Oleh:
Pramitha Yustia G99161073
Pembimbing:
dr. Niken Yuliani Untari
SIAGA BENCANA DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SURAKARTA
Oleh:
Pramitha Yustia G99161073
Mengetahui,
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan individu kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) di RSUD
Kota Surakarta.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
B. Penanggulangan Bencana
Penyelenggaraan penanggulanggan bencana adalah serangkaian
upaya yang meliputi penetepan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurtat dan
rehabilitasi. Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab
dalam penyelenggaran penanggulangan bencana, untuk itu dibentuk Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang merupakan lembaga
pemerintah nondepartemen setingkat menteri berdasarkan UU Nomor 24
Tahun 2007 dan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008.. Pemerinah juga
membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota.
Ada 4 fase penanggulangan bencana yaitu tanggap darurat, pasca
darurat, pencegahan dan mitigasi, serta kesiapsiagaan.
1. Tanggap Darurat
Selain proses triage dan pertolongan yang diberikan, pada fase ini akan
dilakukan rapid health assessment atau kajian darurat untuk
mengumpulkan data pada 24 jam pertama dan didirikan pos kesehatan
darurat di collecting area.
2. Pasca Darurat
Pemulihan pada fase ini terdiri dari rehabilitasi dan rekonstruksi.
Rehabilitasi meliputi perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana. Rekonstruksi meliputi
pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada
wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.
3. Pencegahan dan Mitigasi
Meberikan pembelajaran kepada masyarakat dan mengubah pola hidup
serta meningkatkan kesadaran masyarakat. Pencegahan terulangnya
bencana, seperti pemasangan seismograf pada titik rawan gempa
kemudian mengevakuasi penduduk setempat saat tanda-tanda awal
gempa bumi terjadi. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.
4. Kesiapsiagaan
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna
dan berdaya guna.
Pada sistem START (Simple Triage And Rapid Transportation) tidak ada
resusitasi dan C-spine control, satu pasien maksimal 60 detik kemudian
pindah ke pasien berikutnya. Pasien dengan peluang hidup terbesar akan
diprioritaskan.
BAB III
PEMBAHASAN
Tangga darurat dan jalur evakuasi sudah dilengkapi tanda arah yang
mudah dibaca dan jelas, namun jalur evakuasi di RSUD Kota Surakarta belum
standar karena seluruh tulisan jalur evakuasi tidak ada yang berada di bagian
bawah dinding gedung rumah sakit, seharusnya tulisan jalur evakuasi dipasang di
bagian bawah dari dinding agar lebih mudah terlihat jika terjadi bencana yang
kemudian mengakibatkan pencahayaan di dalam rumah sakit berkurang dan
menjadi gelap, karena apabila menggunakan senter pasti akan menyorot kebawah
ke arah lantai bukan ke atas. Titik kumpul sudah disediakan di beberapa titik di
luar gedung rumah sakit, namun titik kumpul yang ada masih digunakan sebagai
tempat parkir kendaraan. Titik kumpul seharusnya berada di tempat yang terbuka,
jauh dari bangunan tinggi dan barang-barang yang dapat mencederai serta dapat
digunakan sewaktu-waktu. Penggunaan titik kumpul di tempat parkir
dikhawatirkan kurang optimal saat terjadi bencana.
Gambar 3.3 Tanda Arah Jalur Evakuasi dan Tangga Darurat
PENUTUP
A. Simpulan
1. RSUD Kota Surakarta sudah menerapkan manajemen siaga bencana
yang dijalankan oleh Tim Siaga Bencana dalam menangani internal
disaster maupun external disaster.
2. Tim Siaga Bencana RSUD Kota Surakarta berkoordinasi dengan
instansi lain untuk penanganan bencana yang cepat, efektif dan efisien.
3. Fasilitas pemadam, penanda arah dan jalur evakuasi di RSUD Kota
Surakarta sudah tersedia namun masih perlu dibenahi karena ada
beberapa yang belum sesuai standar.
4. Petugas sudah menjalani pelatihan dasar, namun belum pernah
dilaksanakan pelatihan yang terintegrasi.
B. Saran
1. Sebaiknya disediakan jalur evakuasi di luar bangunan RSUD Kota
Surakarta sehingga memudahkan akses menuju tempat yang lebih aman.
2. Sebaiknya titik kumpul tidak menggunakan tempat parker yang
kemungkinan akan penuh dengan kendaraan. Sebaiknya menggunakan
tempat terbuka yang cukup lapang sehingga siap digunaan sewaktu-
waktu.
3. Manajemen petugas code red sebaiknya lebih ditertibkan lagi dan
mengisi papan code red sesuai seharusnya.
4. Sebaiknya diadakan pelatihan penanganan bencana yang terintegrasi
seperti simulasi bencana yang melibatkan berbagai sektor secara rutin.
5. Manajemen siaga bencana RSUD sebaiknya terus dioptimalkan sesuai
dengan hospital disaster plan dan meningkatkan koordinasi dalam tim
maupun dengn instansi lain.
6.
Daftar Pustaka