Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunianya, saya diberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini . Meskipun
dalam pembuatannya banyak hambatan yang penulis alami, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu.

Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada ibu/bapak dosen yang telah memberikan arahan
serta motivasi dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada kedua orangtua yang senantiasa mengucap do’a, keluarga yang telah memberikan
kontribusi ide yang baik, dan teman-teman yang telah memberikan dukungannya kepada penulis
dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang menunjang penulis untuk membuat makalah ini dengan tujuan
untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih luas mengenai konsep dokumentasi.

Rabu, 02 September 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................................... 2

Daftar Isi................................................................................................................................... 3

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 4


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 5

Bab II Pembahasan

2.1 Penyakit Berbasis Lingkungan........................................................................................... 6


2.2 Faktor-Faktor Munculnya Penyakit Berbasis Lingkungan................................................. 6
2.3 Upaya-Upaya Untuk Meminimalisis Berbasis Penyakit Lingkungan................................ 8
2.4 Jenis-Jenis Penyakit Berbasis Lingkungan......................................................................... 9

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 20
3.2 Saran....................................................................................................................... 20

Daftar Pustaka

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan masyarakat. Perilaku sengaja
untuk membudidayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuhan langsung dengan
kotoran dan bahan buangan bahaya. Sanitasi meliputi penyediaan air, pengelolaan limbah,
control vector, pencegah dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta
pencemaran udara. Kesehatan lingkungan di Indonesia sangat memprihatinkan. Belum
optimalnya sanitasi ditandai dengan masih tingginya angka kejadian infeksi dan penyakit
menular seperti demam berdarah, kusta, serta hepatitis A yang tidak ada habisnya Kondisi
sanitasi sangat menentukan keberhasilann dari paradigm pembangunan sehat yang lebih
menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabiliaif. Kenyatannya sekarang, kondisi sanitasi di Indonesia cukup tertinggal dari
Malaysia dan Singapura yang lebih bekomitmen menjaga kebersihan lingkungan.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian
di Indonesia. Kecenderungan ini juga semakin mendapatkan legitimasi seiring dengan
munculnya Flu Burung dan Flu Babi, dua penyakit yang sangat berkaitan dengan sanitasi
lingkungan.
Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan
menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan
tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan
lingkungan. Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin
besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan masalah sanitasi
cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah, perumahan yang tidak sehat,
pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan bahan kimia, penanganan sampah dan
limbah yang belum memenuhi syarat kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali
(nyamuk, lalat, kecoa, ginjal, tikus dan lain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan
pestisida di bidang pertanian, industri kecil dan sektor informal lainnya), bencana alam, serta
perilaku masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Penyakit Berbasis Lingkungan ?
2. Apa Saja Faktor-Faktor Munculnya Penyakit Berbasis Lingkungan ?
3. Apa Saja Upaya-Upaya Untuk Meminimalisis Berbasis Penyakit Lingkungan ?
4. Apa Saja Jenis-Jenis Penyakit Berbasis Lingkungan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengatahui Defenisi Penyakit Berbasis Lingkungan
2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Munculnya Penyakit Berbasis Lingkungan
3. Untuk Mengetahui Upaya-Upaya Untuk Meminimalisis Berbasis Penyakit Lingkungan
4. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Penyakit Berbasis Lingkungan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Penyakit Berbasis Lingkungan


Penyakitadalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsidan /atau morfologi suatu
organdan/atau jar tubuh. (Achmadi’05).Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada
disekitarnya(benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi
interaksi antaraelemen-elemen di alam tersebut. (Sumirat’96).Penyakit Berbasis Lingkungan
adalah suatukondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang
disebabkanoleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi
penyakit.
Penyakit berbasis lingkungan adalah ilmu yang mempelajari proses kejadian atau
fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat yang berhubungan,
berakar (bounded) atau memiliki keterkaitan erat dengan satu atau lebih komponen
lingkungan pada sebuah ruang dalam mana masyarakat tersebut bertempat tinggal atau
beraktivitas dalam jangka waktu tertentu. Penyakit tersebut bisa dicegah atau dikendalikan,
kalau kondisi lingkungan yang berhubungan atau diduga berhubungan dengan penyakit
tersebut dihilangkan (Achmadi, 2013).
Kejadian penyakit pada dasarnya berbasis lingkungan. Munculnya gejala-gejala penyakit
pada kelompok tertentu merupakan resultante hubungan antara manusia ketika bertemu atau
berinteraksi dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya kejadian penyakit
atau munculnya sekumpulan gejala penyakit (Achmadi, 2013).Beberapa contoh penyakit
berbasis lingkungan adalah seperti: kanker, kolera, diare, pneumonia, tuberculosis, ispa dan
lainlain. Salah satu penyakit berbasis lingkungan yaitu diare menjadi variabel penelitian
dalam tulisan ini.
2.2 Faktor-Faktor Yang Menunjang Munculnya Penyakit Berbasis Lingkungan
1. Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman
Indonesiaadalahsalah satu negara yang kaya akan sumber daya air dimana
ketersediaan airmencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, jauh diatas
ketersediaan air rata-rata didunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun.Namun

5
demikian, Indonesia masih sajamengalamipersoalan air bersih. Sekitar 119 juta rakyat
Indonesia belum memiliki aksesterhadap air bersih,sebagian besaryang memiliki
aksesmendapatkan air bersih dari penyalurair, usaha air secara komunitas serta sumur air
dalam.Dari data Bappenas disebutkan bahwapada tahun 2009 proporsi penduduk dengan
akses air minum yang aman adalah 47,63%.Sumber air minum yang disebut layak
meliputi air ledeng, kran umum, sumur bor atau pompa,sumur terlindung , mata air
terlindung dan air hujan.Dampak kesehatan dari tidak terpenuhinyakebutuhan dasar
terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya nampak pada anak-anak sebagai kelompok
usia rentan.WHO memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak 1,6 juta balita (rata-rata
4500 setiap tahun) meninggal akibat air yang tidak aman dan kurangnya higienitas.
2. Akses sanitasi dasar yang layak
Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakansalah
satu isu pentingdalam menentukan kualitas sanitasi. Namun pada kenyataannya daridata
Susenas 2009,menunjukkan hampir 49%rakyat Indonesia belum memiliki akses jamban.
Ini berarti ada lebihdari 100 juta rakyat Indonesia yang BAB sembarangan dan
menggunakan jamban yang takberkualitas.Angka ini jelas menjadi faktor besar yang
mengakibatkan masih tingginya kejadiandiare utamanya pada bayi dan balita di
Indonesia.
3. Penanganan sampah dan limbah
Tahun 2010 diperkirakan sampah di Indonesia mencapai 200.000 ton per hariyang
berarti 73juta ton per tahun.Pengelolaan sampah yang belum tertata akan menimbulkan
banyakgangguan baik dari segi estetika berupa onggokan dan serakan sampah,
pencemaranlingkungan udara, tanah dan air,potensi pelepasan gas
metan(CH4)yangmemberikankontribusi terhadap pemanasan global, pendangkalan
sungai yang berujung pada terjadinyabanjir serta gangguan kesehatan sepertidiare, kolera,
tifuspenyakitkulit, kecacingan, ataukeracunan akibat mengkonsumsi
makanan(daging/ikan/tumbuhan)yang tercemar zat beracundari sampah.
4. Vektor penyakit
Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini dikarenakan vektor penyakit
telah beradaptasisedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan
bertahan hidup merekapun semakin tinggi. Hal ini didukung faktor lain yang membuat

