Anda di halaman 1dari 73

FISIOLOGI KEHAMILAN

Prof. dr. Hermie Tendean, Sp.OG (K)


ANATOMI JALAN LAHIR

• Passage • Bagian
• Passenger tulang
• Power • Bagian lunak

Anatom
3P i jalan-
lahir

Pelvimetri Pemeriksaan
radiologik fisik
TULANG-TULANG PANGGUL

Tulang-tulang
panggul

Os. koksa Os. sakrum Os. koksigis

Os. ilium Os. iskium Os. pubis


Tulang-tulang Panggul
Tulang-tulang Panggul

• Tulang-tulang ini saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dalam suatu
persendian panggul
• Di bagian depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut
simfisis
• Di belakang terdapat artikulasio sakro-iliaka yang menghubungkan os sakrum
dengan os ilium
Tulang-Tulang Panggul

Panggul

Pelvis mayor / Pelvis minor /


false pelvis true pelvis
Sumbu carus

• Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu


saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke
depan sumbu (sumbu Carus)
• Sumbu Carus: garis yang menghubungkan titik
persekutuan antara diameter transversa dan
konjugata vera pada pintu atas panggul dengan
titik-titik sejenis di Hodge II, III, dan IV
• Sampai dekat Hodge III sumbu ini lurus, sejajar
dengan sacrum, untuk seterusnya melengkung
ke depan, sesuai dengan lengkungan sakrum
TULANG-TULANG PANGGUL

Pelvic Pelvic Pelvic


Inlet Cavity Outlet

• Ruang panggul menyempit di panggul tengah (distansia


interspinarum) normal ± 10,5 cm.dan selanjutnya menjadi sedikit
lebih luas lagi di bagian bawah.
PINTU ATAS PANGGUL

• Suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium korpus vertebra sacral 1,


linea inominata (terminalis), dan pinggir atas simfisis
• Terdapat 4 diameter: diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2
diameter oblikua
• Konjugata vera: panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium
(± 11 cm)
• Diamteter transversa: jarak terjauh garis melintang pada pintu-atas
panggul (± 12,5-13 cm)
• Diameter oblikua: garis dari artikulasio sakro-iliaka ke titik persekutuan
antara diameter transversa dan konjugata vera, diteruskan ke linea
inominata (± 13 cm)
PINTU ATAS PANGGUL
CARA PENGUKURAN KONJUGATA VERA
Jenis pembagian panggul (Caldwell dan moloy)

Ginekoid Android Antropod Platipelloid


Pelvic Inlet Sedikit oval dengan sumbu Berbentuk hati dengan Oval dengan sumbu pada Oval dengan sumbu pada
pada diameter transversal bagian anterior yang lebih diameter anteroposterior diameter transversal
sempit
Pelvis Tengah
Cavity Dangkal Berbentuk corong dan Dalam Dangkal
dalam
Sisi dinding Lurus Konvergen Divergen Divergen
Spina iskiadika Tumpul Tajam Tumpul Tumpul
Sakrum Lebar dan melengkung Sedikit melengkung Panjang, sempit, sedikit Sedikit melengkung
dengan baik melengkung
Sacroisciatic notch Lebar Sempit Lebar Sempit
Pelvic Outlet
o o o o
Jenis pembagian panggul (Caldwell dan moloy)
PELVIMETRI RADIOLOGIK

• Dapat mengetahui jenis, bentuk, dan


ukuran-ukuran pelvis secara tepat
• Hanya dilakukan pada indikasi tertentu
• Pemakaian sinar rontgen dibatasi 
pengaruhnya terhadap sel-sel kelamin janin
uang masih sangat muda dan ovarium ibu
• Metode: x-ray, CT-scan, MRI
PINTU ATAS PANGGUL

• Ruang di bawah pintu atas panggul  ukuran paling luas


• Panggul tengah  menyempit: distansia interspinarum
• Spina iskiadika  tumpul / menonjol
• Bentuk os. sakrum  kurang melengkung & cekung: mempersulit putaran paksi
dalam
Inklinasi

• Sudut yang terbentuk ketika dalam posisi tegak, panggul miring ke depan
• Sudut inklinasi: bidang inlet membuat sudut sekitar 55° dengan horizontal
• Cara mengukur inklinasi (secara radiografi): mengambil sudut antara
bidang inlet dan bagian depan corpus vertebra lumbar kelima. Sudut
biasanya sekitar 135°.
• High inclination: ketika sudut kemiringan meningkat karena sakralisasi
vertebra lumbal kelima
Inklinasi

• High inclination memiliki


signifikansi obstetrik:
– Ada keterlambatan dalam fase
engagement karena aksis uterus gagal
bertepatan dengan inlet
– Mendukung posisi occipitoposterior
– Terdapat kesulitan dalam penurunan
kepala karena jalan lahir yang panjang
dan sakrum yang datar mengganggu
putaran paksi dalam
Bidang Hodge

• Bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan


Bidang Hodge I promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu
atas panggul.

• Bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I terletak setinggi


Bidang Hodge II bagian bawah simfisis.

•Bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I dan II tereletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
Bidang Hodge III Bidang Hodge III ini disebut juga Bidang 0. Kepala yang berada di atas 1 cm disebut (-1) atau
sebaliknya. Hal ini dinamakan stasion pada penurunan bagian terbawah janin.

• Bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I, II, dan III,


Bidang Hodge IV terletak setinggi os koksigis.
BIDANG HODGE
PINTU BAWAH PANGGUL
• Pintu bawah panggul bukan merupakan suatu bidang datar, tetapi
tersusun atas 2 bidang datar yang masing-masing berbentuk
segitiga
• Arkus pubis: pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah
(± 90o)
• Distansia tuberum: jarak antara kedua tuber os iskii (± 10,5 cm)
• Arkus subpubic: lengkung yang terbentuk oleh ramus dari kedua sisi
 dinilai dengan menempatkan 3 jari berdampingan
• Waste space of Morris: jarak antara massa bulat (kepala janin posisi
fleksi) dengan panggul
Waste space of morris
Ukuran-ukuran Luar Panggul
• Distansia spinarum (± 24-26 cm); jarak antara kedua spina iliaka
anterior superior sinistra dan dekstra
• Distansia kristarum (± 28-30 cm); jarak yang terpanjang antara dua
tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra
• Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar): menentukan
panggul asimetrik
• Distansia intertrokanterika: jarak antara kedua trokanter mayor
• Konjugata eksterna (Boudeloque) ± 18 cm: jarak antara bagian atas
simfisis ke prosesus spinosus lumbal 5
• Distansia tuberum (± 10,5 cm): jarak antara tuber iskii kanan dan kiri
 jangka Oseander
BAGIAN LUNAK
• Kala II  segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina  ikut
membentuk jalan lahir
• Serviks berukuran lebih pendek pada akhir kehamilan
• Otot-otot pada dasar panggul
– bagian luar: muskulus sfingter ani eksternus, muskulus
bulbocavernosus, dan muskulus perinei transversus
superfisialis
– bagian tengah: muskulus sfingter uretrae, muskulus
iliokoksigeus
– bagian dalam: diafragma pelvis  muskulus levator ani
Muskulus Levator ANI

• Pada bagian depan: berbentuk segitiga  trigonum urogenitalis


(terdapat uretra, vagina, rektum)
BAGIAN LUNAK

• Muskulus levator ani mempunyai peranan penting dalam


mekanisme putaran paksi dalam janin
• Kemiringan dan elastisitas muskulus levator ani memudahkan
putaran paksi dalam janin
• Faktor lain yang mempengaruhi putaran paksi dalam: ukuran
panggul, tumor, lilitan tali pusat di leher janin
Persarafan & perdarahan

• N. pudendus (yang masuk ke rongga panggul melalui kanalis


Alock)  pada persalinan sering dilakukan anastesia blok
pudendus
• Arteri dan vena uterina serta cabang-cabang arteri & vena
hemorroidalis superior
Fisiologi Kehamilan

• Berbagai perubahan terjadi selama kehamilan (anatomis, fisiologis,


biokimiawi)  menyesuaikan kebutuhan tubuh selama kehamilan
hingga persalinan.
• Perubahan terjadi pada berbagai sistem di dalam tubuh manusia
seperti sistem kardiovaskular, metabolik, hematologi, hingga
perubahan psikologis/mental.
• Perubahan dan adaptasi maternal tersebut membantu pihak medis
mengenali kondisi mana yang merupakan perubahan yang bersifat
fisiologis dan kondisi perubahan yang bersifat patologis 
menentukan keperluan penanganan lanjut.
Uterus
• Uterus mengalami perubahan cukup signifikan.
• Peningkatan berat: 60 g menjadi 900-1000 gram  30 kali
lipat.
• Peningkatan ukuran panjang dari sebelum kehamilan: 7,5
cm menjadi sekitar 35 cm.
• Peningkatan kapasitas uterus yang signifikan menjadi 500-
1000 kali lipat dari kapasitas sebelum kehamilan.
• Pembesaran-pembesaran yang terjadi meliputi seluruh
bagian uterus seperti corpus uteri, isthmus uteri dan
cervix.
• Pengaruh hormon estrogen dan progesteron
– Otot polos uterus mengalami hipertrofi dan hiperplasia
selama kehamilan
– Peningkatan aliran vaskuler menuju ke uterus
Uterus

