Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN PENYAKIT

MENULAR
BERBASIS WILAYAH
 Manajemen penyakit menular berbasis wilayah
pada dasarnya merupakan upaya tata laksana
pengendalian penyakit menular dengan cara
mengintegrasikan upaya pencarian kasus secara
proaktif tata laksana penderita secara tuntas,
yang dilakukan secara bersama dengan
pengendalian berbagai faktor risiko penyakit
tersebut serta keduanya dilakukan secara
simultan, paripurna, terencana dan terintegrasi
pada wilayah tertentu.
 Dilakukan terencana berdasar evidens (fakta
terpecaya), sistematik dalam pelaksanaannya
serta senantiasa diaudit secara periodik.
 Penyakit menular endemik, untuk
menggambarkan penyakit atau faktor risiko
penyakit berkenaan, yang terdapat atau terjadi
di Indonesia selama kurun waktu yang panjang.
Penyakit ini mengganggu Indeks Pembangunan
Manusia Indonesia, seperti Diare, TBC, Malaria
dll
 Penyakit yang berpotensi menjadi KLB, baik
secara periodik yang dapat diprediksi dan
diantisipasi serta pencegahannya. Misalnya
demam berdarah dengue, kolera diare, serta
penyakit infeksi baru.
 memberikan perlindungan spesifik dan
imunisasi. Manajemen pengendalian penyakit
menular dapat dilakukan dengan memberikan
kekebalan secara artifisal yaitu imunisasi.
 Pemberantasan penyakit berbasis lingkungan.
Upaya pencegahan sekaligus pemberantasan
penyakit menular dapat dilakukan dengan
menciptakan lingkungan sehat dan perilaku
hidup sehat.
 Penggalangan Upaya Kemitraan. Masalah
kesehatan khususnya faktor risiko penyakit
menular dan penyehatan lingkungan berkaitan
erat dengan unit, sektor, individu hal diluar
kewenangan administratif bidang kesehatan
 Secara singkat manajemen pemberantasan dan
pengendalian penyakit menular memiliki dua
perspektif :
a. Epidemiologi global yakni perjalanan penyakit antar
benua
penyakit menular bersifat global. Informasi awal
berupa kejadian penyakit secara global, dapat
memberikan indikasi untuk membuat contingency
plan. Misalnya wilayah tropik secara umum memiliki
karakteristik ekosistem sama, maka memiliki
masalah yang sama seperti malaria
b. Epidemiologi lokal
Epidemiologi lokal berkaitan dengan dinamika
transmisi lokal, misalnya malaria, schistosomiasis,
filariasis
 penyakit menular bersifat lintas batas, terutama penyakit
menular melalui transmisi serangga atau binatang yang
memiliki reservoir
 Binatang pada umumnya memiliki habitat tertentu dan
terkait dengan batasan ekosistem. Kemudian penyakit
menular juga berpindah ke wilayah lain melalui mobilitas
penduduk sebagai sumber penularan maupun komoditas
sebagai wahana transmisi.
 Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah
administratif. Penyakit menular di wilayah ‘tertutup’ lebih
dipengaruhi dengan batasan ekosistem, ketimbang
batasan administratif sedangkan di wilayah ‘terbuka’
dengan teknologi transportasi jarak jauh, penyakit
menular di pengaruhi mobilitas penduduk, komoditas,
serangga, hewan, udara dan air sebagai sumber penyakit.
 untuk memvisualisasikan proses tranmisi penyakit serta
simpul manajemen, membutuhkan model manajemen
penyakit menular berbasis wilayah kabupaten/kota.
 Didukung fakta hasil survaillance terpadu, untuk
kepentingan perencanaan dan kegiatan berdasar
keperluan (fakta).
 Analisis masing-masing faktor risiko dilakukan sekaligus
terpadu melalui perencanaan, kemudian dipadukan
dikaitkan dengan promosi kesehatan seperti
penggunaan alat pelindung ketika bekerja dan berbagai
upaya lain secara bersama dengan lintas sektor.
 Keterpaduan termasuk penggunaan sumber daya,
jadwal dll. Bahkan keterpaduan surveilans yakni
surveilans kasus sekaligus bersama-sama dengan faktor
risiko terkait.