6
perkembangbiakan vektorsemakin pesat antara lain: perubahan lingkungan fisik seperti
pertambangan, industri danpembangunan perumahan; sistem penyediaan air bersih
dengan perpipaan yangbelummenjangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan
container untuk penyediaan air;sistem drainase permukiman dan perkotaan yang tidak
memenuhi syarat; sistem pengelolaansampah yang belum memenuhi syarat, penggunaan
pestisida yang tidak bijaksanadalampengendalian vektor; pemanasan global yang
meningkatkan kelembaban udara lebih dari 60%dan merupakan keadaan dan tempat
hidup yang ideal untuk perkembang-biakanvektorpenyakit.
5. Perilaku masyarakat
Perilaku Hidup Bersih san Sehat belum banyak diterapkan masyarakat,
menurutstudiBasicHuman Services(BHS) di Indonesia tahun 2006,perilakumasyarakat
dalam mencuci tangan dalah (1) setelah buang air besar 12%, (2) setelah membersihkan
tinja bayi dan balita 9%, (3)sebelum makan 14%, (4) sebelum memberi makan bayi 7%,
dan (5) sebelum menyiapkanmakanan 6 %.Studi BHS lainnya
terhadapperilakupengelolaanair minumrumah tanggamenunjukan 99,20 % merebus air
untuk mendapatkanair minum, namun 47,50 % dari airtersebut masih
mengandungEschericia coli.MenurutstudiIndonesia Sanitation SectorDevelopment
Program(ISSDP) tahun 2006terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buangair besar
ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
2.3 Upaya-Upaya Untuk Meminimalisir Terjadinya Penyakit Berbasisi Lingkungan
a. PenyehatanSumber Air Bersih (SAB), yang dapatdilakukan melaluiSurveilans kualitas
air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaankualitas air,danPembinaan
kelompok pemakai air.
b. Penyehatan LingkunganPemukimandengan melakukan pemantauanjambankeluarga
(Jaga), saluran pembuanganair limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS),
penyehatan Tempat-tempatUmum (TTU)meliputihotel dan tempat penginapan lain,
pasar, kolam renang dan pemandianumum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum,
salon kecantikan, bar dan tempat hiburanlainnya.
c. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain,sarana
pendidikan, dan perkantoran.

7
d. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan(TPM)yangbertujuan untuk melakukan
pembinaan teknisdan pengawasan terhadap tempatpenyehatan makanan dan minuman,
kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan,kewaspadaan dini serta penyakit
bawaan makanan.
e. PemantauanJentik Nyamukdapatdilakukan seluruh pemilik rumah bersama kader juru
pengamatan jentik (jumantik), petugassanitasi puskesmas, melakukan pemeriksaan
terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadiperindukan nyamuk dan tumbuhnya
jentik.
2.4 Jenis-Jenis Penyakit Berbasis Lingkungan
A. Biologis
Penyakit berbasis lingkungan yang menular melalui  agen biologis membutuhkan
peran agen makhluk hidup seperti virus, bakteri, jamur, prozoa dan cacing untuk
melakukan infeksi. Beberapa penyakit menular yang ditimbulkan oleh agen
biologis,yaitu:
a. Penyakit Virus
1) Influenza
a) Pengertian
Influenza merupakan penyakit virus yang endemik di seluruh dunia dan
sering menjadi epidemi di banyak negara. Penyebab influenza adalah virus
influenza tipe A,B dan C, virus berukuran 200 nm yang mempunyai selubung
virion. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae.
b) Penularan
Penyakit influenza ditularkan oleh virus influenza melalui udara, menyerang
saluran pernapasan, akibatnya penderita mengalami kesulitan bernapas.
c) Gejala klinis influenza
Sesudah masa inkubasi 1-2 hari, gejala umum dan keluhan yang tidak khas
terjadi berupa malaise umum, sistem kataral sistemik, demam menggigil, kadang-
kadang muntah dan diare, sakit kepala, mialga dan sakit tenggorok. Daya tahan
tubuh penderita dan adanya infeksi sekunder mempengaruhi beratnya influenza.
Komplikasi influenza berupa infeksi sekunder bakteril dengan kuman
Staphyllococcus aureus, Haemophyllus influenzae dan pneumokokus dapat