Perubahan isthmus Kontraksi Braxton-Hicks


• Isthmus uteri mengalami • Bersifat ireguler, infrekuen,
pemanjangan hampir 3 kali lipat dari spasmodik, tidak nyeri dan tidak
memiliki efek pada dilatasi uterus.
panjang semula  terjadi pemisahan
antara Ostium Uteri Internum •
Anatomicum dan Ostium Uteri • Frekuensi kontraksi ini lama-lama
akan meningkat sehingga dirasakan
Internum Histologicum pada minggu adanya rasa tidak nyaman pada
ke-12 kehamilan perut (abdominal discomfort).
Gambar 2.1.1 Pembentukan segmen bawah rahim. A. usia kehamilan 8
minggu, B. usia kehamilan 12 minggu, C. usia kehamilan 16 minggu
Arias-stella reaction
• Fenomena Arias-Stella  perubahan endometrium atipikal
terkait dengan adanya jaringan chorion.
• Gambaran histologis Arias-Stella: sel-sel besar dengan
sitoplasma eosinofilik atau vacuolated yang melimpah,
pembesaran nukleus dan hyperkromasia.
• Perubahan endometrium ini diduga terjadi akibat stimulasi
hormon hCG dan estrogen.
• Kedua hormon ini merangsang proliferasi serta aktivitas
sekretorik kelenjar endometrium.
• Berdasarka studi-studi sebelumnya, timbulnya reaksi arias-
stella berhubungan dengan kejadian kehamilan patologis
seperti kehamilan ektopik, mola hidatiformis dan pada
keadaan abortus.
Cervix
• Pada awal masa kehamilan, cervix menjadi lebih lunak dan
sianosis  peningkatan vaskuler dan edema cervix serta
peningkatan jumlah kelenjar cervicalis.
• Peningkatan komposisi kolagen pada cervix 
mengakomodasi terjadinya proses persalinan.
• Peningkatan jumlah kelenjar cervicalis yang signifikan pada
kehamilan menyebabkan perubahan posisi cervix menjadi
lebih eversi  menampilkan portio epithelium columnare.
• Pada bagian endocervical, terjadi peningkatan produksi
mucus  mengobstruksi canalis cervicalis setelah pasca
konsepsi.
• Mucus yang dihasilkan ini mengandung banyak
immunoglobulin dan sitokin  efek protektif untuk
mencegah terjadinya infeksi.
Gambar 2.1.2 Eversi serviks pada
kehamilan (kolposkopi)
Ovarium

• Pada kehamilan proses maturasi folikel baru berhenti


sehingga tidak terjadi ovulasi.
• Fungsi dari korpus luteum akan mengalami puncak pada
minggu ke-8 dan kemudian akan mengalami penurunan
fungsi seiring dengan menurunnya kadar hCG (Human
Chorionic Gonadotropin) plasenta.
• Degenerasi colloid terjadi pada minggu ke-12 sehinga akan
tampak terjadi kalsifikasi saat mendekati waktu persalinan.
• Hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh
korpus luteum membantu menjaga pertumbuhan ovum
hingga plasenta sudah mengalami maturasi dan
melanjutkan fungsi tersebut.
• Perkembangan plasenta tersebut akan memicu inaktivasi
ovarium.
Payudara

• Perubahan payudara saat kehamilan terlihat antara minggu ke 6 dan 8.


• Ukuran payudara semakin besar terutama lebih jelas pada minggu-
minggu awal kehamilan.
• Hal ini disebabkan hipertrofi dan proliferasi saluran (pengaruh hormon
estrogen) dan alveoli (pengaruh hormon estrogen dan progesteron),
yang ditandai dengan jelas di lobulus perifer.
• Terjadi hipertrofi stroma jaringan ikat dan sel-sel myoepithelial
menjadi menonjol.
• Vaskularisasi meningkat  menyebabkan munculnya vena kebiruan
yang tampak di bawah kulit. Sering juga terdapat, "ekor aksiler"
(perpanjangan jaringan payudara di bawah otot utama pectoralis) yang
membesar dan menimbulkan rasa sakit.
• Hal ini mungkin menyebabkan pembentukan striae pada payudara
akibat peregangan dari cutis.
Payudara
• Puting tampak menjadi lebih besar, ereksi dan lebih
berpigmen.
• Jumlah kelenjar sebasea (bervariasi jumlahnya 5-15) yang
tidak terlihat dalam keadaan tidak hamil di areola, menjadi
hipertrofi dan disebut sebagai tuberkulum Montgomery.
• Tumberkulum ini terdapat disekitar puting.
• Sekresi kelenjar ini membuat puting dan areola menjadi
lebih lembab.
• Terdapat sebuah zona yang di luar dari daerah berpigmen
dan tidak beraturan muncul di trimester kedua dan disebut
sebagai areola sekunder.
• Sekresi (kolostrum) dapat diperas dari payudara pada
sekitar minggu ke-12 yang pada mulanya lebih kental dan
lengket. Kemudian, pada minggu ke-16 menjadi tebal dan
kekuning-kuningan.
Cervix
• Pada awal masa kehamilan, cervix menjadi lebih lunak dan
sianosis  peningkatan vaskuler dan edema cervix serta
peningkatan jumlah kelenjar cervicalis.
• Peningkatan komposisi kolagen pada cervix 
mengakomodasi terjadinya proses persalinan.
• Peningkatan jumlah kelenjar cervicalis yang signifikan pada
kehamilan menyebabkan perubahan posisi cervix menjadi
lebih eversi  menampilkan portio epithelium columnare.
• Pada bagian endocervical, terjadi peningkatan produksi
mucus  mengobstruksi canalis cervicalis setelah pasca
konsepsi.
• Mucus yang dihasilkan ini mengandung banyak
immunoglobulin dan sitokin  efek protektif untuk
mencegah terjadinya infeksi.
Hormon human Chorionic
Gonadotropin (hCG)

• Hormon hCG s uatu glikoprotein dengan berat molekuln 36.000–40.000 dalton.


• Hormon hCG:
– Hormon nonspesifik a (92 asam amino)
– Hormon spesifik b (145 asam amino).
• Pembentukan hCG dibawah kendali Placental GnRH.
• Fungsi hormon hCG:
– Stimulus untuk sekresi progesteron oleh korpus luteum pada kehamilan.
– Pemeliharaan korpus luteum hingga usia kehamilan 6 minggu kehamilan merupakan fungsi biologis utama hCG.
– Hormon hCG merangsang sel Leydig janin laki-laki untuk menghasilkan testosteron bersama dengan gonadotropin
hipofisis janin. Dengan demikian secara tidak langsung terlibat dalam pengembangan alat kelamin eksternal laki-laki.
– Memiliki aktivitas imunosupresif, yang dapat menghambat proses imunorejection janin ibu sebagai homograft.
– Merangsang steroidogenesis adrenal dan plasenta.
– Merangsang tiroid ibu dengan aktivitas tirotropiknya.
– Meningkatkan sekresi relaksin dari korpus luteum.
Hormon human Chorionic Gonadotropin (hCG)

• Kadar hCG akan mencapai puncak sebelum usia 16 minggu 


kemudian mengalami kadar konstan sejak minggu ke-18.
• Hormon ini dihasilkan oleh syncytiotrophoblast dari plasenta dan
merupakan tanda pasti kehamilan.
• Waktu paruh hCG plasma adalah 36 jam.
• Di awal kehamilan, waktu penggandaan konsentrasi hCG dalam
plasma adalah 1,4–2 hari.
• Nilai darah dan urin mencapai tingkat maksimum mulai dari 100 IU
/ mL hingga 200 IU / mL antara 60 dan 70 hari dari kehamilan
• Konsentrasi jatuh perlahan mencapai tingkat rendah yaitu 10-20 IU
/ mL antara hari ke 100 dan 130.
• Setelah itu, kadarnya akan tetap konstan sepanjang kehamilan
dengan puncak sekunder pada usia kehamilan 32 minggu.
Hormon Human Plancetal Lactogen

• Human Placental Lactogen = Chorionic


Somatomammothropin
• Hormon ini akan meningkat seiring masa
kehamilan untuk membantu pertumbuhan
plasenta.
• Hormon ini bersifat laktogenik  merangsang
keluarnya ASI serta memiliki sifat antagonistik
terhadap insulin.
• Produksi hormon ini akan terus meningkat hingga
mencapai 200 mg sebelum masa persalinan.
Progesteron dan Estrogen
• < usia kehamilan 6 minggu  korpus luteum mensekresi 17-
hydroxyprogesterone.
• Seiring dengan perkembangan trofoblas, progesteron disintesis dan
disekresikan oleh plasenta.
• Plasenta menggunakan kolesterol dari ibu sebagai prekursor untuk
memproduksi pregnenolon  3 b-hidroksi steroid dehidrogenase
mengubahnya  progesteron
• Tingkat produksi progesteron pada kehamilan normal akhir adalah sekitar
250 mg/hari.
• Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum pada trimester pertama hingga
pada trimester kedua kemudian oleh plasenta, dan Kadarnya terus
meningkat hingga fase persalinan.
• Setelah proses melahirkan, progesteron menurun dengan cepat dan tidak
terdeteksi >24 jam.
Progesteron dan Estrogen

• Kadar progesteron lebih rendah diamati pada kehamilan ektopik


dan aborsi.
• Kadar yang lebih tinggi diamati pada mola hidatidosa dan Rh-
isoimunisasi.
• Mirip dengan progesteron, estrogen awal dihasilkan oleh corpus
luteum.
• Pada trimester kedua mulai dihasilkan oleh plasenta berupa
estrone dan estradiol hingga mencapai peningkatan 100 kali lipat.
• Estriol pertama kali terdeteksi pada usia kehamilan 9 minggu (0,05
ng/mL) dan meningkat terus menjadi sekitar 30 ng/mL saat aterm.
• Kematian janin, anomali janin (atrofi adrenal, anensefalus, sindrom
Down), mola hidatidosa, defisiensi plasental sulfatase atau
aromatase  kadar estriol rendah
Gambar 2.2 Grafik kadar HCG, progesteron dan estrogen selama kehamilan
Fungsi Progesteron dan Estrogen pada kehamilan

• Estrogen dan progestron  peran penting dalam


pemeliharaan kehamilan.
• Estrogen menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia
miometrium  meningkatkan kapasitas akomodasi dan
aliran darah uterus.
• Progesteron + estrogen  merangsang pertumbuhan
rahim, menyebabkan perubahan desidua endometrium,
yang diperlukan untuk implantasi dan juga menghambat
kontraksi miometrium
• Perkembangan dan hipertropi payudara, dimana hipertrofi
dan proliferasi duktus disebabkan oleh rangsangan
estrogen, sedangkan pada sistem lobuloarveolar
disebabkan gabungan antara estrogen dan progesteron.
• Membantu adaptasi organ-organ ibu degan tuntutan yang
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan janin.
Fungsi Progesteron dan Estrogen pada kehamilan

• Progesteron  memelihara dan menstabilisasi membran


lisosom dengan menghambat sintesis prostaglandin.
• Progesteron dan estrogen bersifat antagonis dalam proses
persalinan.
• Estrogen mensensitisasi miometrium terhadap oksitosin
dan prostaglandin pada proses persalinan serta berperan
dalam cervical rippening.
• Progesteron + hCG + kortisol desidua  menghambat
rejeksi jaringan janin yang dimediasi sel T-limfosit.
• Estrogen dan progestron  menginhibisi fluktuasi aksis
gonadotopin-gonad sehingga menjaga ketabilan fungsi
gonad.
Hipotalamus dan Pituitari

• Glandula Pituitari  peningkatan


ukuran sekitar 30% saat mengalami
kehamilan.
• Prolaktin yang diproduksi oleh pituitari
anterior  mengalami peningkatan
pada awal-awal masa kehamilan
• Peningkatan hCG menghambat sekresi
FSH dan LH  menginhibisi
perkembangan folikel ovarium
Glandula adrenal
• Kortisol dan kortikosteroid lainnya mengalami peningkatan.
• Peningkatan kortisol dan kortikosteroid lainnya tampak
memiliki dampak negatif pada uterus menurut penelitian in
vitro.
• Namun plasenta menghasilkan 11b-hydroxysteroid
dehydrogenase  menghambat transfer kortisol dan
kortikosteroid dari maternal ke fetal  memiliki efek
protektif untuk fetus.
• Aldosteron mengalami kenaikan pesat selama masa
kehamilan  peningkatan retensi air dan garam.
• Hormon katekolamin sendiri tampaknya menurun selama
kehamilan trimester 1 hingga trimester 3
Tiroid dan Paratiroid
• hCG subunit α yang sama efeknya dengan TSH  supresi terhadap
TSH.
• Terjadi penignkatan 3x lipat pembuangan iodin di tiroid 
mempertahankan kadar hormon tiroid setara dengan pada wanita
yang tidak hamil.
• Thyroid-binding globulin akan mengalami peningkatan hingga 2 kali
lipat, sedangkan protein lainnya tetap dalam kadar normal.
• Peningkatan hormon calcitonin di awal kehamilan  peran
terhadap pembentukan 1,25 dihydroxyvitamin D.
• Jumlah kalsium maternal mengalami penurunan yang signifikan
• Terjadi peningkatan 1,25 dihidroksikokalsiferol  peningkatan
absorbsi kalsium pada gastrointestinal.
Kardiovaskular

