lebar dari sciatic dan pubis, dan jumlah panjang os coxae, pubis dan ischium.
Rissech dan Malgosa juga mengambil pendekatan yang berbeda untuk memperkirakan jenis
kelamin dan usia dari laju pertumbuhan tulang pangkal paha. Mereka mengambil enam
pengukuran dari ilium. Dimorfisme seksual pada tulang ini adalah berdasarkan perbedaan
pertumbuhan antara kedua jenis kelamin. Di awal usia, perbedaan jenis kelamin dapat
dideteksi sekitar 12 tahun untuk diameter acetabular dan 15 tahun untuk panjang dan lebar
iliaka (Yas et al, 2005).
1. Panjang pubis : diukur dengan menggunakan caliper geser dari titik pubis yang paling
mediosuperior ke titik terdekat di tepi acetabular.
2. Ketinggian simfisis pubis: diukur dari yang paling superior ke titik paling inferior di
simfisis pubis.
3. Panjang ischial: diukur menggunakan caliper geser dari titik iscium yang paling distal
ke titik terdekat di tepi acetabulum.
4. Panjang pubis tuberkulum-acetabulum: diukur dengan kaliper geser dari titik tertinggi
dari pubis tuberkulum ke titik terdekat pada acetabulum.
5. Jumlah tinggi innominate: jarak terbesar dari titik puncak iliaka yang paling superior
ke titik paling inferior dari ischial tuberositas.
6. Lebar iliaka: jarak terbesar dari anterior superior ke spina iliaka posterior superior.
7. Luas sciatic notch: diukur dari pangkal tulang ischial ke spina iliaka posterior inferior
berhenti pada titik sebelum sudut kelengkungan tulang belakang ke posterior. Ini
diukur pada kertas grafik, sehingga dua poin pengambilan pengukuran berada di garis
horizontal yang sama pada kertas grafik.
8. Kedalaman sciatic notch : diukur dengan tulang dalam posisi yang sama, tetapi pada
tepi terdalam dari notch perpendicular ke garis antara dua titik. Hal ini pada dasarnya
sama dengan pengukuran yang dilakukan Patriquin et al., (Patriquin et al, 2005) tetapi
hanya diukur pada kertas grafik dan bukan dengan caliper untuk mencoba untuk
meningkatkan akurasi.
9. Diameter acetabular : diameter maksimum acetabulum diukur arah superior-inferior.
10. Panjang anterior sakrum: diukur dengan menyebarkan caliper dari titik tengah
promontorium ke titik tengah perbatasan inferior sakrum.
11. Luas anterior sakrum: diukur dengan sliding caliper sebagai jarak antara permukaan
auricular kiri dan kanan.
12. Luas maksimum S1: luas maksimum S1 di permukaan superior sakrum, diukur
dengan kaliper geser.
13. Diameter Bi-iliaka (articulated pelvis ): jarak maksimum antara puncak iliaka diukur
dengan papan osteometric setelah artikulasi pelvis.
14. Conjugate vera: diameter antero-posterior dari pelvic inlet diukur dengan caliper geser
dalam articulated pelvis.
15. Diameter transversal: jarak maksimum antara garis arkuata diukur pada articulated
pelvis dengan kaliper geser.
Perbedaan jenis kelamin berdasarkan pemeriksaan tulang pelvis. Setelah masa pubertas
tulang pubis pada perempuan lebih besar daripada tulang pubis laki-laki.
Sciatic notch
Rumus Sciatic notch = Lebar sciatic notchx100/dalam sciatic notch
Os pubis
Perbandingan panjang tulang pubis terhadap tulang panjang, tulang ischium dengan
mengukur titik titik pertemuan tulang tulang tersebut di asetabulum. Perbandingan ini
disebut Ischia Pubic Index (IP) dengan rumus :
Os sacrum
Pada pria relatif lebih sempit yang bila dibandingkan antara lebar dan panjang
didapatkan nilai indeks pada pria kurang dari 112 pada wanita lebih dari 116.
Os ileum. Bentuk arcus compose pada pria, lengkung dari pinggir cranial ventral- facies
auricularis dapat dilanjutkan pada pinggir cranial dari ventral ischiadica mayor,
sedangkan pada wanita terdapat dua lengkungan yang terpisah.