8
menimbulkan otitis, sinusitis, mastoiditis, bronkiolitis, bronkopneumoni,
miokarditis dan perikarditis.
d) Pencegahan
Salah satu pencegahan adalah dengan menggunakan vaksin influenza yang
mengandung virus A dan B dan disebutkan dapat mengurangi terjadinya infeksi
yang disebabkan oleh virus H5N1 atau flu burung dan juga pencegahan flu pada
usia 5 – 50 tahun. Golongan yang memerlukan vaksini ini antara lain : usia > 65
th, memiliki penyakit kronis lainnya (paru-paru, jantung, darah dan ginjal, DM),
memiliki gangguan sistem pertahanan tubuh, dan petugas kesehatan. Dianjurkan
untuk memberikan vaksin sebelum musim dingin atau musim hujan. Selain itu
perubahan perilaku masyarakat dengan gaya hidup yang sehat dapat mengurangi
terjadinya penyakit influenza ini.

2) Varicella atau Cacar Air


a) Pengertian
Cacar air atau Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh infeksi virus Varicella zoster. Penyakit ini disebarkan
secara aerogen.
b) Penularan
Penyakit varicella atau cacar air  ditularkan oleh virus Varicella zoster
melalui udara, menyerang lapisan kulit, akibatnya penderita mengalami gatal –
gatal dan nyeri kulit seperti bisul.
c) Gejala Klinis
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat
merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada
kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.
Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil
yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti
timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan
dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat

9
tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering
membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan
meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-
kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan
meninggalkan bekas lagi.
d) Pencegahan
Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan.
Imunisasi ini dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai
kekebalan.Penyakit ini erat kaitannya dengan kekebalan tubuh.

3) Variola
a) Pengertian
Cacar adalah penyakit virus sistemik dengan gejala khas adanya erupsi kulit.
Kebanyakan cacar dikelirukan dengan cacar air dimana lesi dikulit pada cacar air
umumnya muncul dalam bentuk successive crops (berhubungan satu sama lain)
dengan tingkat yang berbeda disaat yang sama.
b) Penularan
Penyakit cacar ditularkan oleh Variola virus , spesies Orthopoxvirus melalui
udara. Penularan umumnya terjadi pada saat muncul wabah dimana 50% dari
mereka yang tidak divaksinasi akan tertulari. Penyakit ini menyerang bagian kulit
tubuh, hampir sama dengan cacar air. Namun penyakit cacar tidak mengelurakan
cairan.
c) Gejala Klinis
Penyakit muncul mendadak dengan gejala demam, tidak nafsu makan, sakit
kepala, badan lemah, sakit pinggang berat, kadang-kadang sakit perut dan muntah;
gambaran klinis menyerupai influenza.
Cacar dapat dikenal dengan jelas pada awal sakit, ditandai dengan
munculnya lesi kulit kurang lebih secara simultan pada saat suhu tubuh
meningkat, bentuk lesi yang mirip satu sama lain pada daerah yang sama
d) Pencegahan

10
 Pencegahan pada penyakit cacar yakni dengan mandi dua kali sehari, cuci
tangan stelah beraktivitas,  serta menjaga kebersihan lingkungan.

b. Penyakit Bakteri
1) TBC Paru
a) Pengertian
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Sumber
penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.

b) Penularan
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC
saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari
orang dewasa yang menderita TBC. Masuknya Mikobakterium tuberkulosa
kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah
terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular).
c) Gejala Klinis
Gejala penyakit TBC yakni batuk dalam jangka waktu yang lama, demam
tinggi serta sering keringat dingin.
d) Pencegahan
i. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti
kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.

11
ii. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau
suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi
penderita, kontak, suspect, perawatan.
iii. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap
penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
iv. BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan
bagi ibunya dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun
ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
v. Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong
sapi, dan pasteurisasi air susu sapi.
vi. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup udara
yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
vii. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
viii.Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko
tinggi, seperti para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita,
petugas dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
ix. Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil
pemeriksaan tuberculin test.

2) Difteri
a) Pengertian
Difteri/ Diphteria adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan
oleh Corynebacterium diphteriae, yang umumnya menyerang membran mukosa
yang melapisi hidung dan tenggorokan serta tonsil. Akibatnya tenggorokan
menjadi terinflamasi dan inflamasi ini dapat menyebar ke kotak suara ( larynx)
sehingga mempersempit saluran pernafasan.
b) Penularan
          Penularan penyakit difteri terjadi melalui tetes udara yang dikeluarkan oleh
penderita ketika batuk atau bersin. Penularan juga dapat terjadi melalui tissue/
sapu tangan atau gelas bekas minum penderita atau menyentuh luka penderita.

12
Anak-anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua usia diatas 60 tahun
sangat beresiko tertular penyakit difteri, demikian pula mereka yang tinggal di
lingkungan padat penduduk atau lingkungan yang kurang bersih dan juga mereka
yang kurang gizi dan tidak diimunisasi DTP.
c) Gejala Klinis
i. Ada membran tebal warna abu-abu yang melapisi tenggorokan dan
tonsil ( ciri khas )
ii. Sakit tenggorokan dan suara serak
iii. Sakit ketika menelan
iv. Kelenjar getah bening di leher membengkak
v. Kesulitan bernafas dan nafas cepat
vi. Keluar cairan dari hidung
vii. Demam dan menggigi
viii. Malaise
d) Pencegahan
Pencegahan penyakit difteri adalah dengan memberikan imunisasi DTP saat
anak berumur 2, 4, 6, 18 bulan dan 5 tahun. Sedangkan pada usia 10 tahun dan 18
tahun diberikan imunisasi TD ( Toxoid Difteri ) saja. Bila pada suntikan DTP
pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan
diberikan DTP lagi melainkan DT saja (tanpa P). (Prof. DR.A.H. Markum, 2000).

3) Meningitis
a) Pengertian
Penyakit meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang
belakang. Meningitis merupakan infeksi yang dapat mengancam nyawa.  Bila
tidak ditangani dapat terjadi pembengkakan otak, kecacatan tetap, koma bahkan
kematian.
b) Penularan
Penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan
penyakit yang serius. Salah satu contoh bakterinya yaitu Meningococcal
bacteria.Penyakit ini menular melalui kontak dengan udara bebas.

13
c) Gejala
Gejala awal penyakit meningitis yaitu demam, sakit kepala, kaku kuduk,
sakit tenggorokan, dan muntah. Selain itu juga pada orang dewasa menjadi lebih
mudah tersinggung, linglung, dan sangat mengantuk, hingga terjadi penurunan
kesadaran koma bahkan meninggal.
d) Pencegahan
Menjaga hygiene merupakan cara yang paling baik untuk menghindari
transmisi penyakit. Antibiotik diberikan untuk mencegah meningitis pada orang
yang kontak dekat dengan orang yang menderita meningitis.
c. Penyakit Jamur
1) Askariasis
a) Penyebab
Askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang oleh
masyarakat umum dikenal sebagai cacing gelang.
b) Penularan
Penularan askariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu telur infektif
masuk mulut bersama makanan dan minuman yang tercemar, melalui tangan yang
kotor, atau telur infektif terhirup melalui udara bersama debu.
c) Gejala klinis
Pada manusia cacing dewasa dapat menimbulkan berbagai akibat mekanik,
yaitu obstruksi usus, intususepsi, dan perforasi ulkus yang ada di usus.
d) Diagnosis
Diagnosis pasti askariasis ditegakkan jika melalui pemeriksaan makroskopis
terhadap tinja atau muntahan penderita ditemukan cacing dewasa.
e) Pencegahan
i. Membuat kakus yang baik untuk menghundari pencemaran tanah dengan
tinja penderita.
ii. Mencegah masuknya telur cacing yang mencemari makanan atau
minuman dengan selalu memasak makanan dan minuman sebelum
dumakan atau diminum
iii. Menjaga kebersihan perorangan