• Secara anatomis, perbesaran uterus


mendorong diafragma ke atas 
mendorong jantung ke atas dan ke kiri 
jantuk tampak sedikit bergeser ke atas dan
ke lateral  pergeseran titik apex pada
jantung.
• Systolic murmur pada area apex dan
pulmoner, dapat juga “Mammary Murmur”
yang diakibatkan  peningkatan aliran
darah pada a. mammaria interna.
Kardiovaskular

• Selama masa kehamilan terjadi peningkatan


Cardiac Output mulai pada minggu ke-5
• Tujuan  memenuhi kebutuhan sirkulasi
maternal dan fetal.
• Terjadi penurunan Systemic Vascular Resistance
sebesar 21% pada kehamilan  pengaruh
progesteron, NO dan prostaglandin  relaksasi
otot polos vaskular
• Penurunan SVR  penurunan tekanan darah
pada ibu hamil normal
Kardiovaskular
• Tekanan vena femoral mengalami
peningkatan seiring masa kehamilan 
akibat tekanan pada vena illiaca communis
oleh uterus.
• Peningkatan tekanan vena femoral pada ibu
dengan posisi berbaring sebesar 25cm air,
sedangkan peningkatan tekanan vena
femoral pada posisi berdiri sebesar 80 cm
air-100 cm air  edema fisiologis pada ibu
hamil dapat diatasi dengan melakukan
istirahat.
Sistem Pulmoner

• Terjadi peningkatan dilatasi kapiler traktus


respiratorius pada awal kehamilan 
perubahan suara dan kesulitan bernapas pada
awal kehamilan.
• Peningkatan ukuran uterus yang signifikan
menyebabkan distensi pada diafragma  akan
tetapi kompensasi dari otot diafragma yang
lebih mengalami relaksasi  tidak terjadinya
gangguan kesulitan bernapas dan respirasi pada
ibu hamil lebih menjadi respirasi tipe
diafragmatik.
Sistem Pulmoner

• Terjadi peningkatan volume tidal seiring dengan


kehamilan sebesar 30% - 50%.
• Konsumsi oksigen sendiri secara umum mengalami
peningkatan 15% - 20% dibandingkan dengan yang
wanita yang tidak hamil.
• Perubahan-perubahan yang terjadi pada kapasitas
paru-paru menyebabkan terjadinya kompenasi 
Hyperventilation of pregnancy  peran dari
progesteron  memungkinkan fetus untuk
melakukan pertukaran CO2 dengan cara yang
paling efektif.
Hematologi
• Pada masa kehamilan, terjadi peningkatan sel darah
merah sebesar 25% diakibatkan  peningkatan
eritropoietin
• Namun, peningkatan ini tidak sebanding dengan
peningkatan plasma darah hingga 1,25 L, terutama pada
trimester kedua  hemodilusi relatif akibat peningkatan
plasma darah yang tidak diikuti dengan peningkatan sel
darah merah yang memadai  anemia fisiologis.
• Peningkatan volume darah  meningkatkan suplai darah
dan memberikan efek protektif pada maternal dan fetal
 apabila perdarahan terjadi dalam jumlah yang besar.
Hematologi

• Setelah 2 minggu pasca persalinan, maka volume plasma


darah akan mengalami penurunan hingga mencapai
tingkat yang sama dengan wanita yang tidak hamil.
• Terjadi peningkatan sel darah putih pada masa kehamilan
 akibat stress fisiologis yang diinduksi kehamilan 
hati-hati mendiagnosis bumil yang mengalami infeksi
• Pada kehamilan  kondisi hiperkoagulabel.
• Konsentrasi fibrinogen dan seluruh faktor koagulasi
kecuali faktor XI dan XIII akan mengalami peningkatan,
trombosit mengalami sedikit peningkatan.
Gambar 2.6 Perubahan hematologi selama kehamilan
Gastrointestinal

• Perubahan ukuran uterus  perubahan pada posisi


organ sistem gastrointestinal.
• Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal
terutama relaksasi otot polos akibat efek dari
prostaglandin dan hormon progesteron.
• Pada kehamilan, terdapat beberapa penyakit yang
meningkat risikonya akibat kehamilan seperti
hemoroid  mengejan karena konstipasi  karena
pengaruh hormon progesteron  dilatasi vena.
• Selain itu sering timbul gejala heartburn  akibat
refluks asam lambung  karena tekanan intragastrik
saat hamil lebih tinggi dibandingkan tekanan
intraesofaeal selama kehamilan.
Gambar 2.7
Perubahan
sistem
gastrointestinal
Morning Sickness

• Morning sickness (mual dan muntah) sering


terjadi di sekitar 70% kasus, dan lebih sering
pada kehamilan pertama.
• Mual muntah terjadi akibat tingginya kadar
hormon hCG, estrogen-progesteron dan
perubahan status imunologi maternal dan
mungkin diperberat oleh faktor neurogenik.
• Faktor yang paling utama bertanggung jawab 
akibat tingginya kadar hormon hCG.
• Puncak kadar hCG: 12 dan 14 minggu kehamilan
Morning Sickness
• Estrogen dan progesteron : mediator dismotilitas esofagus pada
kehamilan
– Estrogen berfungsi sebagai suatu primer
– Progesteron menyebabkan relaksasi sfingter esofagus bawah.
• Perubahan pada tekanan sfingter esofagus bawah saat dan penurunan
peristaltik esofagus  menyebabkan gastroesophageal reflux (GER)
• Penurunan kontraktilitas otot polos, tingginya kadar hormon
progesteron  menurunkan waktu pengosongan lambung 
menyebabkan peningkatan rasa mual dan muntah.
• Penurunan waktu transit lambung menyebabkan penurunan nafsu
makan  asupan makanan yang tidak memadai  penipisan
cadangan glikogen. Kurangan pemasukan energi  pemecahan
cadangan lemak  oksidasi lemak  memproduksi keton dalam
darah sedikit demi sedikit  menyebabkan rasa mual.
Sistem Urinaria

• Sistem urinaria mengalami perubahan secara


anatomis  dilatasi pada kaliks renal, ureter,
pelvis renalis.
• Terjadi peningkatan aliran darah menuju ke
ginjal sebesar 50% - 75% pada minggu ke-16 
peningkatan Laju Filtrasi Glomerulus sebesar
50%  menyebabkan penurunan BUN, kreatinin
serta kadar asam urat
• Terjadi penurunan fungsi resorbsi tubulus 
menyebabkan peningkatan ekskresi glukosa,
asam amino dan protein
Sistem Urinaria
• Ureter menjadi lebih atonik pengaruh
progesteron
• Tampak kongesti dan hipertrofi yang
signifikan pada otot polos dan jaringan
elastis vesica urinaria saat kehamilan
• Hal ini menyebabkan penurunan
kapasitas vesica urinaria  peningkatan
frekuensi miksi
Frekuensi Miksi
• Frekuensi miksi yang meningkat terutama selama usia
kehamilan 8 - 12 minggu.
• Penyebab:
1. Tekanan rahim yang besar pada fundus vesica
urinaria, dan karena posisi uterus yang
anterversi berlebihan kearah vesica urinaria
2. Kongesti mukosa kandung kemih
3. Perubahan osmoregulasi ibu menyebabkan
peningkatan rasa haus dan poliuria.
• Pada saat rahim dalam posisi tegak, yaitu setelah
kehamilan minggu ke-12, gejala ini akan
menghilang.
Perubahan Kulit (Pigmentasi)
• Distribusi perubahan pigmen saat kehamilan bersifat
selektif.
• Pada wajah  chloasma gravidarum merupakan bentuk
ekstrim dari pigmentasi pada wajah, yaitu di sekitar pipi,
dahi, dan di sekitar mata  menghilang secara spontan
setelah melahirkan.
• Perubahan pigmen akibat perubahan hormon 
merangsang melanosit dari hipofisis anterior.
• Hormon estrogen dan progesteron mungkin terkait dengan
perubahan serupa,  hal serupa diamati pada penggunaan
kontrasepsi oral.
• Pada abdomen  linea nigra, yaitu suatu daerah
berpigmen hitam kecoklatan di garis tengah yang
membentang dari xiphoideus ke simfisis pubis
Striae Gravidarum
• Striae gravidarum  tanda linear yang tampak sedikit
depresi dengan berbagai panjang dan lebar dan
ditemukan dalam kehamilan.
• Ditemukan di dinding perut terutama di bawah
umbilikus, kadang-kadang di atas paha dan payudara.
• Striae terbentuk akibat peningkatan ukuran uterus
dan peningkatan berat badan yang mendadak 
peningkatan stress pada jaringan ikat  distensi
mekanis kulit
• Selain itu peningkatan estrogen, kortisol dan relaksin
menyebabkan akumulasi polisakarida  peningkatan
absorbsi air pada jarinagn ikat  stress mekanis
Striae Gravidarum
• Striae rubra atau striae imatur sering tampak pada
primigravida.
• Striae rubra terdiri atas serat elastin halus yang
berlebihan pada dermis papilaris dengan serat yang
berliku tebal di perifer, limfosit perivaskular, dilatasi
pembuluh dermal dan edema.
• Pada multigravida, perenggangan pada kehamilan
sebelumnya menyebabkan hanya sedikit striae rubran
dan tampak striae alba yaitu secara histopatologi
tampak atrofi epidermis, hilangnya rete ridges,
vaskularisasi yang kurang, dan kolagen bundel horizontal
padat dan tipis seperti bekas luka.
Metabolisme
• Terjadi peningkatan metabolisme karbohidrat.
• Tingginya kebutuhan karbohirat  kebutuhan fetus untuk
mendapatkan energi dan untuk menyimpan energi untuk keperluan
laktasi.
• Kehamilan  dianggap diabetogenik  penurunan sensitivitas
terhadap insulin.
• HPL (Human Placental Lactogen)  sifat antagonistik terhadap insulin
 sedikitnya glikogen yang disimpan di dalam hati dan besarnya
kadar gula yang beredar di sirkulasi maternal  untuk menyediakan
karbohidrat simpleks kepada fetus sebagai sumber energi.
• Pada ibu hamil, biasanya terjadi peningkatan intake protein sebesar
20%.  sebagai sumber protein fetus
• Penyimpanan lemak terutama pada dinding abdomen, punggung, dan
paha.
Peningkatan Berat Badan

• Pada minggu-minggu awal, dapat terjadi penurunan berat badan


karena mual atau muntah.
• Kemudia kenaikan berat badan berlangsung progresif sampai 1 atau 2
minggu terakhir kehamilan, dan berat badan tetap statis.
• Total kenaikan berat badan selama kehamilan tunggal untuk wanita
yang sehat rata-rata 11 kg.
• Peningkatan ini terdistribusikan menjadi 1 kg pada trimester pertama
dan 5 kg masing-masing di trimester kedua dan ketiga.
• Idealnya, berat badan harus bergantung pada tingkat indeks massa
tubuh pra-kehamilan (IMT).
– IMT normal (20-26) adalah 11–16 kg.
– Wanita dengan BB berlebih IMT> 30 seharusnya peningkatan
berat badan tidak lebih dari 7 kg selama kehamilan
– Wanita dengan BB kurang IMT <19 dapat diizinkan untuk
mendapatkan peningkatan berat badan hingga 18 kg.
Daftar pustaka
1. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Gilstrap L, Cunningham F. Williams Obstetrics (23rd Edition).
New York, USA: McGraw-Hill Professional Publishing; 2010.
2. Konar H. DC Dutta's textbook of obstetrics. London: JP Brothers Medical; 2014.
3. Risanto S, Ova E. Obstetri Fisiologi. 1st ed. Yogyakarta: Pustaka Cendekia; 2008.
4. Edmonds D, Dewhurst J. Dewhurst's textbook of obstetrics & gynaecology. Malden, Mass:
Blackwell Pub; 2007.
5. Hanretty K. Obstetrics illustrated. Edinburgh: Churchill Livingstone Elsevier; 2010.
6. Voltolini C, Petraglia F. Neuroendocrinology of pregnancy and parturition. Clinical
Neuroendocrinology. 2014;:17-36.
7. Pernoll M. Benson & [and] Pernoll's handbook of obstetrics and gynecology. New York: McGraw-
Hill; 2001.
8. Heidemann B, McClure J. Changes in maternal physiology during pregnancy. BJA CEPD Reviews.
2003;3(3):65-68.
9. Lee N, Saha S. Nausea and Vomiting of Pregnancy. Gastroenterology Clinics of North America.
2011;40(2):309-334.
10. Luks S, Simon R, Lawrence W. Arias-Stella reaction of the cervix: The enduring diagnostic
challenge. American Journal of Case Reports. 2012;13:271-275. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3614382/
11. Beswick I P, Gregory M M. The Arias-Stella Phenomenon And The Diagnosis Of Pregnancy. The
journal of Obstetric and Gnaecology of British Commonwealth.17;143-148.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai