Buku ini memuat 12 judul cerpen yang ditulis selama periode tahun 1999-2000.
Corat-coret di Toilet kali pertama terbit sekitar tahun 2000 oleh Yayasan Aksara
Indonesia berisi sepuluh cerpen, kemudian diterbitkan ulang oleh Gramedia pada tahun
2014 dengan menambah dua cerpen lagi. Cerpen-cerpen tersebut adalah Peter Pan,
Dongeng Sebelum Bercinta, Corat-Coret di Toilet, Teman Kencan, Rayuan Dusta untuk
Marietje, Hikayat Si Orang Gila, Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam, Siapa Kirim Aku
Bunga?, Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti, Kisah dari Seorang Kawan, Dewi
Amor, serta Kandang Babi.
Cerpen ketiga berjudul “Corat-Coret di Toilet”. Tidak heran cerita ini menjadi
judul, karena dari semua cerpen, Corat-coret di Toilet-lah yang memang fantastis.
Sebenarnya ceritanya sederhana, sebuah toilet umum yang habis dicat berwarna krem
yang centil. Seorang bocah berpenampilan gaya punk terkesima dengan dinding yang
polos, lantas dengan spidol dia menuliskan aspirasinya akan pemerintahan saat itu.
Selanjutnya, dinding toilet tersebut terisi berbagai macam komentar pengunjungnya,
sarana aspirasi yang lebih bebas dan siapa saja bisa ikut ambil suara.
"Semua orang tahu belaka, toilet itu dicat agar tampak bersih dan terasa nyaman.
Sebelumnya, ia menampilkan wajahnya yang paling nyata: ruangan kecil yang marjinal,
tempat banyak orang berceloteh. Dindingnya penuh dengan tulisan-tulisan konyol yang
saling membalas, tentang gagasan-gagasan radikal progresif, tentang ajakan kencan
mesum, dan ada pula penyair-penyair yang puisinya ditolak penerbit menuliskan seluruh
master piece-nya di dinding toilet. Dan para kartunis amatir, ikut menyemarakan
dengan gagasan-gagasan 'the toilet comedy'. Hasilnya, dinding toilet penuh dengan
corat-coret nakal, cerdas maupun goblok, sebagaimana toilet-toilet umum di mana pun:
di terminal, di stasiun, di sekolah-sekolah, di stadion, dan bahkan di gedung-gedung
departemen."
Cerpen keempat berjudul “Hikayat Si Orang Gila”. Tentang Orang Gila yang kerap
diabaikan, padahal dia juga manusia yang membutuhkan makan, yang bisa sakit dan
kelaparan. Mereka kerap kali dianggap tidak penting.
Cerpen kelima berjudul “Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam”. Tentang
orangtua yang sangat posesif terhadap anaknya, bahkan di usianya yang sudah beranjak
17 tahun, Si Cantik tidak diperbolehkan keluar malam. Cerita ini layaknya berpesan
bahwa seorang anak kadang perlu kebebasan, karena semakin dikekang mereka akan
semakin nekat.
Cerpen keenam berjudul “Siapa Kirim Aku Bunga?”. Berlatar pada akhir tahun 20-
an di Hindia Belanda, tentang Kontrolir Henri yang memiliki kisah cinta menyedihkan,
dimulai dari datangnya bunga-bunga misterius yang dikirim seseorang kepadanya. Salah
satu cerita yang memiliki ending tak terduga, saya sangat menyukainya. Bahwa
perlakuan jahat kita kepada seseorang suatu waktu akan berbalik, akan mendapat
karmanya.
Cepen kedelapan berjudul “Teman Kencang”, cerita yang ini sedikit menggelitik.
Pemuda yang mencari teman kencang untuk malam minggu, namun tak satu pun
menemukan gadis yang dimaksud. Hingga terlintas dalam benaknya menghubungi
mantannya. Akhirnya menuju tempat mantannya, yang terjadi twist. Perempuan yang
pernah menjadi belahan jiwanya, bukan tambah gemuk. Tapi, hamil sudah bersuami!
Gagal acara malam minggunya. Hehe.
Cerpen kesembilan berjudul “Rayuan Dusta untuk Marietje”. Cerita yang terjadi
pada 1869 silam tentang prajurit Belanda yang merindukan kekasihnya. Namun, belum
bisa bertemu hingga terusan Suez dibuka. Lelaki yang mengundang Marietje datang ke
tanah Hindia Belanda dengan alasan tempat yang menabjubkan. Setelah tiba di negeri
Bar-bar. Marietje menagih janji pacarnya itu, untuk menaklukkan negeri Bar-bar.
Disitulah munculnya pemuda-pemuda Belanda mengangkat senjata.
Cerpen kesepuluh berjudul “Kisah dari Seorang Kawan”, cerita yang satu ini
tentang saudagar kapitalis yang menjual beras. Dimulai dari membeli 8 kios, menimbun
beras. Saudagar itu menjual harga lebih murah dari harga normal. Namun, menjual
kepada pedagang lebih tinggi dari harga standar. Miris dan ironi yang pernah terjadi
pada zaman orde baru.
Cerpen terakhir berjudul, cerita tentang “Kandang Babi” kisah Mahasiswa yang
malas, suka minum arak, dan tak memiliki pondokan. Harus tidur di gudang
penyimpanan yang disebut kandang babi. Tentang permasalahan sosial, butuh banyak
uang namun tak bisa. Hingga temannya yang sudah menjadi dosen meminjamkan uang.
Ternyata habis untuk membayar hutang, berpesta dan membuka pintu gudang yang
pernah ditutup birokrasi. Ya, kembali ke asal mula. Meski pernah tidur di pos satpam.
Ah, hatiku lagi-lagi teiris. Gak bisa dibayangkan awal tahun 2000 masih banyak yang
demikian.
Buku ini membuat cerita-cerita yang sangat menarik dan menyegarkan. Diksinya
pun sangat sesuai. Dalam buku ini juga tidak ditemukan kesalahan pengetikan. Buku ini
cocok untuk dibaca oleh remaja maupun dewasa. Namun alurnya mudah ditebak dan
terdapat beberapa bahasa yang kurang dimengerti.
Diluar dari segala kekurangan dan kelebihannya, buku ini banyak mengandung
amanat yang dapat kita pakai dalam kehidupan sehari-hari.