14
d. Penyakit Protozoa
1) Toksoplasmosis
a) Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii menyebabkan penyakit
toksoplasmosis pada manusia dan hewan. Parasit ini dapat menimbulkan radang
pada kulit, kelenjar getah bening, jantung, paru, mata, otak dan selaput otak.
b) Penularan
Penularan pada manusia dapat terjadi melalui dapatan (acquired) atau secara
kongenital dari ibu ke bayi yang dikandungnya.Secara dapatan, penularan dapat
terjadi melalui makanan mentah atau kurang masak yang mengandung psedokista
(dalam daging, susu sapi atau telur unggas), penularan melalui udara atau droplet
infection (berasal dari penderita pneumonitis toksoplasmosis) dan melalui kulit
yang kontak dengan jaringan yang infektif atau ekskreta hewan misalnya kucing,
anjing, babi atau roden yang sakit.
c) Gejala klinis
Pada orang dewasa, gejala klinik tidak jelas dan tidak ada keluhan penderita.
Gejala yang jelas terjadi pada penderita yang menderita toksoplasmosis kongenital
karena luasnya kerusakan organ dan sistem saraf penderita (bayi dan anak).
d) Diagnosis
Diagnosis pasti ditetapkan sesudah dilakukan pemeriksaan mikroskopik
histologis secara langsung atau hasil biopsi atau pungsi atau otopsi atas jaringan
penderita, dan pemeriksaan jaringan berasal dari hewan coba yang diinokulasi
dengan bahan infektif.
e) Pencegahan
i. Selalu memasak makanan dan minuman
ii. Menghindari kontak langsung dengan daging atau jaringan hewan yang
sedang diproses
iii. Menjaga kebersihan lingkungan
iv. Hewan-hewan penderita toksoplasmosis juga harus segera diobati atau
dimusnahkan

15
B. Kimia
1) Asbestosis
a) Pengertian
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat
menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang
luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang
berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru,
menyebabkan parut. Menghirup asbes jugs dapat menyebabkan
penebalan pleura atau selaput yang melapisi paru-paru (www.dokter-online.co.nr,
2006).
b) Penyebab
Penyebab asbestosis adalah serat asbes, dimana serat asbes sukar untuk
dihancurkan, bahkan oleh makrofag. Ketika makrofag mencoba untuk mencernakan
serat asbes, sering mengalami kegagalan sebab seratnya terlalu kuat dan ikatan
rantainya sangat kuat untuk diuraikan. Pada proses ini, makrofag menghasilkan unsur
yang diharapkan dapat menghancurkan benda asing, tetapi hal itu dapat juga
merugikan alveoli. Hal ini akan menyebabkan terjadinya inflamasi pada alveoli dan
secepatnya dapat meninggalkan parut.
c) Penyebaran
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan
gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari
penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada
dahak  maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes
untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan
keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis
ini.
d) Pencegahan
ii. Health Promotion