 Tentukan wilayah administratif, apakah wilayah
Puskesmas atau wilayah Kabupaten/ Kota atau
provinsi
 Tentukan setiap wilayah kabupaten/kota, tentukan
prioritas penyakit menular atau faktor risiko
berkenaan yang hendak dikendalikan .
 Modelling .
 Baik faktor risiko maupun penyakit menular
hendaknya digambarkan dalam sebuah model
kejadian penyakit atau paradigma dengan mengacu
kepada teori simpul dan dapat dimodifikasi
 Model gambaran kejadian (Patogenesis) penyakit
menular dideskripsikan ke dalam model manajemen
untuk masing-masing simpul dengan rangkaian
 Model teori simpul advance dapat pula
dikembangkan ke dalam model manajemen
malaria di wilayah pertambakan
 Model gambaran kejadian penyakit menular
beserta prioritas penanggulangan pada tiap
simpul kemudian diterjemahkan ke dalam
proses perencanaan dan pembiayaan terpadu.
 Pelaksanaan dan monitoring pengendalian
penyakit menular.
 Audit manajemen penyakit menular berbasis
wilayah.
 Indonesia sebagai wilayah tropik merupakan
kawasan yang berpotensi endemik bagi berbagai
penyakit menular.
 Sebagai wilayah yang amat dinamik secara sosial
ekonomi, merupakan kawasan yang berpotensi
tinggi untuk hadirnya penyakit baru.
 Masing masing penyakit memiliki peta
endemisitas tersendiri.
 Tiap tahun diselenggarakan pertemuan nasional
semacam konvensi melakukan monitoring
kemajuan program serta perkuatan dari
networking yang melibatkan semua (pemerintah,
masyarakat, pelayanan kesehatan, organisasi
nonpemerintah) menjadi satu
Manajemen Kejadian Luar Biasa (KLB) Berbasis
Wilayah
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah.
misalnya adanya indikasi peningkatan jumlah dan kepadatan vektor penular
penyakit, terjadinya kerusakan hutan secara terus menerus pemantauan
kondisi kualitas lingkungan tertentu yang menurun dan sebagainya. KLB bisa
berupa KLB lingkungan bisa juga KLB penyakit.
Keduanya sulit dibedakan mana lebih dulu timbul karena prosesnya hampir
bersamaan dalam tempo singkat. KLB lingkungan misalnya terjadi kejadian
ledakan sebuah sumur minyak. Maka dituntut untuk segera memikirkan
secara prospektif apa dampak penyakit yang ditimbulkan serta bagaimana
dampak kesehatan masyarakat.
Manajemen KLB secara terintegrasi berbasis wilayah
adalah juga dua bagian penting yang tak terpisahkan
dan harus dilakukan secara simultan dalam waktu
relatif singkat:
a. Manajemen kasus.
b. Manajemen Faktor risiko
Manajemen public health atau manajemen
kesehatan masyarakat pada hakikatnya adalah
faktor risiko kejadian KLB. Manajemen kasus
maupun faktor risiko kejadian penyakit harus
dilakukan secara bersamaan, untuk mencegah
timbulnya eskalasi yang lebih luas. Manajemen
kasus menjadi amat penting khususnya saat
penangganan KLB penyakit menular, untuk
mencegah jangan sampai terjadi penularan
penyakit lebih lanjut.
Manajemen Berita dalam KLB
khususnya manajemen KLB diperlukan kemampuan
manajemen komunikasi massa untuk menanggkal isu-isu
tersebut berdasarkan evidences serta transparan. Contoh
penanganan berita media masa flu burung menjadi lebih
baik. Termasuk pengelolaan berita KLB bahkan beberapa
stasiun TV diundang mengunjungi peternakan untuk meliput
proses pengambilan darah dalam rangka surveilans, setelah
flu burung belum ada penularan pada manusia maka
masyarakat menjadi tenang. Kunci manajemen berita dalam
KLB adalah kejujuran, cepat dan senantiasa di update secara
terus menerus dan kemasan penyampaiannya tidak
menimbulkan kepanikan atau misteri
Karantina
Isolasi dan karantina semula pada tahun90 an dianggap
tidak diperlukan lagi zaman modern. Namun kasus SARS
merebak apalagi dalam kondisi cara-cara penularan dan
pengobatan belum diketahui maka dalam konteks
manajemen penyakit infeksi baru untuk mencegah
 Sistem WQORS merupakan keharusan dalam
manajemen pra KLB. Fungsinya memantau kasus
yang datang di UGD rumah sakit berdasarkan
gejala(simptoms based).
 Kemudian Dinas Kesehatan melakukan respons
cepat. Seorang ahli atau petugas kesehatan
masyarakat khususnya epidemiologis, bukan
sekadar seorang yang memiliki keilmuan yang
bersifat teknis dan mekanistik saja, tetapi perlu
adanya sikap kegigihan dan naluri serta
sensitivity terhadap sebuah awal bencana
Epidemiologi Global Penyakit Infeksi Baru (Dinamika
Transmisi Makro)
 penyakit yang relatif baru adalah west Nile Virus, virus
hantaan, virus ebola, virus Nipah, Avian Influenza dan juga
penyakit lama yang muncul kembali seperti chikungunya dan
leptospirosis.
 Manajamen KLB memiliki dua perspektif yakni
a. pemahaman terhadap patogenesis penyakit secara mikro
b. Pemahaman patogenesis secara makro
MPBW dalam situasi bencana.
 Bencana merupakan kejadian yang sulit diduga, namun
dapat dilakukan pencegahan. Setidaknya mengurangi
contigency plan pelayanan kesehatan.
 Bencana dapat dilihat sebagai kejadian penyakit dalam
waktu tiba-tiba dan seketika bila ditelaah antara faktor
risiko tiba-tiba berkembang dalam eskalasi yang sangat
tinggi dan cepat menimbulkan penyakit yang mendadak,
sehingga menimbulkan kematian dalam tempo yang
singkat.
 Dalam bencana biasanya disusul dengan pengungsian.
Untuk itu dalam perspektif kesehatan masyarakat
penanganan bencana menjadi dua yaitu, pertama
bencana alam; kedua kegiatan manusia.
.
Prabencana
 Identifikasi faktor risiko dapat mengurangi
dampak korban dan kematian. Faktor umumnya
‘spatially bounded’ Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota hendaknya mempelajari
berbagai dokumen yang menggambarkan atau
hal-hal yang berkenaan atau memiliki potensi
bencana serta faktor risiko yang mungkin
berperan dalam kejadian bencana. Bencana bisa
terjadi karena ulah manusia dan alam, bencana
yang karena ulah manusia misalnya ledakan
pabrik yang dapat menimbulkan kebakaran,
bahan radioaktif, atau gas beracun. Setiap Dinas
Kesehatan hendaknya membuat peta kerawanan
atau potensi bencana serta dampaknya.
 Ketika Bencana Berlangsung.
Dalam fase bencana yang diperlukan adalah
manajemen korban atau manajemen kasus
korban langsung bencana tersebut. Dalam
perspektif kesehatan masyarakat, tidak banyak
yang dapat dilakukan rujuk kepada triage
pertolongan ketika bencana berlangsung
Pasca Bencana.
 masalah kesehatan termasuk ledakan penyakit menular
dan sanitasi khususnya tempat-tempat pengungsian
merupakan masalah utama pascabencana.berbagai
masalah timbul dan hal ini memerlukan penanganan
yang profesional dalam bidang kesehatan masyarakat,
mulai dari masalah gizi dan pangan, vaksin, air bersih
dan sebagainya. Pengetahuan manajemen pengungsi
atau dalam konteks manajemen kesehatan bencana baik
darurat medik maupun darurat kesehatan masyarakat
kini berkembang.
 Disaster epidemiology, selain memetakan titik titik
kerawanan untuk menentukan contingency plan juga
harus memiliki kemampuan prediktif, surveilans
epidemiologi di daerah bencana, outbreak dan
penanganannya.