Sacrum pada laki-laki tampaknya lebih bervariasi, sehingga hampir mustahil untuk
menggunakan metode metrik untuk penentuan jenis kelamin. Tampaknya sebagian besar
perbedaan pelvis antara jenis kelamin terletak di bagian pubis dan ischial (Steyn et al, 2008).
Penentuan jenis kelamin dilihat dari lengkung subpubis banyak dilakukan dengan
metode non metris karena fitur melengkung dan memutar membuat masalah dengan
pengaturan pengukuran sudut. Di sisi lain, metode metrik seperti rasio antara panjang dan
kedalaman sciatic notch tidak selalu didapatkan karena memerlukan landmark anatomi yang
sering hilang dalam sampel forensik dan arkeologi (Biwasaka et al, 2012).
a. Rambut
Data-data penting yang dapat dikumpulkan untuk maksud identifikasi rambut termasuk :
i. Suku bangsa
Menurut Parikh hal ini sering dapat dikenal dari : - Warna rambut - Panjang rambut - Bentuk
dan susunan rambut
Walaupun demikian ingin kami kemukakan di sini, bahwa hal ini tidaklah mudahlah
mengingat banyaknya perkawinan antar suku bangsa, sehingga tidak lagi memberikan rambut
yang khas.
Rambut orang cina dan jepang biasanya : - bewarna hitam - panjang dan tebal
Orang Negro menata rambutnya dalam bentuk spiral, sedangkan suku bangsa lainnya
membiarkan lurus saja. Pada penampang melintang, rambut yang ditata spiral menunjukkan
bentuk bulat lonjong (oval) atau rata, sedangkan rambut yang lurus bentuknnya melingkar
(circular).
ii. Umur
Hal ini kadang-kadang dapat ditentukan dari pemeriksaan rambut. Rambut lanugo bayi baru
lahir adalah halus, lunak, seperti kapas, tidak berpigmen, tidak mempunyai medulla dengan
pinggir yang licin dengan sisik rata rambut ini akan diganti dengan rambut yang kurang
halus, berpigmen, bermedulla dan bentuk yang lebih kompleks. Pertumbuhan rambut pada
daerah ketiak dan kemaluan dapat diperkirakan umur seseorang.
Rambut dari bagian tubuh yang berlainnan kadang-kadang mempunyai bentuk khas, seperti
rambut kepala, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, rambut mata seperti lukisan dibawah
ini :
- rambut kepala panjang dengan ujung yang rata, ujungnya seiring tumpul, karena dipangkas
secara teratur dan membulat kembali setelah seminggu dipangkas. Biasa diberi minyak
rambut sehingga dapat diduga rambut kepala. Juga sering jumpa zat pewarna kepada rambut
pewarna kepala. Rambut kepala mempunyai penampang melintang yang berbulay lonjong
atau melingkar.
- rambut ketiak dan rambut kemaluan pendek, gemuk, bergelombang dan keriting.
Diameternya silih berganti membesar mengecil panjang rambut .
- rambut ketiak menunjukkan lapisan yang penuh lemak dibawah pemeriksaan mikroskop,
disebabkan ekskresi sudorifiric.
Pemeriksaan rambut adalah sangat penting untuk identifikasi. Walaupun seseorang tidak
dapat mengatakan, bahwa sehelai rambut itu berasal dari individu tertentu, namun dengan
pengamatan yang sangat cermat dapat ditetapkan bahwa rambut itu berasal dari orang yang
tertentu di antara beberapa pilihan. Warna rambut sulit ditentukan pada sehelai rambut saja,
tetapi harus jumlah yang cukup. Penentuan menjadi lebih gampang, seandainya rambut
tersebut mempunyai tanda-tanda tertentu seperti uban, rambut yang diwarnai, rambut kriting,
atau rambut palsu. Penentuan golongan darah menurut system ABO, sekarang sudah dapat
ditentukan, walaupun dari 1 (satu) helai rambut yang diambil dari bagian tubuh manapun,
sehingga dapat membantu identifikasi. Parasit tertentu dapat memberikan perubahan struktur
dari pada korteks dan medulla rambut. Pada jenazah, selama rambut belum membusuk, ia
merupakan bahan berarti untuk identifikasi, sedangkan bagian-bagian tubuh lainnya sudah
membusuk. Unsur-unsur yang merupakan komposisi rambut dapat ditentukan oleh Neutron
Activation Analysis. Dengan cara ini dapat diketahui, bahwa rambut manusia terdiri dari 29
unsur-unsur antara lain, keratin, pigmen dan medulla yang berisiZn, As, Si, Pb, Fe,Na, Cl,
Au, Mo, Tu dan sebagainya. Hanya Zn mempunyai konsentrasi yang tetap sepanjang umur
manusia, sedangkan unsru-unsr lainnya berubah sesuai usia dan perubahan hidupnya.
b. Tulang
Dapat untuk menentukan usia (dijelaskan di nomor 3), bekas trauma, dan jenis kelamin
(dijelaskan di nomor 1).
c. Kulit
Dapat membantu memperlihatkan bekas trauma, warna kulit, dan tes DNA.
d. Gigi
Bila data gigi tidak tersedia dan cara lain dalam melakukan identifikasi tidak mungkin
dilakukan, ahli forensik odontologi dapat membuat gambaran secara umum dari individu
tersebut. Proses ini dikenal sebagai Gambaran gigi psotmortem. Gambaran gigi memberikan
informasi meliputi lamanya pembusukan, latar belakang keturunan, jenis kelamin dan status
sosial ekonomi. Pada tempat yang memiliki fasilitas yang canggih dapat diperoleh informasi
lain seperti pekerjaan, kebiasan makan, sifat seseorang dan kadang-kadang penyakit gigi atau
penyakit sistemik yang diderita.
Bayi yang baru lahir belum memiliki gigi, bentuknya masih berupa benih gigi yang
terdapat di dalam rahang, selanjutnya gigi akan tumbuh dan keluar dari gusi. Proses ini
disebut sebagai erupsi gigi. Gigi pertama yang keluar adalah gigi susu. Erupsi progresif
dimulai pada usia 6 bulan dan berakhir pada usia sekitar 6 tahun. Karena proses ini terjadi
secara bertingkat dan progresif, keberadaan gigi dalam rahang dapat membantu ahli forensik
untuk memperkirakan usia seseorang sampai batas 25 tahun
e. Belatung
Dalam kasus entomologi forensik, Gomes et al. (2006) menyatakan bahwa lalat merupakan
invertebrata primer yang mendekomposisi komponen organik pada hewan termasuk juga
mayat manusia. Pada saat lalat mengambil materi organik yang ada di dalam tubuh mayat,
maka lalat tersebut akan memindahkan telur yang akan berkembang menjadi larva dan pupa
(Sukontason et al., 2007). Adanya berbagai perubahan dari berbagai jenis lalat dan serangga
lain akan menimbulkan suatu komunitas dalam mayat yang secara ekologi dan evolusi akan
terjadi proses kompetisi, predasi, seleksi, penyebaran dan kepunahan lokal dalam tubuh
mayat tersebut (Hangeveld, 1989).
Selama proses dekomposisi pada bangkai hewan atau manusia, bangkai tersebut akan
mengeluarkan senyawa kimia yang dilepaskan ke udara yang mampu menarik serangga
necrophagous. Sensor kimia serangga necrophagous sangat sensitif pada senyawa kimia
tersebut akan tertarik pada sumber bau tersebut. Senyawa kimia tersebut bersumber dari
mekanisme autolisis sel-sel yang melibatkan berbagai macam enzim pendegradasi sel
(Gennard, 2007).
Salah satu contoh serangga necrophagous adalah lalat yang masuk ke tubuh manusia dengan
tujuan untuk bertelur, pada umumnya lalat memilih dalam lubang tubuh lembab, seperti
mulut, hidung, atau mata. Setelah beberapa saat telur menetas, dan larva lalat (belatung)
muncul serta memakan pada tubuh tersebut hingga membusuk. Ketika larva telah mencukupi
kebutuhan untuk makanannya, maka belatung akan keluar dari tubuh mayat dan mencari
tempat untuk membentuk pupa (kepompong). Pada tahap berikutnya dari siklus hidupnya,
muncullah generasi berikutnya yang berupa serangga dewasa (imago) yang muncul dari pupa
tersebut yang siap memulai siklus selanjutnya (Byrd, 2011; Gaensslen, 2009).
Untuk mengukur waktu kematian dapat digunakan suhu yang dibutuhkan oleh serangga
untuk hidup. Serangga merupakan hewan poikilotermik atau hewan yang suhu tubuh dan
aktivitas metabolismenya dipengaruhi oleh lingkungan. Serangga menggunakan energi panas
(thermal unit) untuk pertumbuhan dan perkembangnya. Sehingga kebutuhan energi selama
masa hidupnya dapat dikalkulasi. Thermal unit disebut juga hari derajat (degree days oD )
yang mana nilai oD dapat ditambahkan bersamaan yang akan menghasilkan nilai
accumulated degree days (ADD). Jika periode thermal unit pendek maka bisa digunakan
accumulated degree hours (ADH). Dari peristiwa tersebut, maka waktu kematian dpat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Waktu yang digunakan adalah waktu tahapan perkembangan serangga yang dapat diketahui
dari literatur yang sudah ada. Sementara temperatur yang digunakan adalah temperatur
lingkungan yang bisa diperoleh melalui stasium badan meteorologi. Sementara temperatur
basal adalah temperatur fisiologi terendah yang setiap serangga memiliki nilai temperatur
yang berbeda-beda (Tabel 2).
Usia saat seseorang meninggal dunia dapat diperkirakan dengan memeriksa temuan klinis,
gigi geligi, dan radiologis. Erupsi atau pertumbuhan gigi terjadi sampai usia 20 tahun.
Perkiraan usia dengan pertumbuhan gigi mendekati ketepatan sampai dengan 6 bulan.
Penyatuan ujung-ujung tulang yang
dinilai secara radiologis misalnya penyatuan ujung tulang paha, siku, dan mata kaki dapat
dilihat pada usia 20 tahun; sedangkan penyatuan lutut, pergelangan tangan dan bahu akan
terjadi sempurna pada usia 23-24 tahun. Penutupan tulang-tulang yang membentuk tengkorak
menghasilkan perkiraan 10 tahunan. Usia korban akan menjadi lebih akurat apabila ketiganya
dikombinasikan (Idries, 2011).
Data-data lain yang dapat membantu menentukan usia adalah ukuran dan maturitas tulang,
penutupan epifise, akar molar ketiga, vertebra, segmen tulang sacrum, simfisis pubis, sutura
kranialis, perubahan pada ujung tulang rusuk serta batas peri-auricular.
Dita R Putri
1. Cara menetapkan jenis kelamin dari korban penemuan mayat yang tinggal tulang
Jenis kelamin mayat dapat dengan mudah ditentukan hanya dengan melihat penampilan fisik
saja jika bagian tubuh mayat masih utuh dan belum mengalami pembusukan. Apabila yang tersisa
hanya tinggal tulang, kita dapat memperkirakan jenis kelaminnya dengan melihat bentuk tulang-
tulang yang tersisa. Menurut SFU (Museum of Archaeology and Ethnology, 2010), tulang-tulang
yang dapat diidentifikasi adalah tulang panggul, tulang paha (femur), dan kepala (tengkorak).
Tulang pada laki-laki biasanya lebih keras dan lebih lebar. Tulang panggul perempuan berbentuk
oval dan cenderung lebih lebar dengan sudut subpubik yang lebar (>90 0) dari panggul laki-laki.
Tulang paha laki-laki juga lebih panjang dan diameter caput humerusnya lebih lebar (>51mm),
sedangkan perempuan < 45 mm. Tengkorak laki-laki ditandai dengan penonjolan arcus
superciliaris yang lebih jelas dan prosesus mastoideus yang lebih besar bila dibandingkan dengan
perempuan (Idries, 2011). Daerah supraorbital (kening) lebih jelas pada laki-laki dan batasnya
lebih tajam pada wanita, langit-langit dan gigi lebih lebar, dagu yang lebih jelas dan rahang yang
lebih lebar.
Perbedaan pelvis wanita dan pria
a. Tulang pelvis :
Ukuran Kapasitas intra kra nial Kapasitas intra kra nial lebih
lebih besar 10 % dari kecil 10% dari laki laki
perempuan
Glabella Kurang menonjol
Lebih menonjol
Daerah supra orbita Lebih menonjol
Kurang menonjol
Processus Lebih menonjol
mastoideus Kurang menonjol
Lebih menonjol
Protuberantia Kurang menonjol
occipitalis Lebih menonjol
Kurang tegas
Arcus zigomaticus Curam,agak datar
Bulat/bundar
Dahi Lebih menonjol
Kurang menonjol
Eminentia frontalis Letak lebih rendah, relatif
lebih kecil, batas agak bulat Lebih tinggi, relativ lebih
Orbita dan berbentuk seperti besar, batas tajam dan
persegi empat berbentuk bulat
Nasion
Angulasi jelas Angulasi kurang menonjol
Malar prominence
Lebih lengkung Lebih datar
Lobang hidung
Lebih tinggi dan sempit Lebih rendah dan luas
Eminentia parietalis
Kurang Lebih
Condilus occipitalis
Besar Kecil
Condylar facet
Panjang dan sempit Pendek dan luas
Foramina
Lebih besar Lebih kecil
Palatum
Lebih besar dan berbentuk Lebih kecil dan parabolik
seperti huruf U
Digastric groove
Dangkal
Dalam
Sinus frontalis Lebih berkembang Kurang berkembang
c. Tulang femur
Diameter vertikal
caput
Sekitar 45 cm Sekitar 10 cm
Panjang oblik
trochanter
Sekitar 14 cm Sekitar 7 cm
Garis popliteal
Sekitar 7 5 cm Ringan dengan permukaan
yang halus
Lebar bicondylar
Berat,permukaan kasar
dengan tempat perlekatan
otot yang menonjol
2. Sebutkan 5 sampel mayat yang bisa diperiksa untuk identifikasi, juga sebutkan
identifikasi apa yang bisa dilakukan pada sampel tersebut
a. Tulang os pelvis untuk menentukan jenis kelamin,
b. Tulang tengkorak menentukan jenis kelamin
c. Rambut, untuk pemeriksan DNA
d. Gigi, untuk pemeriksaan DNA dan usia
e. Tulang untuk pemeriksaan DNA
1. Tentukan cara menetapkan jenis kelamin dari korban penemuan mayat yang
tinggal tulang?
Pada orang dewasa, beberapa tulang tertentu bentuknya berbeda antara laki-
laki dan wanita. Tulang-tulang itu antara lain tengkorak, pelvis, tulang
panjang,rahang dan gigi. Tulang panjang pada laki-laki lebih masive (terutama
disekitar sendi) dan rigi perlekatan otot lebih nyata. Bentuk rahang dan gigi antara
laki-laki dan wanita juga berbeda sehingga dapat dimanfaatan untuk kepentingan
identifikasi jenis kelamin. Rahang pada laki-laki umumnya seperti huruf V
sedangkan pada wanita seperti huruf U. Gigi dan akar gigi permanen pada laki-
laki lebih besar dari pada wanita.
2. Sebutkan 5 sampel mayat yang bisa diperiksa untuk identifikasi. Juga sebutkan
identifikasi apa yang bisa dilakukan pada sampel tersebut?
Batasan dari forensik odontologi terdiri dari identifikasi dari mayatyang tidak
dikenal melalui gigi, rahang dan kraniofasial.
1. Penentuan umur dari gigi.
2. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark ).
3. Penentuan ras dari gigi.
4. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan kekerasan.
5. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli.
6. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.
Rosalina Febrianti
1. Menentukan jenis kelamin dari mayat yang tinggal tulang adalah dengan menilai bentuk
tulang. Menurut SFU (Museum of Archaeology and Ethnology, 2010), tulang- tulang yang
dapat diidentifikasi adalah tulang panggul, tulang paha (femur), dan kepala (tengkorak).
1. Os. Pelvis : perempuan berbentuk oval dan lebih lebar, dengan sudut suprapubik
female : superior view (Os Sacrum tilted back), Inferior view (big pelvic outlet/iliea
spread wider)
Male : Superior view (Os. Sacrum tilted forward), Inferior view (Small Pelvic Outlet/
femur : laki-laki memiliki tulang paha lebih panjang dan diameter caput humerusnya
3. Tengkorak : pada laki-laki ditandai dengan penonjolan arcus superciliaris yang lebih
jelas dan prosesus mastoideus yang lebih besar bila dibandingkan dengan
perempuan (Idries, 2011). Daerah supraorbital (kening) tampak lebih jelas pada laki-
laki dan batasnya lebih tajam pada wanita, langit-langit dan gigi lebih lebar, dagu
informasi umum tentang sisa tubuh (rentang usia, jenis kelamin, tinggi), fakta-fakta
medis dan dental (tanda fraktur lama, bekas operasi, kondisi gigi), trauma dan kerusakan
post-mortem, informasi mengenai sidik jari, DNA, pakaian dan benda- benda lain yang
ditemukan bersama/dekat sisa tubuh, informasi tambahan, seperti: dimana dan bagaimana
3. Sisa Tulang : tulang kompak panjang bagian 4-6 cm (jenis kelamin, usia)
4. Rambut (DNA)
5. Skin (DNA)
3. Menentukan perkiraan usia pada korban tersebut adalah dengan pemeriksaan panjang
tulang, penyatuan tulang, gigi. Penutupan sutura di tengkorak juga merupakan indikator usia.
odontologi forensik
Fusi epifisis bervariasi dengan jenis kelamin dan biasanya selesai pada usia 25
Berdasarkan Gigi :
-
Shindy Yudha Utami (12711137) FK UII
TUGAS FORENSIK
1. Tentukan cara menetapkan jenis kelamin dari korban penemuan mayat yang tinggal
tulang
Jawaban :
Metode identifikasi jenis kelamin dari kerangka secara umum dibagi atas non metrik
dan metrik :
Non metrik
- Penentuan jenis kelamin didasarkan pada ciri yang mudah dikenali pada
tulang-tulang seperti tulang panggul, tulang panjang, dan tulang tengkorak.
Yang mempunyai nilai tinggi adalah tulang panggul baru kemudian tulang
tengkorak.
1. Os. Pelvis
Perempuan berbentuk oval dan lebih lebar, dengan sudut suprapubik
lebar (>90 derajat) dibandingkan dengan laki-laki.
2. Tengkorak
Besarnya tengkorak adalah salah satu ciri dimorfis seksual. Tengkorak
pria lebih besar, lebih berat dan tulangnya lebih tebal. Seluruh rellef
tengkorak (benjolan,tonjolan dsb.) lebih jelas pada pria. Tulang dahi
dilihat secara lateralis kelihatan lebih miring pada pria, pada wanita
hampir tegak lurus; tubera frontalla lebih terlihat pada wanita, pada pria
agak menghilang. Arci supercilliaris lebih terlihat pada laki-laki; sering
hampir tidak terlihat pada wanita; orbita agak tajam/tipis pada wanita dan
tumpul/tebal pada pria. Bentuk orbita pada pria lebih bersegi empat
(menyerupai layar TV dengan sudut tumpul), pada wanita lebih oval
membulat. prossesus mastoideus besar dan incisura mastoidea lebih
dalam pada pria.
Identifikasi jenis kelamin dari mandibula
Metrik
- Os. Pubis
Perbandingan panjang tulang pubis terhadap ulang panjang, tulang ischium
dengan mencari titik titik pertemuan tulang-tulang tersebut di asetabulum.
Perbandingan ini disebut Ischia Pubic Index (IP) dengan rumus :
IP = panjang tulang ischium (mm) x 100
Panjang tulang pubis (mm)
Keterangan : IP pria 72-94 dan wanita 91-115
Apabila ditarik garis sejajar dengan ramus superior dan inferior, maka sudut
yang dibentuk perpotongan dua garis tersebut pada pria lebih besar
- Os. Sacrum
Pada pria relatif lebih sempit yang bila dibandingkan antara lebar dan
panjang didapatkan nilai indeks pada pria kurang dari 112 pada wanita lebih
dari 116.
2. Sebutkan 5 sampel mayat yang bisa diperiksa untuk identifikasi. Juga sebutkan
identifikasi apa yang bisa dilakukan pada sampel tersebut
Jawaban :
1. Os. Pubis bisa digunakan untuk identifikasi jenis kelamin
2. Belatung untuk mengetahui lama kematian
3. Gigi untuk menentukan usia dan DNA
4. Tengkorak untuk menentukan jenis kelamin
5. Rambut DNA