16
iii. Specific Protection
iv. Early Diagnostic

C. Fisika
a. Kebisingan
1) Sensorineural hearing loss
a) Pengertian
Gangguan pendengaran sensorineural (HPS) adalah jenis gangguan
pendengaran di mana akar penyebab terletak pada saraf vestibulocochlear ( saraf
kranial VIII), bagian dalam telinga , atau pusat-pusat pengolahan sentral dari
otak . Gangguan pendengaran sensorineural dapat ringan, sedang, atau berat,
termasuk tuli total.
b) Penyebab
Sebagian besar gangguan pendengaran sensorineural manusia disebabkan
oleh kelainan pada sel-sel rambut dari organ Corti di koklea. Gangguan telinga ini
juga bisa disebabkan akibat kebisingan di atas ambang batas yang terus menerus.
c) Pencegahan
i. Pengendalian secara teknis: Meredam sumber bising dengan jalan memberi
bantalan karet untuk mengurangi getaran peralatan dari logam, mengurangi
jatuhnya
ii. Pengendalian secara administrative: Pengendalian ini meliputi rotasi kerja
pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan intensitas tinggi ke
tempat atau bagian lain yang lebih rendah, cara mengurangi paparan bising
dan melindungi pendengaran.
iii. Pemakaian alat pelindung telinga: Pengendalian ini tergantung terhadap
pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat kebisingan tertentu, kelayakan
dan cara merawat peralatan.
b. Suhu
1) Hipotermia
a) Pengertian

17
Hipotermia adalah kondisi darurat medis yang terjadi ketika tubuh
kehilangan panas lebih cepat dari pada saat tubuh  menghasilkan panas sehingga
suhu tubuh pun menjadi sangat  rendah. Penderita hipotermia suhu tubuhnya di
bawah 36 derajat Celcius padahal suhu tubuh manusia normal adalah 37 derajat
Celcius.
b) Penyebab
Penyebab Hipotermia yakni pasti ada kontak dengan lingkungan dingin, ada
gangguan penyakit yang tengah diderita, penggunaan obat - obatan ataupun
alkohol serta radang pankreas.
c) Pencegahan:
i. Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan
pakaian kering yang hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika
tersedia, gunakan bahan tahan angin, seperti alumunium foil atau plastik
untuk perlindungan lebih lanjut. Panas tubuh dari orang lain juga bagus
untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian, dan berbagi pakai
selimut dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman hangat
jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis.
ii. Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan ( pendakian gunung
khususnya ) pada musim hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi,
harus membawa jas hujan, pakaian hangat ( jaket tahan air dan tahan
angin ) dan pakaian ganti yang berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan,
kaus kaki dan topi ninja juga sangat penting. Perlengkapan yang tidak
kalah pentingnya adalah sepatu pendakian yang baik dan dapat menutupi
sampai mata kaki, jangan pakai sendal gunung atau bahkan jangan pakai
sendal jepit.
iii. Bawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa,
coklat dll. Dalam perjalanan banyak “ngemil” untuk mengganti energi
yang hilang.
iv. Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan
pakaian hangat, seperti jaket dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh
tidak terasa oleh kita, dan tahu- tahu saja kita jatuh sakit.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan materi di atas dapat disimpulkan ada 3 macam agent yang dapat
menyebabkan penyakit berbasis lingkungan, yaitu: secara biologis, kimia, dan fisik, serta kita
juga dapat mengetahui jenis-jenis penyakit berbasis lingkungan tersebut.
3.2 Saran
Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan kepada pihak – pihak terkait
a. Pemerintah perlu mensosialisakan mengenai perilaku hidup sehat yang harus dijalankan
oleh masyarakat, terkait dengan munculnya berbagai penyakit berbasis lingkungan.
b. Para cendikiawan, seyogyanya perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
lingkungan terhadap munculnya berbagai penyakit baru.
c. Sarjana Kesehatan Masyarakat perlu melakukan berbagai upaya tindakan preventif
terhadap perkembangan penyakit berbasis lingkungan yang dapat diikuti oleh seluruh
masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2005.Pedoman Tatalaksana Klinis InfeksiDengue


Disarana Pelayanan Kesehatan.Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Achmadi, Umar Fahmi. 2010.Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta:


UniversitasIndonesia-Press.

Punama, Sang Gede.2016. Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan

http://iddamahfiroh.blogspot.com/2013/04/penyakit-berbasis-lingkungan-udara_4230.html

20

Anda mungkin juga menyukai