 Disaster nutrition juga harus dikembangkan struktur
pengungsi dan kebutuhan gzi perlu diketahui. Disaster
 Kejadian Luar Biasa Penyakit Endemik
endemik adalah suatu keadaan dimana suatu
penyakit atau bibit penyakit tertentu secara terus-
menerus ditemukan dalam suatu wilayah tertentu,
atau dapat juga berarti penyakit yang umumnya
terjadi pada suatu wilayah yang bersangkutan. Pada
tahun 1999 pasuruan dan boyolali terjangkit Pes dan
dapat disebut sebagai KLB penyakit endemik.
Kegiatan Surveilans penyakit pes masih berlangsung
secara terus menerus dengan memantau
perkembangan faktor risiko, agar dapat diketahui
tanda tanda KLB. Kunci pencegahan KLB ialah
surveilans. Demam berdarah juga merupakan contoh
penyakit endemik yang terdapat di perkotaan di
Indonesia dan negara-negara tetangga . Selama ini
tidak ada obat dan vaksinnya. Oleh sebab itu
pengendalian nyamuk merupakan cara mencegah
KLB.
Manajemen Penyakit Infeksi baru
 pada tahun 2003 Indonesia juga terkena gelombang wabah SARS.
SARS adalah salah satu penyakit infeksi baru. Dalam perspektif
kesehatan masyarakat, adanya penyakit baru ataupun penyakit lama
yang muncul kembali merupakan konsekuensi logis dari sebuah
proses evolusi alam.
 Secara umum, disamping kemampuan mikroba patogen untuk
mengubah kemampuan dirinya, manusia dengan berbagai
perubahan teknologi dan perilakunya juga memberikan peluang
mikroba untuk secara alamiah merekayasa genetiknya.
 Hal ini ditambah dengan perubahan iklim global yang juga
memberikan kontribusi timbulnya berbagai penyakit baru maupun
penyakit lama muncul kembali. New Emerging Infectious Disease
(NEID) dan Re-emerging Infectious Disease (REID) seringkali
memberikan karakteristik kejadian akut, merupakan KLB, menyebar
dalam tempo singkat dan menimbulkandampak luas terhadap
kehidupan masyarakat.
 Dampak yang ditimbulkan meliputi ekonomi, sosial, hukum, politik,
pariwisata dll. Penyakit infeksi baru atau penyakit infeksi lama yang
muncul kembali selalu memiliki dua aspek yang tidak dapat
dipisahkan, yakni bagaimana melakukan manajemen kasus dan
bagaimana melakukan manajemen kesehatan masyarakat sekaligus.
Definisi, Pengertian dan Contoh NEID dan REID.
New Emerging Infectious Disease (NEID) dan Re-emerging
Infectious Disease (REID) sebagai semua penyakit infeksi yang
menunjukkan gejala peningkatan masa-masa terakhir dan
sekaligus menunjukkan gejala kemungkinan ancaman peningkatan
dalam waktu mendatang, dengan demikian New Emerging
Infectious Disease (NEID) merupakan ancaman di masa mendatang
yang harus diantisipasi kehadirannya. NEID sebenarnya telah lama
merupakan zoonotic disease atau penyakit bersumber binatang
namun karena perubahan ekosistem .
Faktor yang berperan dalam kejadian NEID & REID

Berbagai faktor yang berperan timbulnya NEID maupun REID


seperti aspek ekosistem, kepadatan penduduk perubahan
perilaku, kemampuan mikroba patogen mengubah sifat-
sifat dirinya dari waktu ke waktu.
a) Iklim; perubahan iklim dunia berperan timbulnya NEID
maupun REID melalui berbagai cara, peningkatan suhu
makin meningkatkan perkembangbiakan nyamuk dan
tingginya radiasi ultraviolet mengurangi daya tahan
tubuh.
b) Kepadatan penduduk; kepadatan penduduk telah
memicu timbulnya penyakit-penyakit infeksi baru.
Kepadatan penduduk merupakan tempat persemaian
subur bagi virus.
c) Pencemaran Lingkungan; dapat menyebabkan kerentanan
terhadap kemampuan tubuh dalam menyangkal penyakit.
d) Perubahan perilaku manusia; mobilitas penduduk dan
alat transportasi, kebiasaan makan-makanan, kebiasaan
memelihara binatang. Banyaknya reservoir yang dulu
dihutan kini berada disekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai